MOTIVASI KERJA TENAGA PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI Tya Arnesta, Yeni Budi Rachman Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424 [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini membahas mengenai motivasi kerja tenaga perpustakaan dan faktor-faktor apa saja yang memotivasi dan mendemotivasi tenaga perpustakaan di Perpustakaan BPP Kemendagri. Pembahasan mengenai penelitian dibagi menjadi pembahasan mengenai motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik digambarkan menggunakan teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow berdasarkan lima tingkatan kebutuhan yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen. Informan dalam penelitian ini adalah tenaga perpustakaan BPP Kemendagri yang berjumlah empat orang. Peneliti menarik kesimpulan bahwa dari empat orang informan, dua orang informan masih memiliki motivasi kerja yang tinggi, sedangkan dua orang lainnya telah mengalami demotivasi. Peneliti menyarankan Perpustakaan BPP Kemendagri perlu membangun dan menumbuhkan semangat kerja dan motivasi bagi seluruh tenaga perpustakaan melalui peningkatan kapasitas SDM tenaga perpustakaan berupa diklat, sarana-prasarana yang memadai, dan pemberian penghargaan atau insentif. Kata kunci : Motivasi, motivasi kerja. Abstract This research discusses the motivation of library staff and what factors that motivate and demotivate the library staff of BPP Kemendagri. The discussion of this research are divided into two parts, they are intrinsic motivation and extrinsic motivation. Intrinsic motivation is described using the Maslow’s Need Hierarchy. It covers five levels of needs, which are physiological needs, safety needs, affiliation and acceptance needs, esteem needs, and self-actualization needs. This is a qualitative research with case study method. Data collection methods used in this study were in-depth interviews, observation and document analysis. Informants in this study are staffs library of BPP Kemendagri. The result shows that two informants still have high work motivation, while two others have demotivation. This research suggests that library of BPP Kemendagri need to build motivation for all library staff through capacity building the library staff such as training staff library, satisfy the infrastucture, and the provision of an award or incentive. Keywords: Motivation, work motivation. PENDAHULUAN Motivasi merupakan salah satu unsur penting dalam kepegawaian sebuah organisasi termasuk perpustakaan, artinya motivasi harus dimiliki setiap tenaga perpustakaan. Tenaga perpustakaan dengan motivasi kerja yang baik akan melaksanakan setiap pekerjaan yang diberikan dengan sebaik-baiknya dan mengerahkan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Oleh karena itu motivasi kerja merupakan sesuatu yang penting yang harus dimiliki oleh tenaga perpustakaan. Motivasi kerja adalah sebuah dorongan pada diri tenaga perpustakaan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan dalam rangka pencapaian Motivasi kerja..., Tya Arnesta, FIB UI, 2013 tujuan perpustakaan. Motivasi kerja tenaga perpustakan tidak selamanya berada dalam kondisi baik, oleh karena itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan motivasi kerja di saat motivasi kerja tenaga perpustakaan menurun. Meningkatkan motivasi kerja bisa dilakukan dengan memperhatikan dan memenuhi kebutuhan tenaga perpustakaan serta menghargai hasil dari pekerjaan mereja. Sebagai perpustakaan khusus, Perpustakaan Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) Kementerian Dalam Negeri memiliki tujuan mendukung para Pejabat Fungsional Peneliti dan/atau Perekayasa serta para Pejabat Struktural dalam mencari data/informasi berdasarkan koleksi yang diperlukan untuk menuntaskan laporan aktivitas kelitbangan. Sebagai perpustakaan khusus, sudah semestinya Perpustakaan BPP Kemendagri dapat memenuhi kebutuhan para pemustaka. Tenaga perpustakaan harus memiliki motivasi kerja yang tinggi untuk dapat mencapai tujuan perpustakaan. Namun berdasarkan pengamatan sementara, tenaga perpustakaan BPP Kemendagri belum memiliki motivasi kerja yang tinggi dikarenakan dalam pengelolaannya, Perpustakaan BPP Kemendagri masih menghadapi berbagai kendala internal berupa keterbatasan sarana-prasarana, lemahnya dukungan sumberdaya manusia, dan minimnya fasilitas yang diperlukan untuk menjaga produktivitas pengelolaan perpustakaan. Hasil observasi awal mengindikasikan bahwa terdapat keterbatasan sarana kerja dan ruangan kerja yang tidak proporsional bagi tenaga perpustakaan, sehingga proses kerja menjadi tidak kondusif dan semakin menurunkan semangat serta motivasi kerja tenaga perpustakaan yang telah ada. Motivasi yang dimiliki oleh tenaga perpustakaan dapat menurunkan kinerja Perpustakaan BPP Kemendagri. Hal tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anggi Alun H. (2007) dalam skripsi, dengan judul penelitian “Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Staf Perpustakaan FIB UI” didapatkan hasil, bahwa motivasi memang memberikan pengaruh terhadap kinerja staf Perpustakaan, dimana kinerja yang baik dipengaruhi oleh motivasi kerja yang baik. Penelitian tentang motivasi kerja juga dilakukan oleh Lamptey, R.B, Boateng M.S. dan Antwi, I.K (2013) dalam jurnal dengan judul penelitian “Motivation and Performamce of Librarians in Public Universities in Ghana”. Diperoleh hasil bahwa motivasi berkaitan erat dengan peningkatan kinerja dalam perpustakaan. Penelitian ini membahas tentang motivasi dan kinerja pustakawan. Penelitian ini juga membahas motivasi pustakawan, pengaruh motivasi kinerja, pandangan pustakawan terhadap motivasi, tingkat kepuasan pustakawan dan upaya manajemen perpustakaan perguruan tinggi untuk memotivasi pustakawan. Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang motivasi kerja di kedua tempat yang berbeda ditemukan hasil yang signifikan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan motivasi kerja tenaga perpustakaan serta faktor-faktor apa saja yang dapat memotivasi dan mendemotivasi tenaga perpustakaan di Perpustakaan BPP Kemendagri. BPP Kemendagri sendiri merupakan instansi pemerintah yang bertugas melakukan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri sehingga peran perpustakaan harus maksimal dalam menyediakan literatur terkait. Dalam upaya mengetahui motivasi kerja Tenaga Perpustakaan di Perpustakaan BPP Kemendagri, peneliti juga merumuskan pertanyaan penelitian seperti: 1) Bagaimana motivasi kerja Tenaga Perpustakaan BPP Kemendagri?; dan 2) Apa saja faktor-faktor yang memotivasi dan mendemotivasi Tenaga Perpustakaan BPP Kemendagri? Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi motivasi kerja Tenaga Perpustakaan BPP Kemendagri.; 2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang memotivasi dan mendemotivasi Tenaga Perpustakaan BPP Kemendagri. Berdasarkan paparan diatas dan mengingat begitu pentingnya motivasi kerja yang tinggi, dimana motivasi kerja akan menentukan ketercapaiaan tujuan perpustakaan. Maka peneliti akan mencoba melakukan penelitian terkait motivasi kerja beserta faktor yang mempengaruhinya dengan judul “Motivasi Kerja Tenaga Perpustakaan di Perpustakaan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri”. Berikut dijabarkan beberapa teori menunjang penelitian mengenai motivasi kerja: yang Motivasi Kerja Motivasi berasal dari kata latin “Movere”yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, 2008). Kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan. Menurut Moch As’ad (1999) bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Manusia bekerja disebabkan adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Dari pendapat mengenai definisi Motivasi kerja..., Tya Arnesta, FIB UI, 2013 motivasi dan definisi kerja dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh baik dari dalam maupun dari luar diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya dengan optimal dengan tujuan untuk mendapatkan hasil kerja sehingga mencapai kepuasan sesuai dengan keinginnya. Motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik a. Motivasi Intrinsik Sutikno (2012) menjelaskan bahwa jenis motivasi intrinsik timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi intrinsik tenaga perpustakaan dapat digambarkan melalui Maslow’s Need Hierarchy Theory oleh Abraham Maslow pada tahun 1943. Hasibuan (2008) menjelaskan mengenai dasar Teori Hierarki Kebutuhan Maslow (Maslow’s Need Hierarchy Theory): 1. Kebutuhan Fisik Kebutuhan fisik yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan minum, udara, perumahan dan lain-lainnya. Kebutuhan ini hanya dapat dicapai oleh pegawai bila gaji dan tunjangan dapat memenuhi kebutuhan pokok tersebut. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisik ini merangsang seseorang berperilaku dan bekerja giat. Kebutuhan fisik ini termasuk kebutuhan utama, tetapi merupakan tingkat kebutuhan yang bobotnya paling rendah. 2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan Kebutuhan keamanan dan keselamatan adalah kebutuhan akan keamanan dari ancaman yakni aman dari penyakit akibat kerja, bebas dari ancaman pemecatan, dan kejelasan dari peraturan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk, yaitu: a. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di tempat pekerjaan pada saat mengerjakan pekerjaan di waktu jam-jam kerja b. Kebutuhan akan keamanan harta di tempat pekerjaan pada waktu jam-jam kerja, misalnya motor yang disimpan jangan sampai hilang. 3. Kebutuhan Sosial Kebutuhan sosial adalah kebutuhan akan teman, kebutuhan untuk dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya. Manusia pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorang pun manusia ingin hidup menyendiri di tepat terpencil. Karena manusia adalah makhluk sosial, sudah jelas ia menginginkan kebutuhan-kebutuhan sosial yang terdiri dari empat kelompok, yaitu: a. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan tempat ia hidup dan bekerja (sense of belonging). b. Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance). c. Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak seorang pun yang menyenangi kegagalan. d. Kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation). 4. Kebutuhan akan Penghargaan Kebutuhan ini adalah kebutuhan akan penghargaan diri, pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian. Akan tetapi perlu diperhatikan oleh pimpinan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat atau posisi seseorang dalam suatu organisasi maka semakin tinggi pula prestasinya. Bentuk penghargaan ini dapat berupa finansial seperti kenaikan gaji maupun non finasial seperti pelatihan maupun pujian dari atasan. 5. Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang suliat dicapai orang lain. Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi seseorang secara penuh. Keinginan seseorang untuk mencapai kebutuhan sepenuhnya dapat berbeda satu dengan lainnya. Kebutuhan ini ditampilkan dalam bentuk keinginan pengembangan karier, adanya kesempatan untuk menampilkan produktivitas dan kualitas kerja yang tinggi, dan adanya kesempatan untuk mengembangkan dan mewujudkan kreatifitas. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ektrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku Motivasi kerja..., Tya Arnesta, FIB UI, 2013 yang digerakkan oleh motivasi ektrinsik terletak di luar tingkah laku tersebut. Senada dengan pernyataan di atas. Sutikno (2012) juga menjelaskan bahwa jenis motivasi ektrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu Ada beberapa faktor penghambat dan faktor pendukung motivasi (Hasibuan, 2008), diantaranya: 1. Kendala-Kendala Motivasi a. Untuk menentukan alat motivasi yang paling tepat, sulit karena keinginan setiap individu tenaga perpustakaan tidak sama; b. Kemampuan organisasi terbatas dalam menyediakan fasilitas dan insentif; c. Pimpinan sulit mengetahui motivasi kerja setiap individu tenaga perpustakaan; d. Pimpinan sulit memberikan insentif yang adil dan layak. 2. Faktor Pendukung Pemberian Motivasi Walaupun setiap individu tenaga perpustakaan mempunyai keinginan yang berbeda-beda, tetapi ada kesamaan dalam kebutuhan (needs)-nya, yaitu setiap manusia ingin hidup dan untuk hidup perlu makan dan manusia normal mempunyai harga diri. Jadi setiap manusia/karyawan mengharapkan kompensasi dari prestasi yang diberikannya serta ingin memperoleh pujian, perlakuan yang baik dari atasannya. Peran Pemimpin dalam Memotivasi Tenaga Perpustakaan Kepemimpinan adalah inti dari manajemen. Pemimpin adalah motor penggerak bukan saja terhadap alat-alat sumber keuangan dan materi, tetapi terutama pada manusia. Oleh karena itu pemimpin mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam mencapai keberhasilan dan kegagalan dalam meraih tujuan organisasi – dalam hal ini perpustakaan. Menurut Nawawi (2003) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain atau anggota organisasi agar termotivasi untuk melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaannya tanpa dipaksa. Dengan perkataan lain, kepemimpinan untuk mengefektifkan perpustakaan memerlukan strategi dalam mempengaruhi staf perpustakaan agar memberikan kontribusi secara optimal dalam mencapai tujuan perpustakaan. Hubungan antara pemimpin dan staf perpustakaan akan berjalan dengan baik bila masingmasing menyadari apa yang telah menjadi tanggung jawab masing-masing pihak. Dan hubungan ini akan menjadi pincang apabila salah satu pihak merasa tidak mendapatkan apa yang diharapkan. Hubungan menjadi baik akan terjalin antara pemimpin dan staf perpustakaan, apabila mereka saling membantu untuk mengembangkan diri masing-masing. Widjaja (1985) mengungkapkan bahwa ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan seseorang pemimpin berhasil mempengaruhi dan menggerakkan orang lain baik orang itu sebagai bawahan, sesama kolega, maupun yang berkedudukan lebih tinggi untuk mecapai tujuan organisasi. Faktor tersebut antara lain: kematangan, latar belakang kehidupan, usia, kelebihankelebihan, sosial dan budaya, kehidupan lingkungan dan lain sebagainya yang merupakan kepribadian. Keperibadian pemimpin merupakan faktor dalam memotivasi staf perpustakaan. Pemimpin yang lebih matang (mature) kepribadiannya akan memiliki motivasi dalam menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya (staf perpustakaan). Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah Perpustakaan khusus adalah sebuah unit atau departemen dari suatu organisasi yang fungsi utamanya adalah melayani kebutuhan informasi setiap personil dalam organisasi (Ferguson dan Mobley, 1984). Dari pengertian tersebut, dapat dimengerti bahwa perpustakaan khusus berada di bawah struktur sebuah organisasi yang disebut organisasi induk (parent body). Perpustakaan khusus dibentuk oleh sebuah organisasi untuk mendukung kegiatan organisasi tersebut. Oleh karena itu, perpustakaan khusus memiliki koleksi yang berbeda (unik) sesuai dengan fungsi sebuah organisasi. Selain koleksi yang unik, perpustakaan khusus juga memiliki kelompok klien yang dibatasi (Totterdell dan Harrison, 2000), sehingga perpustakaan khusus hanya melayani anggota yang berafiliasi dengan organisasi induknya dan tidak membuka layanan untuk umum. Tujuan dibentuknya perpustakaan khusus adalah untuk mendukung dan memudahkan pegawai suatu lembaga induk dalam mengemban tugastugasnya secara lebih efektif (Totterdell dan Harrison, 2000). Tujuan ini menjadikan perpustakaan khusus sebagai pendukung pegawai dalam melaksanakan tugas yang berkaitan dengan operasional organisasi. Keberhasilan suatu organisasi saat ini tidak dapat terlepas dari ketersediaan informasi bagi para pegawainya. Pegawai yang mengikuti dan memahami informasi terkini mengenai bidang kerjanya menggambarkan kesiapan organisasi tersebut untuk selalu siaga menghadapi perkembangan situasi dan perubahan zaman. Oleh karena itulah, bahan pustaka yang mutakhir harus selalu ada di dalam perpustakaan khusus. Motivasi kerja..., Tya Arnesta, FIB UI, 2013 Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI): Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah, dijelaskan bahwa perpustakaan khusus instansi pemerintah merupakan salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga pemerintah yang menangani atau mempunyai misi bidang tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan materi perpustakaan/informasi di lingkungannya dalam rangka mendukung pencapaian misi instansi induknya. Manajemen Sumber Daya Manusia Perpustakaan Sumber daya manusia (SDM) perpustakaan khusus instansi Pemerintah terdiri atas Pustakawan dan Tenaga Teknis Perpustakaan. Masyarakat pada umumnya lebih mengenal mereka sebagai karyawan atau staf perpustakaan sebagai komponen yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan layanan perpustakaan. Secara organisatoris, tenaga perpustakaan harus memadai dari segi jumlah dan mutu, sehingga kebutuhan layanan dan program dapat dikembangkan secara optimal. Dalam Standar Nasional Indonesia: Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah, dijelaskan bahwa staf perpustakaan sekurang-kurangnya terdiri atas 3 orang, yaitu 1 (satu) kepala perpustakaan, 1 (satu) tenaga pustakawan, dan 1 (satu) tenaga teknis. 1. Kepala Perpustakaan Kualifikasi kepala perpustakaan adalah seorang tenaga profesional, sekurang-kurangnya berijazah strata 1 (S1) di bidang ilmu perpustakaan atau S1 bidang lain ditambah dengan diklat penyetaraan bidang perpustakaan. 2. Tenaga Pustakawan Seseorang yang memiliki kompetensi kepustakawanan yang diperoleh melalui pendidikan serendah-rendahnya Diploma II di bidang ilmu perpustakaan dan informasi atau bidang lain yang disetarakan melalui pendidikan dan pelatihan kepustakawanan yang diselenggarakan oleh lembaga terakreditasi untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi perpustakaan 3. Tenaga Teknis Tenaga teknis yang memiliki keahlian sesuai dengan bidang dan profesinya yang bertugas menunjang tugas pokok dan fungsi perpustakaan, seperti tenaga teknis komputer, audio visual, ketatausahaan. Sumber daya manusia perpustakaan dapat terdiri atas pejabat fungsional putakawanan, pejabat fungsional lain (dosen, arsiparis, pranata komputer), dan tenaga administrasi. Mereka merupakan pilar utama dalam kegiatan perpustakaan. Maju-mundurnya suatu perpustakaan tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang terlibat. Sumber daya manusia merupakan aset utama perpustakaan yang tidak boleh diperlakukan sebagai alat produksi seperti mesin semata. Oleh karena itu, perlu adanya usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang tidak saja berupa pemenuhan kebutuhan materi semata melainkan mereka juga harus dipuaskan dalam kepentingan-kepentingan psikologis, sosial, status, serta keinginan untuk tumbuh berkembang dan berkarir. Pemuasan berbagai kebutuhan dan kepentingan inilah yang akan membawa aspek-aspek yang sangat rumit dan beraneka ragam. Manajemen sumber daya manusia di perpustakaan yang dilakukan secara baik dan profesional bertujuan agar dapat tercipta daya keseimbangan antara kebutuhan sumber manusia dengan tuntutan serta kemajuan perpustakaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci sukses bagi perpustakaan agar dapat berkembang dan tumbuh secara produktif. Bila pengelolaan sumber daya manusia dapat dilaksanakan secara profesional, diharapkan sumber daya manusia yang ada dapat bekerja secara produktif. Perpustakaan perlu memiliki kebijakan pengembangan sumber daya manusia sesuai dengan volume kegiatan dan kebutuhan keahlian cakupan bidang tugasnya. Pengembangan sumber daya manusia dilakukan melalui pendidikan berlanjut, pendidikan informal dan atau keikutsertaan secara aktif dalam berbagai seminar, lokarya yang sesuai dengan substansi tugas sehari-hari minimal 1 (satu) tahun sekali (Perpustakaan Nasional RI, 2002). METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif yang akan membahas dan meneliti mengenai motivasi kerja tenaga perpustakaan BPP Kemendagri. Menurut Pendit (2003), penelitian kualitatif pada umumnya dirancang untuk memberikan pengalaman senyatanya dan menangkap makna sebagaimana yang tercipta di lapangan penelitian melalui interaksi langsung dengan yang diteliti. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Cresswell (1994), antara lain: 1) Toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas dan subjektifitas; 2) Penelitian bersifat eksploratif; 3) Memandang konteks penelitian sebagai sebuah hal yang penting; 4) Tidak memiliki teori dasar yang cukup spesifik. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus dalam penelitian ini sebagai suatu studi yang bersifat menyeluruh, rinci, dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya menelaah masalahmasalah atau fenomena yang bersifat kontemporer (Bungin, 2007). Studi ini akan membahas motivasi Motivasi kerja..., Tya Arnesta, FIB UI, 2013 kerja tenaga perpustakaan BPP Kemendagri sebagai salah satu pilar dalam upaya mewujudkan Visi-Misi BPP Kemendagri. Dalam upaya memfokuskan analisis dan pembahasannya, maka penelitian ini difokuskan pada identifikasi terhadap faktor-faktor penunjang dan penghambat motivasi kerja tenaga perpustakaan sembari mendeskripsikan motivasi kerjanya. Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan BPP Kemendagri yang berlokasi di Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) Kementerian Dalam Negeri yang beralamat di Jalan Kramat Raya Nomor 132 Jakarta Pusat. Dalam struktur organisasi BPP Kemendagri, pengelolaan perpustakaan tersebut berada di bawah tanggung jawab Subbagian Perpustakaan, Informasi, dan Dokumentasi (PIDo) Bagian Kerjasama Litbang dan Administrasi Peneliti/Perekayasa (KLAP/P) Sekretariat BPP Kemendagri. Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu harian, yakni setiap hari kerja efektif (Senin-Jumat) selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan Maret sampai dengan Mei tahun 2013. Pemilihan informan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menggali informasi tentang bagaimana motivasi kerja tenaga perpustakaan BPP Kemendagri. Metode yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu menetapkan beberapa kriteria tertentu sebelum memilih informan. Pemilihan informan dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis agar informan yang diambil dapat memberikan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian sehingga pada akhirnya dapat menjawab permasalahan yang ingin dipecahkan oleh penulis. Kriteria yang harus terpenuhi agar menjadi informan penelitian yaitu: 1. Telah bekerja di Perpustakaan BPP Kemendagri minimal selama 1 (satu) tahun 2. Terlibat dalam kegiatan inti perpustakaan meliputi pengadaan koleksi, pengolahan, perawatan, serta sirkulasi dan pelayanan . 3. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian sebagai informan Dari 8 (delapan) orang tenaga perpustakaan di Perpustakaan BPP Kemendagri, yang akan diwawancarai berjumlah 4 (empat) orang. Hal ini dikarenakan, 4 (empat) orang lainnya tidak terlibat dalam kegiatan inti perpustakaan, mereka bertugas mengelola terbitan berkala dari BPP Kemendagri dalam bentuk media dan jurnal tercetak. Empat orang tenaga perpustakaan yang dipilih sebagai informan adalah sebagai berikut: 1) Bapak Dika (samaran): Kepala Perpustakaan; 2) Bapak Joni (samaran):PNS di Perpustakaan; 3) Ibu Nia (samaran): Pustakawan, dan; 4) Bapak Pandu (samaran): Tenaga Administrasi Perpustakaan. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan teknik penelitian mengumpulkan data dengan cara: a. Wawancara Mendalam Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth Interview). Menurut Koentjaraningrat (1991) wawancara mendalam dilakukan berdasarkan panduan wawancara yang disusun secara tidak berstruktur, namun difokuskan pada pokok persoalan tertentu yang tercakup dalam tema pokok penelitian. Untuk dapat mencapai tujuan dari wawancara, penulis memilih melakukan wawancara dengan menggunakan panduan wawancara. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup seluruhnya. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap Tenaga Perpustakaan BPP Kemendagri. Pertanyaan umum yang akan diajukan kepada Tenaga Perpustakaan berkisar mengenai bagaimana motivasi kerja mereka selama bekerja di Perpustakaan BPP Kemendagri dan apa saja faktorfaktor yang memotivasi dan mendemotivasi tenaga perpustakaan dalam bekerja. b. Observasi Untuk menggali aspek perasaan yang tidak bisa dilakukan pada kegiatan wawancara, maka didukung dengan teknik observasi. Menurut Margono (1997), observasi adalah pengamatan dan pencacatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Pengamatan dilakukan tanpa memberikan intervensi, sehingga peneliti mendapatkan hasil penelitian yang objektif. Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi tentang motivasi kerja tenaga perpustakaan. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam mengumpulkan data melalui pengamatan. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap staf-staf perpustakaan mengenai perilaku informan dalam melaksanakan pengelolaan perpustakaan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara. c. Analisis Dokumen Dalam upaya menambah data dan informasi yang diperlukan untuk menunjang penelitian, peneliti melakukan analisis dokumen. Analisis dokumen dimaksudkan sebagai aktivitas untuk mengetahui rekam jejak tenaga perpustakaan selama mereka bekerja di Perpustakaan BPP Kemendagri yang diperoleh melalui catatan, disposisi/arahan pimpinan, nota dinas, gambar, dan/atau foto-foto yang sudah didokumentasikan. Selanjutnya Motivasi kerja..., Tya Arnesta, FIB UI, 2013 dilakukan konvergensi antara dokumen-dokumen yang terkait dengan hasil wawancara dan observasi. Adapun dokumen yang dianalis, yaitu: rencana strategis (renstra), pedoman operasional (PO), nota dinas, keputusan Menteri Dalam Negeri, dan struktur organisasi. Pada tahap analisis data, peneliti mencatat data yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan, observasi langsung pada Perpustakaan BPP Kemendagri dan analisis dokumen Perpustakaan. Peneliti mensistematisasikan jawaban-jawaban dari informan, hasil observasi langsung dan analisis dokumen lalu menghubungkan data yang diperoleh. Setelah itu, peneliti melakukan kodifikasi (coding) agar dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan penelitian. Selain melakukan pengelompokan, peneliti juga mereduksi data, yang artinya peneliti mengeluarkan data yang tidak menopang temuan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Tahap terakhir adalah tahap penarikan kesimpulan, dimana data yang telah terkumpul lalu diolah, dianalisis, dan diinterpretasikan. Interpretasi data dilakukan untuk mengetahui relevansi antara data yang didapatkan, permasalahan yang hendak dipecahkan dan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Proses interpretasi data yang dilakukan adalah menafsirkan data menjadi kategori yang artinya data sudah menjadi bagian dari teori yang selanjutnya diformulasikan secara deskriptif. Dari hasil interpretasi data yang telah dilakukan, kemudian dapat diambil kesimpulan. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA a. Profil Perpustakaan BPP Kemendagri Perpustakaan BPP Kemendagri yang terletak di Jalan Kramat Raya Nomor 132 Jakarta Pusat merupakan perpustakaan khusus yang diperuntukkan secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan Kementerian Dalam Negeri. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 Angka 7, Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, dinyatakan bahwa Perpustakaan Khusus adalah perpustakaan yang diperuntukkan secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan keagamaan, rumah ibadah, atau organisasi lain. Dalam dokumen Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri atau “Renstra BPP Kemendagri”, dinyatakan bahwa visi BPP Kemendagri adalah “Terwujudnya Kebijakan Pemerintahan Dalam Negeri Yang Berkualitas Berdasarkan Hasil Penelitian Dan Pengembangan”. Visi tersebut hadir sebagai penunjang pencapaian visi-misi Kementerian Dalam Negeri yang dijabarkan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya BPP Kemendagri. Selanjutnya, sebagai penjabaran lebih lanjut dari visi BPP Kemendagri, maka misi yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi dimaksud adalah: 1. Meningkatkan kualitas penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri. 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya kelitbangan. 3. Memantapkan koordinasi dan kerjasama melalui pendayagunaan jejaring penelitian dan teknologi informasi di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan institusi penelitian dan pengembangan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK). 4. Meningkatkan kualitas pembinaan penelitian dan pengembangan bidang pemerintahan daerah melalui fasilitasi, supervisi, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK). 