pp 2/2000, penggabungan perusahaan perseroan (persero) pt

advertisement
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 48 TAHUN 1985
TENTANG
PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN NEGARA PENERBITAN DAN
PERCETAKAN BALAI PUSTAKA MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM)
PENERBITAN DAN PERCETAKAN BALAI PUSTAKA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
:
a. bahwa perusahaan Negara Penerbitan dan Percetakan Balai
Pustaka yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42
Tahun 1963 (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 74) setelah
melalui penelitian dan penilaian dapat memenuhi ketentuanketentuan untuk dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Umum
(PERUM) sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor
9 Tahun 1969 (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 40,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2904);
b. bahwa pengalihan bentuk sebagaimana dimaksud pada huruf a di
atas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
Mengingat
:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 tentang Perusahaan
Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1989);
3. Undang-undang
Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun
1969 (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2890) tentang Bentuk-bentuk Usaha
Negara menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1969
Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2904);
4. Peraturan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-24. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara
Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (PERJAN),
Perusahaan
Umum
(PERUM)
dan
Perusahaan
Perseroan
(PERSERO) (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3246) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1983 (Lembaran
Negara Tahun 1983 Nomor 37);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
PERATURAN
PEMERINTAH
REPUBLIK
INDONESIA
TENTANG PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN NEGARA
PENERBITAN
DAN
PERCETAKAN
BALAI
PUSTAKA
MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENERBITAN DAN
PERCETAKAN BALAI PUSTAKA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1.
Pemerintah adalah Pemerintah Republik Indonesia;
2.
Presiden adalah Presiden Republik Indonesia;
3.
Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang
pendidikan dan kebudayaan;
4.
Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Kebudayaan;
5.
Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perusahaan Umum
(PERUM) Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka.
6.
Perusahaan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
6.
Perusahaan adalah Perusahaan Umum (PERUM) Penerbitan dan
Percetakan Balai Pustaka;
7.
Direksi adalah Direksi Perusahaan Umum (PERUM) Penerbitan dan
Percetakan Balai Pustaka;
8.
Direktur Utama adalah Direktur Utama Perusahaan Umum (PERUM)
Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka;
9.
Pegawai adalah Pegawai Perusahaan Umum (PERUM) Penerbitan
dan Percetakan Balai Pustaka;
10. Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan pedoman bagi
Perusahaan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
dengan maksud agar perusahaan dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya secara berdaya guna dan berhasil guna serta dapat
berkembang dengan baik;
11. Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap
Perusahaan, dengan tujuan agar Perusahaan melaksanakan fungsinya
dengan baik dan berhasil mencapai tujuannya yang telah ditetapkan;
12. Pemeriksaan adalah kegiatan untuk menilai Perusahaan dengan cara
membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan
yang seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan dan/atau
dalam bidang teknis operasional;
13. Pengelolaan
adalah
kegiatan
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian Perusahaan sesuai dengan pembinaan
yang digariskan oleh Menteri.
BAB II …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4BAB II
PENDIRIAN DAN STATUS PERUSAHAAN
Pasal 2
Perusahaan Negara Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka adalah
badan hukum yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42
Tahun 1963, berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dilanjutkan berdirinya
dan ditetapkan dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 9
Tahun 1969, dengan nama Perusahaan Umum (PERUM) Penerbitan dan
Percetakan Balai Pustaka dan meneruskan usaha-usaha selanjutnya
berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
BAB III
ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN
Bagian Pertama
Umum
Pasal 3
(1) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah badan usaha
yang diberi wewenang untuk menyelenggarakan usaha-usaha
penerbitan dan percetakan serta pendistribusian dan pemasaran bukubuku dan barang cetakan lainnya, khususnya buku-buku pendidikan,
pengetahuan,
dan
kebudayaan
sesuai
dengan
kebijaksanaan
Pemerintah.
(2) Perusahaan melakukan usaha-usahanya berdasarkan ketentuanketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(3) Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini,
terhadap Perusahaan berlaku hukum Indonesia.
Bagian Kedua …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Bagian Kedua
Tempat Kedudukan
Pasal 4
(1) Perusahaan berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta.
(2) Perubahan tempat kedudukan dan kantor pusat Perusahaan ditetapkan
oleh Presiden atas usul Menteri.
(3) Dalam rangka pengembangan, Perusahaan dapat mengadakan satuan
organisasi pelaksana yang ditetapkan Direksi setelah mendapat
persetujuan Menteri
Bagian Ketiga
Sifat, Maksud, dan Tujuan
Pasal 5
(1) Sifat usaha dari Perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi
kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan
prinsip pengelolaan Perusahaan.
