BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Pemasaran Pentingnya kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan, dimana meletakkan pemasaran sebagai pusat kegiatan dan memandu semua unit yang di produksi kearah pencapaian tujuan perusahaan. Untuk menuju tercapainya tujuan perusahaan ini di perlukan konsep pemasaran. Pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal perusahaan yang memiliki kendaliyang terbatas terhadap lingkungan eksternal. Oleh karena itu pemasaran memainkan peranan penting dalam pengembangan strategi perusahaan (Tjiptono,2008:134). Menurut Kotler & Lane (2009:56), mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan produk lain. Dan dari pemasaran ini memiliki tujuan : mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dngan pelanggan dan selanjutnya menjual dirinya sendiri. Menurut kurzt (2008), pemasran adalah fungsi organisasi dan sebuah proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan mengirimkan 10 11 nilai untuk konsumen dan mengatur hubungan dengan konsumen sebagai cara menguntungkan perusahaan dan juga pihak berkepentingan. 2. Perilaku konsumen Perilaku konsumen adalah perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang merekan harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman dan Kanuk, 2007:137). Sedangkan The American MarketingAssociationmendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkunan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter & olson, 2005:78). Pemahaman menganai perilaku konsumen sangatlah penting dalam pemasaran. Menurut Engel, et al (1994), perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk keputusan mendahului dan menyusuli tindakan ini. Terdapat dua elemen penting dari arti perilaku konsumen, yaitu (1) proses penghambilan keputusan, (2) kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa ekonomis. 12 Menurut Kotler dan Amstrong (2008:89), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, diantaranya yaitu faktor psikologis. Adapun macam dari faktor psikologis ini antara lain : 1. Motivasi, adalah suatu kebutuhan yang secara cukup dirangsang untuk membuat seseorang mencari kepuasan atas kebutuhannya; 2. Persepsi, adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpresentasikan informasi untuk membentuk gambaran yang berarti. 3. Pembelajaran, adalah perubahan pada perilaku individu yang mucul dari pengalaman; 4. Keyakinan, adalah pemikiran deskriptif seorang mengenai sesuatu, dan sikap, menggambarkan penilaian, perasaan, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang atas sebuah objek atau gagasan. 3. Pengertian Restoran Menurut Marsum (2007:13) mendefinisikan “Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa mkaan maupun minum”. Meurut Ir. Endar Sugiarto, MM & Sri Sulartinigrum, SE (2008:77) mendifisikan “Restoran adalah suatu tempat yang identik dengan jajaran 13 meja – meja yang tersusun rapi, dengan kehadiran orang, timbulnya aroma semerbak dari dapur dan pelayanan para pramusaji, berdentingnya bunyi – bunyian kecil karena persentuhan gelas – gelas, kaca, porselin, menyebabkan suasana hidup di dalamnya”. a. Klasifikasi Restoran Menurut Soekresno (2000:76), dilihat dari pengelolaan sistem penyajian, dapat diklasifisikan menjadi tiga, yaitu; 1. Restoran Formal Pengertian restoran formal adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman dikelola secara komersial dan profesional dengan pelayaan yang eksklusif, member restoran, Gourmet, Main Dining Room, Grilled Restaurant, Executive, dan sebagainya. Ciri – ciri restoran formal : a) Penerima pelanggan dengan sistem pemesanan tempat terlebih dahulu b) Para pelanggan terikat menggunakan pakaian resmi c) Menu pilihan yang disediakan adalah menu klasik atau menu Eropa populer d) Sistem penyajian yang dipakai adalah Russian Service atau French Service atau modifikasi dari kedua table service tersebut 14 e) Tersedianya ruangan untuk cocktail selain ruangan jamuan makan atau makan malam dan makan siang dan tidak dibuka untuk makan pagi f) Dibuka untuk pelayanan makan malam atau makan siang atau makan malam dan makan siang, dan tidak dibuka untuk makan pagi g) Menyediakan berbagai merek minuman bar secara lengkap, khususnya wine dan champagne dari berbagai negara h) Menyediakan hiburan musik hidup dan tempat untuk melantai dengan romantis dan eksklusif i) Harga makanan dan minuman relatif tinggi dibanding harga makanan dan minuman di restoran informal j) Penataan bangku dan kursi memiliki area service yang lebih luas untuk dapat dilewati gueridon k) Tenaga relatif banyak dengan standar kebutuhan pramusaji untuk melayani pelanggan 2. Restoran Informal Restoran informal adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan profesional dengan lebih mengutamakan kecepatan 