5. Memantapkan kelembagaan dan ketatalaksanaan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan daerah. BPP Kemendagri memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan aktivitas kelitbangan yang mencakup: 1) penelitian; 2) pengembangan; 3) pengkajian; 4) penerapan; 5) perekayasaan; dan 6) pengoperasian. Bila ditinjau dari sisi organisasi, struktur organisasi BPP Kemendagri terdiri atas beberapa unsur staf, yakni Sekretariat BPP dan unsur lini berupa 4 (empat) Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang). Keempat unit lini tersebut adalah: 1) Puslitbang Kesatuan Bangsa, Politik, dan Otonomi Daerah; 2) Puslitbang Pemerintahan Umum dan Kependudukan; 3) Puslitbang Pemerintahan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat; dan 4) Puslitbang Keuangan dan Pembangunan Daerah. Dalam konteks aktivitas kelitbangan, keempat puslitbang memegang peranan penting dalam pencarian, pengumpulan, dan penggalian data/ informasi maupun dalam upayanya mengembangkan basis data (database) yang kelak dapat digunakan untuk kebutuhan analisis kelitbangan dan proses pengambilan keputusan pimpinan di lingkungan Kemendagri. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersbut memerlukan keterpaduan antara unsur lini dan staf, baik dalam pengelolaan administrasi, pelaksanaan teknis-operasional maupun manajerial kelitbangan. Kondisi ini menuntut tersedianya suatu perpustakaan yang mampu menyediakan data/informasi secara cepat, tepat, dan mudah diperoleh untuk pemenuhan kebutuhan BPP Kemendagri dalam pencapaian visimisi yang wajib diembannya. Motivasi kerja..., Tya Arnesta, FIB UI, 2013 Struktur organisasi Sub Bagian Perpustakaan, Informasi, dan Dokumentasi berada di bawah bagian Kerjasama Penelitian dan Pengembangan dan Administrasi Peneliti/Perekayasa (KLAP/P) dimana tugasnya sesuai Pasal 1130 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Tata Laksana dan Organisasi Kementerian Dalam Negeri yaitu mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyelenggaraan urusan perpustakaan, informasi dan dokumentasi dimana bagian tersebut berada di bawah sekretariat daerah. b. Motivasi Kerja Tenaga Perpustakaan BPP Kemendagri Pembahasan mengenai motivasi kerja tenaga perpustakaan BPP Kemendagri akan dibagai ke dalam 2 (dua) jenis motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Berikut ini adalah paparan mengenai hal tersebut. 1. Motivasi Intrinsik a. Kebutuhan Fisik Pembahasan mengenai kebutuhan fisiologis difokuskan kepada tiga (3) aspek utama, yakni: gaji/ tunjangan, iklim kerja, dan sarana-prasarana. Ditinjau dari segi gaji dan tunjangan yang diberikan kepada setiap tenaga perpustakaan, pengaturannya sudah tertuang dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun, berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan, ternyata informan menyatakan bahwa gaji yang diterima belum mampu membangun semangat dan motivasinya untuk bekerja di Perpustakaan BPP Kemendagri. Pada umumnya gaji yang diterima oleh para tenaga perpustakaan belum memenuhi kebutuhan hidup, sehingga masih diperlukan sejumlah insentif atau bahkan tunjangan lainnya untuk meringankan beban hidup tenaga perpustakaan. Informan juga menyampaikan agar tenaga perpustakaan (PNS) dijadikan Pejabat Fungsional Pustakawan. Selama ini, di Perpustakaan BPP Kemendagri belum ada Pejabat Fungsional Pustakawan karena untuk mendapatkan jabatan tersebut ada syarat yang yang harus dipenuhi yaitu harus berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), berlatar belakang ilmu perpustakaan dan informasi atau bidang lain yang disetarakan melalui pendidikan dan pelatihan kepustakawanan, dan telah mengikuti diklat sertifikasi pustakawan. diangkat menjadi Pejabat Fungsional Pustakawan karena tenaga perpustakaan belum pernah ada yang mengikuti diklat sertifikasi pustakawan. Padahal jika tenaga perpustakaan dapat diangkat menjadi Pejabat Fungsional Pustakawan bisa mendapatkan tunjangan di luar gaji pokok mereka. Hal ini bergantung pada kebutuhan fisiologis yang lebih bersifat material. Pada dasarnya tenaga perpustakaan membutuhkan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja yang seharusnya diemban. Melihat hal ini, Pemerintah diharapkan dapat meninjau kembali ketentuan peraturan perundangundangan tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Pustakawan. Sebab, tunjangan merupakan jenis motivasi yang diperoleh dari luar diri tenaga perpustakaan. Melalui pemberian tunjangan tersebut, diharapkan tenaga perpustakaan dapat lebih termotivasi untuk bekerja dengan lebih baik. Ketenangan, kenyamanan, dan iklim kerja yang kondusif juga merupakan kebutuhan fisiologis tenaga perpustakaan. Suasana kerja turut membangun motivasi kerja tenaga perpustakaan. Perlu dibangun hubungan baik antar sesama rekan kerja, sehingga dapat tercipta iklim organisasi yang kondusif dalam melakukan setiap pekerjaan. Untuk itu kerjasama dan kekompakan seluruh tenaga perpustakaan memiliki andil yang sangat penting. Selain itu, dari sisi tata letak (lay-out), Perpustakaan BPP Kemendagri berada di bagian paling depan Gedung Kantor BPP Kemendagri. Tepatnya langsung di tepi Jalan Kramat Raya. Berdasarkan hasil observasi, penulis menyimpulkan suasana ini dirasakan kurang nyaman oleh tenaga perpustakaan. Suara bising dari kendaraan bermotor yang berlalu-lalang di Jalan Kramat Raya mengusik ketenangan dalam bekerja, sehingga memberikan dampak yang kurang baik bagi tenaga perpustakaan. Suasana yang bising juga dirasakan oleh tenaga perpustakaan sebagai salah satu faktor penghambat dalam melakukan pekerjaan. Kepala Perpustakaan mengungkapkan relokasi perpustakaan ke lokasi yang lebih tepat menjadi isu yang harus segera ditindaklanjuti, sehingga perpustakaan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Selain kenyamanan tempat bekerja, tenaga perpustakaan juga membutuhkan sarana dan prasana untuk menunjang pekerjaan sehari-hari. Sarana-prasarana memberikan dampak yang baik dalam mendukung pekerjaan. Namun Perpustakaan BPP Kemendagri masih memiliki keterbatasan sarana-prasarana Sampai saat ini, tenaga perpustakaan di Perpustakaan BPP Kemendagri belum ada yang Motivasi kerja..., Tya Arnesta, FIB UI, 2013 Sarana-prasarana yang ada dalam observasi lapangan, tersedia komputer (diperuntukkan hanya untuk kepala perpustakaan), internet, meja, kursi, rak penyimpan dokumen, dan alat tulis. Terlihat masih minimnya sarana-prasarana yang didapatkan oleh tenaga perpustakaan sehingga dalam melakukan dan menyelesaikan tugas yang menjadi beban kerjanya, mereka tidak didukung oleh sarana-prasarana yang memadai. Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat dipahami bahwa kebutuhan fisik seperti gaji/ tunjangan, sarana-prasarana, dan iklim kerja merupakan faktor-faktor yang dirasakan cukup penting untuk meningkatkan motivasi kerja tenaga perpustakaan di Perpustakaan BPP Kemendagri. Keinginan tenaga perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan fisik ini akan merangsang tenaga perpustakaan berperilaku dan bekerja giat. b. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan Keamanan dan keselamatan dalam konteks ini dikonkritkan dalam bentuk jaminan kesehatan (jamkes) dan asuransi kesehatan (askes) serta arahan pimpinan. Jamkes diberikan oleh Poliklinik BPP Kemendagri dengan cara melakukan perawatan berdasarkan permintaan dan keluhan sakit yang diderita oleh tenaga perpustakaan. Di sisi lain, askes diberikan dalam bentuk pembayaran fasilitas rawat-inap dan obat yang digunakan oleh tenaga perpustakaan bila menderita sakit dan harus menjalani rawat-inap di rumah sakit tertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Jamkes dan askes diberikan kepada seluruh tenaga perpustakaan. Keamanan dan keselamatan diaktualisasikan juga melalui pemberian disposisi atau arahan/petunjuk pimpinan ketika tenaga perpustakaan BPP Kemendagri harus melaksanakan tugas pokoknya. Kondisi ini membangun semangat tenaga perpustakaan karena terdapat kepastian perlidungan dari pimpinan. Disposisi dan arahan serta petunjuk merupakan instrumen kerja untuk memastikan bahwa setiap pekerjaan terkait halihwal perpustakaan dapat terselenggara secara benar, tepat sasaran, dan tepat waktu. Setiap tenaga perpustakaan membutuhkan jaminan keamanan dan keselamatan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Disisi lain, kontribusi dan dukungan pimpinan dalam bentuk tanggung jawab akan membangkitkan gairah kerja tenaga perpustakaan. Artinya, kepemimpinan memiliki andil besar dan penting untuk mendorong motivasi kerja. Peran pimpinan dalam menjaga semangat para tenaga perpustakaan menjadi kunci sukses keberhasilan kegiatan perpustakaan. Prosedur Operasional Standar (POS) untuk perpustakaan belum terdapat di Perpustakaan BPP Kemendagri karena selama ini sering kali terjadi rotasi jabatan yang mengakibatkan tertundanya pembuatan POS. Ketiadaan POS dirasakan menjadi salah satu faktor yang menghambat motivasi kerja tenaga perpustakaan di Perpustakaan BPP Kemendagri. Dalam pelaksanaan pekerjaan, Prosedur Operasional Standar (POS) yang dipadukan dengan pemberian pedoman atau petunjuk pelaksana lainnya merupakan hal yang cukup penting dalam menunjang kegiatan tenaga perpustakaan untuk menuntaskan pekerjaannya secara optimal. Begitu pula halnya dengan Petunjuk Operasional (PO) yang merupakan pedoman bagi tenaga perpustakaan dalam melaksanakan setiap kegiatan berdasarkan waktu dan alokasi biayanya. Maknanya, baik PO maupun POS, keduanya merupakan titik tolak atau acuan seluruh tenaga perpustakaan dalam bekerja agar dapat mencapai sasaran berdasarkan pola pertanggungjawaban yang baik secara administratif maupun substantif. Namun sayangnya hingga saat ini perpustakaan BPP Kemendagri belum memiliki POS. Akibatnya, tenaga perpustakaan bekerja tanpa memiliki pedoman yang jelas (hanya berdasarkan PO). Rasa keamanan dan keselamatan yang tercipta dalam melakukan perkerjaan dapat timbul dari luar dan dalam diri tenaga perpustakaan. Dukungan pimpinan, kondisi lingkungan dan petunjuk teknis kegiatan mendorong tenaga perpustakaan untuk dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik. Bentuk kepemimpinan yang pastisipatif merupakan hal penting sehingga dapat mendorong tenaga perpustakaan untuk dapat bekerja dengan nyaman tanpa ada rasa cemas dan kekhawatiran. c. Kebutuhan Sosial Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan yang mendukung motivasi kerja tenaga perpustakaaan dilihat dari kemampuan untuk bersosialisasi. Kemampuan ini mengajarkan untuk dapat memberikan dan menerima ide-ide yang disampaikan oleh setiap tenaga perpustakaan Kebutuhan sosial dalam mendukung motivasi kerja dapat dilihat dari beberapa hal. Salah satunya kemampuan tenaga perpustakaan dalam memberikan dan memaparkan ide serta dukungan kepada sesama rekan kerja dalam pengelolaan tugas di perpustakaan. Lingkungan pekerjaan mendorong tenaga perpustakaan untuk aktif dalam setiap pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan. Caranya dengan Motivasi kerja..., Tya Arnesta, FIB UI, 2013 memberikan kesempatan kepada setiap tenaga perpustakaan untuk memberikan ide dan saran terkait kegiatan yang akan dilakukan. Sehingga didapat berbagai alternatif strategi demi tercapainya visi dan misi perpustakaan. Tersedianya kesempatan dan ruang untuk mengungkapkan suatu gagasan ide menjadi langkah awal untuk meningkatkan motivasi kerja tenaga perpustakaan BPP Kemendagri. Setiap tenaga perpustakaan boleh memberikan gagasan/ide kepada pimpinan Setiap staf bisa memberikan masukan kepada pimpinan, waktunya pada saat rapat internal yang diadakan oleh Bagian KLAP/P. Rapat tersebut merupakan rapat rutin yang selalu dilaksanakan oleh Bagian KLAP/P yang diikuti oleh 3 Subbagian. Pada rapat tersebut setiap orang bisa mengungkapkan gagasan untuk setiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Selain mengungkapkan gagasan, kebutuhan sosial juga tercermin dari sikap menerima kritik dan saran dalam lingkungan kerja. Diterima atau tidaknya saran yang diajukan baik kepada atasan maupun rekan kerja terkait pengelolaan kegiatan di perpustakaan dapat menjadi pembelajaran bagi setiap tenaga perpustakaan untuk menjadi tidak rendah diri jika sarannya kurang dapat diterima oleh pimpinan. Dukungan rekan kerja dan kepemimpinan di perpustakaan dapat membawa unit kerja ini untuk memiliki motivasi kerja yang tinggi. Kuncinya pemahaman terhadap tugas dan kepemimpinan dapat membangun suasana kerja di perpustakaan menjadi lebih baik lagi. Kesadaran kerja yang tinggi dari setiap tenaga perpustakaan dapat memberikan hasil yang terbaik dalam pengelolaan kegiatan dan tugas yang diemban. Kerjasama yang dibangun merupakan jawaban dari interaksi diri setiap tenaga perpustakaan dalam penyelesaian setiap pekerjaan. Pembagian kerja yang jelas dan merata menjadi kunci keberhasilan suatu unit kerja. Sinergitas yang hadir dalam organisasi ditimbulkan dari dalam diri tiap individu dan juga dorongan dari luar, seperti ketegasan arahan serta petunjuk-petunjuk yang dikeluarkan oleh pimpinan. Komunikasi perlu dibangun dan dijaga dengan sikap kepemimpinan yang mendukung setiap kegiatan perpustakaan. Komunikasi formal dan informal, keduanya memiliki peluang yang sama untuk digunakan tetapi harus diperhatikan bentuk komunikasi yang cocok untuk setiap tenaga perpustakaan. Selain itu, bentuk penilaian secara tidak sengaja juga memberikan warna tersendiri. Kritik dan saran dijadikan konsep penilaian untuk memotivasi diri setiap tenaga perpustakaan dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas setiap tenaga perpustakaan. Kerjasama dan kekompakkan setiap tenaga perpustakaan mendukung unit kerja ini untuk dapat melaksanakan tugasnya menjadi lebih baik lagi. Kerjasama menjadi alat yang efektif untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diemban secara kolektif untuk mempercepat efektifitas pelaksanaan pekerjaan. d. Kebutuhan akan Penghargaan Kebutuhan penghargaan dalam konteks ini adalah upaya memberikan apresiasi dari pimpinan kepada bawahannya atas prestasi kerja yang berhasil dicapai oleh tenaga perpustakaan. Penghargaan tersebut diwujudkan dalam bentuk mengutus atau menugaskan tenaga perpustakaan untuk mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan dalam rangka peningkatan kapasitas individu SDM tenaga perpustakaan. Tenaga perpustakaan yang telah bekerja dengan baik mendapatkan prioritas untuk mengikuti perjalanan dinas dalam rangka monitoring dan evaluasi kegiatan di Bagian KLAP/P sekaligus sebagai studi komparasi yang diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuannya. Selain itu, kepada tenaga perpustakaan yang dinilai rajin dan berkinerja tinggi senantiasa diikutsertakan dalam penugasan kelompok kerja (tim) dan dalam berbagai rapat konsinyasi. Sampai saat ini, Bagian KLAP/P telah mengalokasikan pembiayaan untuk merealisasikan berbagai aktivitas kelitbangan dalam rangka memberikan penghargaan kepada tenaga perpustakaan. Penghargaan berupa perjalanan dinas hanya didapatkan oleh tenaga perpustakaan yang berkinerja tinggi. Kepala perpustakaan akan mengikutsertakan tenaga perpustakaan yang berkinerja tinggi sebagai pengharagaan atas pekerjaan yang telah