(2) Maksud dan tujuan Perusahaan adalah turut serta membangun
ekonomi dan ketahanan nasional sesuai dengan kebijaksanaan
Pemerintah
dengan
cara
menyelenggarakan
penyediaan
dan
pengusahaan penerbitan dan percetakan untuk turut menunjang
kelancaran penerbitan dan percetakan.
Bagian keempat ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6Bagian keempat
Lapangan Usaha
Pasal 6
Dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi serta terjaminnya
keselamatan
kekayaan
negara,
Perusahaan
mengadakan/menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut :
a.
menerbitkan dan mencetak buku dan. barang-barang cetakan lainnya,
khususnya buku-buku pendidikan, pengetahuan, dan kebudayaan;
b.
mendistribusikan dan memasarkan buku dan barang cetakan lainnya,
khususnya buku-buku pendidikan, pengetahuan, dan kebudayaan;
c.
usaha-usaha lainnya yang dapat membantu tercapainya tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dengan persetujuan
Menteri, antara lain meneliti, menghimpun, dan melestarikan naskah
kuno dan kepustakaan daerah, serta menuju pusat perbukuan nasional
(National Book Centre).
Bagian Kelima
Modal
Pasal 7
(1) Modal Perusahaan adalah kekayaan Negara yang dipisahakan dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan tidak terbagi atas
saham-saham.
(2) Besarnya modal Perusahaan adalah sama dengan nilai seluruh
kekayaan negara yang telah tertanam dalam Perusahaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, berdasarkan penetapan Menteri Keuangan
sesuai dengan hasi perhitungan yang dilakukan bersama Departemen
Keuangan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
(3) Setiap …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7(3) Setiap penambahan atau pengurangan modal yang berasal dari
kekayaan Negara yang dipisahkan, dilakukan dengan Peraturan
Pemerintah.
(4) Perusahaan dapat menambah modalnya dengan dana yang dibentuk
dan dipupuk secara intern menurut ketentuan dalam Pasal 53.
(5) Perusahaan tidak mengadakan cadangan diam atau cadangan rahasia.
(6) Semua alat-alat likuid (liquide) yang tidak segera diperlukan oleh
Perusahaan disimpan dalam bank milik negara yang disetujui oleh
Menteri.
Pasal 8
(1) Pembelanjaan untuk investasi yang dilaksanakan Perusahaan dapat
berasal dari :
a. dana intern Perusahaan;
b. penyertaan Negara melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara;
c. pinjaman dari dalam dan/atau luar negeri;
d. sumber-sumber lainnya yang sah.
(2) Anggaran investasi diajukan dalam Anggaran Perusahaan sedangkan
bilamana anggaran investasi diajukan pada masa tahun buku yang
bersangkutan, maka anggaran investasi diajukan bersamaan dengan
anggaran tambahan atau perubahan anggaran Perusahaan yang
pengajuannya dilakukan sesuai dengan tata cara yang diatur dalam
Pasal 19 ayat (3).
Pasal 9
(1) Perusahaan dapat memperoleh dan menggunakan dana-dana yang
diperoleh untuk mengembangkan usahanya melalui pengeluaran
obligasi atau alat-alat yang sah lainnya.
(2) Pengeluaran …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8(2) Pengeluaran obligasi atau alat-alat yang sah lainnya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), termasuk ketentuan-ketentuan yang
berhubungan dengan itu, diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 10
Setiap kegiatan penyerahan dan/atau pemindahtanganan, pembebanan,
penghapusan aktiva tetap, penerima pinjaman jangka menengah/ panjang,
pemberian pinjaman dalam bentuk dan cara apapun, tidak menagih lagi
dan menghapuskan dari pembukuan piutang dan persediaan barang, dapat
dilakukan oleh Direksi atas izin Menteri, setelah Menteri mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Keuangan.
Pasal 11
Pembebanan tugas tambahan kepada Perusahaan di luar tugas pokoknya
yang menimbulkan akibat keuangan terhadap anggaran Perusahaan
ditetapkan oleh Menteri seteleh mendapat persetujuan dari Menteri
Keuangan.
Bagian Keenam
Pimpinan, Pembinaan, dan Pengelolaan
Pasal 12
Perusahaan dipimpin dan dikelola oleh suatu Direksi yang terdiri dari
seorang Direktur Utama dan sebanyak-banyaknya 4 (empat) orang
Direktur sesuai dengan bidang usahanya.
Pasal 13 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9Pasal 13
(1) Pembinaan terhadap Perusahaan dilakukan oleh Menteri, yang dalam
Pelaksanaannya
dibantu
oleh
Direktur
Jenderal
berdasarkan
ketentuanketentuan yang ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri.
