BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Perilaku konsumen
1) Pengertian perilaku konsumen
Menurut Kotler (2008:182) tujuan pemasaran adalah memenuhi dan
memuaskan kebutuhan serta keinginan pelanggan sasaran. Bidang ilmu
perilaku konsumen mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan
organisasi memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa,
gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat
mereka. Menurut Assauri (2009:123) perilaku konsumen merupakan tindakan
seseorang atau individu yang langsung menyangkut pencapaian dan
penggunaan produk termasuk proses keputusan yang mendahului dan
menentukan tindakan tersebut.
Menurut Mangkunegara (2011:4) perilaku konsumen merupakan suatu
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi
yang
berhubungan
dengan
proses
pengambilan
keputusan
dalam
mendapatkan, dan menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang dapat
dipengaruhi oleh lingkungan. Proses proses pengambilan keputusan untuk
barang berharga jual rendah (low-involvement) dilakukan dengan mudah,
sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Suprapti (2010:2) perilaku konsumen
1
didefinisikan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk dan
jasa yang diharapkan akan memenuhi kebutuhannya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan perilaku
konsumen merupakan kegiatan-kegiatan konsumen yang secara langsung
terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan atau jasa,
termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan untuk membeli dan
memakai suatu produk.
2) Model perilaku pembeli
Menurut Kotler dan Armstrong (2012:158) pada tahap permulaan,
para pemasar dapat memperoleh suatu pengertian yang jelas mengenai
konsumen, melalui pengalaman sehari-hari pada waktu menjual sesuatu
kepada konsumen. Setelah perusahaan dan pasar semakin besar, hilanglah
peluang para pembuat keputusan pemasaran untuk dapat berhubungan
langsung dengan para pelanggan. Dalam tahap selanjutnya, para manajer
berpaling pada penelitian konsumen, untuk mempelajari konsumen.
Pertanyaan inti untuk pemasar adalah Inti: “Bagaimana konsumen
merespons berbagai usaha pemasaran yang mungkin digunakan perusahaan?
Titik awalnya adalah model perilaku pembelian berupa rangsangan-tanggapan
yang diperlihatkan pada gambar model perilaku pembeli seperti Gambar 2.1
berikut.
2
Gambar 2.1 Model Perilaku Pembeli
Bauran
Pemasaran
Pemasaran
Produk
Harga
Tempat
Promosi
Rangsangan
Lain
Rangsangan Lain
Ekonomi
Teknologi
Politik
Budaya
Kotak Hitam Pembeli
Karakteristik pembeli
Proses keputusan
pembeli
Respon Pembeli
Pilihan produk
Pilihan merek
Pilihan penyalur
Waktu pembelian
Jumlah pembelian
Sumber: Kotler dan Armstrong (2012:158).
Gambar 2.1 memperlihatkan bahwa pemasaran dan rangsangan lain
memasuki kotak hitam konsumen dan menghasilkan respons tertentu.
Pemasar harus menemukan apa yang ada di dalam kotak hitam pembeli.
Rangsangan pemasaran terdiri dari empat P, product (produk), price
(harga), place (tempat) dan promotion (promosi). Rangsangan lain meliputi
kekuatan dan faktor utama dalam lingkungan pembeli: ekonomi, teknologi,
politik dan budaya. Semua masukan ini memasuki kotak hitam pembeli, di
mana masukan ini diubah menjadi sekumpulan respons pembeli yang dapat
diobservasi: pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu
pembelian dan jumlah pembelian.
Pemasar ingin memahami bagaimana rangsangan itu diubah menjadi
respons di dalam kotak hitam konsumen, yang mempunyai dua bagian.
Pertama, karakteristik pembeli mempengaruhi bagaimana pembeli menerima
dan bereaksi terhadap rangsangan itu. Kedua, proses keputusan pembeli itu
sendiri mempengaruhi perilaku pembeli. Pertama dapat dilihat karakteristik
pembeli ketika karakteristik itu mempengaruhi perilaku pembeli dan
kemudian mendiskusikan proses keputusan pembeli.
