1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gunung

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api aktif yang ada di
Indonesia, yaitu berada di perbatasan Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, dan
Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Posisi Gunung Kelud ini lebih dekat
dengan Kota Kediri, yaitu berjarak sekitar 36 km. Gunung ini terletak di antara
gunung api tua Wilis, Anjasmoro, Arjuno-Welirang, Kawi-Butak (Gambar 1.1).
Gambar 1.1. Lokasi Gunung Kelud
Pada tangal 13 Februari 2014 lalu, Gunung Kelud dinyatakan meletus oleh
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). PVMBG
menyatakan bahwa letusan tersebut merupakan letusan terdahsyat dalam catatan
2
sejarah erupi Kelud, bahkan melebihi erupsi tahun 1990. Waktu erupsi Gunung ini
relatif singkat, karena sejak dinaikkan statusnya dari Normal menjadi Waspada
(level II) pada tanggal 2 Februari 2014, aktivitasnya terus meningkat relatif cepat
hingga dinyatakan meletus pada tanggal 13 Februari 2014 tepatnya pukul 22.50
WIB.
Gambar 1.2. Rekaman citra satelit NPP-CALIPSO saat letusan Gunung Kelud Februari 2014
(Website Balai Penelitian dan Observasi Laut, 2014)
Balai Penelitian dan Observasi Laut mempublikasikan hasil pengamatan
satelit Suomi NPP-VIIRS yang melintasi Gunung Kelud pada tanggal 14 Februari
pukul 00:30 WIB, Satelit Cloud-Aerosol Lidar and Infrared Pathfinder Satellite
Observation (CALIPSO) pada pukul 01:10 WIB, dan Satelit Aqua MODIS.
Rekaman menunjukkan Gunung Kelud menghasilkan abu vulkanik dengan
ketinggian mencapai 20 km dengan puncak hampir 30 km (Gambar 1.2).
3
Rekaman satelit Aqua MODIS menunjukkan persebaran abu vulkanik Kelud
meliputi sepanjang Pulau Jawa hingga Samudera Hindia (Gambar 1.3). Hal
tersebut membuktikan dahsyatnya energi letusan dan banyaknya material yang
dilontarkan Gunung Kelud, dan tentu saja produk letusan tersebut mempengaruhi
khalayak yang tinggal di sekitar Gunung Kelud, terutama yang telah bertempat
tinggal di bawah naungannya selama ini.
Masyarakat Kediri, Blitar, dan Malang adalah masyarakat yang terkena
dampak letusan paling besar, terutama berkaitan dengan kerugian material,
sementara untuk korban jiwa akibat letusannya sendiri dilaporkan tidak ada. Tidak
ada yang bisa mencegah gunung api yang sedang meletus, karena ia hanya
melakukan penyeimbangan. Apa yang dapat kita lakukan adalah melakukan
persiapan menghadapi konsekuensi penyeimbangan tersebut, dengan mitigasi.
Gunung
Kelud
Gambar 1.3. Citra satelit Aqua MODIS untuk persebaran tefra jatuhan Gunung Kelud erupsi
Februari 2014 (Website Balai Penelitian dan Observasi Laut, 2014)
4
Penelitian erupsi 2014 Gunung Kelud perlu dilakukan untuk mengurangi
kerugian material dan hilangnya nyawa masyarakat yang tinggal di sekitar
Gunung Kelud bila letusan terjadi lagi nanti. Penelitian tersebut merupakan
bagian dari mitigasi bencana. Mengetahui perilaku Gunung Kelud merupakan
langkah awal dari mitigasi bencana tersebut. Cara mengetahui perilaku Gunung
Kelud adalah dengan meneliti produk letusannya, karena produk inilah yang
menjadi cermin apa yang terjadi pada Kelud.
