Supervisi Kunjungan Kelas dalam Meningkatkan Kinerja Guru IPA

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Bandungan
SMP
Negeri
1
Bandungan
adalah
Sekolah
Menengah Pertama yang terletak di Desa Jimbaran
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Sekolah
ini berdiri pada tahun 1994 dengan nama sekolah
SMP N 3 Bawen, karena pada saat itu desa Jimbaran
termasuk dalam wilayah Kecamatan Bawen. Seiring
waktu dengan adanya perubahan dan pemekaran
kecamatan di Kabupaten Semarang, maka sesuai SK
bupati Semarang No. 10 tahun 2013 SMP N 3 Bawen
berganti nama menjadi SMP N 1 Bandungan.
Pada
tahun
ajaran
2013/2014
SMP
N
1
Bandungan memiliki 18 rombongan belajar, SMP N 1
Bandungan memiliki jumlah siswa total 523 siswa,
yang terdiri dari kelas VII 192 siswa, kelas VIII
185
siswa dan kelas IX 151 siswa.
Jumlah guru di SMP N 1 Bandungan pada
tahun ajaran 2013/2014 adalah 26 guru yang terdiri
dari 23 guru pegawai negeri sipil (PNS) dan 3 guru
tidak tetap (GTT). Sedang jumlah tenaga kependidikan
adalah 10 orang dengan perincian, 2 tenaga kepen-
29
didikan berstatus PNS dan 2 orang berstatus tenaga
tidak tetap.
Sarana
prasarana
yang
dimiliki
SMP
N
1
Bandungan adalah 18 ruang kelas, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang laboratorium TIK, 1 ruang laboratorium bahasa, 1 ruang laboratorium multimedia, 1
ruang Bimbingan Konseling, 1 ruang UKS, 1 ruang
OSIS, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang guru, 1 ruang
tata usaha dan 1 ruang kepala sekolah. Sebagai
penunjang pembelajaran sekolah juga memiliki satu
lapangan untuk upacara bendera dan satu lapangan
untuk olahraga.
Prestasi yang diraih dalam berbagai perlombaan
antara lain, juara 1 OSN Fisika tingkat Kabupaten
Semarang tahun 2011, juaran 2 OSN Biologi tingkat
Kabupaten Semarang tahun 2011, juara 1 OSN Fisika
tingkat Kabupaten Semarang tahun 2012, Juara lari
100 m putra tahun 2013.
SMP Negeri 1 Bandungan memiliki visi dan misi
sekolah untuk mewujudkan tujuan sekolah. Visi SMP
Negeri 1 Bandungan adalah Menuju sekolah berprestasi, berketerampilan dan berjiwa nasionalis yang
berdasarkan iman dan taqwa.
Misi sekolah adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
30
Mewujudkan
Mewujudkan
Mewujudkan
Mewujudkan
Mewujudkan
Mewujudkan
standar pendidikan
peningkatan ketrampilan
jiwa nasionalisme
layanan terhadap masyarakat
tatakrama sekolah
pendidikan berkarakter
Visi dan misi yang dimiliki sekolah dibuat untuk
menunjang kegiatan sekolah dalam mencapai tujuan
sekolah yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
akan
akan
akan
akan
akan
akan
standar pendidikan
peningkatan ketrampilan
jiwa nasionalisme
layanan terhadap masyarakat
tatakrama sekolah
pendidikan karakter
4.1.2 Supervisi Kunjungan Kelas di SMP N 1
Bandungan
Kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya
berpedoman pada program sekolah yang dikenal sebagai Rencana Kerja Tahunan (RKT). Dalam Rencana
Kerja Tahunan tercantum kegiatan supervisi kunjungan kelas. Program supervisi disusun oleh kepala
sekolah bersama dengan pembantu kepala sekolah
bidang kurikulum. Program supervisi berisi jadwal
pelaksanaan supervisi kunjungan kelas yang akan
dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam satu semester. Setiap guru mendapat jadwal supervisi kunjungan
kelas sebanyak dua kali dalam satu semesternya.
Pernyataan dari Purwiyati, pembantu kepala
sekolah bidang kurikulum mengenai program supervisi kunjungan kelas memperkuat informasi di atas.
