sintesis senyawa 1,3-bis

advertisement
SINTESIS SENYAWA 1,3-BIS-(3',4'-DIMETOKSIFENIL)-PROP-2-EN-1ON DARI 3,4-DIMETOKSI ASETOFENON DAN 3,4-DIMETOKSI
BENZALDEHID MELALUI REAKSI KONDENSASI CLAISEN-SCHMIDT
MENGGUNAKAN TEKNIK GRINDING
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Oleh :
Lilin Nafi Azizah
NIM. 13307141044
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
i
MOTTO
Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Alam (QS. Al An’am: 162)
Siapapun yang menempuh suatu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka
Allah akan memberikan kemudahan jalannya menuju syurga (H.R
Muslim)
Unless someone like you cares a whole awful lot, nothing is going to get
better. It’s not. (Film Dr. Seuss The Lorax)
Tetap tersenyum dan selalu optimis, karena Allah selalu bersamamu
(Anonim)
v
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirohim
Alhamdulillahi robbil‘alamin. Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT
yang senantiasa memberikan kesehatan, kesempatan, serta kelancaran sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini. Besar harapan saya agar skripsi ini bermanfaat
untuk saya dan masa depan saya, serta untuk semua pembaca.
Karya ini saya persembahkan untuk kedua orang tua, Bapak M. Sumardi dan
Ibu Karmiyati. Terima kasih atas semua pengorbanan, doa, kasih sayang, dan
dukungan yang telah diberikan. Semoga bapak ibu selalu sehat dan senantiasa dalam
lindungan Allah SWT. Untuk Latif Pertiwi, adik perempuan satu-satuya, tetap
semangat menuntut ilmu. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada semua
teman dan orang-orang yang selalu ada untuk mendukung, menghibur, dan
membantu selama ini, yang tak bisa saya sebutkan satu per satu.
Akhir kata, tidak banyak yang bisa saya lakukan selain mendoakan kebaikan
untuk kita. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan kelancaran untuk segala
urusan. Amin.
vi
SINTESIS SENYAWA 1,3-BIS-(3',4'-DIMETOKSIFENIL)-PROP-2-EN-1-ON
DARI 3,4-DIMETOKSI ASETOFENON DAN 3,4-DIMETOKSI
BENZALDEHID MELALUI REAKSI KONDENSASI CLAISEN-SCHMIDT
MENGGUNAKAN TEKNIK GRINDING
Oleh:
Lilin Nafi Azizah
NIM 13307141044
Pembimbing: Prof. Dr. Hj. Indyah Sulistyo Arty, M.S.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur senyawa hasil
reaksi antara 3,4-dimetoksi asetofenon dan 3,4-dimetoksi benzaldehid melalui
kondensasi Claisen-Schmidt dengan teknik grinding.
Teknik grinding adalah metode sintesis ramah lingkungan, yang dapat
digunakan untuk mensintesis senyawa kalkon. Sintesis dilakukan dengan
penggerusan 3,4-dimetoksi asetofenon dan 3,4-dimetoksi benzaldehid pada suhu
kamar menggunakan NaOH sebagai katalis. Produk sintesis diidentifikasi dengan
TLC-Scanner, Spektrofotometer UV-Vis, Spektrofotometer FTIR, dan
Spektrofotometer 1H-NMR.
Hasil analisis spektrum FTIR dan 1H-NMR menunjukkan produk sintesis
adalah senyawa 1,3-bis-(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on, kristal berwarna
kuning dengan kemurnian 95,66%, rendemen sebesar 71,86%.
Kata kunci: kalkon, teknik grinding, kondensasi Claisen-Schmidt
vii
SYNTHESIS OF 1,3-BIS-(3',4'-DIMETHOXYSIFENIL)-PROP-2-EN-1-ON
BETWEEN 3,4-DIMETHOXY ACETOPHENONE AND 3,4-DIMETHOXY
BENZALDEHYDE WITH CLAISEN-SCHMIDT CONDENSATION
REACTION BY GRINDING TECHNIQUE
By:
Lilin Nafi Azizah
NIM 13307141044
Supervisor: Prof. Dr. Hj. Indyah Sulistyo Arty, M.S.
ABSTRACT
The purpose of this research was determining the structure of synthesis result
of 3,4-dimethoxy acetophenone and 3,4-dimethoxy benzaldehyde with ClaisenSchmidt condensation by grinding technique.
Grinding technique was the method of environmentally friendly synthesis,
which can be used to synthesis chalcone compound. The synthesis was carried out by
grinding of 3,4-dimethoxy acetophenone and 3,4-dimethoxy benzaldehyde using
NaOH as the catalyst at room temperature. Product synthesis identified by TLCScanner, UV-Vis Spectrophotometer, FTIR Spectrophotometer, and 1H-NMR
Spectrophotometer.
The results of the analysis spectrum FTIR and 1H-NMR show that the
product of synthesis is yellow crystals of 1,3-bis-(3',4'-dimethoxyphenyl)-prop-2-en1-on, with purity of 95.66% and yield of 71.86%.
Keywords: Chalcone, grinding technique, Claisen-Schmidt Condensation.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil‘alamin. Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Sintesis Senyawa 1,3-bis(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on dari 3,4-dimetoksi asetofenon dan 3,4dimetoksi benzaldehid Melalui Reaksi Kondensasi Claisen-Schmidt Menggunakan
Teknik Grinding” dengan baik.
Penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
bantuan, dukungan, saran, dan bimbingan dengan berbagai pihak. Berkenaan dengan
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hartono, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di FMIPA UNY ini.
2. Bapak Jaslin Ikhsan, M. App Sc., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Kimia dan Ketua Program Studi Kimia Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan kesempatan untuk menulis dan menyelesaikan penelitian
ini.
3. Ibu Dr. Sri Handayani, selaku Penasihat Akademik yang telah memberikan
pengarahan dan nasihat selama perkuliahan.
ix
4. Ibu Prof. Dr. Hj. Indyah Sulistyo Arty, M.S. selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing, memberikan dorongan, dan ilmu baru kepada penulis
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
5. Dr. Sri Handayani selaku penguji utama yang telah memberikan masukanmasukan demi sempurnanya Tugas Akhir Skripsi.
6. Dr. Amanatie selaku penguji pendamping yang telah memberikan masukanmasukan demi sempurnanya Tugas Akhir Skripsi.
7. Laboran Laboraturium Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
8. Seluruh Dosen dan Staff karyawan FMIPA UNY, yang telah membantu baik
langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
9. Bapak, Ibu, Adik dan seluruh keluarga besar atas doa, dukungan, nasehat,
motivasi dan kasih sayang yang selalu diberikan.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi
ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari adanya keterbatasan
kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman sehingga masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Yogyakarta,…………………2017
Penulis,
Lilin Nafi Azizah
NIM. 13307141044
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................
SURAT PERNYATAAN.................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
HALAMAN MOTTO.......................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................
ABSTRAK........................................................................................................
ABSTRACT.......................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xiii
xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Identifikasi Masalah..............................................................................
C. Pembatasan Masalah.............................................................................
D. Rumusan Masalah.................................................................................
E. Tujuan Penelitian..................................................................................
F. Manfaat Penelitian................................................................................
1
5
5
6
6
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori.....................................................................................
1. Senyawa Kalkon.............................................................................
2. Senyawa 3,4-dimetoksi asetofenon ................................................
3. Senyawa 3,4-dimetoksi benzaldehid ..............................................
4. Senyawa 1,3-bis-(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on ................
5. Natrium hidroksida.........................................................................
6. Kondensasi Claisen-Schmidt..........................................................
7. Teknik Rekristalisasi ......................................................................
8. Kromatografi Lapis Tipis ...............................................................
9. Spektrofotometer UV-Vis ..............................................................
10. Spektrofotometer FTIR ..................................................................
11. Spektrofotometer 1H-NMR ............................................................
B. Penelitian yang Relevan .......................................................................
C. Kerangka Berpikir ................................................................................
7
7
8
8
9
10
11
13
14
16
16
18
19
20
xi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................
B. Alat dan Bahan .....................................................................................
C. Prosedur Penelitian...............................................................................
D. Teknik Analisis Data ............................................................................
21
21
22
23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................