Produk erupsi Gunung Kelud ada 2 macam, yaitu endapan tefra dan
endapan lahar. Endapan tefra terdiri dari 3 jenis mekanisme, yaitu mekanisme
jatuhan, aliran, dan seruakan. Alasan pemilihan produk dengan mekanisme
jatuhan untuk diteliti lebih lanjut adalah karena produk yang berdampak paling
luas terhadap kehidupan masyarakat adalah tefra dengan mekanisme jatuhan. Oleh
karena itu persebarannya harus dipetakan, yaitu dalam bentuk peta isopach dan
isomass. Dua hari setelah Gunung Kelud meletus (15-17 Februari 2014) dan 21
hari setelah Gunung Kelud meletus (6-8 Maret 2014) sebanyak 50 stasiun
pengamatan di dalam area persebaran abu vulkanik telah diambil sampel oleh tim
peneliti Teknik Geologi UGM. Tim dari Teknik Geologi UGM yang
beranggotakan Dr. Agung Harijoko, S.T., M.Eng., Haryo Edi Wibowo, S.T.,
M.Eng., dan Fitrah Fajar tersebut juga telah mengukur ketebalan lapisan abu
vulkanik di tiap stasiun pengamatan, sehingga data awal yang diperlukan untuk
membuat peta isopach dan isomass telah didapatkan.
Selain persebarannya, perilaku Kelud juga dapat diketahui dari komposisi
kimia produknya. Zaennudin (2008) dan Wirakusumah (1991, dalam Zaennudin
5
dkk., 2013) telah meneliti komposisi geokimia batuan vulkanik produk Kelud
hasil erupsi sebelum 2014. Penelitian tersebut bertujuan mengetahui siklus
pembentukan magma dan evolusi Gunung Kelud. Endapan tefra baru yang
dihasilkan letusan pada Februari 2014 lalu juga dapat diteliti komposisi
geokimianya. Berbeda dengan tujuan dari penelitian Wirakusumah dan
Zaennudin, penelitian penulis dilakukan untuk mengetahui karakteristik erupsi
terbaru Gunung Kelud dari produk erupsi yang berupa tefra jatuhan. Selain
komposisi geokimia, penulis juga meneliti komposisi tefra secara mineralogi
untuk melengkapi informasi produk Kelud.
Selain penelitian tentang komposisi geokimia, Zaennudin dkk. (1992
dalam Zaennudin dkk., 2013) juga membuat peta penyebaran lateral produk erupsi
Kelud setelah erupsi tahun 1990 dalam suatu peta geologi khusus Gunung Kelud.
Dalam peta geologi Lembar Kediri karya Santosa dan Atmawinata (1992),
Gunung Kelud juga telah terpetakan. Peta – peta tersebut menunjukkan
persebaran dari produk Gunung Kelud. Penulis bermaksud untuk membuat peta
persebaran produk Gunung Kelud erupsi Februari 2014 lalu, namun khusus untuk
persebaran tefra jatuhannya saja. Dari peta yang berupa isomass dapat dihitung
estimasi volume tefra jatuhan yang dihasilkan, sedangkan dari data kontur isopach
juga dapat digunakan untuk mengetahui tipe erupsi Kelud Februari 2014 lalu.
6
D
C
B
A
Gambar 1.4. Endapan tefra di lereng utara timur laut Gunung Kelud
Pada tanggal 22 November 2014 lalu, penulis mengunjungi lereng utara
timur laut Gunung Kelud yang termasuk ke dalam administrasi Desa Pandansari,
Kecamatan Ngantang, Kabupaten Kediri. Di lereng tersebut terdapat endapan tefra
yang memiliki beberapa lapisan (Gambar 1.4). Produk perlapisan tefra tersebut
membuktikan bahwa erupsi Kelud Februari 2014 lalu tidak terjadi hanya sekali
letusan. Penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh bagaimana mekanisme erupsi
Gunung Kelud yang yang tercermin dari lapisan endapan tefra tersebut.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan yang akan
dikaji lebih lanjut dalam penelitian yaitu :
1.