“Setiap tahun saya dengan teman-teman membantu kepala sekolah menyusun Rencana Kerja
Tahunan (RKT). Rencana Kerja Tahunan SMP
Negeri 1 Bandungan diantaranya berisi program
supervisi kunjungan kelas. Dalam program super-
31
visi kunjungan kelas ini sesuai arahan kepala
sekolah, setiap guru mendapat jadwal supervisi
sebanyak dua kali dalam satu semester.”
Pernyataan di atas diperkuat oleh guru IPA kelas
IX yang menyampaikan tentang program supervisi
kunjungan kelas.
“Supervisi kunjungan kelas adalah program rutin
tahunan di SMP Negeri Bandungan. Saya setiap
tahun selalu mendapat giliran untuk disupervisi
kunjungan kelas oleh kepala sekolah, dalam satu
semester saya dua kali mendapat supervisi kunjungan kelas.”
Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas di SMP
Negeri 1 Bandungan menggunakan pola
kunjungan
dan observasi dengan terlebih dahulu memberitahu
guru. Program supervisi kunjungan kelas yang telah
disusun oleh kepala sekolah, disosialisasikan terlebih
dahulu dalam rapat pembinaan dewan guru. Sosialisasi
berupa
informasi
lisan
yang
ditindaklanjuti
dengan informasi tertulis dalam bentuk surat edaran
kepala sekolah tentang jadwal supervisi kunjungan
kelas. Surat edaran kepala sekolah ditempel di papan
pengumuman ruang guru agar semua guru yang
disupervisi
mengetahui
informasi
tentang
jadwal
supervisi.
Terkait hal tersebut guru IPA kelas VII, menyatakan.
“Dalam rapat dewan guru di awal semester, saya
mendengarkan penjelasan kepala sekolah tentang
program supervisi kunjungan kelas. Penjelasan
kepala sekolah dalam rapat tersebut menurut saya
32
merupakan sosialisasi program supervisi kunjungan kelas.”
Mendukung penjelasan di atas, guru IPA kelas
VIII menyatakan:
“Program supervisi kunjungan kelas di SMP Negeri
1 Bandungan biasanya disosialisasikan kepala
sekolah pada saat rapat dewan guru di awal
semester. Awal mulanya hanya informasi lisan,
kemudian ada edaran kepala sekolah tentang
jadwal supervisi kunjungan kelas yang ditempel
pada papan pengumuman di ruang guru.”
Berdasarkan hasil pengamatan, pelaksanaan
supervisi kunjungan kelas sesuai dengan jadwal yang
telah disusun. Apabila ada kendala pelaksanaan
biasanya disebabkan oleh kesibukan kepala sekolah
menghadiri undangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang, rapat koordinasi kepala
sekolah tingkat kabupaten/rayon, mengikuti penataran, diklat, bahkan menghadiri perayaan hari besar.
Oleh sebab itu diadakan penjadwalan ulang supervisi
kunjungan kelas, dan jadwal pengganti disepakati oleh
guru dan kepala sekolah. Informasi di atas sesuai
dengan pernyataan guru IPA kelas VII, yang menyebutkan:
“Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas di SMP
Negeri 1 Bandungan dilakukan secara terjadwal.
Sehingga dalam pelaksanaannya di dalam kelas
guru dapat mempersiapkan segala sesuatunya
dengan baik supaya hasil yang diperoleh juga
akan semakin baik.”
33
Menguatkan informasi di atas pengawas SMP
Kabupaten Semarang menyatakan:
“Program supervisi kunjungan kelas di SMP
Negeri 1 Bandungan biasanya disusun dalam
bentuk tabel jadwal supervisi kunjungan kelas.
Informasi yang tercantum adalah hari tanggal,
nama guru, dan kelas. Sesuai hari yang ditentukan kepala sekolah mengunjungi kelas untuk
melaksanakan supervisi. Apabila karena sesuatu
hal kepala sekolah berhalangan ada penggantian
jadwal sesuai kesepakatan guru dan kepala sekolah.”
Sejalan dengan pendapat di atas guru IPA kelas
IX, menyatakan:
“Saya pernah hendak disupervisi kepala sekolah
pada hari tertentu, namun tiba-tiba kepala sekolah memanggil saya dan menyampaikan ada rapat
kepala sekolah di kantor dinas pendidikan dan
kebudayaan sehingga tidak dapat mengadakan
supervisi pada hari tersebut. Kemudian untuk
menggantinya kami membuat kesepatan jadwal
pengganti.”
