61 kebutuhan ruang terbuka hijau (rth) di kota

advertisement
KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA PEMATANG SIANTAR
Nilva Elysa Siregar
Alumnus S1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate Medan, 20211 Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Kota Pematangsiantar merupakan Kota yang akan terus berkembang. Keradaan
ruang terbuka hijau sangan diperlukan diperkotaan agar tercipta lingkungan yang
nyaman dan sehat. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui kondisi eksisting
ruang terbuka hijau di Kota Pematangsiantar dalam Citra Satelit Kota
Pematangsiantar, dan 2) untuk mengetahui luas ruang terbuka hijau yang dibutuhkan
berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk serta kebutuhan oksigen di Kota
pematangsiantar pada tahun 2018. Terbuka kondisi eksisting ruang terbuka hijau di
Kota Pematangsiantar dilakukan dengan menganalisis penutupan lahan, kebutuhan
ruang terbuka hijau dihitung dengan pendekatan luas wilayah yang mengacu pada
Undang-Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007, yaitu 30% dari luas
administrasi, kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk dihitung
dengan menggunakan pendekatan ekologis dan metode bunga berganda yaitu 1 ha
ruang terbuka hijau mampu menyerap CO2 yang dikeluarkan oleh 2000 orang
manusia atau 5 m2 per penduduk, analisis kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan
pemenuhan kebutuhan oksigen penduduk dihitung berdasarkan masalah pencemaran
udara akibat jumlah penduduk dan jumlah kendaraan bermotor. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1) berdasarkan analisis penutupan lahan, luas ruang terbuka
hijau eksisting di Kota Pematangsiantar adalah seluas 4.882,56 Ha atau sekitar 60%
dari luas keseluruhan Kota Pematangsiantar, 2) kebutuhan ruang terbuka hijau Kota
Pematangsiantar pada tahun 2018 berdasarkan luas wilayah seluas 2.399,2 Ha,
berdasarkan jumlah penduduk seluas 125,2 Ha, dan berdasarkan pemenuhan
kebutuhan oksigen penduduk seluas 693,041 Ha. Kebutuhan ruang terbuka hijau
berdasarkan luas wilayah bila dibandingkan dengan kondisi eksisting ruang terbuka
hijau Kota Pematangsiantar masih belum cukup untuk beberapa kecamatan yaitu di
Kecamatan Siantar Selatan dengan kekurangan luas ruang terbuka hijau -38,39 Ha,
Kecamatan Siantar Barat -65,31 Ha, Kecamatan Siantar Utara -34,49 Ha, dan
Kecamatan Siantar Timur -62,13 Ha.
Kata kunci: ruang terbuka hijau, kebutuhan
61
PENDAHULUAN
Jumlah penduduk yang terus meningkat
membawa konsekuensi semakin meningkat
pula kebutuhan akan lahan-lahan untuk
menyediakan
permukiman,
sarana
penunjang ekonomi seperti industri, jalan,
pusat-pusat pertokoan dan kebutuhan
lainnya. Peningkatan kebutuhan ekonomi
telah memicu adanya penurunan kuantitas
tutupan vegetasi dalam suatu kota. Lahanlahan bervegetasi tersebut seperti taman
kota, pekarangan, jalur hijau sebagai
peneduh jalan, peredam kebisingan,
penyerap karbondioksida, dan penghasil
oksigen telah banyak dialihfungsikan
menjadi sarana penunjang ekonomi.
Pembangunan dan perkembangan kota
semacam
ini
akan
mengakibatkan
keberadaan ruang terbuka hijau sebagai
salah satu komponen ekosistem kota
menjadi kurang diperhatikan.
