hidro-biologi larva ikan dalam proses rekrutmen - BPPT

advertisement
J. Hidrosfir Indonesia
Vol.3
No.2
Hal. 75 - 80
Jakarta, Agustus 2008
ISSN 1907-1043
HIDRO-BIOLOGI LARVA IKAN DALAM PROSES REKRUTMEN
Muhammad Husni Amarullah
Peneliti Ekologi Reproduksi Ikan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Abstract
Prior understanding of stock dynamics of adult fishes were unable to fully explain
observed variability in stock size. It was realized that variable “year- class success”
was most likely determined during early (larval-juvenile stages) in marine fishes.
Survival of individuals at any stage of life requires adequate levels of performance
against a variety of ecological challenges, such as obtaining food, evading predators
and locating and remaining in suitable habitat. Knowledge of processes that strongly
affect larval survival would provide early evidence of the abundance of the emerging
year class.
Key words: fish larval, recruitment, transport mechanism, coastal management
1. PENDAHULUAN
Keterkaitan antara rekrutmen atau
penambahan stok dengan dinamika
populasi ikan pada stadia kehidupan awal
ikan (early life stages of fishes) relative belum
banyak dipahami, karena selama ini riset
dinamika populasi kebayakan terfokus pada
ikan-ikan yang telah dewasa. Dalam
perjalannya,
dinamika
stok
dan
pengetahuan parameter yang biasanya
dianggap vital (seperti tingkat pertumbuhan,
kematian dan reproduksi) pada ikan
dewasa belum cukup memberikan
informasi yang memadai terhadap
terjadinya perubahan-perubahan stok ikan
di alam. Kemampuan untuk memprediksi
keberhasilan rekrutmen selama ini masih
sangat lemah, sedangkan kepentingan
untuk dapat memprediksi rekrutmen
dengan tingkat ketepatan yang tinggi masih
diperlukan.
Pada tahun 1914, Johan Hjort saintis
perikanan dari Norwegia berpendapat
bahwa variabel keberhasilan kelas tahunan
stok ikan (year-class success) dalam proses
rekrutmen diantaranya ditentukan pada saat
kehidupan awal ikan (1) . Pengetahuan
proses yang sangat mempengaruhi
kelulushidupan (survival) larva ikan akan
memberikan petunjuk awal kelimpahan stok
ikan yang akan timbul pada kelas tahun
(year class) tersebut. Walaupun prediksi
rekrutmen masih belum mencapai tingkat
akurasi yang tinggi, studi rekrutmen dengan
fokus stadia kehidupan awal ikan masih
terus berlanjut.
Korelasi stadia perkembangan yang
berbeda
terhadap
keberhasilan
kelimpahan kelas tahunan stok ikan bersifat
relatif dan tampaknya ditentukan dari sejak
larva stadia akhir (Gambar 1).
Tulisan ini meyajkan hidro-biologi larva
ikan dalam proses rekrutmen meliputi
stadia awal kehidupan ikan, mekanisme
transport larva dari daerah pemijahan
(spawning ground) dan keberhasilan prajuvenil mencapai daerah ipukan (nursery
ground).
2. STADIA AWAL KEHIDUPAN IKAN
Terminologi stadia awal sejarah hidup
ikan (early life history stages) banyak
dibahas oleh (2,3,4) , meskipun demikian
secara umum stadia perkembangan yang
utama terdiri dari tahapan stadia telur, larva
dan juvenil (Gambar 2). Pada ikan laut telur
Hidro-Biologi Larva ....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (2) : 51 - 60
75
Gambar 1. Korelasi relatif stadia siklus hidup yang berbeda terhadap keberhasilan kelimpahan kelas
tahunan stok ikan
umumnya memiliki kisaran ukuran diameter
antara 0,6 – 4,0 mm dengan moda sekitar 1
mm tergantung pada spesies ikan. Telur
akan menetas menjadi larva dengan
kantung kuning telur (yolk-sac larvae) yang
belum berkembang dan kemudian
berenang
dengan
lemah
serta
menggantungkan pada persediaan telur
sebagai makanan sambil terus mengalami
perkembangan sistem sensor, otot dan
sistem pencernaan sampai pada stadia
dimana larva mampu mengkonsumsi
plankton. Pada stadia ini larva mengalami
perkembangan karakter sementara
(transients larval character) seperti pola
pigmen, duri dan sirip di bagian kepala
ataupun bagian lainnya yang memang
dibutuhkan dalam adaptasinya dengan
kondisi di alam. Secara bertahap larva
kemudian mengalami perkembangan yang
mendekati karakter dewasa terutama
karakter meristik. Pada tahap akhir
perkembangan larva, ikan akan mengalami
perubahan ketika memasuki stadia juvenil,
baik secara bertahap ataupun secara tibatiba seperti pada ikan demersal. Stadia
juvenil ikan memiliki performan tubuh
mendekati bentuk tubuh ikan dewasa
meskipun pada demensi yang lebih kecil,
76
Amarullah M.H. 2008
seluruh jari-jari sirip dan sisik telah lengkap
terbentuk serta tulang sudah hampir
seluruhnya mengeras. Meskipun demikian
pola stadia awal kehidupan ikan seperti
diuraikan tersebut diatas, dapat banyak
terjadi variasi.