Dari berbagai pernyataan di atas dapat dirangkum bahwa pelaksanaan supervisi kunjungan kelas
benar-benar dilaksanakan di SMP N 1 Bandungan.
Kegiatan supervisi kunjungan kelas merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara rutin yang tercantum
dalam Rencana Kerja Tahunan. Program supervisi
kunjungan kelas disosialisasikan melalui rapat dewan
guru dan surat edaran yang ditempel pada papan
pengumuman di ruang guru. Pola supervisi kunjungan
kelas menggunakan pola terjadwal sehingga guru tahu
kalau akan disupervisi.
34
Dalam satu semester dilaksanakn dua kali
supervisi untuk masing-masing guru sesuai jadwal
yang telah ditetapkan. Ketika kepala sekolah memiliki
kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan maka akan
dibuat kesepakatan pelaksanaan supervisi kunjungan
kelas pada waktu yang lain.
4.1.3 Dampak Supervisi Kunjungan Kelas terhadap
Kinerja Guru IPA dalam Perencanaan Pembelajaran
Dalam melaksanakan tugasnya guru IPA wajib
memiliki perangkat administrasi pembelajaran yang
terdiri dari, program tahunan, program semester,
silabus, dan RPP. Semua perangkat administrasi pembelajaran tersebut disusun guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Guru IPA yang
memiliki
administrasi pembelajaran yang lengkap
menjadi tanda bahwa guru yang bersangkutan memiliki persiapan mengajar yang baik. Dari wawancara
dengan beberapa guru diperoleh informasi bahwa
supervisi kunjungan kelas memiliki pengaruh pada
kinerja guru dalam menyusun perangkat pembelajaran. Guru yang tidak disupervisi cenderung mengabaikan administrasi pembelajaran. Kalau ada yang membuat biasanya kurang lengkap, format tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, tidak tepat waktu
pengumpulan administrasinya.
35
Hal yang berbeda terjadi pada guru yang disupervisi. Administrasi perangkat pembelajaran lengkap,
format dibuat sesuai ketentuan, tepat waktu dalam
mengumpulkan administrasinya. Berikut ini pernyataan dari guru IPA kelas VII terkait perangkat administrasi guru.
“Kalau saya tidak disupervisi kunjungan kelas oleh
kepala sekolah dalam menyusun administrasi
pembelajaran saya mengakui tidak tertib. Perangkat yang saya buat tidak lengkap, format tidak
sesuai ketentuan dan tidak tepat waktu dalam
mengumpulkan perangkat tersebut.”
Senada dengan pernyataan di atas, guru IPA
kelas VIII, menyampaikan pendapatnya pada saat
tidak mendapat jadwal supervisi kunjungan kelas.
“Saya mengakui administrasi yang saya susun
pada saat tidak disupervisi tidak baik, administrasi pembelajaran saya buat asal jadi dan asal
mengumpulkan untuk menggugurkan kewajiban.”
Pernyataan dari guru IPA kelas IX mengenai
penyusunan
administrasi
perangkat
pembelajaran
memperkuat informasi di atas.
“Saya tidak membuat perangkat pembelajaran
secara lengkap, paling-paling saya hanya membuat RPP sebagai pedoman pada saat pembelajaran
di kelas. Administrasi yang lain saya buat kalau
ada tagihan perangkat administrasi pembelajaran
oleh bagian kurikulum.”
Dari informasi di atas maka disimpulkan bahwa
kinerja guru IPA pada saat tidak supervisi kurang
baik, dalam menyusun administrasi perangkat pem36
belajaran sebagai bagian dari perencanaan pembelajaran tidak lengkap, tidak sesuai ketentuan dan tidak
tepat waktu. Menanggapi hal itu pengawas sekolah
Kabupaten Semarang menyampaikan:
“Guru yang tidak disupervisi cenderung malas
dalam menyusun perangkat pembelajaran. Dari
pengalaman saya mengunjungi beberapa sekolah
ditemukan permasalahan yang sama. Guru yang
tidak disupervisi mengabaikan administrasi pembelajaran. Oleh karena itu kepala sekolah jangan
sampai membiarkan guru tidak disupervisi, kalau
hal ini terjadi maka sama saja kepala sekolah
membiarkan guru bekerja tanpa rencana.”