3
2.1.2 Keputusan pembelian
Keputusan atau niat untuk membeli merupakan sesuatu yang berhubungan
dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak
unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Keputusan pembelian
merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian
sejumlah produk dengan merek tertentu (Setiadi, 2010:17).
Proses psikologi dasar memainkan peranan penting dalam memahami
bagaimana konsumen benar-benar membuat keputusan pembelian mereka.
Perilaku setelah pembelian suatu produk ditentukan oleh kepuasan atau
ketidakpuasan terhadap suatu produk sebagai akhir dari proses penjualan.
Bagaimana perilaku pelanggan dalam melakukan pembelian kembali, bagaimana
pelanggan dalam mengekspresikan produk yang dipakainya, dan perilaku lain
yang menggambarkan reaksi pelanggan atas produk yang dirasakan (Kotler dan
Keller, 2009:184).
Kotler dan Keller (2009:234) mengatakan pada proses keputusan
pembelian konsumen melalui lima tahap: pengenalan masalah, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.
Konsumen tidak selalu melalui lima tahap pembelian itu seluruhnya. Mereka
mungkin melewatkan satu atau beberapa tahap. Proses pembelian konsumen
model lima tahap dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.
4
Gambar 2.2 Proses Pembelian KonsumenModel Lima Tahap
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembelian
Sumber : Kotler dan Keller (2009 : 235).
Proses pembelian konsumen berdasarkan model lima tahap menurut Kotler
dan Keller (2009:235) dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Pengenalan masalah
Proses pembelian ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Para
pemasar perlu mengidentifikasi keadaan itu dengan mengumpulkan informasi
dari sejumlah konsumen untuk menyusun strategi pemasaran.
2) Pencarian informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Situasi ini terbagi kedalam dua level
rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan
penguatan pengelihatan. Pada level ini, orang hanya lebih sekedar peka
terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin aktif
mencari informasi : mencari bahan bacaan, menelpon teman dan
mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Sumber informasi
konsumen digolongkan kedalam empat kelompok.
(1) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga dan kenalan.
(2) Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan dan pajangan
ditoko.
(3) Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.
5
(4) Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian dan pemakaian produk.
3) Evaluasi alternatif
Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen bersifat kognitif, yaitu
mereka memandang konsumen sebagai penilaian terhadap produk secara
sadar dan rasional.
4) Keputusan pembelian
Konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada didalam
kumpulan pilihan dalam tahap evaluasi, kemudian konsumen membentuk niat
untuk membeli merek yang paling disukai.
5) Perilaku sesudah pembelian
Konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian setelah pembelian karena
memperhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal
yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap
informasi yang mendukung keputusannya.
2.1.3 Pemasaran hijau (green marketing)
Menurut Ramanakumar (2012) mengatakan bahwa : “Green marketing as
the activities taken by firms that are concern about the environment or green
problems by delivering the environmentally sound goods or services to create
consumers’ and society’s satisfaction. Other definitions of green marketing as
proposed by marketing scholars include social marketing, ecological marketing
or environmental marketing.” Artinya : pemasaran hijau adalah kegiatan yang
diambil oleh perusahaan-perusahaan yang memperhatikan tentang lingkungan
atau masalah hijau dengan memberikan lingkungan barang atau jasa untuk
6
menciptakan konsumen dan kepuasan masyarakat. Definisi lain pemasaran hijau
seperti yang diusulkan oleh para sarjana pemasaran meliputi pemasaran sosial,
ekologi pemasaran atau pemasaran lingkungan.
Berdasarkan AMA, pemasaran hijau adalah : “...as the activity, set of
institutions, and processes for creating, communicating, delivering, and
exchanging offerings that have value for customers, clients, partners, and society
at large” Artinya : kegiatan, mengatur lembaga, dan proses untuk membuat,
berkomunikasi, memberikan, dan bertukar penawaran yang memiliki nilai bagi
pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat pada umumnya (Dahlstrom, 2011:5).
