KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA PEMATANG SIANTAR Nilva Elysa Siregar Alumnus S1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate Medan, 20211 Indonesia Email: [email protected] Abstrak Kota Pematangsiantar merupakan Kota yang akan terus berkembang. Keradaan ruang terbuka hijau sangan diperlukan diperkotaan agar tercipta lingkungan yang nyaman dan sehat. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui kondisi eksisting ruang terbuka hijau di Kota Pematangsiantar dalam Citra Satelit Kota Pematangsiantar, dan 2) untuk mengetahui luas ruang terbuka hijau yang dibutuhkan berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk serta kebutuhan oksigen di Kota pematangsiantar pada tahun 2018. Terbuka kondisi eksisting ruang terbuka hijau di Kota Pematangsiantar dilakukan dengan menganalisis penutupan lahan, kebutuhan ruang terbuka hijau dihitung dengan pendekatan luas wilayah yang mengacu pada Undang-Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007, yaitu 30% dari luas administrasi, kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk dihitung dengan menggunakan pendekatan ekologis dan metode bunga berganda yaitu 1 ha ruang terbuka hijau mampu menyerap CO2 yang dikeluarkan oleh 2000 orang manusia atau 5 m2 per penduduk, analisis kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan pemenuhan kebutuhan oksigen penduduk dihitung berdasarkan masalah pencemaran udara akibat jumlah penduduk dan jumlah kendaraan bermotor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) berdasarkan analisis penutupan lahan, luas ruang terbuka hijau eksisting di Kota Pematangsiantar adalah seluas 4.882,56 Ha atau sekitar 60% dari luas keseluruhan Kota Pematangsiantar, 2) kebutuhan ruang terbuka hijau Kota Pematangsiantar pada tahun 2018 berdasarkan luas wilayah seluas 2.399,2 Ha, berdasarkan jumlah penduduk seluas 125,2 Ha, dan berdasarkan pemenuhan kebutuhan oksigen penduduk seluas 693,041 Ha. Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah bila dibandingkan dengan kondisi eksisting ruang terbuka hijau Kota Pematangsiantar masih belum cukup untuk beberapa kecamatan yaitu di Kecamatan Siantar Selatan dengan kekurangan luas ruang terbuka hijau -38,39 Ha, Kecamatan Siantar Barat -65,31 Ha, Kecamatan Siantar Utara -34,49 Ha, dan Kecamatan Siantar Timur -62,13 Ha. Kata kunci: ruang terbuka hijau, kebutuhan 61 PENDAHULUAN Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan-lahan untuk menyediakan permukiman, sarana penunjang ekonomi seperti industri, jalan, pusat-pusat pertokoan dan kebutuhan lainnya. Peningkatan kebutuhan ekonomi telah memicu adanya penurunan kuantitas tutupan vegetasi dalam suatu kota. Lahanlahan bervegetasi tersebut seperti taman kota, pekarangan, jalur hijau sebagai peneduh jalan, peredam kebisingan, penyerap karbondioksida, dan penghasil oksigen telah banyak dialihfungsikan menjadi sarana penunjang ekonomi. Pembangunan dan perkembangan kota semacam ini akan mengakibatkan keberadaan ruang terbuka hijau sebagai salah satu komponen ekosistem kota menjadi kurang diperhatikan. Keadaan ini menjadi sangat memperihatinkan, mengingat di satu pihak kebutuhan akan oksigen semakin meningkat tetapi di lain pihak penyedia oksigen semakin berkurang. Perbedaan akan kebutuhan oksigen tersebut menyebabkan hubungan yang kurang harmonis antara manusia dengan lingkungan yang berakibat pada lingkungan perkotaan yang hanya maju secara ekonomi namun mundur secara ekologi yang akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup. Hal ini yang dicirikan oleh meningkatnya suhu udara, menurunnya