3. Periode Kritis
Perkembangan ikan dari stadia larva
menjadi juvenil memiliki konsekuensi
ekologis sehingga terjadi hubungan yang
kritis terhadap kelulus hidupan (survival)
dan pertumbuhan (growth). Konsekuensi
ekologis terpenting yang berpengaruh
diantaranya adalah yang berkaitan dengan
makanan dan pemangsaan (food and
feeding), deteksi predator dan kemampuan
menghindar (predator detection and
escape) serta peralihan habitat (habitat shift)
yang pada gilirannya akan sangat
berpengaruh terhadap rekrutmen stok ikan
di suatu perairan.
Teori John Hjort yang dikenal dengan
Critical Period Hypothese telah terbukti
bahwa larva hanya dapat bertahan hidup
dalam waktu yang pendek tanpa adanya
makanan sesaat setelah suplai kuning telur
dan gelembung minyak (yolk and oil
globules) habis sedangkan kelimpahan
makanan di alam dapat berubah sesuai
waktu dan ruang. Oleh karena itu kelaparan
(starvation) merupakan faktor penting
terjadinya kematian pada periode stadia
larva yang kemudian dapat berpengaruh
terhadap kekokohan kelas tahunan (yearclass strength) populasi. Resiko kelaparan
akan semakin rendah ketika tubuh
berkembang yaitu bukan hanya karena lebih
rendahnya metabolisme spesifik bobot
tubuh (weight-specific metabolism) dan
meningkatnya cadangan energi saja, tetapi
juga karena peningkatan perkembangan
performan alat sensor dan kemampuan
berenang. Larva yang lebih dewasa dengan
demikian memiliki kemampuan lebih baik
untuk menentukan posisi sumber makanan
yang letaknya lebih jauh.
Melalui
pertumbuhan, memungkinkan larva untuk
memilih mangsa yang lebih besar dan kaya
energi
sambil
mempertahankan
kemampuan
untuk
mengkonsumsi
mangsa yang lebih kecil tetapi melimpah.
Performan kecepatan berenang yang
meningkat secara mendadak sejalan
dengan perkembangan tubuh atau
perubahan ontogenetik (ontogenetic
changes) memungkinkan larva secara
efektif mampu menghindar dari predator.
Beberapa
pengamatan
terhadap
keberhasilan predator menangkap larva
sebagai mangsa mengindikasikan adanya
kecenderungan hubungan negatif terhadap
ukuran larva yang berarti bahwa semakin
dewasa dan besar ukuran larva,
keberhasilan predator memangsa semakin
kecil(5). Keberadaan predator merupakan
bencana bagi larva dan juvenil ikan dan
kemungkinan merupakan salah satu
penyebab kematian yang terbesar. Berbagai
organisme baik vertebrata maupun
invertebrata merupakan predator bagi larva
ikan, diantaranya seperti juvenil atau ikan
dewasa,
jellyfish,
chaetognaths,
euphausiids ataupun insekta.
4. Mekanisme Transport Larva
Harden Jones’ dalam teori segi tiga
migrasi (migration triangle hypothesis)
memisahkan secara tegas antara lokasi
pemijahan (spawning area), daerah ipukan
(nursery ground) dan daerah ikan dewasa
(adult ground). Pemisahan fisik dalam
stadia hidup ikan (life-history stages)
merupakan suatu strategi dimana ikan
melakukan migrasi pemijahan yang
kemudian melepaskan telur dan larva pada
habitat yang berbeda dengan stadia
dewasanya untuk memperoleh kondisi
yang menguntungkan yaitu seperti
kesesuaian habitat yang dibutuhkan pada
tiap stadia, mengurangi terjadinya
persaingan antar kelas umur dan
mengurangi kanibalisme.