Pemasaran sosial mengadopsi sudut pandang yang berbeda dan
mendefinisikan pemasaran hijau sebagai pengembangan dan pemasaran produk
yang dirancang untuk meminimalkan efek negatif terhadap lingkungan. Berbeda
dengan perspektif ritel, orientasi sosial mengakui biaya konsumsi pra dan pasca
dengan lingkungan. Dari pengertian-pengertian ini dapat disimpulkan bahwa
pemasaran hijau mengandung beberapa poin penting yaitu : pertama organisasi
atau perusahaan melalui aktivitas pemasarannya berusaha memuaskan kebutuhan
dan keinginan konsumen, kedua aktivitas pemasaran ini dilaksanakan dengan cara
yang lebih efisien dan efektif dibandingkan dengan pesaing, dan ketiga aktivitas
ini memberikan dampak minimal pada perusakan lingkungan alam sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.
7
2.1.4 Konsep pemasaran hijau
Menurut Polonsky (1994) dalam penelitiannya Ramanakumar (2012)
mengatakan ada lima alasan bagi organisasi atau perusahaan untuk menerapkan
konsep pemasaran hijau, yaitu:
1) Organisasi dapat menggunakan konsep pemasaran hijau untuk memanfaatkan
peluang dalam mencapai tujuannya.
2) Organisasi percaya bahwa mereka memiliki kewajiban moral untuk lebih
bertanggungjawab secara sosial.
3) Badan pemerintah melalui peraturan yang dikeluarkannya memaksa
perusahaan untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.
4) Aktivitas lingkungan yang dilakukan pesaing memaksa perusahaan untuk
merubah aktivitas pemasaran lingkungan mereka.
5) Faktor biaya yang diasosiasikan dengan pemborosan pembuangan, atau
mengurangi penggunaan material yang membuat perusahaan mengubah
perilaku mereka.
Untuk mendapatkan keuntungan kompetitif dalam dunia yang berubah,
perusahaan mengikuti trend permintaan dari pelanggan dan melakukan perbaikan
dari perkembangan ini dari waktu ke waktu. Di satu sisi, pemasaran dan pemasar
telah datang untuk memahami pentingnya menghargai dan menjaga hubungan
jangka panjang dengan stakeholder yang bergabung kembali kepercayaan timbal
balik dan loyalitas. Di sisi lain, pengelolaan lingkungan sebagai alat strategis tidak
hanya meningkatkan kontrol dan mengurangi dampak lingkungan tetapi juga
mengembangkan peluang bisnis bagi manajer perusahaan (Sharma, 2011).
8
2.1.5 Hambatan pemasaran hijau
Menurut Sharma (2012), ada banyak keprihatinan mengenai kelangsungan
hidup komersial produk hijau, penerimaan mereka oleh konsumen dan juga
bagaimana menguntungkannya green marketing atau green product, yaitu :
1) Kurangnya kesadaran
Konsumen sama-sama bingung tentang membeli produk ramah lingkungan
dengan alasan yang baik. Perusahaan harus menciptakan kesadaran di
kalangan konsumen mengenai produk hijau dan memfasilitasi penjualan
mereka.
2) Persepsi negatif
Bahkan ketika konsumen benar dapat mengidentifikasi produk-produk ramah
lingkungan, label hijau kadang-kadang terbukti menjadi berbahaya.
3) Ketidakpercayaan
Sebuah studi 2007 oleh Terra Choice Environmental Marketing Inc. (“The
Six Sins of Green washing”) meneliti 1.753 klaim produk lingkungan
danmenemukan bahwa semua kecuali satu adalah menyesatkan atau hanya
palsu. Dalam kategori menyesatkan, beberapa perusahaan produk fitur yang
sebenarnya diamanatkan oleh hukum.
