1 ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA KINERJA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DAN NON-JAKARTA ISLAMIC INDEX (NON-JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SELAMA PERIODE TAHUN 2007 –2009 Siti Nurlatifah* Abstract ABSTRACT : The purpose of this research is to investigate there or no significant difference between performance Jakarta Islamic Index (JII) stock and Non-Jakarta Islamic Index (Non-JII) stock on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the period 2007-2009. On this research showed is not there enough evidence empiris to show that performance JII stock difference with Non-JII. Performance return JII stock relative same with return Non-JII stock, for standar deviation risk of JII stock more good in the comparatif with non JII stock and also is not there enough evidence empiris to show that beta JII stock difference with Non-JII stock, Beta JII stock average in bottom number 1, where beta Non-JII stock also same in bottom number 1, but the risk more small in comparatif with Non-JII stock. Keyword : Return, Standar Deviation dan Beta PENDAHULUAN Dalam berinvestasi terdapat banyak pilihan yang dapat kita ambil dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Pada dasarnya semua pilihan investasi mengandung peluang keuntungan disatu sisi dan potensi kerugian disisi lain. Dari berbagai alternatif investasi yang ada, pasar modal menawarkan salah satunya yaitu investasi pada saham atau surat-surat berharga. Semakin modern peradaban ekonomi suatu masyarakat, maka akan semakin besar peran pasar modal yang kemudian diikuti dengan semakin mengecilnya peran perbankan komersial didalam mobilitas dana ke sektor produktif. Fenomena bangkitnya minat yang besar terhadap industri keuangan Islam tahun-tahun belakangan ini ditunjukkan dengan muncul dan tumbuhnya bentuk sekuritisasi Islam, yang memiliki kemampuan besar untuk menawarkan solusi keuangan yang inovatif. Tidak hanya produknya yang benar-benar memberi kontribusi terhadap usaha untuk melakukan inovasi produk, tetapi juga gemanya yang sebanding dengan pasar modal konvensional lainnya. Perkembangan pasar modal modern saat ini menunjukkan di sejumlah Bursa Efek dunia telah tersusun indeks yang secara khusus terdiri dari komponen saham-saham yang tergolong kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah. Dalam pasar modal syariah terdapat 4 larangan yaitu spekulasi, gharar, riba dan maysir. Oleh karena itu pasar modal syariah pun harus memisahkan kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan prinsip hukum syariat Islam seperti : (1) usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi (gharar & maysir), (2) usaha (lembaga keuangan konvensional) yang mengandung unsur ribawi, (3) usaha yang memproduksi, dan mendistribusikan makanan dan minuman serta menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral serta bersifat mudharat. Dengan berkembangnya pasar modal syariah di Indonesia saat ini tidak hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saja yang menjadi tolok ukur (benchmark) pasar modal tetapi juga terdapat JII (Jakarta Islamic Indeks) sebagai tolok ukur Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 2 (benchmark) pasar modal berbasis syariah. Saham JII adalah saham-saham dimana semua emiten dan produknya sesuai dengan konsep syariah, efisien dan didukung lembaga atau profesi penunjang pasar modal Islami. Seorang investor yang menginvestasikan dananya pada saham akan memperoleh dua macam pendapatan atau imbal hasil, yaitu (1) Capital Gain atau pendapatan dari peningkatan harga saham, (2) Dividen tunai dari perusahaan kepada para pemegang saham. Kegiatan investasi selalu dihadapkan pada dua hal yaitu keinginan untuk memaksimalkan keuntungan disatu sisi dan meminimumkan risiko di sisi lain. Widoatmodjo (2008) Oleh karena itu bagi para investor pengetahuan akan tingkat kinerja sahamsaham dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat imbal hasil sahamsaham tersebut sangat dibutuhkan. Penelitian terhadap kinerja saham syariahpun telah banyak dilakukan seperti yang telah dilakukan oleh Aruzzi dan Bandi (2003), Darmansyah (2006), Rahmayanti (2004) dan Huda (2004) yang melakukan perbandingan kinerja saham JII dengan Indeks LQ-45, dan menurut beberapa peneliti lain dalam (Huda; 2007) dipasar modal Malasyia kinerja saham berbasis syariah selalu memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan investasi konvensional, (Jamilah; 2009) rasio-rasio keuangan berpengaruh signifikan secara bersama-sama dan parsial terhadap return saham JII. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja (return & resiko ) saham Jakarta Islamic Index (JII) dan NonJakarta Islamic Index (Non-JII). LANDASAN TEORI Pasar modal Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Husnan ( 2001:3) Menurut Jogiyanto (2009), sejarah pasar modal Indonesia dikatakan lahir melalui enam periode, yaitu periode pertama pada jaman Belanda tahun 1912 dimana 13 broker dibentuk di Jakarta, periode kedua pada Orde Lama yaitu setelah Jepang meninggalkan Indonesia pada 1 September 1951, Pemerintah mengeluarkan UndangUndang dan BEJ akhirnya dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952, periode ketiga yaitu pada masa Orde Baru tahun 1977 dengan keluarnya Keppres No. 52 tahun 1976 yang menetapkan Pendirian Pasar Modal dengan menawarkan 178.750 lembar saham yang terdiri dari 24 perusahaan, pembentukan Badan Pembina Pasar Modal, pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) dan PT. Danareksa, periode keempat tahun 1988 adalah periode bangunnya pasar modal dari tidur panjang dimana perusahaan yang terdaftar menjadi 208 pada tahun 1996, periode kelima adalah periode otomatisasi pasar modal yang dimulai tahun 1995, periode keenam pada saat krisis moneter bulan Agustus 1997 yang ditandai dengan kemerosotan pasar saham dengan turunnya IHSG dari 750,83 poin menjadi 194,14 poin. Dan periode terakhir dimana saham mulai bergairah kembali dengan munculnya tolok ukur baru di pasar pada tahun 2000 yaitu Jakarta Islamic Index. Pada akhir tahun 2007, tepatnya tanggal 30 Nopember 2007 Bursa Efek Jakarta sebagai pusat perdagangan efek (saham) di Indonesia dan Bursa Efek Surabaya yang selama