pendahuluan - IPB Repository

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran
komersial yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Komoditas ini juga
mempunyai arti penting terhadap perkembangan sosial ekonomi negara, karena
hasil budidaya dari tanaman ini mempunyai prospek baik yang dapat mendukung
upaya peningkatan pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja, pengurangan
impor, dan peningkatan ekspor non migas.
Produktivitas rata-rata cabai merah di Indonesia dari tahun 2009 - 2011
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 produktivitas cabai merah adalah 5.89 ton
ha-1, tahun 2010 sebesar 5.60 ton ha-1, dan tahun 2011 sebesar 6.19 ton ha-1
(Badan Pusat Statistik, 2011).
Berbagai usaha dalam meningkatkan produktivitas cabai merah perlu
dilakukan untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat. Salah satu cara
untuk meningkatkan produksi cabai merah adalah dengan menggunakan benih
bermutu. Mutu dari benih itu sendiri tergantung pada proses penanganannya dari
awal produksi sampai akhir periode simpan.
Berbagai masalah perbenihan merupakan kendala bagi keberhasilan
industri benih dan masalah penting diantaranya adalah kemunduran benih (seed
deterioration). Kemunduran benih merupakan suatu proses merugikan yang
dialami oleh setiap jenis benih yang dapat terjadi segera setelah benih masak dan
terus berlangsung selama benih mengalami proses pengolahan, pengemasan,
penyimpanan, dan transportasi (Justice dan Bass, 2002). Tujuan penyimpanan
benih adalah untuk mempertahankan mutu fisiologis benih (yang telah mencapai
maksimum saat masak fisiologis) sampai saat tanam tiba.
Jaminan terhadap mutu benih harus diberikan selama periode yang
ditentukan, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Pengujian daya
berkecambah (DB) sebelum benih disimpan menunjukkan viabilitas potensial
benih pada saat itu, namun viabilitas tersebut dapat mengalami penurunan akibat
adanya proses kemunduran dari benih itu sendiri.
2
Berdasarkan
Keputusan
Direktur
Jenderal
Hortikultura
Nomor:
31.A/HK.050/6/07 tentang Pedoman Sertifikasi Benih Sayuran, masa berlaku
label untuk benih cabai bersari bebas dan hibrida adalah 6 bulan setelah uji daya
berkecambah. Benih yang sudah habis masa berlakunya tidak dapat diedarkan,
kecuali setelah lulus melalui pengujian ulang. Pendugaan viabilitas merupakan
pengujian yang penting untuk memastikan bahwa benih masih memiliki viabilitas
yang tinggi meskipun telah melalui periode penyimpanan tertentu. Hal ini penting,
terutama pada saat melakukan pengujian untuk pelabelan ulang, karena pada saat
tersebut meski viabilitas potensial benih masih tinggi ada kemungkinan vigornya
telah turun, sehingga tidak mampu disimpan lebih lama.
Pengujian vigor dapat dilakukan dengan tolok ukur vigor yang bersifat
umum, seperti kecepatan tumbuh (% etmal-1) dan indeks vigor (%). Pengujian
vigor dapat pula dilakukan dengan tolok ukur yang bersifat spesifik. Salah satu
cara pengujian vigor secara spesifik adalah dengan simulasi lingkungan yang
memberikan kondisi deraan tertentu, misalnya dengan kadar air dan suhu tinggi
untuk pengujian vigor daya simpan benih.
Controlled deterioration test (CDT) atau di Indonesia dapat disebut
dengan Uji Pengusangan Cepat Terkontrol (PCT) merupakan salah satu metode
pengujian vigor, khususnya vigor daya simpan. Metode PCT ini memberikan
perlakuan kepada benih secara fisik. Pada metode pengusangan secara fisik, benih
diusangkan (dimundurkan) secara cepat dengan menempatkannya pada kondisi
suboptimum. Pada kondisi tersebut benih akan melakukan respirasi dengan cepat
yang mengakibatkan berkurangnya energi untuk tumbuh. Benih yang telah
diusangkan tetapi masih memiliki daya berkecambah tinggi, mengindikasikan
benih tersebut mempunyai daya simpan yang lama (Pramono, 2009).
Pada penelitian ini, akan diuji viabilitas benih setelah didera pada suhu
tinggi (410C) dengan berbagai kombinasi kadar air dan waktu deraan pada metode
PCT. Diantara berbagai kombinasi tersebut akan dipilih kombinasi yang dapat
menduga viabilitas benih cabai merah setelah melewati periode penyimpanan
tertentu yang dikemas dalam dua kemasan, yaitu kemasan alumunium foil dan
kemasan plastik serta disimpan pada ruang simpan terbuka (RH dan suhu kamar).
3
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari kombinasi kadar air dan waktu
deraan pada metode pengusangan cepat terkontrol (PCT) yang dapat menduga
viabilitas benih cabai merah (Capsicum annuum L.) setelah periode penyimpanan
empat dan enam bulan pada kemasan alumunium foil dan kemasan plastik.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Terdapat perbedaan antara viabilitas benih cabai merah pada kemasan
alumunium foil dan kemasan plastik setelah penyimpanan.
2.
Terdapat metode yang tepat untuk menduga viabilitas potensial benih
cabai merah setelah melalui periode penyimpanan empat dan enam bulan
pada kemasan alumunium foil dan kemasan plastik.
Download