BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi telah membuat banyak Negara mempunyai paradigma baru, tidak terkecuali Indonesia yang teru:; mereformasi diri untuk memberi pelayanan kepada semua pernangku kepentingan (stakeholder) mulai dari pemerintah, masyarakat, dan pelaku bisnis harus sama-sama dapat mengakses kemudahan dan manfaat. Globalisasi mendorong terjadinya reformasi pada semua aspek kehidupan masyarakat, termasuk reformasi pada sistem pemerintahan dan birokrasi pemerintahan. Reformasi birokrasi yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah menghendaki adanya perubahan mindset, cultureset aparatur pemerintahan dengan sasaran, yaitu birokrasi yang bersih, birokrasi yang efektif dan efesien, birokrasi yang produktif, birokrasi yang transparan dan birokrasi yang terdesentralisasi demi terwtJudnya akuntabilitas pemerintahan (Yusuf, 2011:50). Terwujudnya akuntabilitas pemerintahan dapat dilakukan dengan metode restrukturisasi organisasi lembaga pemerintahan, simplikasi dan otomatisasi, rasionalisasi dan realokasi, regulasi dan deregulasi, peningkatan profesionalitas dan kesejahteraan pegawai. Dalam fungsi pelayanan dan upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat, birokrasi Pemerintah mempunyai tanggung jawab yang relatif besar dalam penyediaan pw7lic goods dalam konteks public service dan 2 public affair. Peran Pemerintah dar Pemerintah Daerah yang strategis tersebut harus banyak ditopang oleh sikap dan perilaku aparatur Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Salah satu tantangan besar yang dihadapi birokrasi Pemerintah adalah bagaimana mereka mampu melaksanakan tugas secara efektif dan efisien, karena sdama ini birokrasi Pemerintah diidentikkan dengan kinerja yang berbelit-belit, struktur organisasi tambun, penuh kolusi, korupsi dan nepotisme serta tidak adanya standar yang jelas. Banyaknya tuntutan masyarakat akan menyulitkan perr.erintah dalam membuat prioritas program reformasi birokrasi, hal ini terjadi ak:bat berbagai penyimpangan penyelenggaraan pemerintahan dan mis-managemen,' dalam mengelola asset/k:ekayaan negara, memberdayakan dan melayani masyarakat serta praktik kolusi, korupsi dan nepotisme yang sudah lama berlangsung secara sistematik dan meluas (Rewansyah, 2010: 146). Sumber daya manusia mempakan faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi baik organisasi dalam skala besar maupun kecil. Pada organisasi berskala besar, sumber daya manusia dipandang sebagai unsur yang sangat menentukan dalam proses pengembangan usaha, peran sumber daya manusia menjadi semakin penting (Tadjudin, 1995). Karyawan sebagai pelaks<ma harus memiliki komitmen terhadap organisasi, karena komitmen tersebut merupakan prinsip dan budaya yang fundamental bagi keberhasilan organisasi. Organisasi yang baik selalu menjaga interaksi dengan karyawan dalam kerangka yang stratejik. Organisasi memberikan 3 kepada karyawan fasilitas, kompensasi, kesejahteraan, kekuatan dan kesungguhan karyawan dalam berupaya mencapai ·:ujuan organisasi. Tabell Data Pegawai Negeri Sipil Dbas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang :Provinsi Jawa Timur Data Pegawai Go1ongan: Keterangan Go1ongan I Go1ongan II Go1ongan III Go1onganiV Jumlah (orang) 4 56 170 34 Persentase (%) 1,5 21,2 64,4 12,9 Keterangan Jumlah (orang) Persentase (%) Jenis Ke1amin: Pria Wanita 172 92 65,2 34,8 Usia: 21 -30th 31 -40th 41-50th >50th 5 54 131 74 1,9 20,5 49,6 28,0 4 82 6 126 46 1,5 31,1 2,3 47,7 17,4 Pendidikan: SMP SMA D3 S1 S2 Sumber : Sub Bag1an Tata Usaha Komitmen karyawan ini akan menjadikan suatu budaya dalam organisasi sehingga dapat menimbulkan kine1ja yang baik. Tantangan cukup kompleks adalah bagaimana mengubah budaya organisasi lama yang sudah tidak sesuai lagi dengan nilai-nilai budaya organisasl baru pada seluruh pegawai atas keinginan secara sukarela dan partisipasi pegawai. Orang tidak akan berubah dengan sendirinya hanya karena diperintah dan hanya akan berubah kalau menginginkannya secara sukarela dan sadar. Orang yang bersedia meninggalkan cara lama sangat sedikit jumlahnya. Kenyataan selama ini banyak para pemimpin 4 dan aparatur negara bukan hanya sulit untuk berubah tetapi juga sering mengabaikan nilai-nilai moral dan bt.daya organisasi aparatur negara. Dalam organisasi publik, bawahan bekerja selalu tergantung pada pimpinan. Bila pimpinan tidak memi liki kemampuan memimpin, maka tugastugas yang sangat kompleks tidak dapat dikerjakan dengan baik. Apabila manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsinya denga.n baik, sangat mungkin organisasi tersebut dapat mencapai sasarannya.. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buahnya. (Alimuddin, 2002). Jadi, seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat memberi pengaruh dan mampu mengarahkan hawahannya ke arah tujuan organisasi. Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap pimpinan berkewajiban memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk membina, menggerakkan, mengarahkan semua potensi karyawan dilingkungannya agar terwujud volume dan beban kerja yang terarah pada tujuan (Thoha, 2001). Pimpinan perlu melakukan pembinaan yang sungg:uh-sungguh terhadap karyawan agar dapat menimbulkan kepuasan dan komitmen organisasi sehinga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja yang tinggi. Seseorang melakukan tugas clalam pekerjaannya bertujuan untuk mencapai pemenuhan kebutuhannya. Kebutul:.an seseorang dapat terpenuhi dalam bentuk phisik dan non phisik, khususnya yang non phisik antara lain adalah kepuasan kerja. Pengukuran kepuasan ketja 1mtara orang yang satu dengan yang lainnya berbeda. Hal ini tergantung dari sta1us social dan situasi ketjanya misalnya suatu 5 pekerjaan tanpa masa depan, pasti tidak akan memuaskan. Dalam mengukur kepuasan akan menyangkut beberapa hal, antara lain 1) Berapa yang diterima saat ini; 2) Berapa yang seharusnya diteri:na; 3) Seberapa pentingnya perbedaan antara yang seharusnya diterima dengan yang diterima. Semakin kecil perbedaan antara yang diterima dengan yang seharusn~ra maka makin besar kepuasannya. Mengenai kepuasan kerja sampai pada tingkc,t tertentu adalah relatif bagi setiap orang. Koesmono (2005:75) menunjukkan ·Jahwa makin tinggi macamnya atau tekanan tugas yang harus dikerjakan oleh seorang karyawan makin tinggi usaha-usaha untuk menyelesaikan tugas tersebllt (Eustress) dan menghasilkan kepuasan psikologi yang positif. Motivasi sebagai tingkat kehutuhan seseorang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Segala aktivi1as yang dilakukan oleh seseorang berkaitan dengan usaha untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya, namun keinginan dan kebutuhannya tidak mudah tercapai apabila tanpa adanya us~a yang maksimal. Dalam memenuhi kebutuhannya seseorang akan berperilaku sesuat dengan dorongan yang dimiliki d~m apa yang mendasari perilakunya. Dapat dikatakan bahwa dalam diri seseo rang terdapat dorongan yang mengarahkan kepada tindakannya. Motivasi merupakan suatu konsep yang bersifat penjelasan tentang kebutuhan dan keinginan se~:eorang dan menunjukkan arah tindakan yang diambil. Pemberian kompensasi bagi seseorang harus memenuhi sifat keadilan yaitu harus sesuai dengan kontribus:nya masing-masing. Pemenuhan unsur-unsur motivasi dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan sesuai dengan 6 kontribusinya masing-masing, unttk itu makin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan maka makin tinggi pula loyalitas (organization commitmen) karyawan terhadap instansi. Organisasi pada umumnya percaya bahwa untuk mencapai keunggulan harus mengusahakan kinerja indivdual yang setinggi-tingginya, karena pada dasamya kinerja individu mempengaruhi kinerja tim atau kelompok kerja dan pada akhimya mempengaruhi kimrja organisasi secara keseluruhan. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenangnya dan tanggung jawabnya masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai der gan moral maupun etika (Prawirosentono, 2000:35). Penilaian kinerja terhadcp karyawan biasanya didasarkan pada job description yang telah disusun oleh organisasi. Dengan demikian, baik buruknya kinerja karyawan dilihat dari kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Mahmudi (2005:45) menyat2kan bahwa kinerja merupakan suatu kostruk multidimensional yang mencakup b2nyak faktor yang mempengaruhinya. Faktorfaktor yang mempengaruhi tersebut cdalah: 1. Faktor personal/individu, meliputi: pengetahuan, ketrampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki olehsetiap individu. 2. Faktor kepemimpinan, melipu1i: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader. 7 3. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim. 4. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi. 5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan ekstemal dan internal. Penilaian kinerja merupakan kegiat~m mengukur atau menilai untuk menetapkan seorang pegawai atau karyawan sukses atau gagal dalam melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan standar pekerjaan sebagai tolok ukumya. Penilaian kinerja di lingkungan p~gawai negeri sipil (PNS) dikenal dengan sebutan penilaian pelaksanaan peke1jaan. Penilaian kinerja tersebut dilaksanakan menggunakan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3), dengan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, melipu1i : kesetiaan, prestasi kerja, tanggungjawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa dan kepemimpinan, dalam pelaksanaannya DP3 tersebut banyak. yang bias, karena penilaian yang diberikan tidak obyektif. Hal ini ditunjukan dengan adanya keluhan-keluhan yang sering dirasakan oleh sebagian karyawan st: bagai berikut: 1). Pembagian be ban kerja dan tanggungjawab tidak sesuai tugas pokok dan fungsi, 2). Pimpinan kurang mendengarkan aspirasi karyawan, 3:. Hubungan ternan sekerja yang kurang baik, 4). Tidak adanya tindakan sangsi hukum terhadap karyawan yang mangkir. 8 Selain itu dalam upaya meni ngkatkan kinerja sektor publik dan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dalam Kep. Menpan 25/KEP/M.PAN/04/2002 diuraikan beberapa keadaan yang 1erjadi saat ini, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Banyak sorotan masyarakat t~rhadap profesionalisme aparatur negara, menandakan bahwa masyarakc.t belum puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparatur negara. 2. Kurangnya kesadaran aparatu negara meningkatkan integritas dan profesionalisme pribadi melalui peningkatan dan kemampuan yang sesuai dengan teknologi dan kondisi aktlal. 3. Pemimpin masih menunjukan sikap sebagai seorang "birokrat feodal" yang selalu menuntut bawahannya un1uk setia dan loyal, menuruti segala perintah dan keinginannya, sehingga menumbuhkan karakter bawahan yang ABS (Asal Bapak Senang) 4. Pemimpin belum atau kurang m!miliki kesadaran untuk menjadikan kualitas kepemimpinannya sebagai pusat perhatian positif dan karenanya mampu menjadi teladan bagi anak buahn~'a. 5. Tidak adanya sanksi yang jelas dan tegas jika pegawai bekerja tidak tepat dan tidak cepat. 6. Kedisiplinan dan keteraturan kmja aparatur masih rendah, terbukti masih banyak pejabat tingkat atas terlalu sibuk menghadiri rapat koordinasi diberbagai tempat, dan bekerja Hngga malam, sementara banyak pegawai di 9 bawah yang bekerja hanya berda:;;arkan perintah, sehingga sering menganggur hila tidak ada perintah atasan. 7. Peraturan disiplin kerja dan keteraturan kerja sudah dituangkan dalam prosedur-prosedur kerja yang lengkap namun belum dilaksanakan dengan baik, masih formalitas, dan jauh dari aktualisasi dalam bentuk perbuatan nyata. 8. Dedikasi dan loyalitas aparatur negara masih rendah, bahkan ada aparat yang salah dalam menerapkan loyalitlS hanya ditujukan kepada atasannya, tetapi tidak loyal terhadap visi, misi, dan tugas instansinya. 9. Penilaian kinerja individu dan 1mit instansi berdasarkan standar yang jelas, obyektif dan berorintasi pada pehyanan masyarakat belum diterapkan. Kasus-kasus tersebut di atas tentu saja tidak boleh dibiarkan terjadi berlamt-lamt. Kesemua ini akan berdampak pada kinerja organisasi. Dimana dalam era globalisasi saat ini menuntut kinerja organisasi yang tinggi untuk dapat bertahan hid up ditengah-tengah tingkat persai agan yang sangat ketat. Salah satu elemen penting dalam upaya untuk membangun kinerja aparatur Pemerintah menjadi profesional dan berkualitas adalah bagaimana memilih orangorang (pegawai) yang tepat untuk mengisi posisi dalam organisasi birokrasi. Dalam hal ini yang hams dipegang adalah pedoman the right manajemen in the right place, artinya setiap pemimpin organisasi hams mampu memilih orangorang yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan tugas dan tanggung jawabnya. Untuk mengetahui kompetensi apa yang dibutuhkan dalam suatu jabatan dan seberapa besar kompetensi yang dimiliki oleh seseorang untuk 10 menduduki posisi tersebut, perlu ~;uatu sistem atau kriteria, standar sebagai landasan. Sebetulnya dalam rangka menciptakan aparatur yang profesional pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan untuk dilaksanakan seperti analisis jabatan, analisis beban ker:ia serta penyusunan klasifikasi jabatan dan standar kompetensi jabatan. Naraun dalam implementasinya, persyaratan administrasi dan kondisi patron client atau sistem kedekatan lebih dominan daripada persyaratan kualifikasi dan kompetensi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas dan profesionalisne sumber daya aparatur yang selanjutnya bermuara pada kinerja aparatur Pemt::rintah secara keseluruhan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja karyawan dan menyikapi kondisi tersebut. Peneli·:ian dilakukan terhadap karyawan di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur. Sebagai sumber daya manusia, yang mengemban tugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dan mempunyai tanggung jawab yang relatif besar dalam penyediaan public goods sehingga peran karyawaan sangat penting dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Salah satu tantang;m besar yang dihadapi adalah bagaimaana melaksanakan tugas secara efektif dan efesien, hal ini membawa konsekuensi terhadap beban kerja bagi karyawm. Behan kerja yang berlebihan dan tidak seimbang akan mengarah kepada tindakan-tindakan : karyawan tidak loyal, karyawan mengabaikan tugas seperti mangkir atau datang terlambat, mengurangi kualitas dan kuantitas kerja serta 1ingkat kesalahan pekerjaan meningkat yang akhimya akan berdampak pada kine1ja yang menurun. 