kelembaban udara, meningkatnya kadar CO2, meningkatnya pencemaran lingkungan, terjadinya hujan asam, dan munculnya wabah penyakit. Di samping itu terjadi polusi suara atau bunyi yang berupa tingginya tingkat kebisingan. Ruang terbuka hijau kota diharapkan dapat menanggulangi masalah lingkungan di perkotaan. Berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007, ruang terbuka hijau minimal menempati 30% luas wilayah perkotaan. Selanjutnya dipertegas dalam Peratuan Menteri Pekerjaan Umum 62 No.05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, bahwa proporsi tersebut merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat kota. Keberadaan ruang terbuka hijau sangat diperlukan bagi wilayah perkotaan seperti Pematangsiantar. Kota Pematangsiantar memiliki luas wilayah 79,791 km2 dengan jumlah penduduk mencapai 236.893 jiwa dengan kepadatan penduduk yang mencapai 2.962 jiwa/km2 (BPS. 2012). Pertumbuhan penduduk di Kota Pematangsiantar yang berbeda setiap tahunnya sangat mempengaruhi kebutuhan akan ruang terbuka hijau. Persentase pertumbuhan penduduk pada tahun 2011 yaitu mencapai 0,8% (BPS. 2012) akan semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di waktu mendatang. METODOLOGI PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah administrasi Kota Pematangsiantar yang memiliki 8 kecamatan dan 53 kelurahan dengan luas keseluruhan wilayah 79,971 Km2. Populasi ini sekaligus dijadikan sampel penelitian. Yang menjadi variable penelitian adalah kondisi eksisting ruang terbuka hijau dan kebutuhan ruang terbuka hijau pada. Tehnik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 1) analisis penutupan lahan 2) analisis kebutuhan ruang terbuka hijau: analisis kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah, analisis kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk, dan analisis kebutuhan RTH berdasarkan pemenuhan kebutuhan oksigen penduduk. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari analisis penutupan lahan yang dilakukan setelah penelitian, maka kondisi eksisting penutupan lahan di Kota Pematangsiantar dapat dikasifikasikan. Tabel 1. Klasifikasi dan Luas Penutupan Lahan Kota Pematangsiantar No Kecamatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Siantar Marihat Siantar Marimbun Siantar Selatan Siantar Barat Siantar Utara Siantar Timur Siantar Martoba Siantar Sitalasari Total (Ha) Persentase (%) Klasifikasi Penutupan lahan (Ha) Lahan Lahan Bervegetasi Lahan Kosong Lahan Pohon/ Bervegetasi Tidak Terbangun Tanaman Semak Bervegetasi Keras 8,45 562,08 0 211,97 347,50 663,02 532,57 230,51 6,09 16,12 0 179,79 30,89 0 0 289,61 62,19 12,83 5,35 284,64 41,67 31,80 0 378,53 456,42 663,75 139,13 542,90 724,59 1.228,18 24,26 295,29 1.704,79 3.177,77 701,30 2.413,24 21,32 39,74 8,77 30,18 Total (Ha) Jumlah RTH (Ha) 782,50 1.800,60 202,00 320,50 365,00 452,00 1.802,20 2.727,30 7.997,10 570,52 1.037,52 22,21 30,89 75,01 73,47 1.120,17 1.952,76 4.882,56 Persentase (%) RTH/Luas Wilayah 72,91 57,62 11,00 9,64 20,55 16,25 62,16 71,60 100,00 Sumber: Hasil Analisis Citra Ikonos Kota Pematangsiantar Tahun 2010 Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa kawasan yang memiliki banyak vegetasi, baik bervegetasi pohon atau tanaman keras dan bervegetasi semak berada di Kecamatan Sitalasari (1.952,76 Ha). Di daerah ini banyak terdapat lahan yang dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Sebagian besar lahan-lahan terbuka sudah dikelola dengan baik oleh masyarakat. Sebagian masyarakat mengolah lahan kosong dengan membangun kolam ikan. Namun terdapat juga lahan kosong yang dibiarkan begitu