4) Harga yang tinggi
Harga dianggap sebagai penghalang terbesar untuk membeli produk hijau,
Departemen Lingkungan, Pangan, dan Urusan Pedesaan Inggris pada tahun
2007 survei dari 3.600 konsumen Inggris. Terkadang pasar tidak cukup
9
dewasa untuk menerima produk-produk hijau karena harga tinggi mereka
dibandingkan dengan non-hijau.
2.1.6 Upaya untuk mengatasi hambatan pemasaran hijau
Menurut
menurut
Sharma
(2012)
cara
yang
perusahaan
harus
pertimbangkan untuk menghilangkan rintangan green marketing, yaitu:
1) Mengetahui konsumen. Konsumen mengetahui produk dari perusahaannya
langsung.
2) Memberdayakan konsumen. Pastikan apa yang konsumen rasakan. Konsumen
bisa bertukar pikiran dengan konsumen lain yang menggunakan produk hijau
dan dapat membedakan produk hijau dengan produk non hijau. Hal ini
disebut "pemberdayaan" dan itu alasan utama mengapa konsumen membeli
produk hijau.
3) Transparan. Konsumen harus percaya pada legitimasi produk. Ini berarti
bahwa: perusahaan benar-benar melakukan apa yang mereka klaim untuk
melakukan pemasaran hijau yang mereka kampanyekan, dan konsisten
dengan apa pun yang mereka lakukan itu ramah lingkungan.
4) Yakinkan pembeli. Konsumen harus dibuat percaya bahwa produk melakukan
pekerjaan yang seharusnya dilakukan bahwa perusahaan tidak akan
mengorbankan kualitas produk atas nama lingkungan.
5) Pertimbangkan harga.
6) Berikan konsumen sebuah kesempatan untuk berpartisipasi. Ini berarti
personalisasi manfaat dari tindakan yang ramah lingkungan, biasanya
10
membiarkan pelanggan mengambil bagian dalam aksi lingkungan yang
positif.
2.1.7 Alat pemasaran hijau (green marketing tools)
Rahbar dan Wahid (2011) menyatakan bahwa tidak ada alat pemasaran
tunggal yang akan sesuai untuk semua perusahaan. Sebaliknya, strategi harus
berbeda berdasarkan pasar yang berbeda dan tingkat kepedulian konsumen
terhadap lingkungan. Tiga alat pemasaran hijau yang digunakan dalam penelitian
ini dapat menjadi referensi bagi pengetahuan konsumen tentang produk ramah
lingkungan. Saat ini, alat ini juga digunakan untuk membantu konsumen
membedakan antara produk hijau dan produk konvensional, terdiri dari: eco-label,
eco-brand dan environmental advertisement.
1) Eco-label
Eco-label menurut artikulasi kata berasal dari kata eco yang berarti
lingkungan hidup dan label yang berarti tanda. Produk eco-label adalah
produk yang diberi tanda yang membedakan dengan produk lain karena
terkandung informasi berkenaan memperhatikan masalah lingkungan hidup
(Martono, 2012). Produk eco-label sebetulnya membantu bagi konsumen
untuk memilih produk tersebut ramah lingkungan, yang juga berperan sebagai
alat bagi produsen untuk menginformasikan kepada konsumen bahwa produk
yang diproduksinya memililiki sifat ramah lingkungan baik bahan bakunya
ataupun proses produksinya. Eco-label merupakan salah satu tipe pelabelan
yang didasarkan atas suatu produk performance atau jasa dan keterkaitannya
dengan lingkungan, yang secara khusus label ini memberikan informasi
11
kepada konsumen tentang kualitas produk yang membedakan dengan produk
sejenis tanpa bereco-label dan menjamin ramah lingkungan.