Keadaan
ini
menjadi
sangat
memperihatinkan, mengingat di satu pihak
kebutuhan akan oksigen semakin meningkat
tetapi di lain pihak penyedia oksigen
semakin berkurang. Perbedaan akan
kebutuhan oksigen tersebut menyebabkan
hubungan yang kurang harmonis antara
manusia dengan lingkungan yang berakibat
pada lingkungan perkotaan yang hanya
maju secara ekonomi namun mundur secara
ekologi yang akan berpengaruh terhadap
penurunan kualitas lingkungan hidup. Hal
ini yang dicirikan oleh meningkatnya suhu
udara, menurunnya kelembaban udara,
meningkatnya kadar CO2, meningkatnya
pencemaran lingkungan, terjadinya hujan
asam, dan munculnya wabah penyakit. Di
samping itu terjadi polusi suara atau bunyi
yang berupa tingginya tingkat kebisingan.
Ruang terbuka hijau kota diharapkan dapat
menanggulangi masalah lingkungan di
perkotaan.
Berdasarkan Undang-Undang Penataan
Ruang No. 26 Tahun 2007, ruang terbuka
hijau minimal menempati 30% luas wilayah
perkotaan. Selanjutnya dipertegas dalam
Peratuan Menteri Pekerjaan Umum
62
No.05/PRT/M/2008 tentang pedoman
penyediaan dan pemanfaatan RTH di
Kawasan Perkotaan, bahwa proporsi
tersebut merupakan ukuran minimal untuk
menjamin keseimbangan ekosistem kota,
maupun sistem ekologis lain yang dapat
meningkatkan ketersediaan udara bersih
yang diperlukan masyarakat kota.
Keberadaan ruang terbuka hijau sangat
diperlukan bagi wilayah perkotaan seperti
Pematangsiantar. Kota Pematangsiantar
memiliki luas wilayah 79,791 km2 dengan
jumlah penduduk mencapai 236.893 jiwa
dengan
kepadatan
penduduk
yang
mencapai 2.962 jiwa/km2 (BPS. 2012).
Pertumbuhan
penduduk
di
Kota
Pematangsiantar yang berbeda setiap
tahunnya sangat mempengaruhi kebutuhan
akan ruang terbuka hijau. Persentase
pertumbuhan penduduk pada tahun 2011
yaitu mencapai 0,8% (BPS. 2012) akan
semakin meningkat seiring bertambahnya
jumlah penduduk di waktu mendatang.
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh
wilayah
administrasi
Kota
Pematangsiantar
yang
memiliki
8
kecamatan dan 53 kelurahan dengan luas
keseluruhan wilayah 79,971 Km2. Populasi
ini sekaligus dijadikan sampel penelitian.
Yang menjadi variable penelitian adalah
kondisi eksisting ruang terbuka hijau dan
kebutuhan ruang terbuka hijau pada. Tehnik
analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah 1) analisis penutupan
lahan 2) analisis kebutuhan ruang terbuka
hijau: analisis kebutuhan RTH berdasarkan
luas wilayah, analisis kebutuhan RTH
berdasarkan jumlah penduduk, dan analisis
kebutuhan RTH berdasarkan pemenuhan
kebutuhan oksigen penduduk.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari analisis penutupan lahan yang
dilakukan setelah penelitian, maka kondisi
eksisting penutupan lahan di Kota
Pematangsiantar dapat dikasifikasikan.