15 pelayanan, kepraktisan, dan percepatan frekuensi pelanggan yang silih berganti. Contoh: cafe, cafetaria, fast food restoran, coffe shop, bistro, kantin, tavern, family restaurant, pub, service corner, burger corner, snack bar. Ciri – ciri restoran informal : a) Harga makanan dan minuman relatif murah b) Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan tempat c) Para pelanggan yang datang tidak terikat untuk mengenakan pakaian formal d) Sistem penyajian yang dipakai American Service/Ready Plate bahkan Self Service ataupum Corner Service e) Tidak menyediakan hiburan musik hidup f) Penataan meja dan bangku cukup rapat antara satu dengan yang lain g) Daftar menu oleh pramusaji tidak dipresentasikan kepada tamu atau pelanggan namun di pampang di counter atau langsung di meja makan untuk mempercepat proses pelayanan 16 h) Menu yang disediakan sangat terbatas dan membatasi menu – menu yang relatif cepat selesai dimasak i) Jumlah tenaga pelayanan relatif sedikit dengan standar kebutuhan, 1 pramusaji melayani 12 – 16 pelanggan 3. Speciality Restoran Speciality Restoran adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan profesional dengan menyediakan makanan khas dan diikuti dengan sistem penyajian yang khas dari suatu negara tersebut. Contoh : Indonesian Food Restaurant, Chinese Food Restaurant, Japanese Food Restaurant, dan sebagainya. Ciri – ciri Speciality Restaurant : a) Menyediakan sistem pemesanan tempat b) Menyediakan menu khas suatu negara tertentu, popular dan disenangi banyak pelanggan secara umum c) Sistem penyajian disesuaikan dengan budaya negara asal dan dimodifikasi dengan budaya internasional 17 d) Hanya dibuka untuk menyediakan makan siang atau makan malam e) Menu ala carte dipresentasikan kepada pelanggan f) Biasanya menghadirkan musik/hiburan khas negara asal g) Harga makanan relatif tinggi di banding restauran informal dan lebih rendah dibanding restoran formal h) Jumlah tenaga pelayanan sedang, dengan standar kebutuhan 1 pramusaji untuk melayani 8 – 12 pelanggan 4. Harga Menurut Kotler dan amstrong (2008:76) mendefinisikan “Harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa”. Y.M Oesman (2010) menambahkan lebih luas lagi, “Harga merupakan jumlah dari seluruh nilai yang diberikan konsumen untuk semua manfaat yang diterimanya atau digunakan dari suatu produk atau jasa”. Secara tradisional, harga telah dioperasikan sebagai dimensi utama dari pilihan pembeli, meskipun faktor-faktor non harga pada saat ini menjadi lebih penting, namun harga tetap merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan marketshare dan profitability. yang paling 18 Menurut Stanton (2001:45), “Harga adalah persepsi dari sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.” Harga bagi sebagian besar masyarakat masih menduduki tempat teratas, sebelum membeli produk jasa. Selanjutnya dikatakan Kotler dan Amstrong (2008:47) bahwa “ Penetapan harga hendaknya didasarkan pada persepsi konsumen terhadap nilai yang diterima, bukan pada biaya penjual atau produsen:. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk dapat menentukan harga dan seluruh pengeluaran lain yang dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan manfaat dari produk atau jasa. Kotler dan Keller (2009:98) mengemukakan 6 tahap dalam menentukan harga. Pertama pemilihan tujuan penetapan harga. Tujuan penetapan harga dapat berupa keinginan untuk tahap survive dalam bisnis, memaksimumkan profit, memaksimumkan marketshare, memaksimumkan market skimming, ingin menjadi pemimpin sebagai produk yang berkualitas dipasar, atau untuk tujuan lain. Kedua adalah menentukan permintaan. Setiap tingkat harga akan memberikan dampak yang berbeda terhadap tingkat permintaan, banyak faktor yangmenentukan permintaan yang perlu dipertimbangkan diantaranya adalah sensitivitas terhadap harga. Ketiga mengestimasi biaya. Perusahaan ingin menentukan harga yang dapat menutupi biaya produksi, distribusi dan biaya penjualan lainnya dari produk, namun ketika perusahaan telah menentukan harga produk yang dapat menutupi semua biaya yang telah dikeluarkan belum 19 tentu perusahaan mendapat keuntungan. Langkah berikutnya adalah menganalisa biaya, harga dan tawaran pesaing. Setelah perusahaan menentukan seluruh biaya yang dikeluarkan, selanjutnya perusahaan akan menentukan apakah harga jual produknya akan sama, diatas atau dibawah pesaing. Langkah kelima yaitu memilih metode penetapan harga. Ada beberapa metode penetapan harga diantaranya adalah; markup pricing, target return pricing, perceived value pricing, value pricing, going rate pricing. Langkah terakhir yaitu memilih harga akhir. Masih banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan harga akhir, seperti pengaruh aktifitas pemasaran, merk, kualitas produk dan promosi. Faktor-faktor internal : Tujuan pemasaran Strategi bauran pemasaran Biaya Pertimbangan Organisai Keputusan Penetapan Harga Faktor-faktor Eksternal : Sifat pasar dan permintaan Persaingan Faktor lingkungan lain; ekonomi, penjual, Pemerintah) Gambar 2.1 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Harga Berdasarkan gambar penetapan harga pemasar dapat menentukan keputusan berdasarkan analisis-analisis faktor-faktor yang bersumber secara internal maupun eksternal hingga mendapatkan penetapan harga yang sesuai atau tepat. 