Menindaklanjuti apa yang menjadi pernyataan
pengawas SMP Kabupaten Semarang, maka di SMP
Negeri 1 Bandungan dilaksanakan supervisi kunjungan kelas agar mutu guru dalam mengajar dan mutu
guru dalam menyusun rencana pembelajaran tetap
terjaga dengan baik. Terkait hal itu, pembantu kepala
sekolah bidang kurikulum menyatakan.
“Saya melihat guru IPA yang disupervisi melakukan persiapan dengan baik. Kesibukan guru IPA
yang disupervisi nampak sekali dalam menyusun
administrasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
guru berusaha sebaik mungkin dalam membuat
program tahunan, program semester, silabus dan
RPP, administrasinya lebih lengkap dan dibuat
sesuai ketentuan. Hal ini sangat berbeda ketika
guru IPA tidak disupervisi kunjungan kelas, administrasi RPP dibuat asal jadi dan tidak lengkap.”
Mendukung pendapat di atas, guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani kelas IX menyatakan:
37
“Guru IPA yang disupervisi mempersiapkan administrasi Prota, Promes, Silabus dan RPP dengan
baik, bahkan dalam menyusun perencanaan pembelajaran yang terkait dengan media pembelajaran
nampak kesibukan yang bersangkutan. Guru
sibuk membuat presentasi power point pembelajaran tentang materi yang akan diajarkan.”
Pernyataan dari guru Matematika kelas VII mengenai kinerja perencanaan pembelajaran guru IPA
yang disupervisi memperkuat informasi di atas.
“Saya melihat guru IPA yang disupervisi melaksanakan diskusi kecil dengan rekan sesama guru
IPA tentang metode yang cocok dalam menyampaikan kompetensi dasar yang akan diajarkan. Hal
ini tidak terlihat ketika yang bersangkutan tidak
mendapat jadwal supervisi.”
Memperdalam informasi di atas, guru IPA kelas
VII dalam FGD menyatakan dampak supervisi kunjungan kelas terhadap kinerja perencanaan pembelajaran.
“Pengaruh yang nyata adalah bahwa saya merasa
tertantang untuk menyajikan Prota, promes, silabus dan RPP sebaik-baiknya. Malu rasanya disupervisi kepala sekolah memiliki rencana pembelajaran yang tidak berkualitas.”
Memperkuat informasi di atas, guru IPA kelas
VIII memberikan pernyataan tentang dampak supervisi
kunjungan kelas terhadap kinerja perencanaan pembelajaran.
“Saya berusaha sebaik mungkin agar Prota,
Promes. Silabus dan RPP saya dalam perencanaan
pembelajaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku. RPP saya lengkapi dengan metode dan media
38
pembelajaran, hal mana pada saat tidak disupervisi saya abaikan itu semua.”
Informasi menarik disampaikan guru IPA kelas
IX mengenai dampak supervisi kunjungan kelas terhadap kinerja perencanaan pembelajaran.
“Biasanya saya tidak pernah merevisi RPP yang
sudah disusun. Karena akan disupervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah maka saya beberapa
kali membaca RPP yang telah disusun dan merevisi hal-hal yang tidak sesuai atau yang kurang
lengkap. Seperti melengkapai instrument penilaian
yang biasanya saya kosongi, tidak diisi dengan
kelengkapan instrument. Dengan adanya supervisi
kunjungan kelas maka instrumen penilaian saya
lengkapi dengan butir soal, kunci jawaban dan
pedoman penskoran.”
Dari
hasil
wawancara
dan
FGD
mengenai
dampak supervisi kunjungan kelas terhadap kinerja
guru IPA dalam perencanaan pembelajaran, rata-rata
guru menjawab bahwa supervisi kunjungan kelas
mempengaruhi kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran. Guru menyusun perencanaan pembelajaran
dalam bentuk dokumen Prota, Promes, silabus dan
RPP. Perangkat pembelajaran disusun sebaik-baiknya,
sesuai ketentuan yang berlaku agar guru tidak malu
ketika dokumen administrasi pembelajaran RPP diperiksa oleh kepala sekolah. Beberapa ketentuan di
dalam RPP yang biasanya ketika tidak disupervisi
tidak diisi oleh guru maka pada saat disupervisi
semua ketentuan di dalam RPP ditulis lengkap dengan
isian.