Tabel 1. Klasifikasi dan Luas Penutupan Lahan Kota Pematangsiantar
No
Kecamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Siantar Marihat
Siantar Marimbun
Siantar Selatan
Siantar Barat
Siantar Utara
Siantar Timur
Siantar Martoba
Siantar Sitalasari
Total (Ha)
Persentase
(%)
Klasifikasi Penutupan lahan (Ha)
Lahan
Lahan
Bervegetasi
Lahan
Kosong
Lahan
Pohon/
Bervegetasi
Tidak
Terbangun
Tanaman
Semak
Bervegetasi
Keras
8,45
562,08
0
211,97
347,50
663,02
532,57
230,51
6,09
16,12
0
179,79
30,89
0
0
289,61
62,19
12,83
5,35
284,64
41,67
31,80
0
378,53
456,42
663,75
139,13
542,90
724,59
1.228,18
24,26
295,29
1.704,79
3.177,77
701,30
2.413,24
21,32
39,74
8,77
30,18
Total
(Ha)
Jumlah
RTH
(Ha)
782,50
1.800,60
202,00
320,50
365,00
452,00
1.802,20
2.727,30
7.997,10
570,52
1.037,52
22,21
30,89
75,01
73,47
1.120,17
1.952,76
4.882,56
Persentase
(%)
RTH/Luas
Wilayah
72,91
57,62
11,00
9,64
20,55
16,25
62,16
71,60
100,00
Sumber: Hasil Analisis Citra Ikonos Kota Pematangsiantar Tahun 2010
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa
kawasan yang memiliki banyak vegetasi,
baik bervegetasi pohon atau tanaman keras
dan bervegetasi semak berada di Kecamatan
Sitalasari (1.952,76 Ha). Di daerah ini
banyak terdapat lahan yang dimanfaatkan
masyarakat sebagai lahan pertanian dan
perkebunan. Sebagian besar lahan-lahan
terbuka sudah dikelola dengan baik oleh
masyarakat. Sebagian masyarakat mengolah
lahan kosong dengan membangun kolam
ikan. Namun terdapat juga lahan kosong
yang dibiarkan begitu saja sehingga
ditumbuhi alang-alang dan semak belukar.
Kawasan hijau yang paling sedikit terdapat
vegetasi berada di Kecamatan Siantar
Selatan (22,21 Ha) yang didominasi oleh
lahan terbangun (179,79 Ha) dengan luas
keseluruhan wilayah 202 Ha.
Tabel 11 juga menunjukkan bahwa
kecamatan yang dengan luas ruang terbuka
hijau yang masih kurang dari 30% adalah
Kecamatan Siantar Selatan (11,00%),
Kecamatan
Siantar
Barat
(9,4%),
Kecamatan Siantar Utara (20,55%), dan
Kecamatan Siantar Timur (16,25%).
Keempat kecamatan tersebut didominasi
dengan lahan terbangun karena berada di
pusat Kota Pematangsiantar.
Kecukupan ruang terbuka hijau di suatu
wilayah
dapat
diketahui
dengan
membandingkan kondisi eksisting dan
kebutuhannya. Pada tabel 14 menyajikan
hasil analisis kecukupan ruang terbuka hijau
untuk setiap kecamatan berdasarkan luas
wilayah dan jumlah penduduk. Secara
umum kebutuhan ruang terbuka hijau
berdasarkan luas wilayah dan jumlah
penduduk
sudah
tercukupi,
kecuali
Kecamatan Siantar Selatan, Kecamatan
Siantar Barat, Kecamatan Siantar Utara dan
Kecamatan Siantar Timur.
Tabel 2. Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kondisi Eksisting
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kecamatan
Siantar Marihat
Siantar Marimbun
Siantar Selatan
Siantar Barat
Siantar Utara
Siantar Timur
Siantar Martoba
Siantar Sitalasari
Total
Luas RTH
saat ini
570,52
1.037,52
22,21
30,89
75,01
73,47
1.120,17
1.952,76
4.882,56
Kebutuhan RTH (Ha)
Berdasarkan
Jumlah
Luas Wilayah
Penduduk
234,8
9,6
540,2
7,9
60,6
9,1
96,2
18,7
109,5
24,6
135,6
20,5
540,6
20,5
681,7
14,4
2.399,2
125,2
Selisih Jumlah RTH (Ha)
Berdasarkan
Jumlah
Luas Wilayah
Penduduk
335,72
560,92
497,32
1.029,62
-38,39
13,11
-65,31
12,19
-34,49
50,41
-62,13
52,97
579,57
1.099,67
1.271,06
1.938,36
2.483,36
4.757,25
63
Tabel
2
menunjukkan
bahwa
kekurangan luasan ruang terbuka hijau
berdasarkan
luas
wilayah
yang
dibandingkan dengan kondisi eksisting,
yaitu terdapat di Kecamatan Siantar Selatan
dengan kekurangan luas ruang terbuka hijau
-38,39 Ha, Kecamatan Siantar Barat -65,31
Ha, Kecamatan Siantar Utara -34,49 Ha,
dan Kecamatan Siantar Timur -62,13 Ha.