saja sehingga ditumbuhi alang-alang dan semak belukar. Kawasan hijau yang paling sedikit terdapat vegetasi berada di Kecamatan Siantar Selatan (22,21 Ha) yang didominasi oleh lahan terbangun (179,79 Ha) dengan luas keseluruhan wilayah 202 Ha. Tabel 11 juga menunjukkan bahwa kecamatan yang dengan luas ruang terbuka hijau yang masih kurang dari 30% adalah Kecamatan Siantar Selatan (11,00%), Kecamatan Siantar Barat (9,4%), Kecamatan Siantar Utara (20,55%), dan Kecamatan Siantar Timur (16,25%). Keempat kecamatan tersebut didominasi dengan lahan terbangun karena berada di pusat Kota Pematangsiantar. Kecukupan ruang terbuka hijau di suatu wilayah dapat diketahui dengan membandingkan kondisi eksisting dan kebutuhannya. Pada tabel 14 menyajikan hasil analisis kecukupan ruang terbuka hijau untuk setiap kecamatan berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk. Secara umum kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk sudah tercukupi, kecuali Kecamatan Siantar Selatan, Kecamatan Siantar Barat, Kecamatan Siantar Utara dan Kecamatan Siantar Timur. Tabel 2. Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kondisi Eksisting No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kecamatan Siantar Marihat Siantar Marimbun Siantar Selatan Siantar Barat Siantar Utara Siantar Timur Siantar Martoba Siantar Sitalasari Total Luas RTH saat ini 570,52 1.037,52 22,21 30,89 75,01 73,47 1.120,17 1.952,76 4.882,56 Kebutuhan RTH (Ha) Berdasarkan Jumlah Luas Wilayah Penduduk 234,8 9,6 540,2 7,9 60,6 9,1 96,2 18,7 109,5 24,6 135,6 20,5 540,6 20,5 681,7 14,4 2.399,2 125,2 Selisih Jumlah RTH (Ha) Berdasarkan Jumlah Luas Wilayah Penduduk 335,72 560,92 497,32 1.029,62 -38,39 13,11 -65,31 12,19 -34,49 50,41 -62,13 52,97 579,57 1.099,67 1.271,06 1.938,36 2.483,36 4.757,25 63 Tabel 2 menunjukkan bahwa kekurangan luasan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah yang dibandingkan dengan kondisi eksisting, yaitu terdapat di Kecamatan Siantar Selatan dengan kekurangan luas ruang terbuka hijau -38,39 Ha, Kecamatan Siantar Barat -65,31 Ha, Kecamatan Siantar Utara -34,49 Ha, dan Kecamatan Siantar Timur -62,13 Ha. Namun berbeda dengan kondisi eksisting yang didasarkan oleh Citra Ikonos, ruang terbuka hijau yang dilokasikan sejak tahun 2009 oleh pemerintah Kota Pematangsiantar (Lampiran 1) hanya memiliki luas sebesar 25,5 Ha yang merupakan ruang terbuka hijau yang ditanami vegetasi pohon/tanaman keras. Jumlah tersebut masih sangat jauh dari syarat yang ditetapkan UUTR No. 26 Tahun 2007 yaitu minimal 30% dari luas total wilayah Kota Pematangsiantar. Berdasarkan standar tersebut maka wilayah Kota Pematangsiantar yang memiliki luas 7.997,10 Ha harus memiliki ruang terbuka hijau mimimum seluas 2.399,2 Ha. Dari hasil penelitian, berdasarkan luas wilayah Kota Pematangsiantar yang dianalisis dari standar yang ditetapkan yaitu 30% dari luas wilayah maka dapat diketahui bahwa luasan minimum kebutuhan ruang terbuka hijau Kota Pematangsiantar seluas 2.399,2 Ha. Luas kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah dapat diketahui dari hasil pengalian antara luas wilayah administrasi Kota Pematangsiantar dengan standar kebutuhan yang telah ditetapkan. Maka untuk tahun 2018 dan beberapa tahun kedepan kemungkinan luasan kebutuhan ruang terbuka hijau ini tidak akan berubah terkecuali terdapat perubahan luasan wilayah administrasi Kota Pematangsiantar. Karena luas kebutuhan ruang terbuka hijau yang ditetapkan sebesar 30% dihitung dari luas wilayah administrasi kota. Berdasarkan hasil penelitian, luasan ruang terbuka hijau yang dibutuhkan untuk