(2) Direksi atau Direktur Utama untuk dan atas nama Direksi menerima
petunjuk-petunjuk dari dan bertanggung jawab kepada Menteri
tentang kebijaksanaan umum untuk menjalankan tugas-tugas pokok
Perusahaan dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
(3) Pelaksanaan tanggung jawab administratif fungsional Perusahaan
sebagai Badan Usaha Milik Negara terhadap Pemerintah, dalam hal
ini Menteri dan Menteri Keuangan, dilakukan oleh Direktur Utama
atas nama Direksi.
Pasal 14
Tugas dan wewenang Direksi adalah sebagai berikut :
a.
memimpin, mengurus, dan mengelola Perusahaan sesuai dengan
maksud dan tujuan Perusahaan dengan senantiasa berusaha
meningkatkan daya guna dan hasil guna dari Perusahaan;
b.
menguasai, memelihara, dan mengurus kekayaan Perusahaan;
c.
mewakili Perusahaan di dalam dan di luar Pengadilan;
d.
melaksanakan kebijaksanaan umum dalam mengurus Perusahaan
yang telah digariskan oleh Menteri;
e.
menetapkan kebijaksanaan Perusahaan sesuai dengan kebijaksanaan
umum yang ditetapkan oleh Menteri;
f.
menyiapkan pada waktunya rencana kerja tahunan Perusahaan
lengkap dengan anggaran keuangan;
g.
mengadakan dan memelihara tata buku dan administrasi Perusahaan
sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suatu Perusahaan;
h.
menyiapkan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 h.
menyiapkan susunan organisasi Perusahaan lengkap dengan perincian
tugasnya;
i.
mengangkat dan memberhentikan pegawai Perusahaan sesuai dengan
peraturan kepegawaian yang berlaku bagi Perusahaan;
j.
menetapkan gaji, pensiun/jaminan hari tua, dan penghasilan lain bagi
para pegawai Perusahaan serta mengatur semua hal kepegawaian
lainnya dari pegawai Perusahaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
k.
memberikan segala keterangan tentang keadaan dan jalannya
Perusahaan baik dalam bentuk laporan tahunan, maupun laporan
berkala menurut cara dan waktu yang ditentukan dalam Peraturan
Pemerintah ini serta setiap kali diminta oleh Menteri;
l.
menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya berdasarkan petunjuk
Menteri.
Pasal 15
(1) Dalam menjalankan tugas-tugas pokok Perusahaan :
a. Direktur Utama berhak dan berwenang bertindak atas nama
Direksi;
b. Para Direktur berhak dan berwenang bertindak atas nama Direksi,
masing-masing untuk bidangnya dan dalam batas-batas yang
ditentukan dalam peraturan tata tertib dan tata cara menjalankan
pekerjaan Direksi.
(2) Apabila Direktur Utama berhalangan tetap menjalankan pekerjaannya
atau apabila jabatan itu terluang dan penggantinya belum diangkat
atau belum memangku jabatannya, maka jabatan Direktur Utama
dipangku oleh Direktur yang tertua dalam masa jabatan berdasarkan
penunjukan sementara Menteri, dan apabila Direktur dimaksud tidak
ada ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 ada atau berhalangan tetap maka jabatan tersebut dipangku oleh
Direktur lain berdasarkan penunjukan sementara Menteri, keduanya
dengan kekuasaan dan wewenang Direktur Utama.
(3) Apabila semua anggota Direksi berhalangan tetap menjalankan
pekerjaannya atau jabatan Direksi terluang seluruhnya dan belum
diangkat penggantinya atau belum memangku jabatannya, maka
untuk sementara waktu pimpinan dan pengurusan Perusahaan
dijalankan oleh seorang Pejabat Direksi yang ditunjuk oleh Menteri.
(4) Dalam menjalankan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 huruf c Direksi dapat melaksanakannya sendiri atau
menyerahkan kekuasaan tersebut kepada :
a. seorang atau beberapa orang anggota Direksi, atau;
b. seorang atau beberapa orang pegawai Perusahaan baik sendiri
maupun bersama-sama, atau;
c. orang atau badan lain; yang khusus ditunjuk untuk hal tersebut.
(5) Tata tertib dan tata cara menjalankan pekerjaan Direksi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diatur dalam peraturan yang ditetapkan oleh
Direksi dengan persetujuan Menteri.
(6) Gaji, tunjangan, emolumen dan penghasilan lain dari para anggota
Direksi ditetapkan oleh Menteri, dengan mengindahkan ketentuanketentuan yang berlaku.
Pasal 16
(1) Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul
Menteri setelah mendengar pertimbangan Menteri Keuangan.