B. Pembahasan ..........................................................................................
1. Mekanisme Reaksi...................................................................
2. Identifikasi Senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis................
3. Identifikasi Senyawa dengan Spektrofotometer UV-Vis ...............
4. Identifikasi Senyawa dengan Spektrofotometer FTIR ...................
5. Identifikasi Senyawa dengan Spektrofotometer 1H-NMR .............
24
27
27
30
31
32
34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
37
37
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
38
LAMPIRAN ....................................................................................................
41
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perkiraan Serapan Gugus Fungsional 1-3-bis(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on Pada Spektrum FTIR ...........
17
Tabel 2. Pergeseran Kimia dari Hα dan Hβ ...................................................
18
Tabel 3. Data Hasil Sintesis ...........................................................................
24
Tabel 4. Data Hasil Analisis Spektrum Spektrofotometer FTIR ...................
33
Tabel 5. Data Hasil Analisis Spektrum Spektrofotometer 1H-NMR .............
36
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Senyawa Kalkon.............................................................
7
Gambar 2. Struktur Senyawa 3,4-dimetoksi asetofenon ................................
9
Gambar 3. Stuktur Senyawa 3,4-dimetoksi benzaldehid ...............................
10
Gambar 4. Reaksi Antara 3,4-dimetoksi asetofenon dan 3,4-dimetoksi
Benzaldehid ...................................................................................
11
Gambar 5. Mekanisme Reaksi Kondensasi Claisen-Schmidt menggunakan
Katalis Basa ..................................................................................
12
Gambar 6. Kromatogram Hasil TLC-Scanner (sebelum rekristalisasi) .........
24
Gambar 7. Kromatogram Hasil TLC-Scanner (sesudah rekristalisasi) ..........
25
Gambar 8. Spektrum UV-Vis Hasil Sintesis ...................................................
25
Gambar 9. Spektrum FTIR Hasil Sintesis .......................................................
26
Gambar 10. Spektrum 1H-NMR Hasil Sintesis ................................................
26
Gambar 11. Perbesaran Spektrum 1H-NMR ....................................................
27
Gambar 12. Reaksi Pembentukan Ion Enolat ..................................................
28
Gambar 13. Reaksi Penyerangan Karbonil ......................................................
29
Gambar 14. Reaksi Alkoksida Terprotonasi dan Reaksi Dehidrasi .................
29
Gambar 15. Plat Silica Hasil KLT ...................................................................
30
Gambar 16. Struktur Benzoil dan Sinamoil Senyawa Kalkon .........................
32
Gambar 17. Kode Posisi Proton Hasil Sintesis ................................................
34
Gambar 18. Struktur Senyawa 1,3-bis(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on ..
36
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Diagram Alir Prosedur Penelitian ..............................................
41
Lampiran 2. Perhitungan Rendemen Hasil Sintesis ........................................
42
Lampiran 3. Hasil Analisis Data TLC-Scanner Senyawa Produk
Sintesis ........................................................................................
45
Lampiran 4. Hasil Analisis Data Spektrum UV-Vis Senyawa Produk
Sintesis ........................................................................................
46
Lampiran 5. Hasil Analisis Data Spektrum FTIR Senyawa Produk
Sintesis ........................................................................................
47
Lampiran 6. Hasil Analisis Data Spektrum 1H-NMR Produk
Sintesis ........................................................................................
48
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian ..............................................................
49
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang tersebar dan
terdapat dalam semua tumbuhan hijau. Flavonoid digolongkan menjadi 11 kelas.
Semua kelas ini mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun
dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatis yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Perbedaan tingkat
oksidasi -C3- penghubung inilah yang menjadi menjadi dasar penggolongan jenis
flavonoid (Ikan, 1969). Berbagai macam jenis flavonoid utama seperti flavon,
flavonol dan antosianidin banyak ditemukan di alam. Sedangkan flavonoid dengan
jumlah terbatas adalah kalkon, auron, katecin, dan leukoatonsianidin (Ahmad,1986a).
Kalkon merupakan salah satu jenis flavonoid yang terdapat di alam dengan
jumlah terbatas. Senyawa kalkon ditemukan hanya beberapa golongan dari tumbuhan
dalam jumlah sangat sedikit (Ahmad,1986b). Kalkon sebagai bagian dari flavonoid
memiliki peranan penting dalam pembuatan turunan flavonoid karena kalkon
berfungsi sebagai zat antara (intermediet). Pengembangan penelitian tentang senyawa
kalkon dipelopori oleh Perkin dan Robinson (Diedrich,1962). Beberapa kalkon
tersubtitusi serta turunannya memiliki aktivitas biologis yang sangat bermanfaat
diantaranya sebagai antibakteri, antifungal, insektisida, anastesik, analgesik,
ulcerogenik dan lain-lain (Desai dan Mistry,2004). Keberadaan kalkon yang masih
1
sedikit, mendasari para peneliti untuk mengembangkan metode sintesis untuk
memperoleh senyawa dengan hasil yang maksimal dengan berbagai macam bahan
dasar yang digunakan.
Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa beberapa senyawa kalkon yang telah
diisolasi menunjukkan aktivitas biologis yang sangat bermanfaat, antara lain:
antitumor, antiinflamasi, antimikroba, dan tabir surya. Senyawa turunan kalkon dapat
diperoleh melalui sintesis dengan mereaksikan suatu keton aromatik dan suatu
aldehid aromatik dengan katalis basa (NaOH) dengan reaksi kondensasi ClaseinSchmidt. Dari hasil penelitian Budimarwanti dan Handayani (2010), sintesis senyawa
organik melalui reaksi kondensasi terbukti lebih efektif menggunakan katalis basa
dibandingkan dengan katalis asam.
Dalam penelitian ini pereaksi yang digunakan adalah 3,4-dimetoksi
asetofenon dan 3,4-dimetoksi benzaldehida. Pada kedua pereaksi tersebut, adanya
gugus metoksi pada posisi meta maupun posisi para akan mempengaruhi reaktivitas
cincin aromatis sehingga dapat mempengaruhi hasil sintesis dari turunan kalkon
tersebut. Secara teoritis gugus metoksi bersifat sebagai pendorong elektron sehingga
dapat menyumbangkan elektron pada cincin aromatis. Adanya resonansi pada cincin
aromatis membuat dorongan elektron dari metoksi akan meningkatkan rapatan
elektron cincin aromatis (benzena). Hal ini menyebabkan cincin benzena menjadi
lebih elektronegatif sehingga atom C karbonil menjadi lebih elektropositif. Dengan
demikian atom C karbonil menjadi lebih mudah diserang oleh nukleofil sehingga
reaksi lebih mudah berlangsung.
2
Penelitian yang dilakukan oleh Hastiningrum, dkk. (2013) melakukan sintesis
tiga senyawa kalkon yaitu 1,3-bis-(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on, 1-(3',4'dimetoksifenil)-1-(2,3-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on, dan 1-(3',4'-dimetoksifenil)-3(2,4,5-trimetoksifenil)-prop-2-en-1-on dengan menggunakan metode stirrer dengan
katalis basa yaitu NaOH pada suhu kamar. Randemen senyawa kalkon yang diperoleh
berturut-turut sebesar 98%, 84,24% dan 79,13%.
Fitriyani (2015) telah melakukan sintesis senyawa kalkon yaitu 3-metoksi-4hidroksikalkon melalui kondensasi Clasein-Schmidt dengan teknik grinding
menggunakan bahan dasar vanilin dengan variasi jenis serta konsentrasi katalis basa,
dan diperoleh randemen terbesar pada penggunakan katalis NaOH konsentrasi 60%
sebesar 78,9% dan dengan waktu yang singkat, yaitu 15 menit.
Penelitian lain yang dilakukan Susanti, E.V.H., dkk. (2014) melakukan
optimasi waktu dan jenis katalis basa yang digunakan untuk sintesis senyawa 2'-6'dihiroksi-3,4-dimetoksikalkon dari veratraldehid dan 2,4-dihidroksi asetofenon
menggunakan teknik grinding. Optimasi sintesis meliputi waktu reaksi yaitu 24, 48,
dan 72 jam, serta jenis katalis basa yang digunakan yaitu KOH dan NaOH. Hasil
penelitiannya didapatkan randemen yang optimum sebesar 70% dengan waktu reaksi
24 jam menggunakan katalis NaOH.
