BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Investasi Menurut Tandelilin (2001), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini,dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Proses keputusan investasi merupakan suatu proses yang berkesinambungan (going process), yang meliputi lima tahap keputusan yang berjalan terus menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik, yang terdiri dari lima tahap keputusan, yaitu penentuan tujuan investasi, penentuan kebijakan investasi ,pemilihan strategi portofolio, pemilihan asset,serta pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio. Proses investasi ini memungkinkan kita mengindentifikasi apakah suatu investasi yang dilakukan mampu memberikan tingkat return yang relatif lebih tinggi dibandingkan return investasi lainya. 2.1.2 Risiko Investasi Seorang investor pasti mengharapkan return yang maksimal dari dana yang diinvestasikannya, namun tidak kalah penting untuk memperhatikan risiko yang akan ditanggung dari sejumlah dana yang diinvestasikan tersebut. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif dimana semakin tinggi return yang diperoleh maka semakin besar pula risiko yang akan ditanggung. 21 Universitas Sumatera Utara Risiko diukur dengan mencari standar deviasi yang merupakan akar dari koefisien varian yang mengukur penyimpangan suatu distribusi sekitar return yang diharapkan. Dalam manajemen investasi, risiko investasi total dibagi kedalam dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. 2.1.2.1 Risiko Sistematis Menurut Tandelilin (2001 : 104), risiko sistematis dapat didefinisikan sebagai risiko yang berkaitan dengan perubahaan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat didiversifikasi. Risiko sistematis dianggap risiko yang relevan yang dapat diukur dengan Beta ( menunjukan sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan return pasar). Menurut Jogiyanto (2003) Beta merupakan pengukut volatilitas return sekuritas atau return portofolio terhadap pasar. Volatilitas adalah fluktuasi darireturn suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu. Dengandemikian Beta merupakan pengukur risiko sistematis dari sekuritas atau portofoliorelatif terhadap pasar. Taksiran Beta diperoleh dari Simple Market Model Rigresi Linear ( Jogiyanto, 2003 :233), sebagai berikut : PS = α + β.PPS + e Dimana : PS = Pendapatan saham individu pada periode ke-t 22 Universitas Sumatera Utara α = intercept β = koefisien regresi( taksiran Beta) saham i PPS = Pendapatan pasar saham pada periode ke- t Pendapatan saham individu (PS) dan pendapatan pasar saham (PPS) dihitung sebagai berikut ( Jogiyanto, 2003 : 110) : PS = π»ππ‘ − π»ππ‘−1 π»ππ‘−1 HSt = Harga saham pada periode t HSt-1 = Harga saham pada periode t-1 PPS = πΌπ»ππΊπ‘ − πΌπ»ππΊπ‘−1 πΌπ»ππΊπ‘−1 Faktor Beta dihitung dengan rumus : Beta = π∑πππ π₯ ππ− ∑πππ ∑ππ π∑πππ 2 − ( ∑πππ)2 Kemudian dihitung resiko sistematis dengan menggunakan rumus : Resiko sistematis = π2 π₯ (π£ππππππ ππππππ ) = π½2π πΏπ2 Indeks beta mengukur sampai sejauh mana harga saham individual berflluktuasi besamaan dengan berfluktuasinya harga pasar. Indeks beta dapat bernilai positif dan dapat bernilai negatif. Indeks beta negatif berarti terjadi kondisi yang berlawanan, jika secara umum harga saham mengalami kenaikan maka harga saham individu mengalami penurunan. Indeks beta yang normal adalah satu, terjadi jika rata-rata peningkatan harga seluruh saham yang tercatat meningkat dengan persentase yang sama dengan saham yang memiliki indeks beta 23 Universitas Sumatera Utara satu. Apabila indeks suatu saham nol, maka saham tersebut bebas dari risiko. Hal ini berarti meskipun semua saham yang tercatat rata-rata mengalami perubahan harga, saham yang mempunyai indeks beta nol tidak mengalami perubahan sama sekali (Jogiyanto, 2003) Pemilihan dari indeks suatu pasar tidak tergantung dari suatu teori tetapi lebih tergantung dari hasil empirisnya. Indeks pasar dapat dipilih untuk pasar BEI, misal indeks harga saham gabungan (IHSG), indeks LQ45 atau indeks saham sektor seperti sektor pertambangan dan properti . 2.1.2.2 Risiko Tidak Sistematis Risiko tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik ( risiko perusahaan ), adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko perusahaan lebih terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen protofolio disebutkan bahwa risiko perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada sekian banyak jenis sekuritas. Diversifikasi dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi risiko tampa mengorbankan pengembalian yang dihasilkan. Moskowitz dan Grinbalt (1999) dalam kajian menemukan bahwa risiko sistematis akan relatif lebih kecil setelah sepuluh saham dimasukkan ke dalam portofolio dan manfaat diversifikasi yang lebih baik dapat dicapai dengan memasukkan saham-saham dari beragam industri ke dalam portofolio. 