(2) Anggota Direksi diangkat untuk masa 5 (lima) tahun dan setelah
masa jabatannya berakhir dapat diangkat kembali.
(3) Dalam …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 (3) Dalam hal-hal tersebut di bawah ini, Presiden atas usul Menteri dapat
memberhentikan seluruh atau salah seorang anggota Direksi
meskipun masa jabatannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
belum berakhir, karena :
a. mutasi jabatan untuk kepentingan Perusahaan dan Negara;
b. atas permintaan sendiri;
c. melakukan perbuatan atau sikap merugikan Perusahaan;
d. melakukan tindakan atau sikap yang bertentangan dengan
kepentingan Negara;
e. cacat fisik atau mental yang mengakibatkan tidak dapat
melaksanakan tugasnya;
f. meninggal dunia;
g. tidak cukup cakap atau ternyata tidak melaksanakan tugasnya
dengan baik;
h. tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar
Perusahaan;
(4) Pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
huruf c dan huruf d, jika merupakan suatu pelanggaran terhadap
peraturan hukum pidana, merupakan pemberhentian tidak dengan
hormat.
(5) Sebelum pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) huruf c dan huruf d dilakukan, kepada anggota Direksi yang
bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri secara tertulis
yang ditujukan kepada Menteri, yang harus dilaksanakan dalam
waktu 1 (satu) bulan setelah anggota Direksi yang bersangkutan
diberitahu oleh Menteri tentang rencana pemberhentian itu.
(6) Selama ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
(6) Selama persoalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) belum
diputus, maka Menteri dapat memberhentikan untuk sementara waktu
anggota Direksi yang bersangkutan. Jika dalam waktu 2 (dua) bulan
setelah
memberhentikan
anggota
Direksi
yang
bersangkutan
berdasarkan ketentuan ayat (4), belum diperoleh keputusan mengenai
pemberhentian anggota Direksi tersebut, maka pemberhentian
sementara itu menjadi batal dan anggota Direksi yang bersangkutan
dapat segera menjalankan jabatannya lagi, kecuali bilamana untuk
keputusan pemberhentian tersebut diperlukan keputusan Pengadilan
dan hal itu harus diberitahukan kepada yang bersangkutan.
Pasal 17
(1) Anggota Direksi adalah warga negara Indonesia.
(2) Anggota Direksi diangkat berdasarkan syarat-syarat kemampuan dan
keahlian
dalam
bidang
pengelolaan
Perusahaan,
memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan untuk memimpin suatu
Perusahaan yang bergerak dalam bidang penerbitan dan percetakan,
mempunyai akhlak dan moral yang baik serta memenuhi syarat
lainnya yang diperlukan untuk menunjang kemajuan Perusahaan yang
dipimpinnya.
(3) Direksi mencurahkan pengabdian dan kemampuannya secara penuh
pada tugas, kewajiban, dan pencapaian tujuan diadakannya
Perusahaan.
Pasal 18 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 Pasal 18
(1) Antara para anggota Direksi tidak boleh ada hubungan keluarga
sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun garis ke
samping, termasuk menantu dan ipar, kecuali jika diizinkan Presiden.
Jika sesudah pengangkatan, mereka memasuki kekeluargaan yang
terlarang itu, maka untuk dapat melanjutkan jabatannya, diperlukan
izin tertulis dari Presiden.
(2) Anggota Direksi tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi baik
langsung maupun tidak langsung dalam suatu perkumpulan
/perusahaan lain yang berusaha/bertujuan mencari laba.
(3) Anggota Direksi tidak dibenarkan untuk memangku jabatan rangkap
sebagaimana dimaksud di bawah ini :
a. Direktur Utama atau Direktur pada badan usaha milik negara
lainnya, atau Perusahaan swasta, atau jabatan lain yang
berhubungan dengan pengelolaan perusahaan;
b. Jabatan
struktural
dan
fungsional
lainnya
dalam
Instansi/Lembaga Pemerintah Pusat atau Daerah;
c. Jabatan-jabatan lainnya, berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Bagian Ketujuh
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
Pasal 19
(1) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku mulai
berlaku. Direksi mengirimkan rencana kerja serta anggaran
Perusahaan yang meliputi anggaran investasi dan anggaran
eksploitasi kepada Menteri untuk memperoleh pengesahannya
berdasarkan penilaian bersama oleh Menteri dan Menteri Keuangan.
(2) Kecuali ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 (2) Kecuali apabila Menteri secara tertulis mengemukakan keberatan
atau menolak kegiatan yang dimuat di dalam rencana kerja dan
anggaran Perusahaan sebelum menginjak tahun buku baru, maka
anggaran tersebut berlaku sepenuhnya.