Kebanyakan ikan laut, baik yang hidup
sebagai ikan pelagis maupun demersal,
ikan-ikan yang memiliki sebaran perairan
pantai maupun oseanik, ikan-ikan tropis
maupun subtropics, mengeluarkan telur
(spawn) yang bersifat pelagis yang
kemudian dibuahi di luar tubuh (externally
fertilized) dan melayang di dekat permukaan
air(4). Bagi berbagai jenis ikan laut yang
memanfaatkan sistem perairan pantai
Hidro-Biologi Larva ....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (2) : 51 - 60
77
(coastal system) sebagai nursery, migrasi
telur, larva dan stadia awal juvenil dari
tempat pemijahan (spawning area)
dipengaruhi oleh kondisi dan perubahan
meteorologi perairan. Keberhasilan larva
dan awal stadia juvenil ikan mencapai
nursery area akan sangat menentukan
dalam tahapan proses rekrutmen stok ikan
di alam.
Dari lokasi pemijahan, secara alami
larva memiliki naluri untuk mencapai habitat
nursery yang sesuai sehingga dapat
mendukung
kelulushidupan
dan
pertumbuhannya. Meskipun demikian pada
umumnya
larva
hanya
memiliki
kemampuan berenang yang terbatas dan
tidak cukup untuk mencapai habitat nursery
hanya dengan kemampuannya sendiri.
Salah satu faktor yang menentukan
bagaimana larva dapat menyelesaikan
perjalanannya menuju habitat nursery
diantaranya dikarenakan kemampuan
spawner (induk-induk ikan yang memijah)
memilih lokasi pemijahan yang tepat dan
secara cerdas memanfaatkan pola arus.
Pada dasarnya akumulasi larva di
daerah dekat pantai (nearshore zone)
merupakan proses yang pasif karena tipikal
larva adalah planktonik. Larva bergerak
menuju pantai (onshore transport) pada saat
periode arus air bergerak menuju ke arah
pantai. Disamping itu pergerakan secara
vertikal yang mungkin dilakukan oleh larva
merupakan suatu mekanisme untuk
mengatur agar transportasi ke arah pantai
78
dapat dilakukan secara maksimal.
Mekanisme arus eddy (eddies water current)
maupun
sistem
arus
memutar
(countercurrent) di daerah upwelling juga
berperan penting dalam mempertahankan
populasi larva di sekitar pulau ataupun di
pantai dan tidak bergerak kembali ke arah
lepas pantai.
Sekali larva mencapai
lingkungan perairan pantai, faktor fisika
lainnya yaitu aliran arus sepanjang pantai
(alongshore drift) sangat berperan terhadap
akumulasi larva di habitat nursery di daerah
pasang surut (inter tidal zone), surf zone
ataupun estuari.
Faktor hidrografi di perairan pantai atau
habitat nursery yang berpengaruh sebagai
stimuli tingkah laku imigrasi larva
diantaranya adalah aliran pasang surut
(tidal flux) termasuk di dalamnya kecepatan
arus, salinitas (terutama untuk perairan
estuari), kekeruhan, komposisi substrat dan
juga pengaruh siklus bulan. Transportasi
larva ikan sebelah (flounder dan plaice)
dengan jarak yang jauh menuju ke arah
pantai biasanya melalui mekanisme arus
pasang perbani (spring tide)(6,7). Cruitzberg
(1961)(8) mengamati aktivitas elver ikan sidat
(Anguilla anguilla) yang aktif di dalam kolom
air pada saat air pasang menuju ke arah
estuari (salinitas tinggi) dan pasif di dasar
perairan pada saat air surut (salinitas
rendah) untuk mempertahankan posisi.
Sedangkan bau aroma air yang berasal dari
daratan (inland water odor) termasuk juga
bahan organik dan bahan terurai dapat
Amarullah M.H. 2008
berperan dalam pergerakan larva menuju
ke arah habitat nursery. Disamping itu
melimpahnya makanan di daerah pasang
surut (food traps) sebagai mangsa dari post
larva atau juvenil ikan juga merupakan salah
satu faktor orientasi pergerakan larva.
Rekrutmen beberapa jenis ikan
termasuk diantaranya ikan walleye pollock
sangat ditentukan pada saat stadia awal
hidupnya (1,5). Prediksi kekokohan atau
lemahnya kelas populasi baru (strong and
weak year classes) ikan walleye pollock
berdasarkan perubahan perkembangan
tubuh
yang
menghasilkan
suatu
kemampuan (skill) yang diperlukan untuk
mencapai habitat baru. Sedangkan larva
ikan sebelah (Japanese flounder) berhasil
mencapai nursery di pantai Yanagihama
pada saat metamorphosis sepanjang
musim dari bulam Maret hingga Juni
mengindikasikan proses rekrutmen yang
berkelanjutan (9).
Keberhasilan rekrutmen stok ikan di
alam ditentukan oleh keberhasilan hidup
dan tumbuh pada stadia larva maupun
juvenil. Pengetahuan tentang proses yang
berpengaruh terhadap kelulushidupan
(survival) larva dan juvenil setidaknya dapat
memberikan penjelasan awal tentang
munculnya kelimpahan kelas tahunan stok
yang merupakan bagian dari proses
rekrutmen.
larva dan juvenil ikan yang dewasa ini
pesatnya pembangunan terutama di
kawasan depan laut (water front) seringkali
tidak diikuti dengan kajian dampak
lingkungan yang lengkap. Penurunan
populasi ikan yang seandainya dikatakan
sebagai akibat pembangunan di suatu
kawasan belum disertai dengan analisis
tentang struktur populasi yang memadai.
Pengetahuan untuk mengelola kawasan
pantai yang diketahui sebagai habitat
nursery ikan sangatlah diperlukan.
Oleh karena itu fokus riset perlu
ditekankan pada pengetahuan tentang larva
dan juvenil ikan yang berkaitan dengan
hidro-biologii, proses rekrutmen yang dapat
mendukung pengelolaan dan pembangunan suatu kawasan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Cowan, J.H. and R.F. Shaw. 2002.
Recruitment. Pages 88-111 in Fuiman,
L.A. and R.G. Werner (eds.), Fishery
Science. Blackwell Publishing. 326 p.
2.
Balon, E.K. 1975. Reproductive guilds
of fishes: a proposal and definition.
Journal of the FisheriesBoard of
Canada 32: 821-864
3.
Snyder, D.E. 1981. Contribution to a
guide to the cypriniform fish larvae of
the Upper Colorado River System in
Colorado. Bureau of Land Management,
Biol. Sci. Ser. 3, Colorado. 81 pp
4.
Kendall, A.W., Jr., Ahlstrom, E.H. &
Moser. H.G. 1984. Early life history
stages of fishes and their characters,
In: Ontogeny ang Systematics of
Fishes. (Ed. by H.G Moser, W.J.
Richards, D.M. Cohen, M.P. Fahay, A.W.
Kendall, Jr. & S.L. Richardson), pp 1122. Amarican Society of Ichthyologist
and
Herpectologists,
Special
Publication 1, Lawrence, Kansas, USA.
5.
Fuiman, L.A. 2002.
Special
considerations of fish eggs and larvae.
Pages 1-32 in Fuiman, L.A. and R.G.
Werner (eds.), Fishery science.
Blackwell Publishing. 326 p.
5. Manajemen Pantai dan Fokus Riset
Sudah menjadi pengetahuan umum
bahwa perairan pantai apakah itu daerah
pasang surut, estuari, mangrove, terumbu
karang maupun pantai berpasir merupakan
nursery bagi berbagai jenis ikan. Melalui
mekanisme hidro-biologi larva ikan yang
dilahirkan di daerah lepas pantai akan
menuju daerah habitat nursery yang
kemudian keberhasilan hidupnya akan
berpengaruh terhadap rekrutmen. Selama
ini menurunnya stok ikan di suatu perairan
seringkali dikaitkan dengan tingginya
intensitas penangkapan ikan-ikan dewasa.
Padahal, keberadaan ikan pada stadia awal
hidupnya juga berperan penting terhadap
berhasil atau tidaknya rekrutmen.
Oleh karena itu fokus riset perlu
ditekankan pada pengetahuan tentang
Hidro-Biologi Larva ....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (2) : 51 - 60
79
6.
7.
80
Imabayashi, H.
1980.
Settling
mechanism of larvae of bastard halibut,
Paralichthys olivaceus, in the nursery
ground, estimated from the size
distribution. Bull. Jap. Soc. Sci. Fish.,
46:419-426
Veer, H.W. van der and M.J.M. Bergman.
1986. Development of tidally related
behaviour of a newly settled 0-group
plaice
(Pleuronectes
platessa)
population in the western Wadden Sea.
Mar. Ecol. Prog. Ser., 31:121-129
8.
Creutzberg, F. 1961. The orientation of
migrating elvers (Anguilla anguilla Turt.)
in a tidal area. Netherlands Journal of
Sea Research 1:257-338
9.
Amarullah, M.H., Subiyanto, T. Noichi,
K. Shigemitsu, Y. Tamamoto and T.
Senta. 1991. Settlement of larval
Japanese Flounder (Paralichthys
olivaceus) along Yanagihama Beach,
Nagasaki Prefecture. Bull. Fac. Fish.
Nagasaki Univ. 70: 7- 12.
Amarullah M.H. 2008
Download