memenuhi standar yang ditetapkan Undang-Undang Tata Ruang No.26 Tahun 2007 yaitu 30% dari luas wilayah di setiap 64 Sumber: Hasil Analisis, 2013 kecamatan maka luasan ruang terbuka hijau terkecil berada di Kecamatan Siantar Selatan (tabel 13) karena merupakan kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil. Dibandingkan antara luas ruang terbuka hijau yang dibutuhkan berdasarkan luas wilayah dengan ruang terbuka hijau eksisting Kota Pematangsiantar per kecamatan, ada beberapa kecamatan yang memiliki kekurangan luasan ruang terbuka hijau yaitu Kecamatan Siantar Selatan (38,39 Ha), Kecamatan Siantar Barat (-65,31 Ha), Kecamatan Siantar Utara (-34,49 Ha), dan Kecamatan Siantar Timur (-62,13 Ha). Keempat kecamatan tersebut tidak mencapai 30% dari luas wilayah bahkan masih kurang. Hal ini disebabkan oleh banyaknya lahan terbangun yang terdapat di keempat kecamatan tersebut. Kondisi ini jika dibiarkan begitu saja maka akan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan seperti udara dan air bersih yang dapat mempengaruhi kesehatan. Sesuai dengan fungsi ruang terbuka hijau yaitu 1) menjaga kualitas lingkungan, 2) penyumbang ruang bernafas yang segar dan indah, 3) paru-paru kota, 4) penyangga sumber air tabah, 5) pencegah erosi, serta 6) sebagai unsur dan sarana pendidikan (Simonds dalam Pancawati, 2010). Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kekurangan ruang terbuka pada keempat kecamatan tersebut dapat dilakukan dengan cara intensifikasi yaitu usaha penanaman tanaman untuk memperbaiki tata hijau pada wilayahwilayah yang sebelumnya sudah merupakan daerah kawasan hijau (Rijal, 2008). Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk pada tahun 2012 adalah 119,3 Ha dan pada tahun 2018 adalah 125,2 Ha (Tabel 13). Secara umum jumlah luas kebutuhan ruang terbuka hijau ini masih jauh di bawah jumlah ruang terbuka hijau eksisting di Kota Pematangsiantar yaitu 4.882,56 Ha. Jika dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya yang ada di Indonesia, kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk di Kota Pematangsiantar relatif lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk yang sedikit dibandingkan dengan kota-kota besar lain. Perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau per penduduk Kota Pematangsiantar berdasarkan pendekatan ekologi yang dikemukakan Mangunsong dan Sihite, dalam Rijal (2008) yakni 5 m2 atau 1 ha ruang terbuka hijau mampu menyerap CO2 yang dikeluarkan oleh 2000 orang manusia. Dari hasil penelitian, perbandingan jumlah penduduk dan kondisi eksisting kebutuhan ruang terbuka hijau penduduk Kota Pematangsiantar sudah tercukupi (tabel 14). Kebutuhan ruang terbuka hijau Kota Pematangsiantar sampai dengan tahun 2018 masih bisa tercukupi karena jumlah selisih antara kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk dan ruang terbuka hijau eksisting masih luas (4.757,36 Ha). Nilai selisih tersebut diperoleh dari hasil pengurangan antara ruang terbuka eksisting dikurang luas ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk Kota Pematangsiantar. Luas kebutuhan ruang terbuka hijau pada waktu yang akan datang dapat dihitung terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen penduduk, dengan mengetahui jumlah penduduk dan kendaraan bermotor. Maka jumlah penduduk dan jumlah kendaraan bermotor setelah diproyeksikan pada tahun 2018 adalah 250.482 jiwa dan 128.051 unit. Dari hasil penghitungan, kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan pemenuhan kebutuhan oksigen penduduk pada tahun 2018 adalah 693,041 Ha. Bila dibandingkan dengan luas ruang