(3) Rencana kerja dan/atau anggaran tambahan atau perubahan anggaran
yang tertera di dalam tahun buku yang bersangkutan harus diajukan
terlebih dahulu kepada Menteri menurut cara dan waktu yang
ditetapkan
oleh
Menteri,
untuk
memperoleh
pengesahannya
berdasarkan penilaian bersama oleh Menteri dan Menteri Keuangan.
(4) Apabila dalam waktu 3 (tiga) bulan sesudah permintaan persetujuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diajukan, oleh Menteri tidak
diberikan keberatan secara tertulis, maka perubahan rencana kerja
dan anggaran tersebut dianggap telah disahkan.
(5) Rencana kerja dan/atau anggaran Perusahaan yang telah disahkan
merupakan landasan kerja dan menjadi tugas Direksi untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang tercantum di dalamnya.
Pasal 20
(1) Semua pembiayaan dalam rangka pelaksanaan tugas Satuan
Pengawasan Intern, Dewan Pengawas, serta tenaga ahli dibebankan
kepada Perusahaan, dan secara jelas dianggarkan dalam anggaran
Perusahaan.
(2) Perusahaan dilarang membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh
Departemen/Instansi yang membina dan mengawasi Perusahaan
dalam rangka pembinaan dan pengawasan Perusahaan.
Bagian Kedelapan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 Bagian Kedelapan
Tarif
Pasal 21
Atas usul Direksi, Menteri menetapkan tarif jasa penerbitan dan
percetakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Bagian Kesembilan
Sistem Akuntansi
Pasal 22
Tahun Buku Perusahaan adalah tahun takwim, kecuali ditetapkan lain
oleh Menteri.
Pasal 23
(1) Setiap perubahan baik yang diakibatkan oleh transaksi maupun oleh
kejadian lain dalam Perusahaan yang mempengaruhi aktiva, hutang,
modal, biaya, dan pendapatan harus dilakukan atas dasar satu sistem
akuntansi yang dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Sistem akuntansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun dan
dilaksanakan oleh Direksi agar dapat berjalan dengan baik
berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian intern, terutama pemisahan
fungsi pengurusan, pencatatan, penyimpanan, dan pengawasan.
(3) Dalam rangka pemeriksaan, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan menilai sistem yang ditetapkan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dan bilamana perlu memberikan petunjuk serta saran
penyempurnaan.
Bagian Kesepuluh ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 Bagian Kesepuluh
Pengawasan
Pasal 24
(1) Menteri melakukan pengawasan umum atas jalannya Perusahaan.
(2) Pada Perusahaan dibentuk Dewan Pengawas yang bertanggung jawab
kepada Menteri.
(3) Dewan Pengawas bertugas untuk melaksanakan pengawasan
terhadap pengelolaan Perusahaan termasuk pelaksanaan rencana
kerja dan anggaran Perusahaan.
(4) Dewan Pengawas melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung
jawabnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku terhadap
Perusahaan dan menjalankan keputusan-keputusan dan petunjukpetunjuk dari Menteri.
Pasal 25
Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban :
a.
memberikan pendapat dan saran kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal
mengenai
rancangan
rencana
kerja
dan
anggaran
Perusahaan, serta perubahan/tambahannya, laporan-laporan lainnya
dari Direksi;
b.
mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran Perusahaan serta
menyampaikan hasil penilaiannya kepada Menteri dengan tembusan
kepada Direksi dan Direktur Jenderal;
c.
mengikuti perkembangan kegiatan Perusahaan, dan dalam hal
perusahaan menunjukkan gejala kemunduran, segera melaporkannya
kepada Menteri dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, dengan
disertai saran mengenai langkah perbaikan yang harus ditempuh;
d.
memberikan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 d.
memberikan pendapat dan saran kepada Menteri dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal dan kepada Direksi mengenai setiap
masalah lainnya yang dianggap penting bagi pengelolaan Perusahaan
e.
melakukan tugas-tugas pengawasan lain yang ditentukan oleh
Menteri;
f.
memberikan laporan kepada Menteri dan Menteri Keuangan secara
berkala (triwulanan dan tahunan) serta pada setiap waktu yang
diperlukan
mengenai
perkembangan
Perusahaan
dan
hasil
pelaksanaan tugas Dewan Pengawas.
Pasal 26
Dalam pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 Dewan Pengawas wajib memperhatikan :
a.
pedoman
dan
petunjuk-petunjuk
Menteri
dengan
senantiasa
memperhatikan efisiensi Perusahaan;
b.
ketentuan dalam peraturan pendirian Perusahaan serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c.
pemisahan tugas pengawasan dengan tugas pengurusan Perusahaan
yang merupakan tugas dan tanggung jawab Direksi.