mereka lakukan. Hal ini akan memicu tenaga perpustakaan untuk dapat bekerja dengan baik. Mengamati keadaan sehari-hari di lingkungan kerja Perpustakaan BPP Kemendagri, ternyata kebutuhan akan penghargaan menjadi salah satu penyemangat tenaga perpustakaan bekerja. Namun demikian, keseimbangan dalam memberikan penghargaan patut juga diperhatikan agar terbangun iklim kerja yang kondusif. Ketidakseimbangan dalam memberikan apresiasi atas prestasi kerja Motivasi kerja..., Tya Arnesta, FIB UI, 2013 bawahan dapat memicu terjadinya konflik internal yang bersifat laten. kemampuan tenaga perpustakaan yang menyukseskan kegiatan di perpustakaan. Bentuk penghargaan kepada tenaga perpustakaan dapat berupa finansial maupun non finansial. Berdasarkan observasi lapangan, penulis menyimpulkan adanya penghargaan berupa nonfinansial dari atasan kepada staf perpustakaan. Penghargaan ini berbentuk pujian dari atasan. Kesempatan untuk turut aktif mengelola kegiatan telah diberikan kepada seluruh tenaga perpustakaan di Perpustakaan BPP Kemendagri. Kesempatan tersebut merupakan bukti keterlibatan, sehingga tenaga perpustakaan dapat berkreatifitas dalam mengelola kegiatan di perpustakaan. Usaha untuk mengikutsertakan seluruh tenaga perpustakaan menimbulkan efek positif, seperti mendorong mereka untuk berpikir dan mengolah kreatifitas dalam menghasilkan sutau yang bermanfaat bagi Perpustakaan BPP Kemendagri. Kebutuhan akan penghargaan juga diwujudkan melalui promosi jabatan dari jenjang pejabat fungsional umum pada Sub Bagian Perpustakaan, Informasi, dan Dokumentasi menjadi seorang pejabat struktural Eselon IV. Secara realistis-empiris, BPP Kemendagri pernah memotivasi para pejabat fungsional umum dengan cara mempromosikan mereka ke jenjang jabatan struktural yang setingkat lebih tinggi, yakni Pejabat Struktural Eselon IV. Pemberian jenjang promosi ini merupakan salah satu cara mengembangkan kemampuan tenaga perpustakaan untuk menjadi pimpinan suatu unit organisasi Eselon IV. Promosi jabatan ini pun hanya diperuntukkan bagi pengembangan SDM tenaga perpustakaan yang berpotensi, kreatif, dan inovatif. Promosi jabatan ini hanya dapat dilakukan oleh pimpinan tertinggi, yakni Kepala BPP Kemendagri. e. Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan aktualisasi diri merupakan realisasi lengkap potensi seseorang secara penuh. Keinginan seseorang untuk mencapai kebutuhan sepenuhnya dapat berbeda satu dengan lainnya. Kebutuhan ini ditampilkan dalam bentuk keinginan pengembangan karier, adanya kesempatan untuk menampilkan produktivitas dan kualitas kerja yang tinggi, dan adanya kesempatan untuk mengembangkan dan mewujudkan kreatifitas. ingin Dalam perspektif pengalaman dan kemampuan, tenaga perpustakaan BPP Kemendagri dituntut mampu menuntaskan setiap tugas dan arahan pimpinan secara optimal. Hal ini penting karena kemampuan menyelesaikan dan melaksanakan tugas secara bertanggung jawab merupakan salah satu unsur penilaian pimpinan. Semakin tinggi kebutuhan tenaga perpustakaan untuk mengaktualisasikan dirinya, maka semakin diperlukan pengalaman dan kemampuan menuntaskan setiap tugas secara sempurna. Sebab, hasil pelaksanaan tugas tersebut menjadi unsur utama yang dinilai oleh para pimpinan. Selanjutnya, hasil penilaian tersebut digunakan untuk menentukan tenaga perpustakaan yang berprestasi dalam bekerja. Pernyataan para informan juga mengindikasikan bahwa para pimpinan BPP Kemendagri senantiasa memberikan kesempatan, dukungan, dan bahkan kepercayaan untuk menduduki jenjang jabatan yang setingkat lebih tinggi, baik pada jabatan struktural (Eselonering) maupun jabatan fungsional pustakawan. Tenaga perpustakaan BPP Kemendagri memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan kemampuan diri. Pengelolaan kegiatan di perpustakaan mendorong tenaga perpustakaan untuk berkontribusi pemikiran ataupun tenaga dengan menggunakan strategi yang tepat sehingga pengelolaan kegiatan dapat berjalan dengan baik. Hal ini dipicu dengan ide kreatif dari setiap tenaga perpustakaan untuk mengembangkan kemampuan dan logika berfikir dalam menata kegiatan. Pimpinan BPP Kemendagri senantiasa memberikan kesempatan kepada seluruh pejabat fungsional umum, pejabat struktural, pejabat fungsional khusus peneliti/perekayasa, dan seluruh karyawan/karyawati di lingkungan BPP Kemendagri untuk mengaktualisasikan inovasi dan kreativitasnya dalam bekerja. Selain itu, dalam berbagai kesempatan promosi jabatan lebih diutamakan mengangkat pejabat dari internal BPP Kemendagri. Artinya, terdapat semangat dan upaya pimpinan untuk memberikan kesempatan yang sama kepada setiap pejabat termasuk dalam hal ini tenaga perpustakaan. Kesempatan yang diberikan kepada setiap tenaga perpustakaan melalui keterlibatan dalam setiap kegiatan merupakan hal yang sangat penting dan menarik. Dari sini dapat dilihat keinginan dan Dalam perspektif berorganisasi, diperlukan pemahaman seluruh karyawan/karyawatinya dan pimpinan BPP Kemendagri. Pemahaman berorganisasi dilakukan dengan cara mengenal serta Motivasi kerja..., Tya Arnesta, FIB UI, 2013 melakukan hubungan tata kerja dan kelembagaan organisasi kelitbangan. Artinya, karyawan/ karyawati BPP Kemendagri harus mengelola aktivitas kelitbangannya berdasarkan hierarki struktur dan fungsi kelembagaan. Secara khusus, tenaga perpustakaan wajib memahami dan mengemban tugas berdasarkan tata kelola penyelenggaraan perpustakaan yang mengintegrasikan peran pejabat struktural dan pejabat fungsional. Hal ini akan memotivasi tenaga perpustakaan untuk berani mengungkapkan ide-ide kreatifnya. Sebab, kreatifitas merupakan salah satu instrumen peningkatan kemampuan termasuk untuk mengembangkan potensi diri. Setiap tenaga perpustakaan pasti ingin memberikan yang terbaik dalam melakukan setiap pekerjaan. Kepuasan dalam melaksanakan tugas didapat dengan melihat keberhasilan setiap kegiatan yang dilakukan perpustakaan. Keberhasilan tersebut diekpresikan dengan tetap menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh atasan. Tantangan dalam melaksanakan tugas memang ada dan itu dapat dilewati jika benar-benar memahami pekerjaan tersebut. Kepuasan diri dalam bekerja timbul dengan sendirinya setelah dirasakan kegiatan berjalan dengan lancar dan tidak menimbukan suatu hal yang merugikan di kemudian hari. Ekspresi kepuasan dalam bekerja ditunjukan dengan tetap melaksanakan tugas yang diberikan oleh pimpinan. Kepedulian terhadap tugas yang diemban menjadi motif untuk mengekspesikan rasa puas jika tenaga perpustakaan berhasil menyelesaikan tugas. Keinginan untuk memberikan yang terbaik serta diikuti pemahaman yang baik pula menjadi kunci utamanya. Terdapat faktor yang berdampak dalam melihat aspek aktualisasi diri tenaga perpustakaan, mulai dari tingkat pemahaman terhadap tugas. Tenaga perpustakaan harus memiliki pengetahuan dan mengerti akan hal yang harus dilakukan sesuai prosedur dan ketentuan peraturan perundangundangan. Faktor lainnya didapat melalui kebiasaan dan pemberian kesempatan kepada setiap tenaga perpustakaan untuk menyumbangkan ide-ide kreatifnya. Hal ini akhirnya berujung pada pembentukan kualitas tenaga perpustakaan yang mampu melaksanakan tugas dan fungsi perpustakaan dengan baik. 2. Motivasi Ektrinsik Motivasi ektrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu. Kepala Perpustakaan BPP Kemendagri memberikan suruhan