20 Berdasarkan gambar di atas, penulis bisa menentukan indikator yang tepat terkait harga dalam penelitian kali ini,u yaitu; keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas produk, daya saing harga, dan kesesuaian dengan manfaat produk. 5. Kualitas Produk Definisi kualitas produk brpusat upaaya pemenuhan kebutuhan konsumen dan keinginan konsumen serta ketetapan penyampaiannya untuk mengimbangi haraapam konsumen. Aplikasi kualitaas ebgai sifat dari penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih eunggulan yang bersinambung, baik sebagai pemimpin maupun sebagai bawahan. Menurut Kotler dan Keller (2009:354) menyatakan bahwa kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meiputi daya tahan, keandalan, ketepaatan, kemudahan operasi dan perbaikan serta atribut bernilali lainnya. Kualitas produk menurut Kotler dan Amstrong (2008:225) “ The ability of a product to perform its function” atau kemapuan suatu produk dalam memberikan kinerja sesuai fungsinya. Kualitas baik akan membangun kepercayaan konsumen sebagai penunjang kepuasan konsumen. Setiap perusahaan harus memilih tingkat kualitas yang akan membantu atau menunjang usaha untuk meningkatkan atau 21 mempertahankan posisi produk itu dalam pasar sasarannya. Kualitas merupakan suatu alat utama untuk mencapai posisi produk dan juga kualitas menyatakan tingkaat kemampuan dari suatu produk tertentu dalam melaksanakan fungsi yang diharapkaan. Menurut Kotler & Amstrong (2008:354), dimensi yag digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas produk adalah sebgai berikut: a. Performansi (performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. b. Ciri-ciri (feature) merupakan spe kedua dari informasi yangmenambah fungsi dasar, berkaitan dengaan pilihanpiihan dan pengembangannya. c. Keandalan (Reliability) berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suat produk melaksankan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu dibawah kondisi tertentu. d. Konformasi (conformance) beraitan dengan tingkat kesesuian produk terhaadap spesifikasi yang tlah ditetapkan berdasarkan keinginan pelanggan. e. Daya Tahan (Durability) merupakn ukuran masa pakai suat produk. 22 f. Kemampuan Pelayanan (Serviceability) merupakan karakterisitik yang berkaitan dengan keepatan, keramahan, kesopanan, kompetensi, kemudahan dalam melakukan reparasi, penanganan keluhan yang memuaskan. g. Esttika (Aesthetic) merupakan karakteristik yang bersifat subjektif sehingga beraitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual. h. Kualitas Yang Disarankan (Perceived Quality) bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonumsi produk itu. Dari sejumlah karakteristik produk di atas diadaptasi oleh penulis untuk dijadikan indikator dalam penelitian ini. 6. Word Of Mouth a. Definisi Word Of Mouth Word Of Mouth dalam bahasa indonesia disebut juga berita dari mulut ke mulut. Word OF Mouth merujuk pada komunikasi lisan mengenai berbagai produk dengan teman, keluarga dan rekan sejawat. Word Of mouth merupakan salah satu cara menyebarkan desas-desus (buzz) Rosen (dalam sembiring 2009:27). Menurut Word – Of – Mouth Marketing Association (WOMMA) wword of mouth adalah usaha pemasaran yang memicu konsumen untuk membicarakan, mempromosikaan, 23 merekomendasikan dan menjual produk/merek kita kepada pelanggan lain (MajalahMIX 2007). Menurut Silverman (2001), word of mouth adalah : “....is communication about products and services between people who are perceived to be independent of the company providing the product or services,in a medium perceived to be independent of the company”.Artinya, word of mouth adalah komunikasi mengenai produk dan jasa diantara orang-orang yang dipersepsikan independen, bukan merupakan bagian dari perusahaan dalam haal penyediaan produk dan jasa,dan bukan didalam jalur komunikasi/media yang dsediakan perusahaan. Mowen dan minor (2002:89) menjelaskan bahwa : ”word of mouth communication refers to an exchange comments, thoughts, or idea between two or more consumers, none of whom represent a marketing source.” Maksudnya: komunikasi word of mouth menunjuk kepada sebuah pertukaran, dapat berupa komentar, kritik, buah pikiran/gagasan, (informasi/berita)yang dalam berhubungan penyedian dengan sumber legiatan/aktivitas pemasaran. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, disimpukan bahwa word of mouth merupakan bagian dari komunikasi personal yang informal, yang disampaikan olehsesama konsumen atau orang lain selain organisasi, didasarkan pada pengalaman jasa yang diterima 24 dalam hal penggunaan produk dan layanantertentu dimana dapat berupa ide, komentar/opini, saran ataupun rekomendasi yang diharapkan yang dapat bersifat positif sehinnga berguna bagi pihak organisasi. Word of mouth tidak dapat dibuat-buat atau diciptakan. Karena word of mouth dilakukan oleh konsumen dengan sukarela atau tanpa mendapat imbalan . Berusaha membuat WOMsangat tidak etis dan dapt memberikan yang lebih buruk lagi, usaha tersbut dapat merusak brand dan dapat merusak reputasi perusahaan. Terdapat lima elemen dasar dari word of mouth (Dowd, et all.,2009:9), yaitu: 1. Identify the influencers (identifikasi pemberi pengaruh) 2. Create simple ideas that are easy to communicate (menciptakan gagasan yang mudah dan sederhana untuk dikomunikasikan) 3. Give people the tool they need to spread the world (membnerikan alat yang dibutuhkan untuk menyebarkan ucapan) 4. Host a conversation (membawakan percakapan) 5. Evaluate and measure (mengevaluasi dan mengukur) Dari seluruh media promosi baik itu Above The Line maupun Below The Line, WOM merupakan aktivitas promosi yang tingkat pengendaliannya oleh pemasar sangat rendah tetapi memberikan 25 dampak yang sangat luar biasa terhadap produk atau merek perusahaan. Perusahaan dapat mendorong dan memfasilitasi percakapan dari mulut ke mulut tersebut terlebih dahulu memastikan bahwa produk atau merek dari perusahaan memang unik, inovatif dan patut menjadi conversation product sehingga terciptalah WOM yang positif yang pada ujungnya akan menghasilkan penjualan bagi perusahaan (Yosevina, 2008:13). Menurt Sumarfy dkk (2011), menyatakan alasan memilih WOM dari pada beriklan : 1. Tuhan tidak melakukan periklanan, pemasar melakukan penjualan melebihi tuhan, pemasar menghabiskan lebih banyak 2. Iklan itu membingungkan, WOM meyakinkan 3. Iklan pada harga sebuah kebosanan, WOM adalah buah yang menarik 4. Iklan lebih mahal, WOM jauh lebih murah 5. Iklan kehilangan keprcayaan, WOM mendapatkan kredebilitas 6. Iklan itu buatan, WOM itu kenyataan 7. Iklan itu memberi tahu konsumen. WOM melibatkan konsumen 26 8. Iklan akan menjadi sejarah jika sudah tidak beriklan, WOM akan selalu diingat dan mengena di hati konsumen. Inti dari pernyataan tersebut adalah satu pesan yang seseorang dapatkan dari teman atau keluarga lebih dapat dipercaya daripada ratusan informasi melalui belasan media yang berbeda, selain itu jumlah oesan yang anda terima dari teman atau keluarga lebih sedikit sehingga biasanya akan lebih memberikan kesan, sebuah pesan melalui WOM akan lebih tahan lama dalam benak konsumen. Sebuah penelitian yang ada dalam buku Rest In Peace Advertising menunjukan: 1. 76%tidak percaya bahwa perusahaan menceritakan yang sebenarnya dalam iklan mereka 2. 93% kosumen mempercayai referensi dari teman atau orang yang dikenalnya sebagai sumber informasi yang paling kredibel dan layak dipercaya. 3. 67% keputusan pembelian dipengaruhi oleh rekomendasi dari teman atau keluarga. 4. 74% konsumen yang mendengarkan cerita jelek tentang sebuah merek dari temannya memutuskan untuk tidak jadi membeli merek tersebut. 27 b. Jenis Word OF Mouth Menurut Richard Darmawan, 2010 dalam jurnalnya menyebutkan bahwa word of mouth dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Organik WOM yaitu WOM yang tercipta secara alami dan natural ketika seorang konsumen yang puas terhadap suatu produk dengan sukarela dan antusias (sangat bergantung pada pengalaman konsumen). 2. Amplified WOM, yaitu WOM yang dikondisikan atau didesain agar konsumen mau menceritakan kepada konsumen lain dengan membidik para “opinion leader”, yaitu pemuka pendapat atau orang yang pendapatnya didengar atau para “surogate buyers”. Para pembeli ahli. Keuntungan terbesar dari WOM adalah mengurangi biaya promosi perusahaan karena WOM relatif murah ketimbang promosi-promosi lainnya. c. Sifat-sifat Word Of Mouth Word of Mouth dapat menjadi sesuatu yang menguntungkan atau malah mendatangkan masalah. Oleh karena itu menurut sifatnya word of mouth dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. Word of mouth positif (positif Word of Mouth/PWOM) Yaitu bentuk Word of Mouth yang dapat timbul manakala produk yang sudah dikonsumsi berhasil 28 memuaskan kosumennya. Konsumen yang sudah terpuaskan belum tentu akan menceritakannya kepada orang lain.Word of Mouth postif baru akan muncul dari sutau pengalaman yang dianggap luar biasa oleh konsumen, yang pada saat itu tingkat kepuasan