ini memperdagangkan obligasi meleburkan diri menjadi Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange/IDX). Indeks Harga Saham Untuk bisa melakukan investasi di pasar modal dengan baik, kita harus mengetahui apa yang disebut Index Harga Saham (IHS). Bahkan dewasa ini, menurut (Widoatmodjo : 2008), indeks harga saham dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analisis Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 3 statistik atas kondisi pasar terakhir (current market). Indeks harga saham sebenarnya merupakan angka indeks harga saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga menghasilkan trend sedangkan angka indeks itu sendiri adalah angka atau peristiwa yang bisa berupa perubahan harga saham, dari waktu-kewaktu (Supranto, 1992 :101). Indeks Harga Saham di Indonesia : 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Jakarta merupakan indeks yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta yang mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982, dan mengikutsertakan semua saham yang tercatat di BEJ. IHSG BEJ diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, yang digunakan sebagai indikator untuk memantau pergerakan saham di BEJ. Rumus umum menghitung IHSG yaitu : Ht : Total harga semua saham pada waktu yang berlaku Ho : Total harga semua saham pada waktu dasar 2. Indeks LQ-45 Indek LQ-45 berasal dari kata liquidity (mudah cair) dari jumlah 45 perusahaan (emiten) yang mewakili dan dari berbagai jenis industri. Perusahaan ini dipilih berdasarkan tingkat kapitalisasi dan likuiditasnya. Indek LQ-45 dihitung mundur hingga tanggal 13 Juli 1994 sebagai hari dasar, dengan nilai dasar 100 sehingga memiliki data historis yang cukup panjang. Untuk seleksi awal data pasar dari Juli 1993 – Juli 1994, hasilnya terpilih 45 emiten yang meliputi 72 % dari total kapitalisasi pasar dan 72,5% nilai transaksi dipasar reguler. 3. Indeks Kompas-100 Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ketika itu masih sebagai Bursa Efek Jakarta (BEJ) bekerjasama dengan Koran Kompas pada hari jum’at tanggal 10 Agustus 2007 secara resmi menerbitkan indeks baru yang disebut Indeks Kompas-100. Indeks Kompas-100 adalah merupakan suatu indeks saham dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta. Saham-saham yang terpilih untuk dimasukkan dalam Indeks Kompas100 ini selain memiliki likuiditas tinggi, serta nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan sahamsaham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik. Pasar Modal Syariah Perkembangan pasar modal di Indonesia tidak lepas dari pengaruh pasar modal syariah di dunia. Mengingat sampai tahun 1970, sejumlah besar masyarakat muslim tidak dapat terlibat dalam investasi di pasar modal yang disebabkan larangan Islam pada aktivitas bisnis tertentu. Untuk memenuhi kepentingan pemodal yang ingin mendasarkan kegiatan investasinya berdasarkan kepada prinsip-prinsip syariah, maka disejumlah bursa efek dunia telah disusun indeks yang secara khusus terdiri dari komponen saham-saham yang tergolong kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Menurut Achsien (2000), pengembang pertama indeks syariah dan equity fund seperti Reksa dana adalah Amerika Serikat, setelah The Amana Fund diluncurkan The North American Islamic Trust sebagai Equty Fund pertama di dunia tahun 1986, tiga tahun kemudian Dow Jones Islamic Market Index (DJIM). Di Indonesia, perkembangan instrumen syariah di pasar modal sudah terjadi sejak tahun 1997. Diawali dengan lahirnya reksadana syariah yang diprakarsai dana reksa. Dalam rangka kegiatan pasar modal syariah ada beberapa lembaga Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 4 penting yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pengawasan dan perdagangan yaitu : Bapepam, Dewan Syariah Nasional (DSN), Bursa Efek, Perusahaan Efek, Emiten, Profesi dan Lembaga Penunjang Pasar Modal serta Pihak terkait lainnya. Khususnya untuk kegiatan pengawasan akan dilakukan secara bersama oleh Bapepam dan DSN. Jakarta Islamic Indeks (JII) Pada tanggal 3 Juli 2000 PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT. Danareksa Investment Manajemen (DIM) meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII), yang merupakan subset dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jakarta Islamic Index (JII) mencakup 30 jenis saham dari emiten-emiten yang kegiatan usahanya memenuhi ketentuan tentang hukum syariah. Penentuan kriteria dari komponen JII tersebut disusun berdasarkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah DIM. Perhitungan JII dilakukan oleh PT. BEJ dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang ditetapkan dengan bobot kapitalisasi pasar (Market Capitalization Weighted). Perhitungan ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment) yang dilakukan oleh adanya perubahan terhadap data emiten yaitu corporate action. Dengan indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi secara syariah. Hari dasar yang digunakan adalah tanggal 2 Januari 1995, dengan nilai indeks sebesar 100. Jakarta Islamic Index direview setiap 6 bulan, yaitu setiap bulan Januari dan Juli atau berdasarkan periode yang ditetapkan oleh Bapepam-LK. Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Saham syariah Saham syariah adalah saham-saham yang memiliki karakteristik sesuai dengan syariah Islam atau yang lebih dikenal dengan syariah compliant. Terdapat beberapa pendekatan untuk menyeleksi suatu saham apakah bisa dikategorikan sebagai saham syariah atau tidak (Kurniawan; 2008), yaitu: 1. Pendekatan jual beli. Dalam pendekatan ini diasumsikan saham adalah asset dan dalam jual beli ada pertukaran asset ini dengan uang. Juga bisa dikategorikan sebagai sebuah kerja sama yang memakai prinsip bagi hasil (profit-loss sharing). 2. Pendekatan aktivitas keuangan atau produksi. Dengan menggunakan pendekatan produksi ini, sebuah saham bisa diklaim sebagai saham yang halal ketika produksi dari barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan bebas dari elementelement yang haram yang secara explicit disebut di dalam Al-Quran seperti riba, judi, minuman yang memabukkan, zina, babi dan semua turunan-turunannya. 