dan arahan yang jelas kepada setiap tenaga perpustakaan sehingga tenaga perpustakaan harus melaksakan arahan tersebut demi tercapainya tujuan perpustakaan. Motivasi ektrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan para informan terdapat faktor yang mendorong para tenaga perpustakaan untuk dapat bekerja dengan maksimal, diantaranya adalah dengan adanya arahan dari pimpinan untuk melakukan pekerjaan. Hal ini merupakan faktor yang dapat memotivasi diri para tenaga perpustakaan yang berasal dari luar diri para tenaga perpustakaan. c. Faktor-Faktor yang Memotivasi dan Mendemotivasi Tenaga Perpustakaan BPP Kemendagri 1. Faktor yang Memotivasi Tenaga Perpustakaan Mengamati aktivitas perpustakaan yang dilakukan oleh tenaga perpustakaan di Perpustakaan BPP Kemendagri, ditemukan sejumlah faktor yang dapat memotivasi mereka untuk bekerja secara prima, ultima, dan optima. Hal ini agar kinerja perpustakaan BPP Kemendagri dapat menjadi motor penggerak bagi pencapaian visi-misi BPP Kemendagri dengan kapasitas terbesar, pencapaian tertinggi, dan penilaian kinerja terbaik (bigger, higher, better). Mengamati prestasi yang dicapai oleh BPP Kemendagri, diketahui bahwa pada umumnya tenaga perpustakaan tidak mengalami rasa cemas ketika mereka melaksanakan tugasnya. Sebab, mereka mengetahui dan memahami bahwa dalam melakukan pekerjaan tersebut telah dilindungi dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kondisi seperti ini, menggambarkan adanya faktorfaktor yang dapat membangkitkan motivasi kerja tenaga perpustakaan Mencermati pandangan para informan tersebut, dapat ditemukan faktor-faktor yang membangkitkan motivasi kerja tenaga perpustakaan di Perpustakaan BPP Kemendagri. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1) kepercayaan pimpinan; 2) pemberian kesempatan; 3) peluang untuk berkreasi; 4) perlindungan dari pimpinan; 5) perhatian pimpinan dalam bentuk materiil & non materiil; Motivasi kerja..., Tya Arnesta, FIB UI, 2013 6) 7) 8) 9) promosi jabatan; perasaan diterima di lingkungan kerja; perasaan dihormati/dihargai; dan perasaan dibutuhkan atau diikutsertakan dalam berbagai kegiatan. 2. Faktor yang Mendemotivasi Tenaga Perpustakaan Demotivasi tenaga perpustakaan dapat tercipta karena lingkungan kerja. Tenaga perpustakaan kurang termotivasi karena ketiadaan pengunjung perpustakaan. Tenaga perpustakaan adalah makhluk sosial yang butuh untuk berkomunikasi dengan oranglain. Mereka menginginkan perpustakaan mengalami peningkatan jumlah kunjungan sehingga para tenaga perpustakaan tidak mengalami demotivasi dalam bekerja. Peneliti mengidentifikasi sejumlah faktor yang diperkirakan dapat mendemotivasi tenaga perpustakaan. Beberapa faktor tersebut antara lain: 1) terbatasnya sarana-prasarana atau fasilitas pendukung kerja; 2) ketiadaan respon; 3) ketiadaan insentif; 4) komunikasi yang tidak efektif antara atasan dan bawahan; 5) ketidakjelasan tujuan yang hendak dicapai; 6) letak perpustakaan yang tidak kondusif; Memperhatikan keenam faktor yang dapat mendemotivasi tenaga perpustakaan di Perpustakaan BPP Kemendagri, maka apabila dibiarkan berlarut-larut, kondisi ini justru berdampak buruk terhadap capaian kinerja Sub Bagian Perpustakaan, Informasi,dan Dokumentasi pada Bagian KLAP/P Sekretariat BPP Kemendagri. struktural eselon IV, yakni sebagai Kepala Sub Bagian Perpustakaan, Informasi, dan Dokumentasi. Kondisi ini sangat berbeda dengan kedua informan yang telah mengalami demotivasi. Kedua tenaga perpustakaan tersebut merasa jenuh dan bosan karena selama bekerja di perpustakaan belum pernah mendapatkan penghargaan dari pimpinan. Hal ini diperburuk dengan minimnya fasilitas yang diperolehnya, sehingga menyulitkan kedua informan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Pada akhirnya, hal berimplikasi pada etos kerja perpustakaan, sehingga sampai saat ini Perpustakaan Khusus BPP Kemendagri belum memiliki visi dan misi untuk mendukung percepatan pencapaian visi dan misi BPP Kemendagri. Hasil pembahasan berhasil menemukan beberapa faktor pendukung terciptanya motivasi kerja para tenaga perpustakaan di Perpustakaan Khusus BPP Kemendagri. Faktor tersebut adalah: 1) kepercayaan pimpinan; 2) pemberian kesempatan; 3) peluang untuk berkreasi; 4) perlindungan dari pimpinan; 5) perhatian pimpinan dalam bentuk materiil dan non materiil; 6) promosi jabatan; 7) perasaan diterima di lingkungan kerja; 8) perasaan dihormati/dihargai; dan 9) perasaan dibutuhkan/diikutsertakan dalam berbagai kegiatan. Selain faktor pendukung tersebut, ditemukan pula faktor yang menyebabkan terjadinya demotivasi tenaga perpustakaan di Perpustakaan Khusus BPP Kemendagri. Faktor-faktor penyebab demotivasi tersebut adalah: 1) terbatasnya sarana-prasarana atau fasilitas pendukung kerja; 2) ketiadaan respon; 3) ketiadaan insentif; 4) komunikasi yang tidak efektif antara atasan dan bawahan; 5) ketidakjelasan tujuan yang hendak dicapai; dan 6) letak perpustakaan yang tidak kondusif. KESIMPULAN DAFTAR ACUAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan tenaga perpustakaan pada Perpustakaan Khusus BPP Kemendagri relatif termotivasi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Hal ini terlihat dari semangat kerja yang dimiliki oleh 4 (empat) informan tenaga perpustakaan. Dua orang informan masih memiliki motivasi kerja yang tinggi, sedangkan dua orang diantaranya telah mengalami demotivasi. As’ad, Moh. 1999. Psikologi industri. Yogyakarta: Liberty. Badan Standardisasi Nasional. 2000. Standar nasional indonesia: perpustakaan khusus instansi pemerintah. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian kualitatif: komunikasi, ekonomi, kebijakan publik dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Penerbit Kencana. Cresswell, John W. (1994). Research design: qualitative & quantitative approach. California: Sage Publications, Inc. Danim, Sudarwan. (1997). Metode penelitian untuk ilmu-ilmu perilaku: acuan dasar bagi mahasiswa program sarjana dan peneliti pemula. Jakarta: Bumi Aksara. Hasibuan, Malayu S.P. (2008). Organisasi dan motivasi: dasar peningkatan produktivitas. (cet. 6). Jakarta: PT. Bumi Aksara. Secara manajerial, motivasi yang dimiliki oleh seorang informan lebih disebabkan oleh adanya penghargaan, ketersediaan sarana dan prasarana kerja serta fasilitas penunjang tugas pokok dan fungsi selaku tenaga teknis perpustakaan. Sementara itu, motivasi seorang informan lainnya terbangun karena adanya kepercayaan pimpinan dan penilaian kinerja SDM perpustakaan, sehingga pegawai negeri sipil (PNS) yang bersangkutan dipromosikan menjadi pejabat Motivasi kerja..., Tya Arnesta, FIB UI, 2013 Lamptey, R.B, Boateng M.S. & Antwi, I.K. (2013). Motivation and performamce of librarians in public universities in ghana. Nawawi, Hadari. (2003). Kepemimpinan mengefektifkan organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Pendit, Putu Laxman. (2003). Penelitian ilmu perpustakaan dan informasi: suatu pengantar diskusi epistemologi dan metodologi. Jakarta: JIP - FIBUI Sutikno, M. Sobry. (2012). Peran pimpinan dalam membangkitkan motivasi. Jakarta: Gramedia. Totterdell, Anne and Collin Harrison. (2000). The library and information primer. London: Library Association Publishing. Widjaja, A.W. (1985). Pola kepemimpinan dan kepemimpinan pancasila. Bandung: Armico. Motivasi kerja..., Tya Arnesta, FIB UI, 2013