Namun berbeda dengan kondisi eksisting
yang didasarkan oleh Citra Ikonos, ruang
terbuka hijau yang dilokasikan sejak tahun
2009
oleh
pemerintah
Kota
Pematangsiantar (Lampiran 1) hanya
memiliki luas sebesar 25,5 Ha yang
merupakan ruang terbuka hijau yang
ditanami vegetasi pohon/tanaman keras.
Jumlah tersebut masih sangat jauh dari
syarat yang ditetapkan UUTR No. 26 Tahun
2007 yaitu minimal 30% dari luas total
wilayah Kota Pematangsiantar. Berdasarkan
standar tersebut maka wilayah Kota
Pematangsiantar yang memiliki luas
7.997,10 Ha harus memiliki ruang terbuka
hijau mimimum seluas 2.399,2 Ha.
Dari hasil penelitian, berdasarkan luas
wilayah Kota Pematangsiantar yang
dianalisis dari standar yang ditetapkan yaitu
30% dari luas wilayah maka dapat
diketahui
bahwa
luasan
minimum
kebutuhan ruang terbuka hijau Kota
Pematangsiantar seluas 2.399,2 Ha. Luas
kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan
luas wilayah dapat diketahui dari hasil
pengalian antara luas wilayah administrasi
Kota Pematangsiantar dengan standar
kebutuhan yang telah ditetapkan. Maka
untuk tahun 2018 dan beberapa tahun
kedepan kemungkinan luasan kebutuhan
ruang terbuka hijau ini tidak akan berubah
terkecuali terdapat perubahan luasan
wilayah administrasi Kota Pematangsiantar.
Karena luas kebutuhan ruang terbuka hijau
yang ditetapkan sebesar 30% dihitung dari
luas wilayah administrasi kota.
Berdasarkan hasil penelitian, luasan
ruang terbuka hijau yang dibutuhkan untuk
memenuhi standar yang ditetapkan
Undang-Undang Tata Ruang No.26 Tahun
2007 yaitu 30% dari luas wilayah di setiap
64
Sumber: Hasil Analisis, 2013
kecamatan maka luasan ruang terbuka hijau
terkecil berada di Kecamatan Siantar Selatan
(tabel 13) karena merupakan kecamatan
yang memiliki luas wilayah terkecil.
Dibandingkan antara luas ruang terbuka
hijau yang dibutuhkan berdasarkan luas
wilayah dengan ruang terbuka hijau
eksisting
Kota
Pematangsiantar
per
kecamatan, ada beberapa kecamatan yang
memiliki kekurangan luasan ruang terbuka
hijau yaitu Kecamatan Siantar Selatan (38,39 Ha), Kecamatan Siantar Barat (-65,31
Ha), Kecamatan Siantar Utara (-34,49 Ha),
dan Kecamatan Siantar Timur (-62,13 Ha).
Keempat
kecamatan
tersebut
tidak
mencapai 30% dari luas wilayah bahkan
masih kurang. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya lahan terbangun yang terdapat
di keempat kecamatan tersebut.
Kondisi ini jika dibiarkan begitu saja
maka akan mengakibatkan menurunnya
kualitas lingkungan seperti udara dan air
bersih
yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan. Sesuai dengan fungsi ruang
terbuka hijau yaitu 1) menjaga kualitas
lingkungan, 2) penyumbang ruang bernafas
yang segar dan indah, 3) paru-paru kota, 4)
penyangga sumber air tabah, 5) pencegah
erosi, serta 6) sebagai unsur dan sarana
pendidikan (Simonds dalam Pancawati,
2010). Upaya yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki kekurangan ruang terbuka
pada keempat kecamatan tersebut dapat
dilakukan dengan cara intensifikasi yaitu
usaha
penanaman
tanaman
untuk
memperbaiki tata hijau pada wilayahwilayah yang sebelumnya sudah merupakan
daerah kawasan hijau (Rijal, 2008).