Menurut Martono (2012) eco-label merupakan salah satu sarana
penyampaian informasi yang akurat dantidak menyesatkan kepada konsumen
mengenaiaspek lingkungan dari suatu produk (barang atau jasa), komponen
atau kemasannya. Pemberian informasi tersebut pada umumnya bertujuan
untukmendorong permintaan dan penawaran produk ramah lingkungan di
pasar yang juga mendorong perbaikan lingkungan secara berkelanjutan. Ecolabel dapat berupa simbol, label atau pernyataan yang diterapkan pada produk
ataukemasan produk, atau pada informasi produk, buletin teknis, iklan,
publikasi, pemasaran, media internet. Selain itu, informasi yang disampaikan
dapat pula lebih lengkap dan mengandung informasi kuantitatif untuk aspek
lingkungan tertentu yang terkait dengan produk tersebut. Pada dasarnya, ecolabel dapat dibuat oleh produsen, importir, distributor, pengusaha atau pihak
manapun yang mungkin memperoleh manfaat dari hal tersebut.
2) Eco-brand
Eco-brand adalah nama, simbol atau desain produk yang tidak
berbahaya bagi lingkungan. Memanfaatkan fitur eco-brand dapat membantu
konsumen untuk membedakan produk hijau dalam beberapa cara dengan
produk non-hijau lainnya (Delafrooz, 2014). Konsumen yang sadar
lingkungan lebih memilih untuk memilih produk hijau dalam pembelian
aktual mereka untuk memenuhi kebutuhan emosional mereka. Memahami
12
pengaruh eco-brand terhadap keputusan pembelian konsumen sangat penting
bagi pemasar dan peneliti pemasaran.
3) Environmental advertisement
Periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang tujuannya
adalah untuk mengomunikasikan produk yang ditawarkan kepada konsumen.
Sebagaimana disebutkan oleh Dahlén, Lange, dan Smith (2010:85) bahwa
sebagai salah satu bentuk komunikasi pemasaran, maka tujuan periklanan
adalah
juga
sebagaimana
mendiferensiasikan
sebuah
tujuan
merek
komunikasi
dibandingkan
pemasaran
dengan
yaitu:
pesaingnya,
menyediakan informasi tentang fitur produk atau proposisi nilai merek,
meyakinkan kembali atau mengingatkan kembali konsumen bahwa merek
tersebut masih tersedia, dan akan tetap seperti yang dahulu pernah diklaimkan
kepada merek tersebut, mempersuasi target audiens untuk mengubah sikap,
memilih produk dari pilihan-pilihan dan alternatif yang mungkin dan tetap
loyal kepada merek untuk keputusan pembelian di masa yang akan datang.
Menurut Stokes (2011), definisi dari environmental advertising adalah
sebagai berikut: “Environmental advertising, or green advertising, grew out
the importance to reach environmental consumers’ with information on the
pro-environmental aspects of a business products and services. Green
advertising as promotional messages that may appeal to the needs and
desires of environmentally concerned consumers’. Consumers’ desire
products with environmental benefits and advertising is becoming prominent
as organizations strive to communicate environmental information to
13
them.”Artinya, bahwa environmental advertising atau bisa disebut juga
sebagai green advertising, semakin bertumbuh untuk menjangkau konsumen
dengan informasi tentang prolingkungan dari sebuah produk ataupun jasa.
Iklan tersebut didefinisikan sebagai pesan yang menarik untuk konsumen
yang membutuhkan. Hal ini dikarenakan dewasa ini konsumen menyadari
tentang lingkungan, hingga akhirnya konsumen menginginkan produk yang
bersahabat dengan lingkungan, minimal tidak memberikan dampak negatif
bagi lingkungan. Dengan demikian, dewasa ini environmental advertising
mendapat perhatian tersendiri bagi masyarakat dunia. Hal ini dikarenakan
keinginan yang ada untuk menjaga lingkungannya sendiri.
Adapun komponen yang ada dalam setiap environmental advertising
menurut Stokes (2011), antara lain:
(1) Secara eksplisit maupun implisit, membahas hubungan antara produk dan
biofisik lingkungan.
(2) Promosi tentang gaya hidup hijau dengan atau tanpa fokus pada produk.
(3) Kajian tentang citra perusahaan yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan.