Sintesis senyawa organik tidak hanya dapat dilakukan dengan metode
konvensional, seperti refluks yang menggunakan pelarut dan panas dalam
pelaksanaannya sehingga menghasilkan limbah yang berpotensi merusak lingkungan,
akan tetapi juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode Green Synthesis.
3
Metode Green Synthesis diharapkan dapat menggurangi penggunaan bahan kimia,
sehingga metode ini lebih ekonomis dan ramah lingkungan (Rateb dan Zohdi, 2009).
Teknik grinding dengan tanpa pelarut (solvent free) merupakan salah satu aplikasi
dari metode Green Synthesis. Teknik grinding dapat digunakan untuk mensintesis
senyawa kalkon, teknik ini merupakan teknik pencampuran dengan cara menumbuk
reaktan di dalam mortar porselen. Teknik grinding merupakan salah satu metode
sintesis yang ramah lingkungan, dan memilliki kelebihan lain yaitu tidak
menggunakan panas (dalam temperatur ruang), waktu reaksi yang relatif singkat (530 menit), randemen yang baik, mengurangi penggunaan pelarut sehingga dapat
meminimalisir limbah yang dihasilkan (Susanti, E.V.H., dkk., 2014).
Berdasarkan uraian di atas, penelitian lanjutan mengenai sintesis senyawa
kalkon, yaitu senyawa 1,3-bis-(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on seperti yang telah
dilakukan Hastingrum, dkk (2013) menggunakan metode yang berbeda yaitu dengan
teknik grinding perlu dilakukan. Pada penelitian ini, reaksi akan dilakukan melalui
kondensasi Clasein-Schmidt menggunakan teknik grinding dengan katalis NaOH
pada reaksi antara 3,4-dimetoksi asetofenon dan 3,4-dimetoksi benzaldehid. Metode
sintesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah reaksi kondensasi ClaisenSchmidt dalam suasana basa pada suhu kamar sekitar 25-30ºC.
digunakan selama 15 menit penggerusan dalam mortal porselen.
Waktu yang
Senyawa hasil
sintesis dianalisis dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), TLC
scanner untuk menguji kemurniannya dan diidentifikasi dengan menggunakan
4
spektrofotometer UV-VIS, spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infrared) dan
spektrofotometer 1H-NMR (Nuclear Magnetic resonance).
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut :
1.
Metode sintesis yang digunakan untuk sintesis antara 3,4-dimetoksi
asetofenon dan 3,4-dimetoksi benzaldehid.
2.
Bahan yang digunakan untuk sintesis.
3.
Identifikasi senyawa hasil sintesis.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini membatasi masalah sebagai berikut :
1.
Metode yang digunakan untuk sintesis adalah metode grinding.
2.
Bahan dasar yang digunakan untuk sintesis adalah 3,4-dimetoksi
benzaldehid dan 3,4-dimetoksi asetofenon, dan menggunakan katalis
NaOH.
3.
Identifikasi senyawa hasil sintesis dilakukan dengan TLC Scanner,
spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer FTIR, dan spektrofotometer
1
H-NMR.
5
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka diperoleh rumusan masalah
yaitu bagaimana struktur senyawa kalkon hasil sintesis antara 3,4-dimetoksi
asetofenon dan 3,4-dimetoksi benzaldehid melalui kondensasi Claisen-Schmidt
dengan teknik grinding?
E. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan struktur senyawa kalkon hasil sintesis antara 3,4-dimetoksi asetofenon
dan 3,4-dimetoksi benzaldehid melalui kondensasi Claisen-Schmidt dengan teknik
grinding.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
sintesis senyawa kalkon dengan teknik grinding yang lebih ramah lingkungan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1.
Senyawa Kalkon
Kalkon merupakan salah satu kelompok flavanoid yang keberadaannya di
alam sangat terbatas, tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatis
yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon (Ikan, 1969). Senyawa kalkon ditemukan
hanya beberapa golongan dari tumbuhan dalam jumlah sangat sedikit (Ahmad,
1986a). Kalkon adalah salah satu tipe metabolit sekunder yang termasuk dalam
golongan flavonoid. Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang
terbesar dan terdapat dalam semua tumbuhan hijau. Semua varian flavonoid saling
berkaitan karena alur biosintesis yang sama, yaitu dari alur sikimat dan alur asetat
malonat yang segera terbentuk setelah kedua alur tersebut bertemu. Flavonoid yang
dianggap pertama kali terbentuk pada biosintesis ialah kalkon, dan semua bentuk lain
dari flavonoid diturunkan dari kalkon melalui beberapa alur (Markham, 1988).
Struktur senyawa kalkon seperti pada gambar 1.
5
6
5'
1
β
6'
4'
A
1'
4
B
3
2
α
3'
2'
O
Gambar 1. Struktur Senyawa Kalkon
7
2.
Senyawa 3,4-dimetoksi asetofenon
Senyawa 3,4-dimetoksi asetofenon atau dengan nama lain Acetoveratrone
merupakan turunan dari senyawa asetofenon yang mempunyai dua gugus metoksi
dalam posisi meta dan posisi para serta memiliki gugus metoksi dan gugus karbonil
keton pada cincin benzene. Kisaran titik didih senyawa ini adalah 286–288 °C.
Senyawa 3,4-dimetoksi asetofenon dapat larut dalam berbagai pelarut, seperti : air
panas, etanol, eter dietil, kloroform, dan benzena. Rumus kimia senyawa 3,4dimetoksi asetofenon adalah C10H12O3 dengan struktur senyawa yang dapat dilihat
seperti pada gambar 2.
H3CO
CH3
H3CO
O
Gambar 2. Struktur Senyawa 3,4-dimetoksi asetofenon
3.
Senyawa 3,4-dimetoksi benzaldehida
Senyawa 3,4-dimetoksi benzaldehida atau biasa disebut veratraldehida
merupakan turunan dari senyawa benzaldehida yang memiliki dua gugus metoksi
dalam posisi meta dan para, serta memiliki gugus karbonil aldehid pada cincin
benzena. Kisaran titik lebur senyawa adalah 40-43°C. Senyawa ini larut dalam air.
Disamping itu, senyawa ini dapat disintesis dari metilasi vanillin atau oksidasi veratril
alcohol dengan kompleks kromium (IV) oksida piridin, dimana oksidasi lebih lanjut
8
akan mengubah gugus aldehid menjadi gugus karboksilat, sehingga diperoleh asam
veratrat (Windholz, 1983:467).
Rumus kimia senyawa 3,4-dimetoksi benzaldehid adalah C9H10O3 dengan
struktur senyawa yang dapat dilihat seperti pada gambar 3.
H3CO
H
H3CO
O
Gambar 3. Stuktur Senyawa 3,4-dimetoksi benzaldehid
4.
Senyawa 1-3-bis-(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on
Senyawa 1-3-bis-(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on merupakan senyawa
turunan kalkon yang tersubtitusi gugus metoksi pada posisi meta dan posisi para yang
terdapat pada cincin A dan pada cincin B. Senyawa hasil sintesis dari 3,4-dimetoksi
asetofenon dan 3,4-dimetoksi benzaldehid ini pernah disintesis oleh Hastiningrum
(2013) menggunakan teknik stirrer pada kondisi basa selama 4 jam
dengan
rendemen 98 %, berbentuk kristal berwarna kuning dan memiliki titik leleh 92-94 °C.
Reaksi antara 3,4-dimetoksi asetofenon dan 3,4-dimetoksi benzaldehid dapat dilihat
pada gambar 4.
9
5
H3CO
H3CO
6
CH3
H3CO
+
H
H3CO
O
4'
O
H3CO
B
5'
H3CO
3'
1
3
6'
A
OCH3
4
2
1'
2'
O
Gambar 4. Reaksi Antara 3,4-dimetoksi asetofenon dan 3,4-dimetoksi benzaldehida
5.