Kebutuhan
ruang
terbuka
hijau
berdasarkan jumlah penduduk pada tahun
2012 adalah 119,3 Ha dan pada tahun 2018
adalah 125,2 Ha (Tabel 13). Secara umum
jumlah luas kebutuhan ruang terbuka hijau
ini masih jauh di bawah jumlah ruang
terbuka
hijau
eksisting
di
Kota
Pematangsiantar yaitu 4.882,56 Ha. Jika
dibandingkan dengan kota-kota besar
lainnya yang ada di Indonesia, kebutuhan
ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah
penduduk di Kota Pematangsiantar relatif
lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh jumlah
penduduk yang sedikit dibandingkan
dengan kota-kota besar lain.
Perhitungan kebutuhan ruang terbuka
hijau per penduduk Kota Pematangsiantar
berdasarkan pendekatan ekologi yang
dikemukakan Mangunsong dan Sihite,
dalam Rijal (2008) yakni 5 m2 atau 1 ha
ruang terbuka hijau mampu menyerap CO2
yang dikeluarkan oleh 2000 orang manusia.
Dari hasil penelitian, perbandingan jumlah
penduduk dan kondisi eksisting kebutuhan
ruang terbuka hijau penduduk Kota
Pematangsiantar sudah tercukupi (tabel 14).
Kebutuhan ruang terbuka hijau Kota
Pematangsiantar sampai dengan tahun 2018
masih bisa tercukupi karena jumlah selisih
antara kebutuhan ruang terbuka hijau
berdasarkan jumlah penduduk dan ruang
terbuka hijau eksisting masih luas (4.757,36
Ha). Nilai selisih tersebut diperoleh dari
hasil pengurangan antara ruang terbuka
eksisting dikurang luas ruang terbuka hijau
berdasarkan jumlah penduduk Kota
Pematangsiantar.
Luas kebutuhan ruang terbuka hijau pada
waktu yang akan datang dapat dihitung
terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen
penduduk, dengan mengetahui jumlah
penduduk dan kendaraan bermotor. Maka
jumlah penduduk dan jumlah kendaraan
bermotor setelah diproyeksikan pada tahun
2018 adalah 250.482 jiwa dan 128.051 unit.
Dari hasil penghitungan, kebutuhan ruang
terbuka hijau berdasarkan pemenuhan
kebutuhan oksigen penduduk pada tahun
2018 adalah 693,041 Ha. Bila dibandingkan
dengan luas ruang terbuka eksisting Kota
Pematangsiantar yaitu 4.882,56 Ha dengan
luas ruang terbuka hijau berdasarkan
pemenuhan oksigen penduduk, maka luas
ruang
terbuka
hijau
berdasarkan
pemenuhan kebutuhan oksigen penduduk
sudah terpenuhi sampai dengan tahun 2018
dengan jumlah selisih seluas 4.189,52 Ha.
Dapat dijelaskan bahwa, ruang terbuka
hijau memiliki fungsi sebagai penjaga
kualitas lingkungan, penyumbang ruang
bernafas yang segar dan indah, paru-paru
kota, penyangga sumber air tabah,
pencegah erosi, dan sebagai unsur dan
sarana
pendidikan
(Simonds
dalam
Pancawati,
2010).
Maka
setiap
bertambahnya jumlah penduduk dan
kendaraan bermotor setiap tahunnya akan
dapat mempercepat terjadinya penurunan
kualitas
lingkungan
dan
kehidupan
masyarakat bila tidak diimbangi dengan
bertambahnya luas ruang terbuka hijau.