terbuka eksisting Kota Pematangsiantar yaitu 4.882,56 Ha dengan luas ruang terbuka hijau berdasarkan pemenuhan oksigen penduduk, maka luas ruang terbuka hijau berdasarkan pemenuhan kebutuhan oksigen penduduk sudah terpenuhi sampai dengan tahun 2018 dengan jumlah selisih seluas 4.189,52 Ha. Dapat dijelaskan bahwa, ruang terbuka hijau memiliki fungsi sebagai penjaga kualitas lingkungan, penyumbang ruang bernafas yang segar dan indah, paru-paru kota, penyangga sumber air tabah, pencegah erosi, dan sebagai unsur dan sarana pendidikan (Simonds dalam Pancawati, 2010). Maka setiap bertambahnya jumlah penduduk dan kendaraan bermotor setiap tahunnya akan dapat mempercepat terjadinya penurunan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat bila tidak diimbangi dengan bertambahnya luas ruang terbuka hijau. Fandeli dkk (2004) menyatakan bahwa kendaraan bermotor merupakan sumber utama gas beracun yang mencemari udara di daerah perkotaan, diperkirakan 60-70% partikel gas beracun di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor. Maka jenis tanama seperti Damar (Agathis alba), Mahoni (Switenia macrophylaa), Jamuju (Padocarpus imbricatus), Pala (Mirystica fragrans), Asam landi (Pithecolobium dulce), dan Johar (Cassia siamea) mempunyai kemampuan yang cukup tinggi dalam menurunkan kandungan gas beracun dari udara. Jenis-jenis tanaman yang mampu menurunkan kandungan gar beracun dan menyerap CO2 sangat cocok ditanam di ruang terbuka jaringan jalan, dimana merupakan tempat kendaraan bermotor melintas. Namun untuk penanaman vegetasi pada ruang terbuka hijau jaringan jalan harus tetap memperhatikan jarak penanaman antar pohon, memperhitungkan antara bentuk/ukuran tajuk pohon dengan atribut jalan, penanaman selang-seling untuk menghindari kesan monoton, tingkat keamanan pada daerah tikungan, dan kenampakan visual yang memberikan kesan estetika. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisis penutupan lahan, luas ruang terbuka hijau eksisting di Kota Pematangsiantar adalah seluas 4.882,56 Ha atau sekitar 60% dari luas keseluruhan wilayah Kota Pematangsiantar. Bila dibandingkan dengan jumlah luas ruang terbuka hijau eksisting dengan kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah 65 yaitu 2.399,2 Ha, jumlah penduduk seluas 119,3 Ha, dan kebutuhan pemenuhan oksigen penduduk seluas 665,321 Ha maka secara umum luas kebutuhan ruang terbuka hijau Kota Pematangsiantar masih terpenuhi. Namun bila dibandingkan dengan luas ruang terbuka hijau yang dilokasikan sejak tahun 2009 oleh pemerintah Kota Pematangsiantar yang memiliki luas keseluruhan ruang terbuka hijau seluas 25,5 Ha, jumlah ini masih sangat jauh dari luas kecukupan kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan ketiga pendekatan tersebut. 2. Kebutuhan ruang terbuka hijau Kota Pematangsiantar pada tahun 2018 berdasarkan luas wilayah seluas 2.399,2 Ha, berdasarkan jumlah penduduk seluas 125,2 Ha, dan berdasarkan pemenuhan kebutuhan oksigen penduduk seluas 693,041 Ha. Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah bila dibandingkan dengan kondisi eksisting ruang terbuka hijau Kota Pematangsiantar masih belum cukup untuk beberapa kecamatan yaitu di Kecamatan Siantar Selatan dengan kekurangan luas ruang terbuka hijau 38,39 Ha, Kecamatan Siantar Barat 65,31 Ha, Kecamatan Siantar Utara 34,49 Ha, dan Kecamatan Siantar Timur -62,13 Ha. Untuk memenuhi kekurangan ruang terbuka hijau pada keempat kecamatan di Kota Pematangsiantar dilakukan dengan cara intensifiksi. Hal-hal yang dapat disarankan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh adalah: 1. Pembangunan Kota Pematangsiantar di masa yang akan datang harus tetap mengacu kepada tata ruang wilayah kota yang telah ada. Direncanakan secara baik dan tepat karena tanpa ada perencanaan yang baik maka pemanfaatan ruang/lahan tidak dapat dilakukan secara optimal maka akan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang tinggi sehingga memerlukan biaya yang sangat besar untuk 66 memperbaikinya dan tidak jarang harus mengorbankan kepentingan tertentu. 