Pasal 27
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Dewan Pengawas
mempunyai wewenang sebagai berikut :
a.
melihat buku-buku dan surat-surat serta dokumen-dokumen lainnya,
memeriksa keadaan kas (untuk keperluan verifikasi) dan memeriksa
kekayaan Perusahaan;
b.
memasuki pekarangan-pekarangan, gedung-gedung, dan kantorkantor yang dipergunakan oleh Perusahaan;
c.
meminta penjelasan-penjelasan dari pimpinan Perusahaan mengenai
segala persoalan yang menyangkut pengelolaan Perusahaan;
d.
meminta ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 d.
meminta Direksi dan/atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan
Direksi untuk menghadiri rapat Dewan Pengawas;
e.
menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan
terhadap hal-hal yang dibicarakan;
f.
melakukan hal-hal yang dianggap perlu sebagaimana diatur dalam
peraturan pendirian Perusahaan.
Pasal 28
(1) Dewan Pengawas mengadakan rapat sekurang-kurangnya 3 (tiga)
bulan sekali dan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibicarakan halhal yang berhubungan dengan Perusahaan, sesuai dengan tugas
pokok, fungsi, dan hak serta kewajibannya.
(3) Keputusan rapat Dewan Pengawas diambil atas dasar musyawarah
untuk mufakat.
(4) Untuk setiap rapat dibuat risalah rapat.
Pasal 29
Untuk membantu kelancaran pelaksanaan
tugas Dewan Pengawas,
Menteri dapat mengangkat seorang Sekretaris atas beban Perusahaan.
Pasal 30
(1) Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan melakukan
pemeriksaan akuntansi atas laporan keuangan tahunan Perusahaan.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat juga
dilakukan oleh Akuntan Publik dengan ketentuan bahwa hasil
pemeriksaannya disetujui Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan.
(3) Dalam ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 (3) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dapat pula dilakukan pemeriksaaan operasional terhadap
Perusahaan.
Pasal 31
Hasil pemeriksaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 disampaikan pula kepada Menteri, Menteri Keuangan, Direksi, dan
Dewan Pengawas.
Pasal 32
(1) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 terdiri dari
unsur-unsur pejabat Departemen yang membidangi pendidikan dan
kebudayaan, Departemen Keuangan, dan Departemen/Instansi lain
yang kegiatannya berhubungan dengan Perusahaan atau pejabat lain
yang diusulkan oleh Menteri dengan memperhatikan pertimbangan
Menteri Keuangan.
(2) Salah seorang anggota Dewan Pengawas diangkat sebagai Ketua
Dewan tersebut.
Pasal 33
(1) Anggota Dewan Pengawas diangkat dari tenaga yang mempunyai
dedikasi, dipandang cakap dan mempunyai kemampuan untuk
menjalankan
kebijaksanaan
Menteri
mengenai
pembinaan
pengawasan Perusahaan.
(2) Di samping syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) anggota
Dewan Pengawas tidak dibenarkan memliki kepentingan yang
bertentangan dengan atau mengganggu kepentingan Perusahaan.
Pasal 34 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 21 Pasal 34
(1) Anggota Dewan Pengawas berjumlah sekurang-kurangnya 2 (dua)
orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang yang terdiri dari Ketua
dan Anggota Dewan.
(2) Ketua Dewan Pengawas yang mengkoordinasikan anggota Dewan
Pengawas bertanggung jawab atas pelaksanaan pengawasan kepada
Menteri dan/atau Menteri Keuangan.
Pasal 35
(1) Masa jabatan Ketua dan anggota Dewan Pengawas ialah 3 (tiga)
tahun.
(2) Anggota Dewan Pengawas setelah selesai masa jabatannya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diangkat kembali
dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 ayat (2).
Pasal 36
(1) Pengangkatan
dan pemberhentian
anggota
Dewan Pengawas
dilakukan oleh Presiden atas usul Menteri setelah mendengar
pertimbangan Menteri Keuangan.
(2) Apabila Menteri berpendapat bahwa anggota-anggota atau salah
seorang anggota Dewan Pengawas setelah menjabat beberapa waktu
ternyata tidak atau tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik,
maka
Menteri
dapat
mengusulkan pemberhentiannya kepada
Presiden.
Pasal 37 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 22 Pasal 37
Jika dianggap perlu Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya
dapat memperoleh bantuan tenaga ahli.
Pasal 38
Anggota Dewan Pengawas tidak dibenarkan merangkap jabatan lain pada
badan usaha swasta yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan
secara langsung maupun tidak langsung dengan kepentingan Perusahaan.
Pasal 39
(1) Pengawasan Intern Perusahaan dilakukan oleh Satuan Pengawasan
Intern.
