Peran Single Parent terhadap Anak dari Perspektif Konseling

advertisement
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Secara teoritis, peran perempuan terdiri dari peran produktif, peran reproduktif dan
peran sosial. Peran produktif berkaitan dengan peran single parent dalam pemenuhan
kebutuhan finansial. Peran reproduksi terkait dengan peran single parent terkait
dengan sosok ibu yang mengasuh, menjaga, merawat, dan mendidik anak. Sedangkan
peran sosial terkait dengan peran single parent dalam masyarakat.
Peran perempuan
single parent tidak lagi terbatas pada tiga peran diatas.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, penulis menemukan lima permasalahan
perempuan single parent terhadap anak, yakni :
1. Permasalahan Produktif
Permasalahn utama yang teridentifikasi pada bagian ini adalah masalah ekonomi.
masalah tersebut terjadi karena rendahnya status pendidikan responden yang
mengakibatkan resonden tidak memiliki pekerjaan tetap, sehingga mengalami
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama anak-anaknya.
2. Permasalahan Reproduktif
Permasalahan yang nampak pada bagian ini adalah masalah kecemasan dan
ketakutan perempuan single parent akan kebahagiaan anaknya kelak, sehingga
perempuan cenderung mengorbankan kebetuhan seksualitasnya dan menanggung
beban gandanya sendiri tanpa patner (suami).
3. Permasalahan Sosial
Permasalahan sosial single parent teridentifikasi menjadi dua permasalahan yakni
permasalahn sosial-internal dan sosial-external.
4. Permasalahan Psikologis Perempuan
Masalah ini ditandai stress dan cemas yang dialami single parent karena beban
kerja dalam menjalankan peran ganda dalam keluarga. Stress dan kecemasan yang
dialami dari beberapa aspek yakni, diri sendiri, keluarga, lingkungan.
5. Permasalahan Psikologis Anak
Permasalahan psikologis anak berhubungan dengan pola pengasuhan yang
dilakukan single parent yang bersifat permisif dan otoriter.
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis menemukan ada lima peran
perempuan single parent. Dua diantaranya adalah temuan penulis.
a. Peran Produktif
peran Produktif single parent
berhubungan dengan faktor ekonomi dimana
nampak pada perempuan yang tidak memiliki pekerjaan tetap. single parent
berusaha sebaik mungkin bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga
khususnya kebutuhan fisik anak (sandang,pangan, papan, kesehatan,dan
pendidikan).
b. Peran Reproduktif
Peran reproduktif single parent menitik beratkan pada kodrat perempuan secara
biologis, namun peran ini juga diikuti dengan peran yang dijalankan dalam rumah
untuk keluarga dalam hal memberikan perlindungan terhadap anak.
c. Peran Sosial
Peran sosial yakni melihat keterlibatan perempuan single parent dalam kegiatankegiatan sosial masyarakat
d. Peran Permisif
Dalam peran permisif, single parent memberikan kebebasan yang besar kepada
anaknya (anak bebas melakukan apa yang diinginkannya). Kebebasan diberikan
dengan batasan-batasan yang sangat sedikit dengan cara memanjakan anak dan
jarang menggunakan hukuman jika anak berbuat salah.
e. Peran Otoriter
Peran otoriter single parent, ialah berusaha membentuk, mengendalikan, dan
mengevaluasi perilaku serta sifat anak berdasarkan standar muthlak, nilai-nilai
kepatuhan , menghormati otoritas, kerja, tradisi, dan tidak memberi dan menerima
dalam komunikasi verbal.
Berdasarkan kelima peran diatas, penulis menemukan ada dua korban utama
dari permasalahan tersebut yakni perempuan dan anak. Hal ini disebabkan karena
perempuan tidak bisa memberdayakan dirinya dalam hal pembagian kerja,
mengandalkan jaringan sosial disekitarnya dan cenderung mengandalkan kemampuan
dirinya sendiri untuk mengurus anak. Untuk itu bagi perempuan yang memilih
menjadi single parent harus berusaha melawan stigma dalam masyarakat, harus
memberdayakan dirinyanya untuk tidak hidup dalam stigma masyarakat, dan tidak
boleh menjauhkan diri dari masyarakat. Perempuan harus terlibat dalam komunitas
masyarakat sebab hal ini akan membantunya dalam menjalankan perannya dalam
keluarga dan juga berpengaruh pada psikologis anaknya kelak.
5.2 Saran
Penelitian ini pada akhirnya berkontribusi kepada gereja, perempuan dan studi
feminis.
a. Gereja
1. Permasalahan Produktif
Diharapkan gereja dalam mengembangkan program demi kemajuan sumber
daya yang ada, melihat potensi jemaat khusus perempuan single parent yang
dimiliki, untuk kemudian berusaha meningkatkan kesejahtraan sosial anggota
jemaatnya
2. Permasalahn Reproduktif
Gereja dalam hal konseling feminis, memberikan pendampingan kepada
perempuan single parent untuk membantu mereka mampu membuat
keputusan-keputusan yang cerdas dan tidak mengorbankan diri mereka dan
juga anak.
3. Permasalahan Sosial
Gereja dalam konseling feminis membantu juga menyadarkan perempuan
akang status dan keberadaannya dalam masyarakat, dan membantu perempuan
agar tidak terkungkung dalam stigma negative masyarakat sehingga
memampukannya untuk menjalankan perannya secara utuh terhadap anak
sehingga anak bisa bertumpuh menjadi anak yang berkepribadian baik. Yang
terpenting ialah perempuan mampu mengenal dirinya dan mengetahui bahwa
dalam dirinya ada kekuatan yang dapat diberdayakan ketika harus berperan
ganda dalam rumah tangga.
4. Permasalahan psikologis perempuan
Social action yang harus ditonjolkan oleh gereja guna membantu single parent
dalam menjalankan perannya dalam keluarga untuk itu identitas proyek
dibutuhkan melibatkan gereja atau gereja harus sepenuhnya melibatkan diri
dalam hal menanggulangi permasalahan mendesak single parent. Identitas
proyek ini dilihat penulis sebagaimana adanya konseling feminis, dan
penyiapkan tenaga-tenaga volunteer dalam hal memainkan peran dalam
pembagian kerja (the division of labor). dalam hal ini perempuan tidak akan
mengalami kecemasan dan ketakutan akan dirinya dan anaknya.
5. Permasalahan Psikologis Anak
Gereja dalam hal sosialisasi kepada para perempuan single parent dalam
rangka memperkenalkan konseling feminis sebagai salah satu solusi untuk
menyadari peran perempuan sebagai single parent secara utuh maka,
konseling feminis dibutuhkan untuk menyadarkan diri perempuan
bahwa
ketika ia memilih menjadi single parent maka otomatis akan mempengaruhi
psikologis anak, oleh karena itu perempuan harus dibekali / diinformasikan
dari awal tentang cara untuk mendidik anak ketika dia seorang diri.
b. Study Feminis
Pada tataran akademik, penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada
para feminis dalam rangka mengembangkan studi feminis yang berbasis pada
konseling feminis. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya sekedar wacana
namun dapat terealisasikan dalam lingkup akademik maupun sosial.
Download