Fandeli dkk (2004) menyatakan bahwa
kendaraan bermotor merupakan sumber
utama gas beracun yang mencemari udara
di daerah perkotaan, diperkirakan 60-70%
partikel gas beracun di udara perkotaan
berasal dari kendaraan bermotor. Maka
jenis tanama seperti Damar (Agathis alba),
Mahoni (Switenia macrophylaa), Jamuju
(Padocarpus imbricatus), Pala (Mirystica
fragrans), Asam landi (Pithecolobium
dulce), dan Johar (Cassia siamea)
mempunyai kemampuan yang cukup tinggi
dalam menurunkan kandungan gas beracun
dari udara. Jenis-jenis tanaman yang
mampu menurunkan kandungan gar
beracun dan menyerap CO2 sangat cocok
ditanam di ruang terbuka jaringan jalan,
dimana merupakan tempat kendaraan
bermotor
melintas.
Namun
untuk
penanaman vegetasi pada ruang terbuka
hijau
jaringan
jalan
harus
tetap
memperhatikan jarak penanaman antar
pohon,
memperhitungkan
antara
bentuk/ukuran tajuk pohon dengan atribut
jalan, penanaman selang-seling untuk
menghindari kesan monoton, tingkat
keamanan pada daerah tikungan, dan
kenampakan visual yang memberikan kesan
estetika.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan,
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan analisis penutupan lahan,
luas ruang terbuka hijau eksisting di Kota
Pematangsiantar adalah seluas 4.882,56
Ha atau sekitar 60% dari luas
keseluruhan
wilayah
Kota
Pematangsiantar. Bila dibandingkan
dengan jumlah luas ruang terbuka hijau
eksisting dengan kebutuhan ruang
terbuka hijau berdasarkan luas wilayah
65
yaitu 2.399,2 Ha, jumlah penduduk
seluas 119,3 Ha, dan kebutuhan
pemenuhan oksigen penduduk seluas
665,321 Ha maka secara umum luas
kebutuhan ruang terbuka hijau Kota
Pematangsiantar
masih
terpenuhi.
Namun bila dibandingkan dengan luas
ruang terbuka hijau yang dilokasikan
sejak tahun 2009 oleh pemerintah Kota
Pematangsiantar yang memiliki luas
keseluruhan ruang terbuka hijau seluas
25,5 Ha, jumlah ini masih sangat jauh
dari luas kecukupan kebutuhan ruang
terbuka hijau berdasarkan ketiga
pendekatan tersebut.
2. Kebutuhan ruang terbuka hijau Kota
Pematangsiantar pada tahun 2018
berdasarkan luas wilayah seluas 2.399,2
Ha, berdasarkan jumlah penduduk seluas
125,2 Ha, dan berdasarkan pemenuhan
kebutuhan oksigen penduduk seluas
693,041 Ha. Kebutuhan ruang terbuka
hijau berdasarkan luas wilayah bila
dibandingkan dengan kondisi eksisting
ruang
terbuka
hijau
Kota
Pematangsiantar masih belum cukup
untuk beberapa kecamatan yaitu di
Kecamatan Siantar Selatan dengan
kekurangan luas ruang terbuka hijau 38,39 Ha, Kecamatan Siantar Barat 65,31 Ha, Kecamatan Siantar Utara 34,49 Ha, dan Kecamatan Siantar Timur
-62,13 Ha. Untuk memenuhi kekurangan
ruang terbuka hijau pada keempat
kecamatan di Kota Pematangsiantar
dilakukan dengan cara intensifiksi.
Hal-hal
yang
dapat
disarankan
berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
adalah:
1. Pembangunan Kota Pematangsiantar di
masa yang akan datang harus tetap
mengacu kepada tata ruang wilayah
kota yang telah ada. Direncanakan
secara baik dan tepat karena tanpa ada
perencanaan
yang
baik
maka
pemanfaatan ruang/lahan tidak dapat
dilakukan secara optimal maka akan
mengakibatkan kerusakan lingkungan
yang tinggi sehingga memerlukan biaya
yang
sangat
besar
untuk
66
memperbaikinya dan tidak jarang harus
mengorbankan kepentingan tertentu.