(2) Satuan Pengawasan Intern dipimpin oleh seorang Kepala yang
bertanggungjawab kepada Direktur Utama.
Pasal 40
(1) Satuan Pengawasan Intern bertugas membantu Direktur Utama dalam
mengadakan
penilaian
atas
sistem pengendalian
pengelolaan
(manajemen) dan pelaksanaannya pada Perusahaan dan memberikan
saran-saran perbaikannya.
(2) Direksi menggunakan pendapat dan saran Satuan Pengawasan Intern
sebagai bahan untuk melaksanakan penyempurnaan pengelolaan
(manajemen)
Perusahaan
yang
baik
dan
dapat
dipertanggungjawabkan.
Pasal 41
Dalam pelaksanaan tugasnya, Satuan Pengawasan Intern wajib menjaga
kelancaran pelaksanaan tugas satuan organisasi lainnya dalam Perusahaan
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
Pasal 42 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 23 Pasal 42
Satuan Pengawasan Intern dapat memperoleh bantuan tenaga ahli.
Pasal 43
Pimpinan Satuan Pengawasan Intern harus memiliki pendidikan dan/atau
keahlian yang cukup memenuhi persyaratan sebagai pengawas intern,
obyektif, dan berdedikasi tinggi.
Pasal 44
Kepala Satuan Pengawasan Intern diangkat dan diberhentikan oleh
Direksi.
Pasal 45
Dengan tidak mengurangi wewenang pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam pasal-pasal pada bagian ini setiap Kepala Unit Organisasi dalam
Perusahaan bertanggung jawab melakukan pengawasan melekat dalam
lingkungan tugasnya masing-masing.
Bagian Kesebelas
Kepegawaian
Pasal 46
(1) Untuk memperlancar tujuan Perusahaan, perlu diciptakan adanya
ketenteraman serta ketenangan kerja dalam Perusahaan dengan
memberikan penghargaan yang layak kepada semua pegawai serta
kegairahan bekerja dalam Perusahaan.
(2) Kedudukan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 (2) Kedudukan hukum, susunan jabatan, kepangkatan, pemberhentian,
gaji, pensiun, tunjangan bagi pegawai Perusahaan diatur berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Penghasilan-penghasilan lain pegawai Perusahaan diatur terseniri
oleh Direksi setelah mendapatkan persetujuan Menteri.
Pasal 47
Direksi mengangkat dan memberhentikan pegawai/pekerja Perusahaan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 48
(1) Kepada pegawai Perusahaan diberikan pensiun berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku bagi pegawai Perusahaan.
(2) Di samping pensiun kepada pegawai Perusahaan dapat diberikan
jaminan hari tua lainnya yang diatur oleh Direksi setelah mendapat
persetujuan Menteri.
Bagian Keduabelas
Tanggung Jawab Pegawai dan Tuntutan Ganti Rugi
Pasal 49
(1) Semua pegawai Perusahaan termasuk anggota Direksi dalam
kedudukan selaku demikian, yang tidak dibebani tugas penyimpanan
uang, surat-surat berharga dan barang-barang persediaan, yang
karena tindakan-tindakan melawan hukum atau karena melalaikan
kewajiban dan tugas yang dibebankan kepada mereka dengan
langsung atau tidak langsung telah menimbulkan kerugian bagi
Perusahaan, diwajibkan mengganti kerugian tersebut.
(2) Ketentuan-ketentuan ganti rugi terhadap pegawai negeri berlaku
sepenuhnya terhadap pegawai Perusahaan.
(3) Semua ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 25 (3) Semua pegawai Perusahaan yang dibebani tugas penyimpanan,
pembayaran atau penyerahan uang dan surat-surat berharga milik
Perusahaan dan barang-barang persediaan mihk Perusahaan yang
disimpan di dalam gudang atau tempat penyimpanan yang khusus dan
semata-mata digunakan untuk keperluan itu, bertanggung jawab
tentang pelaksanaan tugasnya kepada Badan Pemeriksa Keuangan.
(4) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak perlu
mengirimkan pertanggungjawaban mengenai cara mengurusnya
kepada Badan Pemeriksa Keuangan.
Tuntutan terhadap pegawai tersebut dilakukan menurut ketentuan
yang ditetapkan bagi Bendaharawan yang oleh Badan Pemeriksa
Keuangan dibebaskan dari kewajiban pertanggungjawaban mengenai
cara pengurusannya.
(5) Semua surat bukti dan surat lainnya bagaimanapun sifatnya, yang
termasuk bilangan tata buku dan administrasi Perusahaan, disimpan
di tempat Perusahaan atau ternpat lain yang ditunjuk oleh Menteri,
kecuali jika untuk sementara dipindahkan ke Badan Pemeriksa
Keuangan dalam hal dianggapnya perlu untuk kepentingan sesuatu
pemeriksaan.