3. Pendekatan pendapatan. Metode ini lebih melihat pada pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut. Ketika ada pendapatan yang diperoleh dari Bunga (interest) maka secara umum kita bisa mengatakan bahwa saham perusahaan tersebut tidak syariah karena masih ada unsur riba disana. Oleh karena itu seluruh pendapatan yang didapat oleh perusahaan harus terhindar dan bebas dari bunga atau interest. 4. Pendekatan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Dengan melihat rasio hutang terhadap modal atau yang lebih dikenal dengan debt/equity ratio. Dengan melihat rasio ini maka diketahui jumlah hutang yang digunakan untuk modal atas perusahaan ini. Semakin besar rasio ini semakin besar ketergantungan modal terhadap hutang. Akan tetapi untuk saat ini bagi perusahan agak sulit untuk membuat ratio ini nol, atau sama sekali tidak ada hutang atas modal. Oleh karena itu ada toleransitoleransi atau batasan seberapa besar Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 5 “ Debt to Equity Ratio“ ini. Dan masing masing syariah indeks di dunia berbeda dalam penetapan hal ini. Namun secara keseluruhan kurang dari 45% bisa diklaim sebagai perusahaan yang memiliki saham syariah. Instrumen pasar modal syariah diperdagangkan di pasar perdana dan pasar sekunder. Prinsip dasar pasar perdana adalah (Harahap, 2001): 1. Semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil. 2. Tidak boleh menerbitkan efek utang untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi al dayn). 3. Dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan. 4. Hasil investasi akan diterima pemodal (shohibul maal) yang merupakan fungsi dari manfaat yang diterima perusahaan dari dana atau harta hasil penjualan efek. 5. Tidak boleh memberikan jaminan hasil yang semata-mata merupakan fungsi dari waktu. Sedangkan untuk pasar sekunder ada tambahan dari prinsip dasar pasar perdana: 1. Tidak boleh membeli efek berbasis trend (indeks). 2. Suatu efek dapat diperjualbelikan namun hasil (manfaat) yang diperoleh dari efek tersebut berupa kupon atau deviden tidak boleh diperjual belikan. 3. Tidak boleh melakukan suatu transaksi murabahah dengan menjadikan objek transaksi sebagai jaminan. Adapun jenis instrumen pasar modal yang jelas diharamkan syariah adalah sebagai berikut: 1. Preferred Stock (saham istimewa) Saham jenis ini diharamkan oleh ketentuan syariah karena terdapat dua karakteristik utama, yaitu: a. Adanya keuntungan tetap (predeterminant revenue). Hal ini menurut kalangan ulama dikategorikan sebagai riba. b. Pemilik saham preferen mendapatkan hak istimewa terutama pada saat likuidasi. Hal 2. 3. ini mengandung unsur ketidakadilan. Forward Contract Forward contract diharamkan karena segala bentuk jual beli utang (dayn bi dayn) tidak sesuai dengan syariah. Bentuk kontrak forward ini dilarang dalam Islam karena dianggap jual beli utang/piutang terdapat unsur ribawi, sedangkan terjadinya transaksi jual beli dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo. Option Option merupakan hak, yaitu untuk membeli dan menjual barang yang tidak disertai dengan underlying asset atau real asset. Transaksi option ini bersifat tidak ada (non exist) dan dinilai oleh kalangan ulama bahwa kontrak option ini termasuk future, yaitu mengandung unsur gharar (penipuan/spekulasi) dan maysir (judi). Berinvestasi berdasarkan prinsip syariah memiliki rambu-rambu yang harus diikuti oleh setiap muslim yang beriman. Diantara rambu-rambu tersebut adalah : 1. Terbebas dari unsur Riba, yang merupakan suatu penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil, menurut Ghafur (2008) Riba berarti bertambah baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. 2. Terhindar dari unsur Gharar (uncertainty), sebagai sesuatu yang bersifat tidak pasti. Sayyid Sabiq (2007) mendefinisikan Gharar sebagai “setiap jual beli yang mengandung sebuah ketidakpastian (jahalah), atau mengandung resiko atau perjudian”. 3. Terhindar dari unsur Judi (Maysir) atau setiap bentuk permainan yang mengandung unsur pertaruhan (qimar). 4. Terhindar dari unsur haram yaitu segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya SAW, dalam Al-Quran dan Hadist-Nya. 5. Terhindar dari unsur Syubhat, yaitu : sesuatu perkara yang bercampur Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 6 (antara yang halal dan haram), akan tetapi tidak diketahui secara pasti apakah ia sesuatu yang halal atau yang haram, dan apakah ia hak ataukah batil. Perbedaan Saham Syariah dan Saham Konvensional Tabel 1 Perbedaan Saham Syariah dan Saham Konvensional Perbedaan Saham Syariah Saham Konvensional Tujuan Investasi Tidak semata-mata return tapi juga SRI (Socially Responsible Investment) Return yang tinggi Operasional Ada Proses Screening Tanpa Proses Screening Return Proses Filterisasi dari kegiatan haram Tidak ada filterisasi Pengawasan Hanya Bapepam Bapepam dan DSN Akad Selama tidak bertentangan dengan syariah Menekankan kesepakatan tanpa ada aturan halal dan haram Transaksi Tidak boleh berspekulasi yang mengandung gharar, maysir dan riba Selama transaksinya bisa memberikan keuntungan Sumber : Huda dan Nasution (2007) Perbandingan kinerja antara saham konvensional dengan saham syariah menurut beberapa penelitian : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmayanti (2004), yang membahas Analisis kinerja Portofolio Saham Syariah Pada Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2002. Penelitian dilakukan bertujuan untuk membandingkan apakah kinerja saham syariah (JII) lebih baik dari saham konvensional (IHSG), Kesimpulannya bahwa saham syariah secara keseluruhan relatif lebih baik dari saham konvensional dari indeksindeks kinerja yang ada. 2. Penelitian yang dilakukan Huda (2004), yang mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham pada kelompok JII dan LQ-45, hasil penelitian antara lain menyatakan bahwa rata-rata beta saham kelompok JII berada pada nilai dibawah satu yang berarti mempunyai resiko dibawah resiko pasar, sebaliknya terjadi pada saham pada kelompok LQ-45. Tingkat Imbal Hasil Saham (Return Saham) Return atau tingkat pengembalian saham adalah suatu tingkat pengembalian hasil atau laba atas suatu surat berharga atau investasi modal, biasanya dinyatakan dalam suatu tingkat presentase tahunan. Setiap investor bertujuan untuk mendapatkan