2. Lokasi ruang terbuka hijau yang ditunjuk
pemerintah Kota Pematangsiantar sejak
tahun 2009 sampai dengan sekarang
perlu dikaji kembali karena luas ruang
terbuka hijau tersebut tidak tercukupi
dengan kebutuhan ruang terbuka hijau
yang
seharusnya
ada
di
Kota
Pematangsiantar sesuai dengan syarat
yang ditetapkan yaitu luasan ruang
terbuka hijau minimum 30% dari luas
total wilayah Kota Pematangsiantar.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyadi. 2009. Ruang Terbuka Hijau,
(Online),
(http://semuatentangkota.blogspot.co
m/search/label/Ruang%20Terbuka%2
0Hijau diakses Jum’at 30 Maret 2012).
Badan
Lingkungan
Hidup
Kota
Pematangsiantar. 2009. Lokasi Ruang
Terbuka
Hijau
(RTH)
kota
Pematangsiantar
Tahun
2009.
Pematangsiantar:
BLH
Kota
Pematangsiantar
Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar.
2009. Kota Pematangsiantar dalam
Angka Tahun 2009. Pematangsiantar:
BPS Kota Pematangsiatar
Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar.
2012. Kota Pematangsiantar dalam
Angka Tahun 2012. Pematangsiantar:
BPS Kota Pematangsiatar
Baharuddin, Alfini. 2011. Kebutuhan Ruang
Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat
Kota Jayapura. Jurnal Bumi Lestari.
Jayapura: Universitas Sains dan
Tegnologi Jayapura. 11 (2):297-305
Departemen Pekerjaan Umum. 2008.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor:05/PRT/M/2008
tentang
Pedoman
Penyediaan
dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan
Perkotaan.
Direktorat
Jenderal Penataaan Ruang. Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum
Departeman Pekerjaan Umum. 2007.
Undang-Undang Republik Indonesia
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Direktorat Jenderal Pentaan
Ruang. Jakarta: Departemen Pekerjaan
Umum
Djamal Irwan, Z. 2008. Tantangan
Lingkungan Dan Lansekap Hutan Kota.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Fandeli, Chafid (dkk). 2004. Perhutanan
Kota. Jogjakarta: Fakultas Kehutanan
UGM
Gratimah, RD, Guti. 2009. Analisis
Kebutuhan Hutan Kota Sebagai
Penyerap Gas CO2 Antropogenik Di
Pusat Kota Medan. Tesis (tidak
diterbitkan).
Medan:
Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara.
Hakim, Rustam. 2000. Ruang Terbuka
Hijau,
(Online),
(http://rustam2000.wordpress.com/ru
ang.terbuka.hijau/ diakses Selasa 17
April 2012).
Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14
Tahun 1988 Tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan
Nurhayani,
Hanifah.
2012.
Analisis
Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan Kebutuhan Oksigen (Studi
Kasus Kota Semarang). Skripsi (tidak
diterbitkan).
Bogor:
Departemen
Geofisika dan Meteorologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Pancawati,
Juwarin.
2010.
Analisis
Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di
Kota
Tangerang.
Tesis
(tidak
diterbitkan). Bogor: Sekolah Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Rijal, Syamsu. 2008a. Kebutuhan Ruang
Terbuka Hijau di Kota Makassar Tahun
2017. Jurnal Hutan dan Masyarakat.
Makassar:
Fakultas
Kehutanan.
Universitas Hasanuddin. III (1):001-110
Rijal, Syamsu. 2008b. Perencanaan Hutan
Kota
Dengan
Sistem
Informasi
Geografis Di Kota Watampone. Jurnal
Hutan dan Masyarakat. Makassar:
Fakultas
Kehutanan.
Universitas
Hasanuddin. III (2):111-234
Yoga. 2009. Kebutuhan Ruang Terbuka
Hijau
Pada
Kota,
(Online),
(http://iogavoiceblogspot.com/2009/0
6/kebutuhan-ruang-terbuka-hijau-
pada-kota.html
Maret 2012).
diakses
Jum’at
30
67
68
Download