2.2
Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh eco-label terhadap perilaku pembelian konsumen
Apa yang membuat suatu produk yang ramah lingkungan mempengaruhi
perilaku pembelian konsumen (consumers’purchase behavior), telah menjadi
suatu perdebatan serius antara environmentalis, pejabat pemerintah, perusahaan
14
manufaktur dan konsumen. Menurut Muslim (2014) eco-label mempengaruhi
kesadaran konsumen secara signifikan untuk bersedia membeli produk hijau.
Hasil penelitian Melisa (2014) menunjukkan bahwa green product memberikan
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keterlibatan konsumen yang
berdampak pada keputusan pembelian konsumen. Penelitian oleh Syahbandi
(2012) menemukan bahwa produk hijau berpengaruh terhadap pilihan konsumen,
produk yang ramah lingkungan tersebut berhubungan secara positif dengan
pilihan konsumen pada produk tersebut. Berdasarkan temuan hasil penelitian
Novalianto (2013), diperoleh kesimpulan bahwa kebijakan sertifikasi eco-label
berpengaruh terhadap peningkatan penjualan produk ASUS dengan menciptakan
lingkungan bisnis yang memberikan peluang bisnis bagi perusahaan ASUS yang
menerapkan pemasaran hijau dalam meningkatkan penjualan produk komputer
mereka. Hasil penelitian Delafrooz (2014) menunjukkan bahwa ada pengaruh
positif dan signifikan antara eco-label terhadap perilaku pembelian konsumen.
Berdasarkan telaah kajian penelitian terdahulu, maka dapat disusun
hipotesis sebagai berikut.
H1: Eco-label berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian
konsumen.
2.2.2 Pengaruh eco-brand terhadap perilaku pembelian konsumen
Penelitian oleh Bhatnagar (2012) menunjukkan bahwa variabel eco-brand
mempunyai pengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen.Hasil penelitian
Kurniawan (2014) menemukan bahwa alat pemasaran hijau eco-brand
berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur keputusan pembelian
15
konsumen. Hasil penelitian Delafrooz (2014) menunjukkan bahwa ada pengaruh
positif dan signifikan antara variabel eco-brand terhadap perilaku pembelian
konsumen. Putranto (2014) dalam penelitiannya membuktikan hipotesis tentang
pengaruh eco-brand pada pembelian aktual konsumen diterima karena
pengaruhnya positif dan signifikan.
Berdasarkan telaah kajian penelitian terdahulu, maka dapat disusun
hipotesis sebagai berikut.
H2: Eco-brand berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian
konsumen.
2.2.3 Pengaruh environmental advertisement terhadap perilaku pembelian
konsumen
Mempromosikan suatu produk dan jasa untuk memperoleh pasar dapat
dilakukan dengan iklan, public relations, promosi penjualan, direct marketing
dan on-site promotions. Penjual produk hijau yang cerdas akan dapat menekankan
kredibilitas produk yang ramah lingkungan dengan menggunakan sustainable
marketing, juga alat dan praktek komunikasi (Haery, 2013). Melisa (2014) dalam
penelitiannya menemukan bahwa promosi melalui green advertising memberikan
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keterlibatan konsumen yang
berdampak pada keputusan pembelian konsumen perusahaan Laksmi florist.
Kurniawan (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa environmental
advertisement sebagai alat pemasaran hijau berpengaruh positif dan signifikan
terhadap struktur keputusan pembelian konsumen. Putranto (2014) dalam
penelitiannya
membuktikan
hipotesis
16
tentang
pengaruh
environmental
advertisement pada pembelian aktual konsumen diterima karena pengaruhnya
positif dan signifikan. Karbala (2012) menemukan bahwa periklanan hijau
berkontribusi secara signifikan dalam mempengaruhi konsumen untuk membeli
produk. Siswanto (2013) membuktikan bahwa environmental advertising
mempengaruhi minat beli pada produk elektronik AC Inverter Panasonic pada
konsumen di Surabaya.
Berdasarkan telaah kajian penelitian terdahulu, maka dapat disusun
hipotesis sebagai berikut.
H3: Environmental advertisement berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perilaku pembelian konsumen.
17
Download