Natrium hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida (NaOH) merupakan suatu senyawa kimia yang bersifat
basa. Natrium hidroksida yang juga dikenal dengan soda kaustik, kebanyakan
dibentuk dari oksida basa Natrium oksida yang dilarutkan dalam air. NaOH biasanya
terdapat dalam bentuk padatan berwarna putih dengan berat jenis 2,13 g/cm3. NaOH
merupakan senyawa basa kuat yang memiliki titik lebut 318◦C dan memiliki titik
didih 1388◦C. Kelarutannya dalam air yakni sekitar 111 g tiap 100 ml air pada suhu
20◦C dengan derajat kebebasan (pKb) sekitar -2,43. NaOH merupakan suatu katalis
yang akan mempercepat terjadinya kesetimbangan kimia.
Natrium hidroksida selain dalam bentuk padatan (pelet, serbuk dan butiran)
juga terdapat pula dalam bentuk larutan 50% yang disebut dengan Sorosen. Pada
proses pelarutannya, NaOH melepaskan sejumlah panas/energi sehingga reaksi
pelarutan NaOH dalam air tergolong pada reaksi eksotermis.
10
OCH3
Pelet NaOH yang memiliki massa molekul relatif 39,99 g/mol ini juga larut
dalam alkohol (metanol dan etanol) namun tidak larut dalam senyawa non polar
seperti eter (dietil eter). NaOH merupakan padatan yang bersifat higroskopis, apabila
diletakkan pada udara bebas akan meninggalkan noda berwarna kuning pada kain
atau kertas (Anonim, www.sciencelab.com, diakses pukul 23:17 WIB pada tanggal 3
Juni 2016).
6.
Kodensasi Claisen-Schmidt
Reaksi kondensasi adalah reaksi penggabungan dua molekul besar, dengan
atau tanpa disertai pelepasan molekul kecil, misal air. Salah satu reaksi kondensasi
adalah reaksi Claisen-Schmidt yang merupakan reaksi antara aldehid aromatis dengan
alkil keton atau alkil aril keton menggunakan katalis basa atau asam menghasilkan
α,β-keton tak jenuh (Carey and Sundberg, 1990: 120).
Sintesis senyawa kalkon berdasarkan reaksi Claisen-Schmidt melibatkan dua
tahap reaksi. Pada tahap pertama, yaitu adanya adisi nukleofilik dari karbanion yang
berasal dari senyawa keton pada karbon karbonil senyawa aldehida menghasilkan
senyawa β-hidroksi keton. Tahap kedua, senyawa β-hidroksi keton mengalami
dehidrasi menghasilkan senyawa α, β-keton tak jenuh. Untuk itu, agar memperoleh
hasil sintesis dengan randemen yang besar perlu ditentukan konsentrasi katalis, jenis
katalis, waktu reaksi yang tepat, serta ditentukan juga dari kecepatan pengadukan,
dan suhu yang digunakan (Sardjiman,dkk., 2007: 176-182).
11
Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan senyawa kalkon dalam suasana basa
menggunakan reaksi kondensasi Claisen-Schmidt. Mekanisme reaksi ClaisenSchmidt dalam bentuk basa mengikuti mekanisme enolat, dimana katalis basa yang
digunakan adalah ion hidroksida. Pertama adalah ion hidroksida akan mengambil
proton alfa yang bersifat asam dari molekul asetofenon, menghasilkan resonansi ion
enolat. Nukleofilik ion enolat akan menyerang gugus karbonil dari molekul
benzaldehida menghasilkan garam alkoksida. Alkoksida akan terprotonasi oleh
pelarut air menghasilkan β-hidroksi keton yang netral dan membebaskan ion
hidroksida kemudian akan mengalami dehidrasi menjadi senyawa kalkon. Mekanisme
reaksinya dapat dilihat pada gambar 5.
H
H
H
C
H
+ OH
C
C
H
O
O
O
H
H
O
C
H
CH
O
O
12
+ H2O
H
H
O
C
C
H
H
H
O
C
C
H
H
H
O
H
O
H
O
C
C
H
H
H
+
O
H
O
H
-H2O
C
C
H
H
O
O
C
C
H
H
Gambar 5. Mekanisme Reaksi Kondensasi Claisen-Schmidt Antara 3,4dimetoksi asetofenon dan 3,4-dimetoksi bezaldehid Dengan Katalis Basa
(Fitriyani, 2015)
7.
Teknik Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah proses atau metode yang digunakan untuk memurnikan
senyawa kimia hasil sintesis yang berbentuk padat. Pada proses rekristalisasi
biasanya digunakan pelarut murni atau campuran pelarut. Metode rekristalisasi ini
penting dalam memurnikan senyawa hasil sintesis. Senyawa organik hasil sintesis
yang dihasilkan biasanya masih mengandung kontaminan yang dapat berbentuk
senyawa pengotor (impurities). Pengotor dihasilkan selama proses berlangsungnya
13
-
OH
reaksi kimia. Karakteristik pelarut yang digunakan untuk proses rekristalisasi
memiliki beberapa ketentuan, antara lain :
a. Daya pelarut yang tinggi untuk zat yang dimurnikan pada temperatur yang
dinaikkan dan secara perbandingan daya melarut yang rendah pada
temperatur laboraturium atau di bawahnya.
b. Menghasilkan bentuk kristal yang baik dari senyawa yang dimurnikan.
c. Pelarut yang dipilih juga harus mampu memisahkan dengan mudah kristal
senyawa yang dimurnikan.
d. Sedikit/kurang melarutkan impurities.
Proses rekristalisasi ini meliputi berapa tahap, yaitu :
a. Melarutkan zat yang belum murni delam pelarut tertentu pada atau dekat
dengan titik leleh.
b. Menyaring larutan panas dari partikel bahan tak terlarut.
c. Mendinginkan larutan panas sehingga timbul endapan kristal.
d. Memisahkan kristal dari larutan supernatant dengan penyaringan.
8.
Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan
Schraiber. Komponen-komponen dalam kromatografi terdistribusi dalam dua fasa,
yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam dalam kromatografi lapis tipis ini berupa
adsorben yang dilapiskan pada lempeng kaca, bahan yang sering digunakan sabagai
14
fasa diam diantaranya adalah silika gel, bubuk selulosa dan tanah diatome
(Khopkar,1990:155-156).
Proses kromatografi lapis tipis (KLT) sendiri dapat dilakukan secara
sederhana, yakni dengan cara menotolkan hasil isolasi/sintesis pada bagian depan
lempengan silika (plat KLT yang digunakan). Sampel yang digunakan sebaiknya
berjumlah kecil dan dalam keadaan sangat encer, sehingga tidak menimbulkan noda
yang melebar. Sampel yang sudah ditotolkan pada plat kemudian dikeringkan.
Selanjutnya palt tersebut dicelupkan pada fasa gerak atau eluen yang sudah sesuai.
Eluen akan bergerak naik disepanjang plat sehingga komponen zat yang diidentifikasi
akan terbawa oleh eluen. Eluen yang baik adalah campuran pelarut yang memiliki
tingkat kemurnian yang tinggi. Apabila eluen sudah mencapai batas yang ditentukan
maka proses dilanjutkan dengan pengeringan plat sehingga noda yang terdapat pada
lempengan tersebut akan dapat dilihat dan diperiksa (Day,2001:525).
Untuk memudahkan identifikasi komponen-komponen sanyawa yang muncul
digunakan perhitungan Rf (retardation factor) yaitu perbandingan jarak yang
ditempuh oleh komponen dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut. Nilai Rf untuk
setiap senyawa dihitung berdasarkan rumus :
Rf =
Jarak yang ditempuh oleh komponen
Jarak yang ditempuh oleh pelarut
15
9.
Spekroskopi UV-VIS
Spektroskopi ultraviolet dan tampak (UV-Vis) merupakan metode yang
menggunakan interaksi molekul dengan gelombang elektromagnet. Spektrum sinar
tampak terentang dari sekitar 400 nm sampai 750 nm, sedangkan spektrum ultraviolet
dekat terentang dari 200 nm sampai 400 nm (Atun, Sri., 2016: 7)
Senyawa organik yang dikarakterisasi dengan UV harus dalam keadaan murni
dan berbentuk larutan. Senyawa yang akan dianalisis dilarutkan dalam pelarut
organik yang sesuai. Spektrum UV senyawa golongan flavonoid biasanya ditentukan
dalam etanol atau metanol dan khas terdiri dari dua absorbsi maksimum pada range
240-285 nm (pita II, terutama disebabkan absorbsi struktur benzoil cincin A), dan
300-550 nm (pita I, disebabkan absorbsi struktur sinamoil cincin B). Absorbsi UV
pada kalkon terlihat pada panjang gelombang 230-270 nm pada pita II dan 340-270
nm pada pita I dengan intensitas yang rendah. Struktur senyawa kalkon dapat dilihat
pada gambar 1.