emosionalnya tinggi. Artinya apa yang diperoleh konsumen setelah transaksi lebih tinggi diharapannya. Sehingga tanpa diminta konsumen akan menciptakan pengalaman yang dirasakan kepada orang terdekatnya. Dalam Hospitaly Management hal ini disebut juga emotional satisfaction yaitu kepuasan yang muncul karena emosi terhadap kualitas. b. Word of Mouth negatif (Negative Word of Mouth/NWOM) Yaitu bentuk word of mouth yang dapat timbul manakala produk yang dikonsumsi ternyata mengecewakan. Merupakan suatu fenomena yang paling ditakutkan perusahaan karena seorang konsumen yang kecewa akan berbicara, tidak hanya ke orang-orang terdekatnya saja. Konsumen akan berusaha menyampaikan kekecewaan ke sebanyak mungkin orang. 29 d. Tahapan Word of Mouth WOM mempunyai tiga tahapan, yaitu : 1. Talking Membicarakan konsumen adalah membicarakan tahapan sebuah dimana seorang produk dengan sukarela dan antusias (tergantung pada pengalaman konsumen). 2. Promoting Mempromosikan dimana ketika konsumen bukan hanya sekedar membicarakan merek/produk tetapi juga bersedia untuk mempromosikannya kepada konsumen lain. 3. Selling Menjual adalah tahapan dimana seorang konsumen mau menjual merek/produk tersebut kepada orang lain. Menurut Kappler dalam artikelny8a yang berjudul “The Power of Word of Mouth Marketing” (WOMM) menerangkan bagaimana cara WOM bekerja sebagai berikut: 1. WOMM selalu berdasar pada pelayanan produk yang baik Perusahaan terkadang menghabiskan banyak uang untuk beriklan dan mengembangkan slogan yang menarik atau memberikan aksen penjualan yang agresif . 30 Pada dasarnya tidak ada pengganti untuk produk dan servis yang baik. 2. WOMM bergantung pada kualitas dari pelayanan purna jual dan customer service. Konsumen terkadang lebih sering mengingat pelayanan dari pada produknya itu sendiri. Jadi, WOM yang positif merupakan pasangan pelayanan yang kana menciptakan pembelian berulang. 3. Selalu memberikan lebih baik dari yang konsumen harapkan Hal termudah untuk menciptakan WOM yang negatif adalah dengan memberikan pelayanan yang buruk. Suatu produk yang berkualitas tanpa ahli yang berpengalaman yang dapat diandalkan tidak akan cukup untuk menciptakan WOM yang positif. Bagaimanapun, apabila perusahaansecara konstan berhasil memberikan pelayanan yang lebih baik dari yang digharapkan konsumen akan menciptakan komunikasi interpersonal yang positif yang tidak akan berakhir. 4. WOMM berawal dari karyawan perusahaan WOMM dilakukan dalam proses yang kesempatan konkrit untuk menciptakan citra postif di pasar konsumen. Hal ini akan berhasil apabila semua anggota 31 perusahaan memnberikan pelayanan yang tanggap dan kepuasan. Menurut Andy Sernovitz dalam bukunya “Word of Mouth Marketing : How Asmart Companies Get People Talking” bahwa ada alasan dimana seseorang membicarakan suatu produk yaitu : 1. Karena mereka menyukai produk kita 2. Karena mereka membenci produk kita 3. Mereka menanyakan opini orang lain terhadap produk kita 4. Karena komunitas mereka membicarakan produk kita e. Cara Melakukan Word of Mouth Menurut Kotler dan Keller (2009:586) terdapat dua cara dalam melakukan WOMM yaotu dengan buzz dan viral marketing. 1. Buzz marketing generates excitement createspublicity and convoys new relevant brand-related information through unexpected or even outrage us means.Apabila diterjemahkan secara beas maka buzz marketing umunya adalah menciptakan publisitas dan rangkaian informasi relevan mengenai merek baru berupa informasi yang tak terduga bahkan diluar jangkauan. 2. Viral marketing encourages consumers to pass alongcompany-develop products and services or audio 32 video, or written information to others online. Dari devinisi diatas vitral marketingdapat berarti usaha mendorong konsumen meneruskan usaha perusahaan dalam membangun informasi audio, video, atau tertulis mengenai produk dan jasa secara online. Menurut Barber dan Wallace (2009:13) word of mpout marketing yang efektif harus memliki 5 hal, yaitu : 1. A good product and great customer service (produk dan layanan yang baik) 2. A plan (sebuah rencana) 3. A clear, conscious, consistent message (pesan yang bersih, teliti, dan konsisten) 4. A prepared and commited sales force (mempersiapkan dan meletakan tenaga penjualan) 5. People willing to testify (orang berkeinginan untuk beraksi) f. Manfaat Word of Mouth WOM sangat berpengaruh terhadap kinerja suatu organisasi atau perusahaan, terutama dalam bidanag jasa. Hermawan Kartajaya (2007:183), WOM merupakan media komunikasi yang paling efektif , Dengan buzzing yang tepat, diharapkan persepsi merek yang kurang baik mulai dapat beralih. 