return yang maksimal, walaupun mereka memperhitungkan pula resiko yang akan dihadapinya. Suatu perkiraan nilai dari return adalah langkah yang paling rasional Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 2 (setelah melihat resiko) bagi investor untuk membandingkan alternatif investasi dari berbagai pendapat yang berbeda. Menurut Jones, Return dalam kegiatan investasi mengandung dua komponen, yaitu : (i)....Yield measures related these cash flows to a price for the security, such as the purchase price or the current market price” komponen dasar yang biasanya dibicarakan dalam return investasi adalah arus kas periodik (income) pada investasi, juga interest dan dividen. (ii) Capital Gain/Loss : ” the second components is also important, particularly for common stocks but also for long term bonds and other fixed income securities. This component is the appreciation (or depreciation) in the price of the asset, commonly called the capital gain (loss).” Komponen ini menegaskan bahwa yang menjadi pokok penting adalah hanya perubahan antara harga beli saham dan harga asset pada saat ini, atau terjual. Dengan demikian Tingkat Imbal Hasil Saham (Stock Return), merupakan aktual return berupa Deviden ditambah Capital Gain/Capital Loss, yaitu selisih antara harga saham hari ini (Pt) dengan harga saham sebelumnya (Pt-1). Menurut Widoatmodjo (2008), tingkat imbal hasil (return) saham dapat dihitung dengan rumus : Keterangan : Ri : Return saham i Pit : Harga Saham i periode t Pit-1 : Harga Saham i periode t-1 Dit : Dividen saham i periode t Dividen memang merupakan daya tarik atas investasi saham. Namun, jika seorang investor ingin mendapatkan deviden maka investor harus bersedia menahan sahamnya dalam waktu yang lama, paling tidak satu tahun atau jika investor tersebut melakukan pembelian saham menjelang perusahaan akan membayar deviden (cum dividen). Sedangkan capital gain biasanya diburu oleh para spekulan atau investor yang biasanya tidak menginvestasikan dananya dalam waktu yang lama dalam satu tahun. Akan tetapi jika kedua penghasilan ini diterima investor, berarti tersebut memperoleh penghasilan secara total. Risiko Dalam Investasi Risiko (risk) menunjukkan suatu kondisi ketidakpastian atas penerimaan/penghasilan/imbalan yang diharapkan di masa yang akan datang. Ketidakpastian timbul karena ketidakmampuan mengetahui suatu kejadian di masa yang akan datang. Analisis investasi modern membagi risiko total menjadi dua bagian, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis (Husnan, 1998:200). Risiko tidak sistematis adalah resiko yang disebabkan oleh faktorfaktor unik pada suatu sekuritas, dan dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, sedangkan risiko sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor makro yang mempengaruhi semua sekuritas sehingga tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Mengukur risiko dilakukan dengan menggunakan dua parameter baku : 1. Deviasi Standar (Standar Deviation) Digunakan untuk mengukur risiko tidak sistematis (unsystematic risk) yaitu risiko yang timbul karena operasional perusahaan (internal) sehingga dapat dihilangkan/dieliminasi dengan diversifikasi. Deviasi standar mengukur absolut penyimpangan nilai-nilai yang sudah terjadi dengan nilai ekspektasinya. Deviasi standar dapat dituliskan sebagai berikut (Jogiyanto, 2009): [ Keterangan : Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana )] )) 3 SD : standar deviation, Ri : return actual E(Ri) : expected return Selain deviasi standar, resiko juga dapat dinyatakan dalam bentuk varian (variance). Varian adalah kuadrat dari deviasi standar dengan rumus sebagai berikut ) [ )] ) Resiko yang diukur dengan deviasi standar yang menggunakan data historis dapat dinyatakan sebagai berikut : √ ∑ [ )] Keterangan : SD : standar deviation, Xi : nilai ke-i, E (Xi) : nilai ekspektasian, N : jumlah dari observasi data historis untuk sampel besar dengan n (paling sedikit 30 observasi) dan untuk sampel kecil digunakan (n-1) 2. Beta Menurut Jogiyanto (2009:364), Beta merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatip terhadap risiko pasar. Risiko sistematis pasar (systematic risk) yaitu risiko yang timbul karena kondisi lingkungan eksternal perusahaan seperti kondisi perekonomian, politik, sosial, hukum, budaya dan lain-lain. Risiko ini tidak dapat dihilangkan/dieliminasi sehingga selalu ada kemungkinan akan terjadi. Beta merupakan ukuran fluktuasi pasar. Beta dihitung dengan rumus berikut (Jogiyanto, 2009:371) : Βi = beta sekuritas ke-i = kovarian antara perusahaan ke-i dengan indeks laba pasar σ2 M = varian dari indeks laba pasar Risiko dan return saling berhubungan positif yaitu semakin tinggi risiko maka seharusnya memberikan return yang makin tinggi atau return yang tinggi pasti mempunyai risiko yang tinggi. Sebaliknya risiko rendah juga memberikan return yang rendah atau return yang rendah mempunyai risiko yang rendah. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian verifikatif-deskriftif. Penelitian verifikatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk melakukan pengujian atas hipotesis yang dirumuskan, sedangkan pendekatan deskriptif, yaitu penelitian dengan tujuan untuk menguraikan, menggambarkan dan menjelaskan objek yang diteliti sehingga diperoleh bagaimana sifat, karakteristik dan keterkaitan dari objek yang diteliti. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi dokumentasi dan pencarian melalui website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data closing price saham secara bulanan (monthly) pada perusahaan JII dan Non-JII yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007-2009. Adapun sifat data yang digunakan adalah data panel atau pooling data, merupakan gabungan data time series dengan cross section Populasi dan Teknik Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sahamnya masuk ke dalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII) dan perusahaan yang sahamnya belum pernah masuk dalam kelompok Jakarta Islamic Index (Non-JII) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 sampai dengan 2009. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling technique, yaitu penentuan sampel dengan menggunakan kriteria dan maksud tertentu. Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 4 Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan di BEI pada tahun 2007-2009 dan mengeluarkan laporan keuangan. 2. Saham-saham yang dipilih adalah saham yang selama tahun 2007-2009 aktif masuk dalam saham Jakarta Islamic Index (JII) dan saham perusahaan yang belum pernah masuk dalam kelompok saham JII. Berdasarkan kriteria diatas, maka jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 36 perusahaan yang terdiri dari 18 perusahaan JII dan 18 perusahaan non-JII. Operasional Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependent variabel) dan variabel bebas (independent variabel) yang terdiri dari: 1. Variabel terikat (Y) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jenis saham yaitu saham Jakarta Islamic Index (JII) dan Non-Jakarta Islamic Index (Non-JII). 2. Variabel bebas (X) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja saham, dimana indikator untuk menilai kinerja saham yaitu sebagai berikut : a. Return b. Standar deviation c. Beta Metode Analisis Data Metode penelitian yang digunakan adalah uji beda rata-rata dengan teknik independent sample t-test yang bertujuan menguji dan membandingkan rata-rata dari dua kelompok yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, untuk mengetahui apakah kedua rata-rata tersebut mempunyai nilai yang sama atau tidak secara signifikan. Pada pengujian independent sample t-test, mean dari variable yang diuji harus mempunyai kesesuaian perhitungan statistik terhadap 2 kelompok yang akan dibandingkan menggunakan uji-t. Uji t dua variable diformulasikan sebagai berikut : √ [ ] keterangan : t = Nilai distribusi t x1 = Rata-rata sampel ke-1 x2 = Rata-rata sampel ke-2 2 S p = Penduga varians gabungan populasi n1 = Jumlah sampel populasi pertama n2 = Jumlah sampel populasi kedua S1 = Varians Sampel ke-1 2 S1 = Standar Deviasi sampel ke-1 S22 = Standar Deviasi sampel ke-2 Setelah diperoleh sampel maka dilakukan perhitungan beberapa variabel yang diperlukan untuk observasi. Untuk mengetahui hubungan diantara variabelvariabel yang ada digunakan program Microsoft Excell dengan bantuan menu data (data analysis). Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini mengajukan dua hipotesis yang akan diuji kebenarannya yaitu : 1. Perumusan Hasil Pembuktian Hipotesis 1 Ho : μ1 = μ2 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Kinerja Saham Jakarta Islamic Index (JII) dan Non-Jakarta Islamic Index (Non-JII) di Bursa Efek Indonesia selama periode 20072009. H1 : μ1 ≠ μ2 Terdapat perbedaan yang signifikan antara Kinerja Saham Jakarta Islamic Index (JII) dan Non-Jakarta Islamic Index (Non-JII) di Bursa Efek Indonesia selama periode 20072009. Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 5 2. Perumusan Hasil Pembuktian Hipotesis 2 Ho : μ1 = μ2 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara beta pada Saham Jakarta Islamic Index (JII) dan Non-Jakarta Islamic Index (Non JII) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. Secara terperinci langkah dalam pengujian hipotesis yaitu : 1. Uji Normalitas Data (Persyaratan Pengujian Analisis) Uji normalitas data adalah salah satu persyaratan pengujian analisis oleh peneliti untuk mengetahui apakah dalam sebuah model mempuyai distribusi normal atau tidak, jika terbukti data yang diuji berdistribusi normal atau mendekati distribusi normal maka selanjutnya dengan data-data tersebut dapat dilakukan berbagai keputusan (inferensi) dengan metode statistik parametrik. Namun jika data-data tersebut berdistribusi tidak normal maka metode parametrik tidak dapat digunakan dan untuk inferensi digunakan metode statistik non parametrik. Uji Normalitas data yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov Test. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan antara sig (probabilitas) dari nilai statistik dengan ketentuan : Jika sig > 0,05 maka Ho diterima (distribusi data normal) Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak (distribusi data tidak normal) 2. Uji F (Levene’s Test) Untuk menentukan jenis uji-t yang akan digunakan maka terlebih dahulu HASIL DAN PEMBAHASAN H1 : μ1 ≠ μ2 Terdapat perbedaan yang signifikan antara beta pada Saham Jakarta Islamic Index (JII) dan Non-Jakarta Islamic Index (NonJII) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. dilakukan uji Homogenity of Variance/Uji kesamaan varian dengan menggunakan uji-F (Levene’s Test) untuk menentukan apakah variance dua sample sama atau berbeda, apabila terbukti dalam uji-F hipotesis nihilnya (Ho) diterima, hal tersebut membuktikan bahwa variance kedua sample adalah sama sehingga uji-t yang digunakan adalah t-test : Two-sample Assuming Equal Variance begitupun sebaliknya apabila dalam uji-F hipotesis nihilnya (Ho) di tolak, hal tersebut membuktikan bahwa variance kedua sample adalah tidak sama sehingga uji-t yang digunakan adalah t-Test : Two-Sample Assuming Unequal Variance. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan kriteria : Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima (Two-sample Assuming Equal Variance) Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak (Two-Sample Assuming Unequal Variance) 3. Uji t (Independent sample t-test) Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan kriteria : Jika p < α (0,05) atau t tabel < t hitung < t tabel maka Ho diterima Jika p > α (0,05) atau t tabel < t hitung < t tabel maka Ho ditolak Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 36 perusahaan yang terdiri dari 18 perusahaan JII dan 18 perusahaan non-JII sebagaimana terlihat pada tabel 2 dan tabel 3 Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 1 Tabel 2 DAFTAR PERUSAHAAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kode AALI ANTM ASII BTEL BUMI CTRA INCO INTP KLBF Nama Emiten PT. Astra Agro Lestari Tbk PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk PT. Astra International Tbk PT. Bakrie Telecom Tbk PT. Bumi Resources Tbk PT. Ciputra Development Tbk PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk PT. Kalbe Farma Tbk No. 