(6) Untuk keperluan pemeriksaan bertalian dengan penetapan pajak dan
pemeriksaan akuntansi pada umumnya surat bukti dan surat lainnya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) untuk sementara dapat
dipindahkan ke Departemen Keuangan dan/atau Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan.
Bagian Ketigabelas ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 26 Bagian Ketigabelas
Pelaporan
Pasal 50
(1) Untuk tiap tahun buku oleh Direksi disusun perhitungan tahunan
yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi. Neraca dan
perhitungan laba rugi tersebut dikirimkan kepada Menteri dengan
tembusan kepada Menteri Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan,
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Direktur Jenderal
dan Dewan Pengawas selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah
tahun buku menurut cara yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Cara penilaian pos dalam perhitungan tahunan harus disebutkan.
(3) Jika dalam waktu 3 (tiga) bulan sesudah menerima perhitungan
tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) oleh Menteri tidak
diajukan keberatan tertulis, maka perhitungan tahunan itu dianggap
telah disahkan.
(4) Perhitungan tahunan disahkan oleh Menteri, setelah dinilai bersama
oleh Menteri dan Menteri Keuangan berdasarkan hasil pemeriksaan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan atau Badan yang
ditunjuknya.
Pengesahan dimaksud memberi pembebasan kepada Direksi terhadap
segala sesuatunya yang termuat dalam perhitungan tahunan tersebut.
(5) Direktur Utama diwajibkan menyampaikan laporan triwulan dan
laporan berkala lainnya sesuai batas jangka waktu yang ditetapkan,
beserta laporan lainnya menurut ketentuan Anggaran Dasar dan
ketentuan peraturan perundang-undangan, kepada Pejabat/Instansi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 51 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 27 Pasal 51
Hasil penilaian atas laporan keuangan triwulanan dan tahunan serta
laporan lainnya dari Perusahaan yang dilakukan oleh Direktur Jenderal
disampaikan kepada Menteri dan Menteri Keuangan dalam batas waktu
selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan dari Direktur
Utama.
Pasal 52
(1) Laporan-laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dan Pasal 51
disampaikan tepat pada waktunya.
(2) Bentuk laporan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1)
ditetapkan
oleh
Menteri
Keuangan
setelah
mendengar
pertimbangan Menteri.
Bagian Keempatbelas
Penggunaan Laba
Pasal 53
(1) Dari laba bersih yang telah disahkan menurut Pasal 50 Peraturan
Pemerintah ini disisihkan untuk :
a. dana pembangunan semesta sebesar 55% (lima puluh lima
persen);
b. cadangan umum sebesar 20% (dua puluh persen) hingga
cadangan umum tersebut mencapai jumlah dua kali modal
Perusahaan;
c. cadangan tujuan sebesar 5% (lima persen);
d. sisanya sebesar 20% (dua puluh persen) dipergunakan untuk dana
sosial, pendidikan, jasa produksi dan sumbangan dana pensiun
yang perincian perbandingan pembagiannya ditetapkan lebih
lanjut oleh Menteri.
(2) Apabila …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 28 -
(2) Apabila jumlah cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b telah tercapai, jumlah dari bagian laba bersih yang
diperuntukkan
untuk
pemupukan
cadangan
umum
tersebut
selanjutnya dapat dipergunakan untuk pemupukan dana bagi
pembelanjaan perluasan kapasitas Perusahaan.
Sebelum cadangan umum tersebut mencapai 2 (dua) kali modal
Perusahaan, dengan persetujuan Menteri Keuangan atas usul Menteri,
Direksi dapat menggunakan dana cadangan umum tersebut untuk
kepentingan pembelanjaan perluasan kapasitas Perusahaan.
(3) Cadangan tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c
antara lain dipergunakan untuk pemupukan dana bagi pembelanjaan
perluasan kapasitas Perusahaan.
Bagian Kelimabelas
Pembubaran Perusahaan
Pasal 54
(1) Pembubaran Perusahaan dan penunjukan likuidaturnya ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah;
(2) Semua kekayaan Perusahaan, setelah diadakan likuidasi menjadi
milik Negara;
(3) Pertanggungjawaban likuidasi oleh likuidatur dilakukan kepada
Menteri yang memberi pembebasan tanggung jawab tentang
pekerjaan yang telah diselesaikan olehnya.
BAB III ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 29 BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 55
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 1963 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 56
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Desember 1985
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Desember 1985
MENTERI/SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
SUDHARMONO, S.H.
Download