39
Sebagai contoh sering dalam menyusun RPP
pada bagian instrumen penilaian perencanaan pembelajaran guru mengabaikan rumusan butir soal.
Rumusan butir soal, kunci jawaban dan pedoman
penskoran ditulis terlampir, tetapi dilihat di bagian
lampiran tidak tersedia. Jadi dengan supervisi kunjungan kelas kinerja guru IPA dalam menyusun dokumen perencanaan pembelajaran yang diwujudkan
dalam RPP menjadi lebih baik dan lebih lengkap.
Lebih lanjut ditemukan bahwa guru IPA yang
disupervisi
kunjungan
kelas
mempersiapkan
diri
dalam penampilan pembelajaran di kelas. Guru yang
terbiasa mengajar tanpa media pembelajaran mempersiapkan diri membuat media pembelajaran dalam
bentuk presentasi power point. Bahkan untuk materi
pelajaran yang dirasa sulit mereka berdiskusi dengan
teman guru IPA lainnya untuk menentukan metode
pembelajaran yang tepat. Diskusi dilakukan dalam
kelompok kecil musyawarah guru mata pelajaran IPA
SMP Negeri 1 Bandungan.
4.1.4 Dampak Supervisi Kunjungan Kelas terhadap
Kinerja Guru IPA dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Informasi yang tersaji pada bagian ini diperoleh
melalui wawancara dan FGD. Untuk mengetahui
kinerja guru IPA dalam pelaksanaan pembelajaran di
kelas, peneliti mewancarai beberapa siswa untuk
40
mendapat informasi kinerja guru IPA pada saat disupervisi. Sedangkan dari guru IPA peneliti menggali
informasi melalui kegiatan Focus Group Discussion
(FGD).
Supervisi kunjungan kelas salah satu tujuannya
adalah memperbaiki mutu mengajar guru. Dengan
supervisi diharapkan mutu guru dalam mengajar
terlihat lebih baik. Dari mengajar dengan metode
ceramah menjadi metode mengajar bervariasi, dari
mengajar tanpa media menjadi mengajar menggunakan media, dari mengajar yang tidak runtut menjadi
mengajar runtut, dari mengajar tanpa tujuan menjadi
mengajar bertujuan, dari mengajar tanpa berkomunikasi dengan siswa menjadi mengajar yang komunikatif
dan interaktif dengan siswa. Hal ini sesuai dengan
pernyataan siswa kelas IX A mengenai pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan guru di kelas.
“Menurut saya bapak/ibu guru terlihat lebih siap
dalam melaksanakan pembelajaran. Biasanya
bapak/ibu guru setelah salam langsung duduk,
kini tetap berdiri dan mengawali pembelajaran
dengan meyampaikan refleksi materi pelajaran
yang kemarin, menyampaiakan tujuan pembelajaran hari ini dan materi pokok yang akan
dibahas.”
Pengakuan yang hampir sama dinyatakan siswa
kelas VIII B mengenai dampak supervisi kunjungan
kelas pada pelaksanaan pembelajaran guru IPA.
“Saya melihat penampilan bapak/ibu guru
sungguh berbeda dari biasanya, dalam pembelajaran beliau biasanya hanya ceramah, hari ini
41
beliau membawa laptop dan LCD. Selain ceramah
belaiau menayangkan materi pembelajaran dalam
bentuk presentasi power point, wah ada gambar
warna-warni yang menarik. Saya senang kalau ada
supervisi oleh bapak kepala sekolah di kelas kami.
Cara mengajar Bapak/ibu guru jadi tidak membosankan.”
Pernyataan lain disampaikan siswa kelas VII C
mengenai dampak supervisi kunjungan kelas pada
pelaksanaan pembelajaran guru IPA di SMP Negeri 1
Bandungan.
“Saya senang ada supervisi kunjungan kelas, ada
bapak kepala sekolah yang sedang menunggui
guru yang sedang mengajar. Kalau ada bapak
kepala sekolah guru jadi lebih perhatian kepada
kami. Ada komunikasi dua arah antara guru
dengan siswa. Saya jadi sering dimintai pendapat
oleh bapak/ibu guru, padahal kalau tidak ada
bapak kepala sekolah biasanya bapak/ibu guru
IPA hanya ceramah saja. Tidak ada Tanya jawab.