Bagaimanakah daerah persebaran tefra yang dihasilkan Gunung Kelud pada
erupsi Februari 2014?
7
2.
Berapa volume tefra yang dihasilkan Gunung Kelud pada erupsi Februari
2014?
3.
Apa tipe erupsi dari letusan Gunung Kelud Februari 2014?
4.
Bagaimanakah karakteristik tefra yang dihasilkan Gunung Kelud pada erupsi
Februari 2014 secara mineralogi dan geokimia?
5.
Bagaimanakah mekanisme letusan Gunung erupsi Februari 2014?
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai endapan tefra Gunung Kelud memiliki tujuan antara lain :
1.
Membuat peta distribusi tefra jatuhan Gunung Kelud pada erupsi Februari
2014
2.
Menghitung estimasi volume tefra jatuhan Gunung Kelud pada erupsi
Februari 2014
3.
Menentukan tipe erupsi Gunung Kelud pada erupsi Februari 2014
4.
Mengetahui komposisi mineralogi dan geokimia endapan tefra jatuhan dari
Gunung Kelud pada erupsi Februari 2014
5.
Menentukan mekanisme letusan Gunung Kelud berdasarkan peta distribusi,
estimasi volume, komposisi mineralogi dan geokimia endapan tefra jatuhan,
serta lapisan endapan tefra di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang,
Kabupaten Kediri
8
I.4. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan objek yang diteliti, maka penulis memberikan
batasan masalah yang akan dikaji yaitu :
1.
Ada 3 jenis tefra yang dihasilkan Gunung Kelud, namun objek dalam
pembuatan peta distribusi dibatasi hanya pada tefra jenis jatuhan.
2.
Untuk daerah persebaran tefra jatuhan dibuat berdasarkan pada lokasi-lokasi
yang diukur ketebalan lapisan dan massa per area saja (isopach dan isomass).
3.
Tefra jatuhan memiliki rentang ukuran ash sampai blok/bom, untuk
mengetahui karakteristik tefra jatuhan difokuskan analisis mineralogi material
yang berukuran 0,5 mm sampai 16 mm, sedangkan untuk analisis geokimia
dilakukan pada pumis yang berukuran >4 mm.
4.
Pada Februari 2014, Gunung Kelud mengalami beberapa kali letusan dalam
rentang satu malam dan menghasilkan lapisan endapan yang menandai tiap
kejadian letusannya. Mekanisme letusan Gunung Kelud yang dibahas dibatasi
berdasarkan lapisan endapan yang ditemukan di lereng utara-timur laut
Gunung Kelud.
I.5. Manfaat Penelitian
Penelitian endapan tefra Gunung Kelud memiliki manfaat yaitu dapat
mengetahui karakteristik erupsi, produk, dan penyebaran produk Gunung Kelud
erupsi Februari 2014. Hasil dari penelitian tersebut dapat dibandingkan dengan
9
letusan-letusan sebelumnya, dan dikembangkan menjadi salah satu pertimbangan
dalam membuat perbaruan peta kawasan rawan bencana Kelud. Hasil penelitian
juga bermanfaat untuk membantu memprediksi karakter letusan Gunung Kelud
selanjutnya sehingga masyarakat sekitar Kelud dan Pemerintah dapat menentukan
persiapan, rencana evakuasi, dan rencana penanganan bencana bila Gunung Kelud
meletus lagi. Sebagai bagian dari persiapan, hasil penelitian tefra ini bisa
dijadikan salah satu pertimbangan untuk mendirikan bangunan utamanya bagian
atap agar bisa menahan beban dari tefra yang jatuh di atasnya. Selain itu, hasil
komposisi geokimia produk erupsi juga bermanfaat dalam bidang pertanian, yaitu
untuk menentukan reklamasi tanaman yang cocok ditanam di sekitar Gunung
Kelud berdasarkan kandungan geokimia material yang menjadi media tumbuh
tanaman pertanian di sekitar Gunung Kelud.
Download