24 Universitas Sumatera Utara 2.1.3 Indeks Harga Saham Indeks harga saham merupakan perbandingan perubahan harga saham dari waktu ke waktu, apakah harga suatu saham mengalami keianaikan atau penuruna dengan suatu periode waktu tertentu. Penentuan indeks harga saham dibedakan menjadi dua, yaitu indeks harga sahma individu dan indeks harga saham gabungan (IHSG). Indeks individu merupakan indeks masing-masing saham terhadap harga dasarnya ( Darmadji, 2006 :137). Indeks ini tidak dapat mengukur harga saham dari suatu saham perusahaan terntentu apakah mengalami perubahan kenaikan atau penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di Bursa Efek. Indeks harga saham merupakan pencerminan dari berbagai fenomena yang terjadi di dunia ekonomi maupun sosial politik. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitan yang dilakukan oleh Uli (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di BEI” menemukan bahwa beta saham memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham. Sedangkan Yesica Yohantin (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa return dan risiko memiliki hubungan korelasi yang nyata dan saham-saham JII di Bursa Efek Indonesia yang memenuhi kriteria saham terbaik β > 1 adalah Aneka Tambang, Bumi Resources, International Nickel Indonesia, Tambang Batubara Bukit Asam dan United Tractors. 25 Universitas Sumatera Utara Penelitian yang dilakukana oleh Suganda (2010) dengan judul “ Analisis Resiko Saham Berdasarkan Beta Akuntansi Studi Pada Saham Sektor Industri Retail Pedagang Eceran”, yang secara empiris menginvestigasi pergerakan sekuritas-sekuritas terhadap pergerakan pasar melalui beta akuntansi. Hasil penelitiannya menemukan dan mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan retail di Indonesia berdasarkan perhitungan beta ke dalam tiga kategori, yaitu kelompok stabil, kelompok menengah-stabil, dan kelompok fluktuasi. Hasil ini memberikan kontribusi kepada para investor dan perusahaan retail mengenai kinerja sahamyang berkaitan dengan risiko saham. Penelitian Jayaraman (2009) dengan judul “ Doing Business in China : A Risk Analysis” menemukan bahwa risiko dalam bisnis bersumber dari perubahanperubahan mulai dari perubahan politik, hukum, budaya, dan negoisiasi dengan masyarkat China. Sedangkan Kusbiantono (2001) dalam penelitian “ Hubungan Risiko Sistematis dengan Risiko Tidak Sistematis dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Portofolio Saham” menemukan bahwa risiko sistematis dan risiko tidak sistematis memiliki kolerasi negative pada saham individual sedangkan pada portofolio saham, risiko sistematis dan risiko tidak sistematis memiliki hubungan positif. 2.3 Kerangka Konseptual Risiko merupakan selisih dari return aktual dengan return yang diharapakan. Semakin besar nilainya, maka semakin besar risiko investasi 26 Universitas Sumatera Utara tersebut. Risiko Total dibagi kedalam dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis merupakan risiko pasar, dan dapat diukur dengna koefisien Beta. Beta mengambarkan sensivitas keuntungan saham dalam merespon perubahan harga di pasar sekuritas. Berdasarkan model CPAM (Capital Assets Price Models), nilai Beta sangat mempengaruhi tingkat return yang diharapkan suatu saham. Semakin tinggi nilai Beta maka akan semakin tinggi return yang disyaratkan oleh investor (Tandelilin, 2001:102). Sedangkan risiko tidak sistematis merupakan risiko yang unik dan dapat dihilangkan melalaui divesfikasi. Risiko sistematis digambarkan dengan kesalahan residual atau eror. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka varibel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Kerangka konseptual dapat digambarkan seperti gambar 2.1 Risiko sistematis Risiko sistematis Risiko sistematis Risiko sistematis Subsektor Batu Bara Risiko tidak Subsektor MIGAS Risiko tidak Subsektor Logam Risiko tidak Subsektor Batu-batuan Risiko tidak sistematis sistematis sistematis sistematis Subsektor Batu Bara Subsektor MIGAS Subsektor Logam Subsektor Batu-batuan Sumber : Tandelilin ( 2003 ), diolah oleh penulis Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 27 Universitas Sumatera Utara 2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu, jawaban yang diberikan masih berdasarkan teori yang relevan dan belum didasarkan pada faktor-faktro empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2008). Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan pada perumusan masalah sebelumnya, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut : 1. Risiko Sistematis H1 ≠ H2 ≠ H3 ≠ H4 : terdapat perbedaan risiko sistematis antara subsektor batu bara, subsektor minyak dan gas, sub sektor logam dan mineral lainnya, serta subsektor batu-batuan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Risiko Tidak Sistematis H1 ≠ H2 ≠ H3 ≠ H4 : terdapat perbedaan risiko tidak sistematis antara subsektor batu bara, subsektor minyak dan gas, sub sektor logam dan mineral lainnya, serta subsektor batu-batuan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 28 Universitas Sumatera Utara