11 Salah satu hal yang terpenting untuk memastikan bahwa sumber daya manusia yang dimiliki dapat menurJang kinerja Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur, maka perlu memperhatikan kepuasan kerja karyawan. Bagaimanapun jug:t kepuasan kerja yang dirasakan karyawan tidak lepas adanya faktor budaya 01 ganisasi, peran kepemimpinan dan motivasi ketja yang ada. Selanjutnya hal ini akan berimplikasi pada peningkatan kinerja karyawan. Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan peneliti di atas mengenai budaya organisasi, peran kepemimpinan, motivasi ketja, kepuasan kerja dan kinerja karyawan, serta fenomena-fenomena yang terjadi di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur, maka dirasa perlu untuk dilakukan penelitian guna mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut yaitu : "Pengaruh Budaya Organisa;i, Peran Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan studi pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur". 1.2 Rumusan Masalah Dalam rangka mencapai tujuan organisasi, elemen-elemen organisasi seperti budaya organisasi, peran kepemimpinan, motivasi kerja dan kepuasan kerja secara bersama-sama ikut memberikan kontribusi pada pencapaian keunggulan kompetitif yang pada akhirnya akan membantu pencapaian tujuan utama organisasi. 12 Rendahnya kualitas kerja di sektor publik sebagaimana dikemukakan dalam Kep. Menpan 25/KEP/M.PAN/04/2002 dan sistem penilaian kinerja yang dianggap tidak efektif. Hal tersebut merupakan suatu masalah yang perlu diantisipasi dan selanjutnya permasal.lhan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi J awa Timur? 2. Apakah peran kepemimpinan l:erpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur? 3. Apakah motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur? 4. Apakah budaya organisasi berpe1garuh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur? 5. Apakah peran kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur? 6. Apakah motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawaan pada Dinas Pekerj:lan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur? 13 7. Apakah kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawaan pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan mas.:1lah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk mengkaji dan menganalisis: 1. Pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya da:1 Tata Ruang Provinsi Jawa Timur. 2. Pengaruh peran kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya da1 Tata Ruang Provinsi Jawa Timur. 3. Pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja karyawan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur. 4. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Rmng Provinsi Jawa Timur. 5. Pengaruh peran kepemimpinan terhadap kinerja karyawan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Rmng Provinsi Jawa Timur. 6. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur. 7. Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur. 14 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dibahas penelitian m1, maka manfaat penelitian ini adalah: 1. Kontribusi Teoritis a. Sebagai salah satu bahan kajian terutama menyangkut perilaku organisasi khususnya budaya organi~:asi, peran kepemimpinan, motivasi kerja, kepuasan kerja dan kinerja karyawan. b. 2. Sebagai bahan refercnsi untuk penelitian yang akan datang. Kontribusi Praktis a. Memberikan masukan yang berarti bagi manajemen Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur mengenai perilaku organisasi. b. Sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan tentang upaya pembinaan karyawan dalam meningkatkan kinerja karyawan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga penelitian dapat terarah dengan baik sesuai dengan tujuan penelitian serta dengan adanya keterbatasan waktu pengerjaan perlu adanya batasan penelitian: Pada penelitian ini ruang lingkup penelitian pada karyawan dengan pangkat/golongan I, II, III, dan IV berjumlah 264 pegawai di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur sebagai obyek dalam penelitian.