2. Lokasi ruang terbuka hijau yang ditunjuk pemerintah Kota Pematangsiantar sejak tahun 2009 sampai dengan sekarang perlu dikaji kembali karena luas ruang terbuka hijau tersebut tidak tercukupi dengan kebutuhan ruang terbuka hijau yang seharusnya ada di Kota Pematangsiantar sesuai dengan syarat yang ditetapkan yaitu luasan ruang terbuka hijau minimum 30% dari luas total wilayah Kota Pematangsiantar. DAFTAR PUSTAKA Ariyadi. 2009. Ruang Terbuka Hijau, (Online), (http://semuatentangkota.blogspot.co m/search/label/Ruang%20Terbuka%2 0Hijau diakses Jum’at 30 Maret 2012). Badan Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar. 2009. Lokasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota Pematangsiantar Tahun 2009. Pematangsiantar: BLH Kota Pematangsiantar Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar. 2009. Kota Pematangsiantar dalam Angka Tahun 2009. Pematangsiantar: BPS Kota Pematangsiatar Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar. 2012. Kota Pematangsiantar dalam Angka Tahun 2012. Pematangsiantar: BPS Kota Pematangsiatar Baharuddin, Alfini. 2011. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Kota Jayapura. Jurnal Bumi Lestari. Jayapura: Universitas Sains dan Tegnologi Jayapura. 11 (2):297-305 Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Direktorat Jenderal Penataaan Ruang. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Departeman Pekerjaan Umum. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Direktorat Jenderal Pentaan Ruang. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Djamal Irwan, Z. 2008. Tantangan Lingkungan Dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta: PT. Bumi Aksara Fandeli, Chafid (dkk). 2004. Perhutanan Kota. Jogjakarta: Fakultas Kehutanan UGM Gratimah, RD, Guti. 2009. Analisis Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap Gas CO2 Antropogenik Di Pusat Kota Medan. Tesis (tidak diterbitkan). Medan: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Hakim, Rustam. 2000. Ruang Terbuka Hijau, (Online), (http://rustam2000.wordpress.com/ru ang.terbuka.hijau/ diakses Selasa 17 April 2012). Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan Nurhayani, Hanifah. 2012. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kebutuhan Oksigen (Studi Kasus Kota Semarang). Skripsi (tidak diterbitkan). Bogor: Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Pancawati, Juwarin. 2010. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Tangerang. Tesis (tidak diterbitkan). Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Rijal, Syamsu. 2008a. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar Tahun 2017. Jurnal Hutan dan Masyarakat. Makassar: Fakultas Kehutanan. Universitas Hasanuddin. III (1):001-110 Rijal, Syamsu. 2008b. Perencanaan Hutan Kota Dengan Sistem Informasi Geografis Di Kota Watampone. Jurnal Hutan dan Masyarakat. Makassar: Fakultas Kehutanan. Universitas Hasanuddin. III (2):111-234 Yoga. 2009. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kota, (Online), (http://iogavoiceblogspot.com/2009/0 6/kebutuhan-ruang-terbuka-hijau- pada-kota.html Maret 2012). diakses Jum’at 30 67 68