10. Spektroskopi Inframerah
Spektroskopi IR merupakan bagian dari spektroskopi yang berhubungan
dengan daerah infra merah yang terletak pada spektrum elektromagnetik. Semua
senyawa yang dimiliki ikatan kovalen akan menyerap berbagai frekuensi radiasi
elektromagnetik infra merah. Radiasi infra merah memiliki panjang gelombang yang
lebih panjang daripada panjang gelombang sinar tampak, namun lebih pendek
16
daripada gelombang mikro. Sinar infra merah memiliki panjang gelombang yang
tinggi yaitu 4000-670 cm-1 sehingga menghasilkan energi yang rendah.
Energi pada radiasi infra merah tidak mampu memecahkan suatu molekul
menjadi komponen penyusunnya, namun dapat memberikan efek vibrasi (getaran)
pada gugus yang terkena radiasi. Efek vibrasi yang ditimbulkan ini spesifik terhadap
masing-masing gugus fungsi sehingga muncul pada spektra dengan bilangan
gelombang yang spesifik pula. Berdasarkan daftar korelasi serapan inframerah dapat
diperkirakan gugus fungsional pada senyawa 1-3-bis-(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en1-on yang akan muncul pada spektrum inframerah ditunjukan pada tabel 1.
Tabel 1. Perkiraan Serapan Gugus Fungsional Senyawa 1-3-bis-(3',4'dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on
Jenis vibrasi
Frekuensi (cm-1)
Intensitas
C-H Alkena
3100 – 3000
Sedang
C-H Aromatik
3150 – 3050
Tajam
C=O Keton
1725 – 1705
Tajam
C=C Alkena
1680 – 1600
sedang-lemah
C=C Aromatik
1600 – 1475
sedang-lemah
C-O Alkohol, Eter, Ester
1300 – 1000
Tajam
17
11. Spekrofotometer 1H- NMR
Spektrofotometer Resonensi Magnetik Inti Proton (Nuclear Magnetic
Resonance, NMR) merupakan alat yang berguna untuk penentuan struktur molekul
organik. Teknik ini memberikan informasi mengenai berbagai jenis atom hidrogen
dalam molekul (Cresswell, 1982).
Langkah yang dilakukan dalam menginterpretasikan kurva spektrum 1H-NMR
adalah jumlah sinyal menerangkan seberapa banyak jenis proton yang berada pada
molekul analit. Kedudukan sinyal menerangkan tentang jenis lingkungan kimia
tempat proton tersebut berada. Intesitas sinyal menerangkan jumlah dari proton pada
lingkungan kimia tertentu. Pemecahan puncak (splitting) menerangkan tentang
lingkungan kimia dari proton lainya yaitu proton yang berdekatan (tetangga)
(Silverstein, Basseler dan Mollir, 1991).
Spektrofotometer
1
H-NMR telah digunakan dalam identifikasi senyawa
kalkon, dalam hal ini dapat memperkirakan kerangka dari senyawa kalkon dengan
mengetahui jenis proton yang dimiliki. Terdapat Hα dan Hβ pada senyawa kalkon,
pergeserannya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Pergeseran Kimia dari Hα dan Hβ (Markham, et al., 1970: 73-76)
Jenis Proton
Kalkon (δ, ppm)
Tipe Puncak
Hα
6,7-7,4
Dublet
Hβ
7,3-7,7
Dublet
18
B. Penelitian yang Relevan
Hastiningrum, dkk. (2013) melakukan sintesis tiga senyawa kalkon, yaitu:
(E)-1,3-bis(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on,
dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on,
dan
(E)-1-(3',4'-dimetoksifenil)-1-(2,3(E)-1-(3',4'-dimetoksifenil)-3-(2,4,5-
trimetoksifenil)-prop-2-en-1-on dengan menggunakan metode stirrer dengan katalis
basa yaitu NaOH pada suhu kamar. Randemen senyawa kalkon yang diperoleh
berturut-turut sebesar 98%, 84,24% dan 79,13%.
Fitriyani (2015) telah melakukan sintesis senyawa kalkon yaitu 3-metoksi-4hidroksikalkon melalui kondensasi Clasein-Schmidt dengan teknik grinding
menggunakan bahan dasar vanilin dengan variasi jenis serta konsentrasi katalis basa,
dan diperoleh randemen terbesar pada penggunakan katalis NaOH konsentrasi 60%
sebesar 78,9% dan dengan waktu yang singkat, yaitu 15 menit.
Elfi Susanti, dkk. (2014) melakukan optimasi waktu dan jenis katalis basa
yang digunakan untuk sintesis senyawa 2'-6'-dihiroksi-3,4-dimetoksikalkon dari
veratraldehid dan 2,4-dihidroksi asetofenon menggunakan teknik grinding. Optimasi
sintesis meliputi waktu reaksi yaitu 24, 48, dan 72 jam, serta jenis katalis basa yang
digunakan yaitu KOH dan NaOH. Hasil penelitiannya didapatkan randemen yang
optimum sebesar 70% dengan waktu reaksi 24 jam menggunakan katalis NaOH.
19
C. Kerangka Berpikir
Penelitian yang dilakukan oleh Hastiningrum, dkk. (2013) yaitu melakukan
sintesis senyawa kalkon, salah satunya adalah senyawa 1,3-bis-(3',4'-dimetoksifenil)prop-2-en-1-on dengan menggunakan metode stirrer dengan katalis basa yaitu NaOH
pada suhu kamar. Randemen senyawa kalkon yang diperoleh berturut-turut sebesar
98%. Metode stirrer tersebut dalam pelaksanaannya menggunakan pelarut dan panas,
sehingga menghasilkan limbah yang berpotensi merusak lingkungan. Oleh karena itu,
diperlukan metode lain untuk mensintesis senyawa 1,3-bis-(3’,4’-dimetoksifenil)prop-2-en-1-on yang lebih ramah lingkungan.
Metode lain yang dapat digunakan untuk mensintesis senyawa kalkon yaitu
teknik grinding, aplikasi dari metode green synthesis. Metode ini diharapkan dapat
menggurangi penggunaan bahan kimia, lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
Pada penelitian ini, reaksi akan dilakukan melalui kondensasi Clasein-Schmidt
menggunakan teknik grinding dengan katalis NaOH pada reaksi antara 3,4-dimetoksi
asetofenon dan 3,4-dimetoksi benzaldehid. Senyawa hasil sintesis dianalisis dengan
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), TLC scanner untuk menguji
kemurniannya dan diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS,
spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infrared) dan spektrofotometer 1H-NMR
(Nuclear Magnetic resonance).
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek dan Objek Penelitian
1.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah reaksi senyawa 3,4-dimetoksi asetofenon dan
3,4-dimetoksi benzaldehid.
2.
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah stuktur senyawa hasil sintesis.
B. Alat dan Bahan
1.
Alat-alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah spatula, gelas arloji,
neraca analitik, mortar dan alu porselen, beaker glass 100 ml, erlenmeyer 100
ml, pipet ukur, bola hisap, pengaduk gelas, kertas saring , plat KLT silica gel,
kertas pH, chamber kromatografi, corong Buchner, penyaring panas, Melting
Point Apparatus (MPA), lampu spiritus, TLC Scanner , Spektrofotometer UVVIS, Spektrofotometer FTIR, Spektofotometer 1H-NMR.
2.
Bahan-bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.
3,4-dimetoksibenzaldehid p.a. Merck
b.
3,4-dimetoksiasetofenon p.a. Merck
21
c.
NaOH
d.
HCl
e.
Akuades
f.
Etanol
g.
Aseton teknis
h.
n-heksana
i.