33 Dua manfaat utama pengembangan rujukan atau sumber dari mulut ke mulut menurut Philip Kotler (2005:261), sebagai berikut: a. Sumber mulut ke mulut itu meyakinkan Kata-kata yang keluar dari mulut ke mulut adalah suatu metode promosi. Ini merupakan dari konsumen oleh konsumen dan untuk konsumen. Mendapat pelanggan yang puas dan setia, serta bangga akan bisnisnya dengan anda, merupakan impian dari setiap pemilik perusahaan. Pelanggan yang puas tidak hanya membeli kembali, merupakan juga berfungsi sebagai papan iklan dengan berbicara atas nama bisnis anda. b. Sumber mulut ke mulut itu biaya rendah Bagaimanapun juga mengadakan kontak dengan pelanggan yang puas dan membuat mereka sebagai pemberi nafkah akan membebani perusahaan dengan biaya relative rendah. g. Faktor Yang Memepengaruhi Efektifitas Word of Mouth Dikutip dalam jurnal Jillian C.Sweeney, Geoffery N. Soutar dan Tim Mazzarol “Factors influcencing word of mouth effectivensess: receiver perspecives” bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi peningkatan WOM. 1. Faktor Personal 34 Yang berkaitan dengan factor ini yaitu mengenai kredibilitas penyampai pesan (sender), kepercayaan dan kepercayaan akan sumber informasi dan nilai yang terdapat didalamnya. 2. Faktor Interpersonal WOM akan lebih efektif apabila si penyampai pesan (sender) mempunyai hubungan yang dekat antara penyampai pesan (sender) dan penerima pesan (receiver) yang didasarkan pada kepercayaan dan saling menghormati. 3. Faktor Situasional. Nilai WOM akan lebih efektif untuk pembelian yang membutuhkan banyak pertimbangan (highly involved) dan resiko yang besar. Selaiin itu WOM juga sangat efektif ketika pesan yang sama diterima dari beberapa sumber (dari penyedia WOM atau dari media lainnya). 4. Karakteristikl Pesan yang disampaikan. Yaitu kejelasan pesan yang digambarkan, seperti melalui bercerita. Komunikasi non-verbal seperti bahasa tubuh juga memainkan peranan penting dalam WOM. Faktor lainnya yang di fokuskan dalampenyampaian pesan itu sendiri yang bagaimana cara WOM tersebut disampaikan atau cara WOM tersebut diceritakan. 35 Kesimpulannya WOM akan lebih efektif ketika penerima pesan membutuhkan informasi yang lebih tentang suatu produk yang ditawarkan, atau ketika konsumen mempunyai waktu yang sedikit untuk memperoleh perbandingan serta konsumen ingin mengurangi resiko dalam pembelian. h. Kekuatan Word of Mouth dan Pengaruhnya Word of Mouth merupakan alat pemasaran yang terbaik untuk membantu meningkatkan keuntungan perusahaan.Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nielsen Online bahwa 92%pengguna internet percaya kepada rekomendasi dari orang yang ia kenal. Dalam kata lain bahwa WOM berpengaruh kepada setiap orang.Secara jelas diterangkan bahwa WOM mempunyai dampak positif dan negative.Dampak negatifnya adalah opini buruk yang diciptakan oleh konsumen dapat mengecilkan hati pembeli potensial dari pembeli walaupun sebelumnya konsumen telah berhubungan dengan perusahaan atau dengan produk tersebut. Berdasarkan ICOM, sekitar 80% pengguna facebook cenderung mengatakan pengalamannya kepada orang lain jika ia memiliki pengalaman bermasalah dengan suatu produk ataujasa. Pengaruh positifnya bahwa perusahaan bias mendapatkan konsumen baru melalui kisah pelanggan yang puas yang kemudian berbagi mengenai pengalamannya tersebut dan merekomendasikan produk atau hjasa tersebut kepada orang lain. 36 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Morpcae Consultancy, bahwa positif dan negative WOM dalam facebook atau media social dapat memberikan pengaruh yang besar pada bagaimana anggota suatu media social untuk membeli suatu produk. Pada dasarnya para pembeli pengaruhnhya (influencer) tersebut ada pada setiap generasi, gender gebder dan mereka tidak berhubungan satu sama lain dengan media apapun. Mereka suka berbagi mengenai pengalamannya dengan produk atau jasa kepada semua orang. Lebih lanjut ditambahkan, bahwa mereka mencari pengalaman baru secara terus menerus karena mereka ingin tahu banyak mengenai produk atau jasa baru dan mereka ingin menjadi orang pertama yang akan memberikan kritik tentang produk atau jasa tersebut baik dengan cara yang positif maupun yang negative. Dalam hal ini dikatakan bahwwa para influencer menginginkan menjadi bagian dari fenomena WOM yang melekat dan pernyataan yang dibuat oleh influencer biasanya membatasi dirinya untuk berbicara pada kategori produk tertentu yang membuatnya tertarik. i. Indikator Word Of Mouth Word of Mouth adalah kegiatan yang terdiri dari pikiran, ide – ide dan informasi yang dibagikan di antara pelanggan dari pengalaman pribadi mereka, menurut Mikkelsen dkk, (2003) dalam 37 Ghorban, et al (2012). Indikator dari Word of Mouth diukur melalui tiga buah pertanyaan, yaitu : 1. Mengatakan hal yang positif tentang produk kepada orang lain 2. Merekomendasikan toko kepada orang lain 3. Mendorong teman – teman dan keluarga untuk berbelanja di toko 7. Minat