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Kode LPKR LSIP PTBA SMGR TINS TLKM UNSP UNTR UNVR Nama Emiten PT. Lippo Karawaci Tbk PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PT. Semen Gresik Tbk PT. Timah Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk PT. United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk Tabel 3 DAFTAR PERUSAHAAN NON-JAKARTA ISLAMIC INDEX (NON-JII) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kode BBCA BBNI BBRI BDMN BKSL BMRI BNGA BNII BRPT Nama Emiten PT. Bank Central Asia Tbk PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT. Bank Danamon Indonesia Tbk PT. Bukit Sentul Tbk PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk PT. Bank Niaga Tbk PT. Bank International Indonesia Tbk PT. Barito Pacific Tbk No. 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Kode CPIN CPRO ENRG EXCL GGRM HMSP PNLF PNBN JSMR Nama Emiten PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk PT. Central Proteinaprima Tbk PT. Energi Mega Persada Tbk PT. XL Axiata Tbk PT. Gudang Garam Tbk PT. H M Sampoerna Tbk PT. Panin Life Tbk PT. Bank Pan Indonesia Tbk PT. Jasa Marga Tbk Pembahasan 1. Kinerja Saham Jakarta Islamic Index (JII) selama periode 2007-2009 Tabel 4 Average Return, Variance, Standar Deviation dan Beta 18 Saham JII No. 1 2 3 4 2. Variabel Return Variance Standar Deviation Beta Average dari 18 Saham JII 2007 2008 2009 Total 0,063 -0,068 0,067 0,021 0,017 0,037 0,025 0,026 0,126 0,183 0,145 0,151 0,243 0,388 0,33 0,320 Kinerja Saham Non-Jakarta Islamic Index (JII) selama periode 2007-2009 Tabel 5 Average Return, Variance, Standar Deviation dan Beta 18 Saham Non-JII No. 1 2 3 4 Variabel Return Variance Standar Deviation Beta Average dari 18 Saham Non JII 2007 2008 2009 Total 0,049 -0,052 0,081 0,026 0,038 0,033 0,048 0,040 0,139 0,173 0,186 0,166 0,302 0,449 0,327 0,359 Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 2 Tabel 6 Uji Normalitas Data Average Return 2007-2009 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Average_Return N 36 Normal Parameters a Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative .02361 .018398 .122 .122 -.062 Kolmogorov-Smirnov Z .731 Asymp. Sig. (2-tailed) .660 a. Test distribution is Normal. Hasil pengujian pada table 6 menunjukkan probabilitas (sig) dari nilai Z K-S 0,660 > 0,05 yang artinya bahwa distribusi dari variabel average return bersifat normal sehingga digunakan statistik parametrik yaitu pengujian Independent Sample t-Test. Jakarta Islamic Index (Non- JII) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. Adapun hipotesis alternatif untuk hipotesis tersebut adalah sebagai berikut : H1 : μ1 ≠ μ2 Terdapat perbedaan yang signifikan antara Kinerja Saham Jakarta Islamic Index (JII) dan Pengujian Hipotesis Non-Jakarta Islamic 1. Pengujian Hipotesis 1 Hipotesis pertama penelitian ini Index (Non-JII) di adalah tidak terdapat perbedaan yang Bursa Efek Indonesia signifikan antara kinerja Saham selama periode 2007Jakarta Islamic Index (JII) dan Non2009. Berdasarkan uji F dan uji t dengan bantuan tools-Data Analysis yang terdapat dalam program excell diperoleh hasil sebagai berikut : a. Variabel Return 1. Uji Hegemonitas Varian Tabel 7 Hasil Uji F (Levene’s test) Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 2 F-Test Two-Sample for Variances Average Return JII 0,021 0,00031 18 17 0,859 0,379 0,440 Mean Variance Observations df F P(F<=f) one-tail F Critical one-tail Berdasarkan uji-F (Levene’s Test) yang disajikan dalam tabel 7 diatas tampak bahwa, besarnya rata-rata return 18 saham JII selama tahun 2007-2009 adalah 0,021 (2,1%) dan 18 saham nonJII adalah 0,026 (2,6%). Nilai F tabel dengan derajat bebas (df) = 17 adalah 0,440 dan nilai F hitung adalah 0,859, dari uji statistik diketahui bahwa tes statistik Fhitung 2. Average Return Non-JII 0,026 0,00036 18 17 0,859 > 0,440 Ftabel sehingga hipotesis nihil (Ho) ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara perhitungan statistik terdapat perbedaan antara variance saham JII dan Saham Non-JII sehingga uji-t yang digunakan adalah t-Test: TwoSample Assuming Unequal Variances. Uji-t (Independent Sample t-test) Tabel 8 Hasil Uji t (Independent Sample t-test) t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances Mean Variance Observations Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail Average Return JII 0,021 0,00031 18 Berdasarkan uji t (t-Test: TwoSample Assuming Unequal Variances) yang disajikan dalam tabel 8 diatas nampak bahwa, besarnya rata-rata return saham JII selama tahun 2007-2009 adalah 0,021 dan saham Non-JII adalah 0,026. Nilai t tabel dengan derajat bebas (df) = 34 adalah 2,032 dan nilai t hitung = -0,857 Average Return Non-JII 0,026 0,00036 18 0 34 -0,857 0,199 1,691 0,398 2,032 dengan p tabel= 0,398 jika digunakan tingkat signifikan α = 5% atau 0,05 ternyata nilai p tabel = 0,398 > 0,05 (5%) atau nilai t hitung = -0,948 < nilai t tabel = 2,032 sehingga hipotesis nilai penelitian ini (Ho) diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara perhitungan statistik tidak terdapat perbedaan yang Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 2 signifikan antara kinerja Saham (average return) Jakarta Islamic Index (JII) dan Non-Jakarta Islamic Index (Non-JII) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. b. Variabel Resiko (Standar Deviasi) 1. Uji Hegemonitas Varian Tabel 9 Hasil Uji F (Levene’s test) F-Test Two-Sample for Variances Mean Variance Observations df F P(F<=f) one-tail F Critical one-tail Standar Deviation JII 0,120 0,0021 18 17 0,291 0,007 0,440 Berdasarkan uji-F (Levene’s Test) yang disajikan dalam tabel 9 tampak bahwa, besarnya rata-rata standar deviation (resiko) 18 saham JII selama tahun 20072009 adalah 0,120 dan 18 saham non-JII adalah 0,166 dengan perbedaan sebesar 0,046. Nilai F tabel dengan derajat bebas (df) = 17 adalah 0,440 dan nilai F hitung adalah 0,291; dari uji statistik diketahui bahwa tes statistik F Standar Deviation Non-JII 0,166 0,0072 18 17 0,291 < dari F tabel 0,440 sehingga Ho diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara perhitungan statistik tidak ada perbedaan antara variances saham JII dan saham Non-JII sehingga uji-t yang digunakan adalah t-Test: TwoSample Assuming Equal Variances. hitung 2. Uji-t (Independent Sample t-test) Tabel 10 Hasil Uji t (Independent Sample t-test) Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 2 