Etil asetat
C. Prosedur Penelitian (S. Zangade, et al., 2011)
Sebanyak 0,5 mmol 3,4-dimetoksi asetofenon (0,901 g), 0,5 mmol padatan
NaOH (0,2 g), dan 0,5 mmol 3,4-dimetoksi benzaldehid (0,83 g) dimasukkan ke
dalam mortar. Campuran digerus di dalam mortar mengunakan alu pada temperature
ruang selama 15 menit dan didiamkan selama 1 jam. Padatan yang terbentuk dicuci
menggunakan aquades kemudian ditambahkan HCl, lalu disaring. Padatan yang
diperoleh, selanjutnya dikeringkan dan ditimbang.
Padatan hasil yang sudah ditimbang kemudian direkristalisasi dengan pelarut
etanol. Kristal hasil rekristalisasi kemudian ditimbang dan ditentukan sifat fisiknya
(warna dan titik lelehnya). Kemudian kristal tersebut dianalisis menggunakan KLT
(pelarut heksana : etil asetat ; 3 : 2), TLC-Scanner, spektrofotometer UV-Vis,
spektrofotometer FTIR, spektrofotometer 1H-NMR.
22
D. Teknik Analisis Data
1.
Data Kuantitatif
Perhitungan persen randemen dengan analisis kuantitatif menggunakan
persamaan sebagai berikut:
% Rendemen
2.
=
Massa hasil percobaan
Massa teoritis
x
% Kemurnian hasil
Data Kualitatif
Senyawa hasil sintesis dianalisis dengan KLT, spektrofotometer UV-Vis,
spektrofotometer FTIR, dan spektrofotometer 1H-NMR.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
Data Hasil Sintesis
Data hasil sintesis pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3.Data Hasil Sintesis
Waktu
Reaksi
Berat
(gram)
Randemen (%)
Titik Leleh
(oC)
Bentuk
Warna
15 menit
1,232
71,86
90-95
kristal
Kuning
2.
Hasil Identifikasi
a. Identifikasi Menggunakan TLC-Scanner
Gambar 6. Kromatogram hasil TLC-Scanner Hasil Sintesis
(sebelum direkristalisasi)
24
Gambar 7. Kromatogram hasil TLC-Scanner Hasil Sintesis
(sesudah direkristalisasi)
b. Identifikasi Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
Gambar 8. Spektrum UV-Vis Hasil Sintesis
25
c. Identifikasi Menggunakan Spektrofotometer FTIR
Gambar 9. Spektrum FTIR Hasil Sintesis
d. Identifikasi Menggunakan Spektrofotometer 1H-NMR
Gambar 10. Hasil Analisis Spektrum1H-NMR Hasil Sintesis
26
Gambar 11. Perbesaran Spektrum 1H-NMR Hasil Sintesis pada Pergeseran 6,5-8
ppm
B. Pembahasan
1.
Mekanisme Reaksi
Reaksi antara 3,4-dimetoksi asetofenon dan 3,4-dimetoksi benzaldehid
melalui reaksi kondensasi Claisen-Schmidt dilakukan dengan teknik grinding selama
15 menit pada temperature ruang. Padatan NaOH digunakan sebagai katalis dalam
reaksi kondensasi Claisen-Schmidt. Penggunaan katalis dalam reaksi bertujuan untuk
membentuk anion enolat. Menurut Da’i dalam Chafidzotul (2016), katalis berfungsi
27
untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi sehingga lebih cepat
dalam pembentukan produk.
Pada penelitian ini melibatkan reaksi Claisen-Schmidt dengan karbanion yang
berasal dari senyawa 3,4-dimetoksi asetofenon dalam suasana basa. Penelitian ini
menggunakan senyawa 3,4-dimetoksi asetofenon karena senyawa tersebut memiliki
atom Hα. Mekanisme yang terjadi dalam bentuk basa mengikuti mekanisme enolat,
dimana katalis basa yang digunakan ion hidroksida. Pertama adalah ion hidroksida
akan mengambil proton alfa yang bersifat asam dari molekul 3,4-dimetoksi
asetofenon, menghasilkan resonansi ion enolat seperti pada gambar 12.
H3CO
H
C
H3CO
H3CO
H+
H3CO
H
-OH
H
C
H
H3CO
O H
C
H3CO
O
+ H 2O
H
O
ion enolat
Gambar 12. Reaksi Pembentukan Ion Enolat dari Senyawa 3,4-dimetoksi asetofenon
dalam Suasana Basa
Setelah ion enolat terbentuk, nukleofilik ion enolat akan menyerang gugus
karbonil dari molekul 3,4-dimetoksi benzaldehid menghasilkan garam alkoksida,
dengan reaksi seperti pada gambar 13.
28
H3CO
H3CO
H
H3CO
H
C
H H3CO
H3CO
C
H3CO
O
H
O
C
C
H
H
OCH3
O
OCH3
O
alkoksida
Gambar 13. Reaksi Penyerangan karbonil pada 3,4-dimetoksi benzaldehid
Alkoksida akan terprotonasi oleh pelarut air menghasilkan β-hidroksi keton
yang netral dan membebaskan ion hidroksida kemudian akan mengalami dehidrasi
menjadi senyawa 1-3-bis-(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on, seperti pada gambar
14.
H3CO
H3CO
H
O
C
C
H
H O
H H3CO
OCH3
H3CO
H
O
H
O
C
C
H
H
H
OCH3
+ -OH
O
OCH3
OCH3
β−hidroksi keton
H
H3CO
O
H
-H2O
H3CO
O
C
C
H
H
H3CO
OCH3
H3CO
OCH3
O
C
C
H
H
Gambar 14. Reaksi Alkoksida Terprotonasi Menghasilkan β-hidroksi keton dan
Reaksi Dehidrasi Aldol
29
OCH3
OCH3
Bila dehidrasi menghasilkan suatu ikatan rangkap yang berkonjugasi dengan
suatu cincin aromatik maka dehidrasi berlangsung spontan (Bruice, 2007). Pada
penelitian ini, -OH (gugus hidroksil) merupakan gugus lepas yang kurang bagus,
sehingga ditambahkan HCl yang berfungsi sebagai dehidrator untuk membantu
protonasi gugus hidroksil, menjadikan gugus tersebut sebagai gugus lepas yang baik.
2.
Analisis Data Kromatografi Lapis Tipis Hasil Sintesis
Pada penelitian ini senyawa produk reaksi ditentukan kemurniannya dengan
Kromatografi Lapis Tipis yang kemudian dianalisis menggunakan TLC-Scanner.
TLC-Scanner bertujuan untuk menentukan tingkat kemurnian suatu senyawa hasil
sintesis. Kromatografi lapis tipis dilakukan dengan menggunakan campuran eluen
heksana dan etilasetat dengan perbandingan 3 : 2. Hasil dari kromatografi lapis tipis
ini adalah noda pada plat, noda yang dihasilkan menunjukkan noda tunggal (tidak
berekor) yang dapat dilihat pada gambar 15.
A : Senyawa hasil sintesis sebelum
direkristalisasi
B : Senyawa hasil sintesis setelah
direkristalisasi
Gambar 15. Plat Silica hasil KLT
30
Selanjutnya, hasil kromatografi lapis tipis tersebut dianalisis lebih lanjut
denganTLC-Scanner. Kromatogram dapat dilihat pada gambar 5 dan 6.
Berdasarkan hasil dari TLC-Scanner, dapat diperoleh informasi tentang
kemurnian senyawa hasil sintesis, kemurnian sebesar
45,90%,
hal tersebut
mendasari dilakukannya rekristalisasi untuk memperolah hasil yang kemurniannya
tinggi. Setelah dilakukan rekristalisasi diperoleh harga Rf sebesar 0,73 dengan luas
area 95,66%, besar luas area tersebut menunjukkan bahwa kemurnian hasil sintesis
sebesar 95,66%. Persen kemurnian digunakan untuk menghitung rendemen hasil
sintesis, dan didapatkan rendemen hasil sintesis sebesar 71,86%.
3.
Analisis Data Spektrum UV-Vis Hasil Sintesis
Senyawa hasil sintesis selanjutnya dianalisis dengan spektroskopi UV-Vis.
Analisis UV-Vis berguna untuk menentukan gugus kromofor yang terdapat dalam
suatu senyawa organik dilihat dari serapan panjang gelombang maksimumnya.