Saya harap bapak kepala sekolah lebih sering
mengadakan supervisi kunjungan kelas.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan
bahwa rata-rata siswa melihat ada perubahan penampilan kinerja guru. Guru berubah dari mengajar
sambil duduk menjadi berdiri, mengajar dengan metode ceramah saja menjadi ceramah bervariasi menggunakan media pembelajaran tayangan presentasi power
point, mengajar guru yang searah menjadi dua arah,
ada interaksi antara guru dan siswa dalam bentuk
tanya jawab. Menurut siswa ini perubahan cukup
positif dan mereka berharap kepala sekolah lebih
sering mengadakan supervisi kunjungan kelas.
42
Informasi selanjutnya tentang kinerja guru IPA
dalam pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari teknik
Focus Group Discussion. Berikut ini adalah pernyataan
guru IPA kelas VII mengenai dampak supervisi kunjungan kelas terhadap kinerja guru IPA dalam pelaksanaan pembelajaran.
“Saya merasa senang dengan adanya supervisi
kunjungan kelas, saya menjadi lebih disiplin
dalam mengajar, kehadiran di kelas tidak terlambat, skenario pembelajaran yang saya susun
di RPP betul betul saya laksanakan.”
Dampak positif lainnya disampaikan oleh guru
IPA kelas VIII yang menyatakan:
“Pengaruh yang nyata adalah saya menjadi perhatian terhadap peserta didik. Komunikasi dua arah
saya utamakan untuk mengetahui kesulitan
belajar peserta didik terhadap materi yang saya
ajarkan hari ini.”
Sementara itu memperkuat informasi di atas,
guru kelas IX menyampaikan dampak positif dari
supervisi kunjungan kelas pada kinerja pelaksanaan
pembelajaran.
“Pada saat disupervisi, pembelajaran di kelas saya
buat sebaik mungkin, saya membawa alat peraga
dan media pembelajaran berupa LCD, laptop dan
presentasi power point sesuai materi pelajaran
pada saat disupervisi.”
Dari hasil FGD diperoleh data bahwa guru
merasa senang dengan adanya supervisi kunjungan
kelas. Kedisiplinan guru untuk hadir tepat waktu di
kelas menjadi lebih baik, dalam pelaksanaan pembela43
jaran guru berpedoman pada skenario pembelajaran
RPP yang sudah disusun, guru lebih perhatian pada
peserta didik dengan melaksanakan komunikasi dua
arah. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru mempergunakan alat peraga dan media pembelajaran berupa
LCD, laptop dan presentasi power point. Ada semangat
yang tinggi untuk melaksanakan pembelajaran dengan
sebaik-baiknya.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Supervisi Kunjungan Kelas di SMP Negeri 1
Bandungan
Kegiatan supervisi kunjungan kelas di SMP
Negeri 1 Bandungan tertuang dalam program tahunan
sekolah. Program ini disosialisasikan oleh kepala
sekolah dalam rapat kerja di awal semester dan
ditindaklanjuti dengan informasi lengkap berupa surat
edaran yang ditempel di papan pengumuman di ruang
guru. Surat edaran berisi jadwal supervisi kunjungan
kelas bagi seluruh guru di SMP Negeri 1 Bandungan.
Program supervisi kunjungan kelas ini bertujuan
untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sahertian (2000: 29) yang
mengatakan bahwa tujuan supervisi adalah untuk
meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang
dampaknya
siswa.
44
dapat
meningkatkan
kualitas
belajar
Berdasarkan pernyataan peserta FGD diperoleh
data bahwa pelaksanaan supervisi kunjungan kelas
diawali dengan sosialisasi program oleh kepala sekolah
melalui rapat dewan guru. Hasil rapat ditindaklanjuti
dengan surat edaran yang berisi jadwal kegiatan
supervisi kunjungan kelas, dan surat edaran ditempel
di papan pengumuman ruang guru. Hasil ini sesuai
dengan observasi dan studi dokumen yang menemukan notulen rapat dewan guru tentang sosialisasi
program supervisi kunjungan kelas. Bahkan pengawas
sekolah
yang
diwawancarai
juga
mengkonfirmasi
bahwa ada program supervisi kunjungan kelas di SMP
Negeri 1 Bandungan.
Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas kadangkadang mengalami kendala tidak dapat dilaksanakan
sesuai jadwal, karena kesibukan kepala sekolah. Hal
ini dapat dilihat dari dokumen laporan pelaksanaan
supervisi kunjungan kelas yang menunjukkan ada
perbedaan tanggal antara jadwal supervisi kunjungan
kelas dan pelaksanaannya. Ketika hal ini dikonfirmasi
kepada peserta FGD mereka mengatakan bahwa
memang betul kadang-kadang kepala sekolah tidak
dapat melaksanakan supervisi kunjungan kelas karena ada kesibukan atau rapat dinas di tingkat kabupaten. Namun begitu kegiatan supervisi kunjungan
kelas tetap dilaksanakan pada waktu lain yang disepakati oleh guru dan kepala sekolah.
Sejalan dengan temuan dokumen dan hasil
FGD, pengawas sekolah juga mengatakan bahwa
45
pelaksanaan supervisi pasti menemui kendala karena
kesibukan kepala sekolah. Maka solusinya adalah
supervisi kunjungan kelas dilaksanakan pada hari lain
sesuai kesepakatan antara guru dan kepala sekolah.
Berkaitan dengan frekuensi pelaksanaan supervisi kunjungan kelas dalam satu semester menurut
hasil observasi dan studi dokumen ditemukan bahwa
rata-rata dua kali dalam satu semester guru disupervisi. Hal ini sesuai dengan hasil diskusi peserta FGD
yang mengatakan bahwa rata-rata mereka disupervisi
sebanyak dua kali dalam satu semesternya. Sejalan
dengan hasil observasi studi dokumen dan FGD,
pengawas sekolah mengatakan bahwa pelaksanaan
supervisi kunjungan kelas sebaiknya dua kali dalam
satu semester.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi kunjungan kelas
di SMP Negeri 1 Bandungan adalah sebagai berikut:
(1) Penyusunan program supervisi kunjungan kelas
dalam
program
tahunan
sekolah;
(2)
Sosialisasi
program supervisi kunjungan kelas dalam rapat dewan
guru; (3) Pembuatan surat edaran jadwal supervisi
kunjungan kelas; (4) Pengumuman surat edaran
dengan cara ditempel di papan pengumuman ruang
guru’ (5) Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas.
Mengisi instrumen supervisi kunjungan kelas; (6) Penyusunan laporan.
46
4.2.2
Dampak Supervisi Kunjungan Kelas terhadap Kinerja Guru IPA dalam Perencanaan
Pembelajaran
Pembahasan tentang dampak supervisi kun-
jungan kelas terhadap kinerja guru IPA dalam perencanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
sumber data wawancara terhadap guru mata pelajaran
non IPA yang selanjutnya dikonfirmasi dengan hasil
FGD dan dikuatkan oleh pendapat pengawas sekolah
mengenai hal tersebut.
Menurut penuturan guru mata pelajaran non
IPA yang melihat aktivitas guru IPA yang disupervisi,
nampak aktivitas yang cukup baik dari guru IPA
dalam menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Wawancara dengan pembantu kepala sekolah yang membidangi kurikulum diperoleh data bahwa
RPP yang disusun oleh guru IPA yang disupervisi
menjadi lebih baik. Administrasi RPP lebih lengkap
dan disusun sesuai dengan ketentuan.
Sejalan dengan itu seorang guru lain yang diwawancarai menuturkan bahwa dalam perencanaan
pembelajaran nampak kesibukan guru IPA dalam
membuat media presentasi berupa slide power point.
Melengkapi hasil wawancara di atas seorang guru
mata pelajaran matematika menyampaikan bahwa ada
diskusi kecil sesama guru mata pelajaran IPA dalam
menentukan metode yang tepat untuk menyampaikan
47
materi pelajaran yang akan disampaikan kepada
peserta didik.
Dalam FGD guru IPA memperkuat temuan hasil
wawancara di atas dengan mengatakan bahwa dengan
supervisi kunjungan kelas, mereka merasa tertantang
untuk
menampilkan
perencanaan
pembelajaran
dengan sebaik-baiknya, dengan menyusun RPP sesuai
dengan ketentuan dan melengkapi semua kekurangan
yang bisanya mereka biarkan ketika tidak terjadi
supervisi kunjungan kelas. Umpamanya dalam instrumen penilaian mereka melengkapi dengan butir soal,
kunci jawaban dan pedoman penskoran. Hal ini
sejalan dengan pendapat pengawas sekolah di SMP N
1 Bandungan yang menyatakan bahwa guru yang
disupervisi biasanya akan menyusun perencanaan
pembelajaran
dengan
sebaik-baiknya,
menyusun
perencanaan pembelajaran sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan lampiran RPP menjadi lengkap
dengan menambahkan slide power point dari materi
pelajaran yang akan disampaikan dalam pembelajaran
dan dalam menyusun instrumen penilaian dilengkapi
dengan butir soal, kunci jawaban dan pedoman penskoran.