t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Standar Deviation JII Mean Variance Observations Pooled Variance Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail 0,120 0,002 18 0,005 0 34 -2,016 0,026 1,691 0,052 t Critical two-tail 0,166 0,007 18 2,032 Berdasarkan uji t (t-Test: TwoSample Assuming Equal Variances) yang disajikan dalam tabel 10 nampak bahwa, besarnya rata-rata standar deviation (resiko) 18 saham JII selama tahun 2007-2009 adalah 0,120 dan 18 saham Non-JII adalah 0,166 dengan perbedaan sebesar 0,041. Nilai t tabel dengan derajat bebas (df) = 34 adalah 2,032 dan nilai thitung adalah -2,016 dengan p tabel = 0,052 jika digunakan tingkat signifikan α = 5% atau 0,05 ternyata nilai p tabel = 0,052> α = 5% atau 0,05 atau nilai t hitung = 2,016 < dari nilai t tabel = 2,032; 3. Standar Deviation Non-JII sehingga hipotesis penelitian ini (Ho) diterima dan H1 ditolak, t hitung yang mempunyai tanda negatif menunjukkan bahwa ratarata resiko saham JII lebih kecil atau lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata resiko Non-JII . Hal tersebut menunjukkan bahwa secara perhitungan statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Saham (standar deviasi) Jakarta Islamic Index (JII) dan Non-Jakarta Islamic Index (Non-JII) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. Pengujian Hipotesis 2 Tabel 11 F-Test Two-Sample for Variances Rata-Rata Beta JII Rata-Rata Beta Non-JII Mean 0,320 0,359 Variance 0,016 0,059 Observations 18 18 df 17 17 Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 2 F 0,263 P(F<=f) one-tail 0,004 F Critical one-tail 0,440 Hasil Uji F (Levene’s test) Berdasarkan uji-F (Levene’s Test) yang disajikan dalam tabel 11 diatas tampak bahwa, besarnya ratarata beta (resiko) 18 saham JII selama tahun 2007-2009 adalah 0,320 dan 18 saham non-JII adalah 0,359 dengan perbedaan sebesar 0,039. Nilai F tabel dengan derajat bebas (df) = 17 adalah 0,440 dan nilai F hitung adalah 0,263 ; dari uji statistik diketahui bahwa tes statistik F hitung lebih kecil dari Ftabel 0,440 sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara perhitungan statistik tidak ada perbedaan (sama) antara variances saham JII dan saham NonJII sehingga uji-t yang digunakan adalah t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances. 0,263 Tabel 12 Hasil Uji t (Independent Sample t-test) t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Mean Variance Observations Pooled Variance Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail Berdasarkan uji t (t-Test: TwoSample Assuming Equal Variances) yang disajikan dalam tabel 4.20 diatas nampak bahwa, besarnya beta (resiko) 18 saham JII selama tahun 2007-2009 adalah 0,320 dan 18 saham Non-JII adalah 0,359 dengan perbedaan sebesar 0,039. Nilai t tabel dengan derajat bebas (df) = 34 adalah 2,032 dan nilai t hitung adalah -0,603 dengan p tabel = 0,551 jika digunakan tingkat signifikan α = 5% atau 0,05 ternyata nilai p tabel = 0,551 > α Rata-Rata Beta JII 0,320 0,016 18 0,037 0 34 -0,603 0,275 1,691 0,551 2,032 Rata-Rata Beta Non-JII 0,359 0,059 18 = 5% atau 0,05 atau nilai t hitung = -0,603 < nilai t tabel = 2,032; sehingga hipotesis penelitian ini (Ho) diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara perhitungan statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Saham (Beta) Jakarta Islamic Index (JII) dan Non-Jakarta Islamic Index (Non-JII) di Bursa Efek Indonesia selama periode 20072009. Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 1 Teoritisasi Hasil Penelitian Hipotesis alternatif (H1) yang diajukan sebagai pendapat peneliti adalah : 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara Saham Jakarta Islamic Index (JII) dan Non-Jakarta Islamic Index (Non JII). 2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara beta pada Saham Jakarta Islamic Index (JII) dan Non-Jakarta Islamic Index (Non JII). Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis mengharapkan adanya perbedaan kinerja antara kinerja Saham Jakarta Islamic Index (JII) dan Non Jakarta Islamic Index (Non JII) sesuai dengan hasil penelitian terdahulu bahwa saham JII mempunyai cara pengelolaan dan kebijakan investasi harus berdasarkan syariat Islam baik dari segi akad, pelaksanaan investasi, maupun dari segi pembagian keuntungan. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh temuan sebagai berikut : 1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Kinerja (return dan standar deviasi) saham Jakarta Islamic Index (JII) dan Non Jakarta Islamic Index (Non JII) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. Hal tersebut ditunjukkan oleh perbedaan return yang tidak signifikan dimana return saham JII = 0,021, return saham Non-JII = 0,026, t hitung = -0,857 dengan p tabel = 0,398 > 0,05 (5%) dan perbedaan resiko (standar deviasi) yang tidak signifikan dimana resiko saham JII = 0,120, resiko saham Non-JII = 0,166, t hitung = 2,016 dengan p tabel = 0,052 > α = 5% atau 0,05 menerima Ho atau hasil penelitian mendukung hipotesis yang dimunculkan. Temuan tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat cukup bukti secara empiris untuk menyatakan bahwa kinerja saham Jakarta Islamic Index (JII) berbeda dengan kinerja saham Non-Jakarta Islamic Index (Non-JII). Hal tersebut justru menjadi keunggulan bagi saham Jakarta Islamic Index (JII) karena dengan adanya batasan berupa screening proses dan prinsip syariah yang harus ditaati yang mengakibatkan terbatasnya portofolio efek yang dimiliki tidak menghalangi saham Jakarta Islamic Index (JII) untuk mencapai kinerja yang lebih baik minimal mampu menyamai saham NonJakarta Islamic Index (Non-JII). Pada tahun 2008 krisis ekonomi melanda Amerika Serikat terjadi akibat macetnya kredit properti (subprime mortgage), krisis tersebut mempunyai dampak tidak langsung terhadap lembaga keuangan di Indonesia khususnya industri saham, dampak tersebut nampak jelas terlihat dari saham yang diteliti banyak mengalami kerugian di tahun 2008. 