Spektrum hasil sintesis dapat dilihat pada gambar 8.
Kalkon merupakan senyawa golongan flavanoid dengan serapan spektrum
UV-Vis pita I didaerah 340-390 nm, dan pita II pada daerah 230-270 nm dengan
kekuatan rendah. Hasil spektrum UV-Vis produk reaksi menunjukkan adanya puncak
pita I pada 363,1 nm yang merupakan serapan dari struktur sinamoil cincin B dan
puncak pita II pada 243,4 nm yang merupakan struktur benzoil cincin A. Dari hasil
spektrum menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis ini mempunyai dua pita yang
berada di dalam rentangan serapan senyawa kalkon.
31
5
6
Benzoil
5'
1
β
6'
4'
4
1'
3
2
Sinamoil
α
3'
2'
O
Gambar 16. Struktur Benzoil dan Sinamoil Senyawa Kalkon
4.
Analisis Data Spektrum FTIR Senyawa Hasil Sintesis
Spektrofotometer FTIR (Fourir Transform Infrared) merupakan alat untuk
mendeteksi gugus fungsional, mengidentifikasi senyawa dan menganalisis campuran.
Hasil spektrum inframerah dari senyawa hasil sintesis dapat dilihat pada gambar 9.
Hasil spektrum tersebut menunjukkan adanya serapan kuat pada frekuensi
1651 cm-1 yang merupakan serapan gugus C=O. Serapan C=O ini bergeser dari
daerah serapan yang normal, menurut Silverstein et al. serapan C=O pada daerah
sekitar 1715 cm-1, serapan ini bergeser dikarenakan adanya pengaruhi ikatan
konjugasi dengan ikatan C=C dan dengan cincin aromatis.
Puncak serapan pada frekuensi 1589 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=C
alkena. Adanya serapan pada frekuensi >3000cm-1, yaitu 3078 cm-1 menunjukkan
32
adanya gugus C-H aromatic, gugus C=C aromatis ditunjukkan dengan adanya
serapan pada frekuensi 1419,61 cm-1 dan 1458,18 cm-1. Serapan pada daerah
frekuensi 2839,22 cm-1 menunjukkan adanya gugus O-CH3 didalam senyawa hasil
sintesis dan didukung dengan adanya puncak serapan yang tajam pada frekuensi 1265
cm-1 yang menunjukkan gugus C-O. Puncak serapan pada frekuensi 848,68 dan
802,39
cm-1
menunjukkan
bahwa
adanya
benzene
trisubsitusi.
Analisis
spektrofotometer FTIR ini disajikan dalam tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Data Spektrum FTIR Hasil Sintesis
NO
Gugus Karakteristik
Daerah Serapan
Normal (cm-1)
Puncak Serapan
Senyawa Hasil
Sintesis (cm-1)
1
C=O
1850-1630
1651
2
C=C alkena
1680-1600
1589,34
3
C=C aromatis
1600-1475
1458,18 dan 1419,61
4
O-CH3
2850-2810
2839,22
5
C-O
1300-1000
1265,30
6
C-H aromatis
>3000
3078
7
Inti benzene trisubsitusi
900 dan 800
848,68 dan 802,39
33
Dari spektrum FTIR, dapatdilihat adanya serapan di daerah 3750-3000 cm-1
yaitu 3.456,4 cm-1 menunjukkan adanya gugus O-H. Adanya gugus O-H tersebut
dapat disebabkan terikatnya H2O dari udara oleh KBr pada saat pembuatan pelet.
Karena, KBr adalah bahan yang sangat higroskopis, dan sangat sulit untuk menjaga
agar tetap kering (Coleman, B. Patricia.,1993).
5. Analisis Spektrum 1H-NMR Hasil Sintesis
Produk reaksi selanjutnya diidentifikasi dengan spektrofotometer 1H-NMR, hal
ini dilakukan untuk mengetahui posisi, jumlah dan lingkungan kimia disekitar atom
hidrogen (Atun, Sri., 2016). Hasil spektrum 1H-NMR untuk senyawa hasil sintesis
pada gambar 10.
Gambar 17. Kode Posisi Proton Hasil Sintesis
Hasil spektrum menunjukkan bahwa jumlah proton dari hasil sintesis adalah
20 proton, hal tersebut sesuai dengan jumlah proton senyawa yang ditargetkan.
Berdasarkan spektrum pada pergeseran kimia δ7,730
34
ppm (d, 1H, J=15,5 Hz)
memperlihatkan proton H pada C-α, dan pada pergeseran kimia δ7,387 ppm (d, 1H,
J=15,5 Hz) memperlihatkan proton H pada C-β. Menurut Silverstein, et al (1991)
konfigurasi trans memiliki harga kopling (J) 14-19 Hz, dan konfigurasi cis memiliki
harga kopling (J) 4-12 Hz. Dilihat dari harga kopling proton H pada C-α dan H pada
C-β, dapat diperkirakan bahwa proton pada ikatan rangkap α dan β mempunyai
konfigurasi trans (E).
Pergeseran kimia δ7,590 ppm dan δ7,13 ppm dengan puncak singlet secara
berturut-turut menunjukkan proton H pada a dan d, keduanya memiliki puncak singlet
dikarenakan tidak memiliki proton tetangga. Proton H pada b dan c ditunjukkan
secara berturut-turut pada pergeseran kimia δ7,216 ppm (d, 1H, J=1,5 Hz) dan
δ7,659 ppm (d, 1H, J=2 Hz), berdasarkan harga kopling tersebut dapat diperkirakan
jenis proton yang saling mempengaruhi, yaitu proton H aromatis (J meta). Pada
pergeseran kimia δ7,642 ppm (d, 1H, J=1,5 Hz) dan δ7,2 ppm (d, 1H, J=2 Hz)
menunjukkan proton H pada e dan f, serta harga kopling menentukan jenis proton H
aromatis (J meta) yang saling bertetangga.
Proton pada metoksi ditunjukkan pada pergeseran kimia δ3,93 ppm (s, 3H)
untuk proton H C-3', pergeseran kimia δ3,92 ppm (s, 3H) untuk proton H C-4',
pergeseran kimia δ3,90 ppm (s, 3H) untuk proton H C-3, dan pergeseran kimia δ3,88
ppm (s, 3H) untuk proton H C-4. Data hasil analisis dapat dilihat dalam tabel 5.
35
Tabel 5. Data Hasil Analisis Spektrum 1H-NMR Hasil Sintesis
Kode
�H
Multiplisitas
J (Hz)
Pergeserankimia δ
(ppm)
a
1H
s
-
7,590
OCH3
3H
s
-
3,90 (OCH3)
OCH3
3H
s
-
3,88 (OCH3)
b
1H
d
1,5
7,216
c
1H
d
2
7,659
Cα
1H
d
15,5
7,730
Cβ
1H
d
15,5
7,387
d
1H
s
-
7,13
OCH3
3H
s
-
3,93 (OCH3)
OCH3
3H
s
-
3,92 (OCH3)
e
1H
d
7,642
f
1H
d
1,5
2
7,2
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis spektrum UV-Vis, spektrum
FTIR, spektrum 1H-NMR, menunjukkan senyawa hasil sintesis dalam penelitian ini
mumpunyai struktur yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.
5
6
'
4'
H3CO
β
5
H3CO
3'
6
A
B
OCH3
4
1
3
'
2
OCH3
α
1'
2'
O
Gambar 18. Struktur Senyawa 1,3-bis-(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Hasil sintesis adalah senyawa 1,3-bis-(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on
2. Produk reaksi adalah kristal berwarna kuning dengan kemurnian 95,66% dan
rendemen sebesar 71,86%.
B. Saran
Pada penelitian sintesis senyawa 1,3-bis-(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on
ini diperlukan penelitian lebih lanjut, misalnya:
1. Mengetahui kondisi optimum reaksi dengan kondisi reaksi yang berbeda,
seperti suhu reaksi, waktu reaksi dan juga metode yang lainnya untuk
memperoleh hasil yang optimal.
2. Melakukan uji aktivitas untuk mengetahui manfaat senyawa 1,3-bis-(3',4'dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on, seperti uji aktivitas sebagai antioksidan,
antimikroba dll.
37
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. A. (1986a). Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta:
Karunika Universitas Terbuka.
Ahmad, S. A. (1986b). Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Anonim, MSDS Sodium hydroxide. www.sciencelab.com. Diakses pukul 23.17
WIB pada tanggal 3 Juni 2016.
Atun, Sri. (2016). Elusidasi Struktur Molekul Senyawa Organik. Yogyakarta:
UNY Press.
Bruice, P. Y., (2007). Organic Chemistry Fifth Edition, New York.
Budimarwanti, C. dan Handayani, S. (2010). Efektivitas Katalis Asam Basa Pada
Sintesis 2-hidroksikalkon, Senyawa yang Berpotensi Sebagai Zat Warna.
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia. ISBN: 978979-98117-7-6.
Carey, F.A. and Sunberg, R.I. (1990). Advanced Organic Chemistry Past B:
Reaction and Synthesis. New York-London: Plenum Press.
Creswell, C., Ollaf Ruquist dan Malkom Campbell. (1982). Analisis Spektrum
Senyawa Organik. Bandung: ITB.
Coleman, B. Patricia. (1993). Practical Sampling Technique for Infrared Analysis.
London-New York: CRC Press.
Da’i, M., A dan Utami, W. (2010). Synthesis of Curcumin Analog 3,5-bis-(4hydroxy-3-methoxy-benilidine)-4-piperidinone
(monohydrate
hydrochloride) with Hydrocloride Acid Catalyst. Pharmacon. Vol. 11.,
No.1, Page 33-38.
Day R.A., and Underwood, A. L. (2002).
Keenam. Jakarta: Erlangga.
Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Desai, K.R., and Mistry, N.M. (2004). Studies on Synthesis of Some Novel
Heterocyclic Chalcone, Pyrazoline, Pyrimidine - 2 - One, Pyrimidine -2 Thione, para – Acetanilide Sulphonyl and Benzoyl Derivatives and their
Antimicrobial Activity.E-Journal of Chemistry.2 (6) : 30-41.
38
Diedrich, D.F. (1962). Some New Synthetic Flavonoid Glycosides Related in
Structure to Phlorizin. J.Med.Chem. 5(5). 1054-1062.
Fessenden, R. J. Dan Fessenden, J. S. (1986). Organik Chemistry. Diterjemahkan
oleh A. Hadyana Pudjaatmaka, Kimia Organik Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Fitriyani. (2015). Optimasi Pembentukan Senyawa 3-Metoksi-4-Hidroksikalkon
Pada Variasi Jenis dan Konsentrasi Katalis Melalui Kondensasi ClaseinSmidht dengan Teknik Grinding. Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga.
Hastiningrum, W.P., dkk. (2013). Sintesis Senyawa Kalkon Turunan 3,4-dimetoksi
asetofenon dan Uji Toksisitas Menggunakan Metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). Pekanbaru: FMIPA Binawidya.
Ikan, R. (1969). Natural products (A loboratory Guide).Jerusalem: The Hebrew
University of Jerusalem.
Khopkar, S. M., (1990). Basic Concepts of Analytical Chemistry. Diterjemahkan
oleh A. Saptohardjo.2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI
Press.
Markham, K.R. (1988). Techniques of Flavanoid Identification. (Terjemahan
Kosasih Padmawinata). Bandung: ITB.
Prastya, Uji. (2004). Optimasi Waktu Reaksi Pada Sintesis3,4-dimetoksikalkon
dengan Bahan Dasar veratraldehid dan asetofenon. Skripsi. Yogyakarta:
FMIPA UNY.
Rahman, A. F., dkk. (2009). Facile Solvent Free Claisen-Schmidt Reaction:
Synthesis of α,α’-bis-(substituted-benzylidene) cycloalkanones and α,α’bis-(substituted-alkylidene) cycloalkanones. Journal Molecules. Vol. 17:
571-583.
Rateb, M. N. dan Zohdi, F. H. (2009). Atom-Efficient, Solvent-Free, Green
Sythesis of Chalcones by Grinding. International Journal for Rapid
Comminication of Synthetic Organic Chemistry, Vol. 39, No.15: 27892794.
Siversteain, R.M., Basseler,G.C., Morril, T.C. (1991). Spectrometric Identification
of Organic Compound (5th edition ed.).New York John Wiley & Sons,
Inc.
39
Susanti, E.V. H, dkk. (November 2012). Sintesis 2’,6’-dihidroksikalkon Melalui
Kondensasi Claisen-Sschmidt dengan Teknik Grinding. Prosiding
Seminar Nasional Kimia Universitas Negeri Yogyakarta.
Susanti, E.V.H., et.al. (2014). Improved Synthesis of 2’,6’-dihydroxy-3-4dimethoxychalcone By Grinding Technique To Synthesis 5-hydroxy3’,4’-dimethoxyflavone. Indo. J. Chem., Vol. 14, No.2: 174-178.
Ulum,
Chafidzotul.
(2016).
Sintesis
Senyawa
1,5-bis(4-hidroksi-3metoksifenil)penta-1,4-dien-3-on dengan Variasi Mol Vanilin Melalui
Kondensasi Claisen-Schmidt Teknik Grinding. Skripsi. Malang: FMIPA
UIN Maulana Malik Ibrahim.
Windholz. (1983). The Merch Index Tenth Edition. New Jersey: Merch and Co.,
Inc.
Zangade, S., et.al. 2011. An Efficient and Operationally Simple Synthesis of Some
New Chalcones by Using Grinding Technique. Chemical Sciences
Journal, Vol.2011: CJS-13.
40
LAMPIRAN
41
Lampiran 1. Diagram Alir Prosedur Penelitian
V
3,4-dimetoksi
asetofenon
(0,901 gram)
NaOH (0,2 gram)
3,4-dimetoksi
benzaldehid
(0,83 gram)
Penggerusan 15 menit, suhu
kamar
didiamkan 1 jam
Aquades
Padatan
HCl
disaring dan dikeringkan
Padatan
rekristalisasi
Etanol
Kristal
diidentifikasi dengan
TLC-Scanner
Spektroskopi
FTIR
Spektroskopi
UV-Vis
42
Spektroskopi
1
H-NMR
Lampiran 2. Perhitungan Rendemen Produk Sintesis
Persamaan reaksi dengan perbandingan jumlah mol antara 3,4-dimetoksi
asetofenon : 3,4-dimetoksi benzaldehid : 1,3-bis(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on;
1 : 1 : 1, sebagai berikut:
C10H12O3
+
C9H10O3
m
0,005
0,005
r
0,005
0,005
C19H20O5
s
0,005
0,005 mol
•
Bahan yang dibutuhkan :
3,4-dimetoksi asetofenon
= 0,005 mol x 180, 20 gram/mol
= 0,901 gram
3,4-dimetoksi benzaldehid
= 0,005 mol x 166,18 gram/mol
= 0,83 gram
NaOH
= 0,005 mol x 40 gram/mol
= 0,2 gram
•
Hasil secara teori :
1,3-bis(3',4'-dimetoksifenil)-prop-2-en-1-on = 0,005 mol x 328 gram/mol
= 1,64 gram
43
Rendemen senyawa hasil sintesis dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Rendemen :
Rendemen :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
1,232 𝑔𝑟𝑎𝑚
1,64 𝑔𝑟𝑎𝑚
x % Kemurnian TLC-Scanner
x 95,66 %
: 71,86 %
44
Lampiran 3. Hasil Analisis Data TLC-Scanner Produk Sintesis
a.
Senyawa produk sintesis sebelum direkristalisasi
b.
Senyawa produk sintesis sesudah direkristalisasi
45
Lampiran 4. Hasil Analisis Data Spektrum UV-Vis Produk Sintesis
46
Lampiran 5. Hasil Analisis Data Spektrum FTIR Produk Sintesis
47
Lampiran 6. Hasil Analisis Data Spektrum 1H-NMR Produk Sintesis
48
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
(Proses penggerusan)
(Pendiaman selama 1 jam)
(Setelah penambahan aquades)
(Proses pengeringan)
49
(Kromatografi Lapis Tipis)
(Plat Silica pada KLT)
(Penyaring panas untuk proses
rekristalisasi)
(Hasil rekristalisasi)
50
Download