BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingivitis sering ditemukan pada masyarakat dengan prevalensi 50% (Chapple dan Genco, 2013). Gingivitis atau inflamasi gingiva merupakan penyakit yang menyerang jaringan periodontal tanpa melibatkan tulang alveolar, disebabkan oleh bakteri plak. Akumulasi bakteri plak pada permukaan gigi merangsang respon inflamasi (Niemiec, 2010). Mekanisme pertahanan gingiva melibatkan cairan sulkus gingiva, saliva dan sel darah putih. Cairan sulkus gingiva dalam keadaan normal merupakan transudat, sedangkan dalam keadaan inflamasi akan menjadi eksudat yang dihasilkan karena infeksi bakteri. Cairan sulkus gingiva mengandung enzim, antibodi untuk mekanisme pertahanan tubuh, bakteri dan produknya. Di dalam cairan sulkus gingiva juga terdapat leukosit. Leukosit adalah sel darah putih yang aktif dengan kemampuan fagosit. Jumlah leukosit meningkat sebanding dengan keparahan inflamasi gingiva. Jumlah leukosit dalam cairan sulkus gingiva dapat digunakan sebagai marker inflamasi gingiva (Niemiec, 2010). Upaya menjaga kebersihan mulut bisa dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Secara kimiawi salah satunya adalah dengan obat kumur yang mengandung antiseptik untuk mengontrol plak. Obat kumur merupakan metode yang sederhana dan dapat diterima secara luas (Parwani dkk., 2013). 1 2 Menurut Rassameemasmaung dkk. (2007) obat kumur yang banyak digunakan saat ini mengandung berbagai bahan kimia. Bahan kimia tersebut dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya bagi jaringan lunak tubuh manusia. Beberapa tahun belakangan ini telah dikenal obat kumur herbal yang berasal dari ekstrak tumbuhan, diantaranya adalah kulit manggis. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman tahunan dari hutan tropis teduh di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Indonesia. Manggis sering dijuluki sebagai Queen of Fruits karena ratu kerajaan Inggris sangat suka dengan buah manggis. Buah manggis terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit, daging buah dan biji. Kulit manggis yang sudah matang berwarna ungu gelap. Di dalam kulit manggis terkandung senyawa warna kelompok antosianin yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang sangat kuat, yaitu xanthone (Paramawati, 2010). Beberapa studi menunjukkan bahwa xanthone yang diperoleh dari kulit manggis memiliki aktivitas biologis seperti antioksidan, antitumor, antiinflamasi, antialergi, antibakteri, antijamur dan antivirus (Palakawong dkk., 2010). Sejak tahun 1970 telah dimulai penelitian tentang xanthone dan telah ditemukan lebih dari 40 jenis xanthone. Dua jenis xanthone yang paling terkenal yaitu α-mangostin dan γ-mangostin. Mekanisme antiinflamasi α-mangostin dan γ-mangostin adalah dengan cara menghambat produksi enzim COX-2 yang menyebabkan inflamasi (Anonim, 2011). Kulit manggis mengandung beberapa senyawa yang berperan sebagai antibakteri, yaitu senyawa golongan alkaloid, triterpenoid, saponin, flavonoid, tanin dan polifenol (Dewi dkk., 2013). 3 B. Perumusan Masalah Apakah obat kumur ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) berpengaruh terhadap jumlah leukosit cairan sulkus gingiva pada pasien gingivitis? C. Keaslian Penelitian Rassameemasmaung dkk. (2007) telah meneliti tentang pengaruh obat kumur herbal yang mengandung ekstrak Garcinia mangostana L pada halitosis, plak dan indeks perdarahan papila. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat kumur ekstrak kulit manggis selama 2 minggu signifikan mengurangi halitosis. Penelitian obat kumur dengan ekstrak kulit manggis terhadap jumlah leukosit cairan sulkus gingiva pada pasien gingivitis belum pernah dilakukan. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh obat kumur dengan ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap jumlah leukosit cairan sulkus gingiva pada pasien gingivitis. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan berguna untuk perkembangan ilmu kedokteran gigi terutama di bidang periodonsia sebagai bahan pertimbangan terapi penderita gingivitis menggunakan ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.).