Beli Konsumen a. Pengertian Minat Beli Konsumen Minat beli adalah suatu keinginan yang timbul dibenak konsumen untuk dapat memiliki atau membeli suatu produk atau jasa yang baru diinget, didengar atau dirasakannya. Schiffman dan Kanuk (2008:201) menyatakan bahwa “minat merupakan salah satu aspek psikologis yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap sikap perilaku”. Penilaian konsumen terhadap produk tergantung pada pengetahuannya akan informasi tentang fungsi sebenarnya dari produk tersebut, dengan demikian konsumen yang berminat untuk melakukan pembelian suatu produk dipengaruhi oleh informasi yang diterima. Swastha dan Irawan (2001:27) menyatakan bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli berhubungan dengan perasaan dan emosi, apabila sesseorang merasakan perasaan senangg dalam amembeli barang 38 atau jasa, maka hal itu akan memperkuat minat beli, pada umumnya minat akan hilang bila konsumen mengalami ketidakpuasan”. Menurut Mc. Carthy (2009:298) pengertian minat beli konsumen didefinisikan sebagai berikut: “Minat beli merupakan dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk membeli barang dan jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhannya.” Jadi minat beli adalah kesungguhan hati untuk memiliki sesuatu dengan pengorbanan dimana minat beli itu timbul karena konsumen merasa puas terhadap kualitas produk yang diberikan oleh perusahaan. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Mereka kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen. Ini sangat penting pada pembelian dengan kebebasan memilih, misalnya pada barang-barang mewah, paket liburan, dan opsi liburan. Motivasi konsumen ditingkatkan sehingga pembeli potensial memberikan pertimbangan yang serius. b. Indikator Minat Beli Konsumen Menurut Ferdinand (2006:129), minat beli dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagi berikut: 39 1) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk. 2) Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain. 3) Minat prefensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya. 4) Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut. 8. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumya berkaitan dengan penelitian ini. penelitian tersebut antara lain: Tabel 2.1 Penelitian – penelitian Terdahulu Peneliti Dina Febiana, Srikandi K., Sunarti (2014) Judul Pengaruh Word Of Variabel Word Of Mouth, Minat Beli, Hasil Variabel WoM Mouth Terhadap Minat dan Keputusan Pembelian berpengaruh secara Beli Serta Dampaknya signifikan terhadap Pada Keputusan variabel minat beli Pembelian (Survei pada Pengunjung yang 40 Melakukan Pembelian pada Biker’s Resto dan Cafe di Kota Malang) Natanael Bobby Pengaruh Bauran Produk, Harga, Tempat, Harga berpengaruh Septian et al Pemasaran (Produk, Proses, signifikan terhadap (2014) Harga, Tempat, dan dan Minat Beli minat beli ulang Proses) Terhadap Minat konsumen. Beli Ulang Konsumen Pada Warung Bu Darmi Siwalankerto Surabaya Lusia Oktaviani Analisis Pengaruh Brand Brand Image, Kualitas Brand Image, (2014) Image (Citra Merek), Produk, Harga, dan Minat Kualitas Produk, dan Kualitas Produk, dan Beli Harga berpengaruh Harga Terhadap Minat positif terhadap Beli Produk Mie Instan Minat Beli Supermi (Studi Kasus Pada Konsumen Mie Instan Supermi di Kota Semarang) Suradi; Mujiono, Faktor – faktor yang Harga menempati S.Pd, MM; mempengaruhi Minat peringkat pertama Yunelly Asra, Beli Konsumen terhadap yang mempengaruhi SE, MM Produk Tepung Sagu minat beli produk (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Selat Akar Merbau) 41 B. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan tujuan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat disusun sebuah kerangkan pemikiran teoritis seperti yang tersaji dalam gambar berikut : H1 Harga (X1) H3 WoM (Z1) H5 H4 Kualitas Produk (X2) H2 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis Minat Beli (Y1) 42 C. Hipotesis Berdasarkan kerangkan teoritis dia atas, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hubungan Harga (X1) terhadap Minat Beli (Y1) Banyak hal yang berkaitan dengan harga yang mendorong konsumen untuk memiliki suatu produk. Harga selalu berada di bawah tekanan, baik dari segi biaya, persaingan hukum, dan persepsi konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Winahyu (2012) dengan judul penelitian Analisis pengaruh persepsi Harga, Kualitas Produk, dan Daya Tarik Iklan terhadap Minat Beli Air Minum Axogy (Studi Kasus pada Pengguna Air Minum Kota Magelang, Jawa Tengah), menunjukkan hasil penelitian bahwa, dalam mempertahankan atau meningkatkan minat beli bisa dilakukan melalui inovasi produk yang bermanfaat dengan bentuk dan desain yang menarik. Permberian harga pada suatu produk juga harus