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan tentang kinerja guru IPA dalam perencanaan
pembelajaran adalah:
1. Guru IPA yang disupervisi menyusun perencanaan
pembelajaran yang terdiri dari prota, promes, sila48
bus dan RPP dengan sebaik-baiknya dengan mengikuti ketentuan format yang telah ditentukan;
2. Guru IPA yang disupervisi melaksanakan kegiatan
diskusi kecil dengan sesama guru IPA dalam menentukan metode yang tepat untuk pembelajaran
materi pelajaran tertentu;p
3. Guru
IPA
yang
disupervisi
menyusun
media
pembelajaran dalam bentuk slide presentasi power
point;
4. Guru IPA yang disupervisi melengkapi RPP dengan
instrumen penilaian secara lengkap yang meliputi
butir soal, kunci jawaban dan pedoman penskoran.
Pembahasan di atas sesuai dengan penelitian Sri
Hartini (2013) dalam tesisnya yang berjudul “Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru SD di Kecamatan Bojongsari”
Menurut Sri Hartini, dampak supervisi dapat dirasakan oleh kepala sekolah dan guru. Kepala sekolah
merasakan kinerja guru meningkat, administrasi semakin lengkap dan bagus, pelaksanaan pembelajaran
semakin efektif dan bermutu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa supervisi kunjungan kelas berdampak
positif pada kinerja guru IPA dalam perencanaan
pembelajaran, terlihat administrasi pembelajaran guru
IPA semakin lengkap dan bagus.
49
4.2.3 Dampak Supervisi Kunjungan Kelas terhadap
Kinerja Guru IPA dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Pembahasan pada bagian ini merujuk pada
wawancara dengan siswa, studi dokumentasi laporan
hasil supervisi pelaksanaan pembelajaran dan hasil
FGD serta konfirmasi dari pengawas sekolah. Hasil
wawancara dengan siswa ditemukan data bahwa
dalam pelaksanaan pembelajaran guru terlihat lebih
siap dalam mengajar peserta didik di kelas, guru
dalam mengajar memperhatikan alur dan urutan
pelaksanaan pembelajaran. Tujuan dan materi pembelajaran disampaikan oleh guru di awal pembelajaran. Selanjutnya guru melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan perangkat media pembelajaran
berupa laptop dan LCD yang menayangkan slide power
point terkait pembelajaran pada hari itu.
Pendapat dari siswa menunjukkan hal yang
positif, berdasarkan wawancara terhadap siswa dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran IPA pada saat ada
supervisi menjadi lebih baik. Dalam mengajar guru
semakin menarik, karena selain diajak ke laboratorium, disajikan gambar-gambar yang menarik melalui
slide power point yang ditayangkan LCD pada waktu
pelajaran IPA berlangsung. Sehingga bapak/ibu guru
tidak hanya bercerita saja, tetapi memvisualisasikan
dengan contoh riil melalui media tersebut. Dengan
proses pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa
membawa dampak terjadinya interaksi antara siswa
50
dan guru dalam pembelajaran, dan hasil belajar siswa
beranjak naik, walupun belum mendapatkan hasil
yang sesuai pengharapan.
Hasil pembahasan di atas sesuai dengan pendapat Slameto (2009: 142) supervisi adalah program
pembinaan guru dan personil pendidikan. Supervisi
merupakan pemantauan oleh pembina dan kepala
sekolah terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas,
pelurusan
penyimpangan,
peningkatan
keadaan.
Dalam hal peningkatan keadaan ditemukan bahwa
guru lebih bersemangat dalam mengajar, guru lebih
meningkat penggunaan media pembelajarannya, guru
lebih meningkat komunikasi dengan siswa, dan dalam
penggunaan metode pembelajaran lebih bervariasi.
51
Download