2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara beta pada Saham Jakarta Islamic Index (JII) dan NonJakarta Islamic Index (Non JII) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. Hal tersebut ditunjukkan oleh perbedaan beta yang tidak signifikan dimana beta saham JII = 0,320, beta saham Non-JII = 0,359 t hitung = 0,603 dengan p tabel = 0,551 < 0,05 (5%) menerima Ho atau hasil penelitian mendukung hipotesis yang dimunculkan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan sebagai berikut : 1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Kinerja (return dan resiko) saham Jakarta Islamic Index (JII) dengan Non Jakarta Islamic Index (Non JII) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat cukup bukti secara empiris untuk menyatakan bahwa kinerja saham Jakarta Islamic Index (JII) berbeda dengan kinerja saham Non-Jakarta Islamic Index (Non-JII). Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 2 Kinerja return saham Jakarta Islamic Index (JII) relatif sama dengan return saham Non-Jakarta Islamic Index (Non-JII), sedangkan untuk standar deviasi, resiko saham JII lebih baik jika dibandingkan saham non-JII. Dapat juga diartikan dalam penelitian ini tidak menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rachmayanti (2004), yang menyatakan bahwa kinerja saham syariah secara keseluruhan relatif lebih baik dari pada saham konvensional dari indeks-indeks kinerja yang ada. 2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara beta pada Saham Jakarta Islamic Index (JII) dengan Non-Jakarta Islamic Index (Non JII) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat cukup bukti secara empiris untuk menyatakan bahwa beta saham JII berbeda dengan beta saham non-JII. Beta saham Jakarta Islamic Index (JII) rata-rata berada di bawah 1, dimana beta saham Non-JII juga sama-sama berada di bawah 1, namun resikonya lebih kecil saham JII jika dibandingkan dengan saham non-JII. Temuan ini tidak menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Huda (2004), yang menyatakan bahwa kinerja saham syariah secara keseluruhan relatif lebih baik dari pada saham konvensional dari indeksindeks kinerja yang ada. Keterbatasan Penelitian Terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Keterbatasan data 2. Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya 18 untuk perusahaan JII dan 18 untuk perusahaan Non-JII dari keseluruhan populasi yang ada dan berasal dari berbagai sektor yang bervariasi dengan kapitalisasi yang berbeda pula. Keterbatasan tahun penelitian Data yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya untuk kurun waktu tiga tahun yaitu tahun 20072009, penelitian ini juga dilakukan pada saat terjadinya krisis keuangan global yang mengguncangkan lantai bursa dunia tahun 2008. Implikasi Manajerial 1. Investor, baik investor institusional maupun individu yang berminat untuk melakukan investasi atau menanamkan dananya ke saham, sebelum menentukan saham yang akan dipilih, sebaiknya terlebih dahulu menentukan saham manakah yang mempunyai kinerja yang baik bukan hanya dari segi keuntungan (return) yang tinggi dan resiko. Tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja saham, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal misalnya, bagaimana saham membentuk portofolio, analisa laporan keuangan (sumber dan penggunaan dana dan perubahan struktur modal). Faktor eksternal misalnya, tingkat suku bunga bank, obligasi, stabilitas politik dan ekonomi nasional maupun internasional, perkembangan pasar modal, maupun instrumen investasi lainnya. 2. BEI/Bapepam, sebaiknya dapat meningkatkan pengawasannya terhadap para pelaku pasar yang cenderung melakukan spekulasi dalam kegiatan transaksinya agar tidak melakukann praktek-praktek yang tidak sehat di dalam pasar modal yang dapat merugikan para investor, serta dapat mendorong para emiten dalam meningkatkan kinerja perusahaannya yang pada akhirnya dapat Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 3 meningkatkan return perusahaan tersebut. saham Saran untuk penelitian selanjutnya 1. Perlu penelitian lanjutan dengan memperbandingkan saham JII dan saham Non-JII dengan model analisis lainnya. 2. Perlu penelitian yang berkesinambungan (continued) tidak terbatas hanya 3 tahun saja 3. Penambahan ukuran sampel dan waktu pengujian yang lebih panjang sehingga memungkinkan hasil pengujian hipotesis lebih baik lagi. Pengembangan terhadap penelitian ini, diharapkan bisa memberikan manfaat yang seluas-luasnya baik dari segi akademis maupun dari segi ekonomis. DAFTAR PUSTAKA Achsien, Iggi.H (2000), Investasi Syariah di Pasar Modal, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Ghafur, Muhammad W, (2008), Memahami Bunga dan Riba ala Muslim Indonesia, BIRUNI Press. Harahap, Sofyan S (2001), Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, Jakarta : Pustaka Quantum. Huda, Nurul (2004), Pasar Modal Syariah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beta Saham Kasus JII dan LQ-45, Jakarta : Tesis Program Pascasarjana PSKTTI-UI Huda, Nurul dan Mustapa Edwin Nasution (2007), Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Husnan, Suad, (2001), Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, UPP AMP YKN, Yogyakarta. Jogiyanto, H.M. (2009), Teori Portofolio dan Analisis Investasi, BPPE UGM, Yogyakarta. Jones, Charles, P (1996), Investment : Analysis and Management, 4th Edition, New York :qq John Wiley and Sons Kurniawan,T,2008, Volatilitas Saham Syariah (Analisis Atas Jakarta Islamic Index). Karim Review. Special Edition. January 2008 Nawari, (2010), Analisis Statistik dengan MS Excell 2007 dan SPSS 17, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo (Gramedia). PT. Bursa Efek Indonesia (IDX), Investasi di Pasar Modal, Jakarta (2008) PT.BEI,2008b, Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, Jakarta : PT. Bursa Efek Indonesia. Rachmayanti, Farida, T. (2003), Analisa Kinerja Portofolio Saham Syariah Terhadap Saham Konvensional (Sebuah Studi Perbandingan), Jakarta : Tesis Program Pasca Sarjana PSKTTI-UI. Sayyid Sabiq, (2007), Fiqih Sunnah, Jilid keempat, Jakarta : Pena Pundi Aksara Sugiyono, (1999) Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta, CV Supranto J, (1994), Statistik Teori dan Aplikasi edisi kelima, Jakarta : Erlangga Widoatmojo, Sawidji (2008), Cara sehat Investasi di Pasar Modal, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo (Gramedia). Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana 2 Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana