BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan penderitaan pada zaman modern ini.Penyakit ini memberikan morbiditas yang signifikan. Prevalensinya bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin, ras dan status geograpi, mencapai puncaknya pada dekade ke-3 dan ke-4 kehidupan, 10-15% diantaranya memerlukan tindakan intervensi operasi.1,2 Dalam 3 dekade terakhir pendekatan terapi batu saluran kemih mengalami perubahan yang substansial.Adanya tindakan minimal invasif dan endourologi yang dapat mengakses langsung baik secara visual saluran kemih bagian atas memaksa tindakan operasi terbuka secara konvensional menjadi pilihan yang kedua. Endourologi yang dimaksud disini adalah percutaneous nefrolitotomi (PCNL) yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1970, merupakan tindakan operasi dengan meletakan alat didalam tubuh untuk memecah atau mengambil batu. Pemahaman mengenai anatomi vaskularisasi ginjal, kualitas radiologi yang baik, serta perbaikan akses punksi yang baik akan mengurangi resiko komplikasi terutama perdarahan, begitu juga dengan keahlian dalam multiple punksi untuk mengakses bagian atas dari ginjal, dan batu ginjal yang kompleks.3 Pada tahun 1980-1990 banyak perkembangan teknologi energi dalam menghancurkan batu yang dipergunakan selama PCNL, diantaranya elektrohidraulik litotripsi (EHL), balistik litotripsi, ultrasonik litotripsi, dan laser litotripsi, serta telah berkembangnya kombinasi antara energi balistik dan ultrasonik yang dikenal sebagai litoclast ultra. Bagaimanapun hanya sedikit laporan mengenai faktor pasien dan faktor batu saluran kemih yang menimbulkan kejadian komplikasi pada pasien yang menjalani PCNL.3 PCNL monoterapi memiliki keuntungan dalam mengambil batu ukuran besar 1 2 dengan morbiditas yang minimal, terutama batu pada kalikinferior, sekarang PCNL menjadi pilihan utama untuk terapi batu ginjal yang ukurannya > 20 mm, batu cetak ginjal, dan batu kaliks inferior dengan ukuran > 10 mm. 4,5 Penelitian yang dipublikasi biasanya hanya memperlihatkan variabel demam, nyeri post operasi, kehilangan darah, kejadian urosepsis, atau adanya variabel - variabel preoperasi tertentu yang berefek terhadap operasi ginjal, diantaranya usia, obesitas, tipe nefrostomi yang digunakan. Hanya satu analisis multipel regresi dari Desai grup yang memperlihatkan hemoglobin preoperatif, multipel akses ginjal, dan ukuran batu sebagai prediktor independent transfusi perioperatif.3 Dibandingkan dengan operasi terbuka PCNL akan memberikan hasil yang lebih baik dalam memanajemen batu ginjal dengan rendahnya angka morbiditas postoperasi, masa penyembuhan yang lebih cepat, rendahnya biaya pengobatan yang dihabiskan, dan tingginya angka kepuasan pasien. 6 Meskipun demikian PCNL juga memperlihatkan beberapa komplikasi yang dapat mengancam keselamatan pasien diantaranya perdarahan, cedera pada sistema pelvis renalis, cedera pada organ sekitar, overloading cairan yang dikarenakan lamanya operasi, fistel nefrokutan, urosepsis, nefrektomi, bahkan hingga kematian. 20 Sejak 20 tahun yang lalu telah diperkenalkannya sistem Clavien skor yang menilai komplikasi dari suatu operasi, sistem ini telah dipergunakan secara luas pada rumah sakit untuk menilai komplikasi operasi yang terjadi. Sistem ini telah dimodifikasi dan dievaluasi ulang pada tahun 2004 sehingga keakuratannya meningkat dan dapat diaplikasikan pada berbagai prosedur operasi di rumah sakit. Pada bagian urologi modifikasi sistem Clavien skor yang digunakan untuk mengklasifikasikan komplikasi perioperatif setelah endoskopi ekstraperitoneal, laparaskopi transperitoneal, radikal prostatektomi perlaparoskopi, nefrektomi donor 3 ginjal perlaparoskopi, dan prosedur laparoskopi lain. Penelitian saat ini sangat banyak mempergunakan Clavien sistem skor dalam menilai suatu hasil PCNL yang dilakukan diberbagai rumah sakit dan berbagai pusat pendidikan.12 Pada penelitian ini ingin memperlihatkan faktor-faktor pre dan periopertatif apa saja yang mempengaruhi seluruh hasil klinis PCNL, dimana belum adanya referensi yang lengkap dari berbagai peneitian yang melihat faktor yang mempengaruhi hasil PCNL Berdasarkan latar belakang ini peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor preoperatif dan perioperatif apa saja yang dapat dijadikan prediktor pada pasien yang menjalani PCNL, berkaitan durasi PCNL, lama rawatan setelah PCNL, dan komplikasi post PCNL yang terjadi berdasarkan Clavien skor. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor preopertif dan perioperatifapa saja yang mempengaruhi hasil klinis pada pasien yang menjalani PCNL berdasarkan pengalaman di RSUP Dr Sardjito. C. Hipotesis H0 : Faktor preopertif dan perioperatif tidak mempengaruhi hasil klinis PCNL H1 : Faktor preopertif dan perioperatif mempengaruhi hasil klinis PCNL D. Kerangka Teori Pasien yang menjalani PCNL Faktor preoperatif Faktor peri operatif Hasil klinis 4 E. Definisi Operasional 1. Faktor preoperatif : faktor – faktor sebelum pasien menjalani PCNL meliputi jenis kelamin, usia pasien, riwayat operasi ginjal sebelumnya baik secara terbuka maupun minimal invasif, infeksi saluran kemih, hidronefrosis, sisi ginjal yang di PCNL, dan lokasi batu ginjal, serta ASA skor 2. Faktor perioperatif : faktor – faktor saat pasien menjalani PCNL meliputi : durasi PCNL 3. PCNL : suatu tekhnik operasi minimal invasive menggambilan batu secara perkutan. 4. ESWL : suatu teknik penghancuran batu dengan menggunakan gelombang kejut ekstracorporeal 5. DJ stent: suatu stent yang digunakan sepanjang ginjal sampai denga buli, berbentuk huruf “J” pada proksimal dan distalnya