melalui pertimbangan akan kualitas yang terkandung dalam produk. Untuk menciptkan emosi dan kepuasan tersendiri bagi konsumen. Oleh karena itu hipotesis pertama dari penelitian ini adalah : H1 : Harga berpengaruh positif terhadap Minat Beli 43 2. Hubungan Kualitas Produk (X2) terhadap Minat Beli (Y1) Suatu produk memiliki nilai yang berkualitas bukan dari produsen, melainkan konsumen. Konsumen adalah pihak yang berhak memberikan evaluasi, apakah produk yang dibeli dan dikonsumsi itu sesuai dengan harapannya atau tidak. Seseorang membeli suatu produk, bukan hanya fisik semata, melainkan manfaat yang ditimbulkan oleh barang atau jasa yang dibeli. Oleh karena itu, produsen dituntut untuk selalu kreatif, inovatif, dan dinamis. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk dengan inovatif akan menanggung kerugian dalam ketidaksetiaan konsumen yang berakibat pada penurunannya penjualan. Penelitian yang dilakukan oleh Faradiba (2013) dengan judul Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Lokasi, dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen (Studi pada Warung Makan “Bebek Gendut” Semarang) menunjukkan hasil bahwa, kualitas produk berpengaruh terhadap minat beli konsumen. Oleh karena itu hipotesis kedua dari penelitian ini adalah : H2 Beli. : Kualitas Produk berpengaruh positif terhadap Minat 44 3. Hubungan Harga (X1) terhadap Word Of Mouth (WOM) (Z1) Penelitian yang dilakukan oleh Anik Lestari A. (2013) dengan judul Pengaruh Kualitas Layanan dan Harga terhadap Word Of Mouth dengan Kepuasan Pelanggan sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Pengunjung Timezone Plaza Surabaya) menunjukkan hasil penelitian bahwa harga berpengaruh secara signifikan terhadap word of mouth. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Injazz J. Chen, et al (1993) dan Gabriel R. Bitran et al. (2008) yang menunjukkan kualitas layanan dan harga berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan dengan kepuasan pelanggan. Selain itu hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakuakn oleh Pujiastutik (2006) yang menemukan bahwa pelanggan yang puas juga cenderung memberikan referensi yang baik tentang produk kepada orang lain sehingga membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut. Oleh karena itu, hipotesis ketiga dari penelitian ini adalah : H3 Mouth : Harga berpengaruh secara positif terhadap Word Of 45 4. Hubungan Kualitas Produk (X2) terhadap Word Of Mouth (WOM) (Z1) Penelitian yang dilakukan oleh Anita Puspasari (2013) dengan judul Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Word Of Mouth Melalui Kualitas Pelanggan menunjukkan hasil penelitian bahwa kualitas produk memiliki pengaruh signifikan terhadap Word Of Mouth. Hal ini berarti semakin baik kualitas produk dari listrik prabayar, maka semakin tinggi pelanggan merekomendasikan listrik prabayar kepada orang lain. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Zeithami et al., dalam Dinar (2012) bahwa jika produk yang dihasilkan oleh perusahaan buruk maka yang akan terjadi adalah perilaku Word Of Mouth Negative kepada orang lain. Sebaliknya jika produk yang diberikan perusahaan baik maka yang akan terjadi adalah perilaku Word Of Mouth Positive yang salah satunya dapat berupa rekomendasi. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinar (2012) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kualitas produk dan Word Of Mouth. Oleh karena itu, Hipotesis keempat dari penelitian ini adalah: H4 Mouth : Kualitas Produk berpengaruh positif terhadap Word Of 46 5. Hubungan Word Of Mouth (WOM) (Z1) terhadap Minat Beli (Y1) Penelitian yang dilakukan oleh Dina Febiana et al (2014) dengan judul Pengaruh Word Of Mouth terhadap Minat Beli serta dampaknya pada Keputusan Pembelian (Survei pada Pengunjung yang Melakukan Pembelian pada Biker’Resto dan Cafe di Kota Malang) menunjukkan hasil penelitian bahwa WOM berpengaruh terhadap minat beli konsumen. Pada penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa Word Of Mouth dari reference group (keluarga, teman dekat, dan kenalan) seseorang mengundang rasa ingin tahu lebih lanjut tentang Biker’s Resto dan Cafe kota Malang dengan mencari informasi lebih banyak tentang Resto dan Cafe tersebut, sehingga calon pelanggan tertarik untuk datang dan berkunjung kemudian mempertimbangkan untuk membeli dan akhirnya akan menimbulkan rasa ingin tahu untuk membeli produk Biker’s Resto dan Cafe. Disimpulkan bahwa dalam menciptakan minat beli konsumen, memerlukan saran dan informasi seseorang sehingga mempengaruhi minat seseorang dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembelian (keputusan pembelian). Oleh karena itu, hipotesis kelima pada penelitian ini adalah : H5 Beli : Word Of Mouth berpengaruh positif terhadap Minat