( jii ) dan non jakarta islamic index

advertisement
1
ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA KINERJA SAHAM JAKARTA ISLAMIC
INDEX (JII) DAN NON-JAKARTA ISLAMIC INDEX (NON-JII) DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) SELAMA PERIODE TAHUN 2007 –2009
Siti Nurlatifah*
Abstract
ABSTRACT : The purpose of this research is to investigate there or no significant difference
between performance Jakarta Islamic Index (JII) stock and Non-Jakarta Islamic Index (Non-JII)
stock on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the period 2007-2009. On this research
showed is not there enough evidence empiris to show that performance JII stock difference with
Non-JII. Performance return JII stock relative same with return Non-JII stock, for standar
deviation risk of JII stock more good in the comparatif with non JII stock and also is not there
enough evidence empiris to show that beta JII stock difference with Non-JII stock, Beta JII stock
average in bottom number 1, where beta Non-JII stock also same in bottom number 1, but the
risk more small in comparatif with Non-JII stock.
Keyword : Return, Standar Deviation dan Beta
PENDAHULUAN
Dalam berinvestasi terdapat banyak
pilihan yang dapat kita ambil dengan
harapan mendapatkan keuntungan dimasa
yang akan datang. Pada dasarnya semua
pilihan investasi mengandung peluang
keuntungan disatu sisi dan potensi kerugian
disisi lain. Dari berbagai alternatif investasi
yang ada, pasar modal menawarkan salah
satunya yaitu investasi pada saham atau
surat-surat berharga.
Semakin modern peradaban ekonomi
suatu masyarakat, maka akan semakin besar
peran pasar modal yang kemudian diikuti
dengan semakin mengecilnya peran
perbankan komersial didalam mobilitas dana
ke sektor produktif.
Fenomena bangkitnya minat yang
besar terhadap industri keuangan Islam
tahun-tahun belakangan ini ditunjukkan
dengan muncul dan tumbuhnya bentuk
sekuritisasi
Islam,
yang
memiliki
kemampuan besar untuk menawarkan solusi
keuangan yang inovatif. Tidak hanya
produknya yang benar-benar memberi
kontribusi terhadap usaha untuk melakukan
inovasi produk, tetapi juga gemanya yang
sebanding dengan pasar modal konvensional
lainnya. Perkembangan pasar modal modern
saat ini menunjukkan di sejumlah Bursa
Efek dunia telah tersusun indeks yang secara
khusus terdiri dari komponen saham-saham
yang tergolong kegiatan usahanya tidak
bertentangan dengan syariah.
Dalam pasar modal syariah terdapat 4
larangan yaitu spekulasi, gharar, riba dan
maysir. Oleh karena itu pasar modal syariah
pun harus memisahkan kegiatan usaha
emiten yang bertentangan dengan prinsip
hukum syariat Islam seperti : (1) usaha
perjudian dan permainan yang tergolong
judi (gharar & maysir), (2) usaha (lembaga
keuangan konvensional) yang mengandung
unsur ribawi, (3) usaha yang memproduksi,
dan
mendistribusikan
makanan
dan
minuman serta menyediakan barang-barang
ataupun jasa yang merusak moral serta
bersifat mudharat.
Dengan berkembangnya pasar modal
syariah di Indonesia saat ini tidak hanya
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saja
yang menjadi tolok ukur (benchmark) pasar
modal tetapi juga terdapat JII (Jakarta
Islamic Indeks) sebagai tolok ukur
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
2
(benchmark) pasar modal berbasis syariah.
Saham JII adalah saham-saham dimana
semua emiten dan produknya sesuai dengan
konsep syariah, efisien dan didukung
lembaga atau profesi penunjang pasar modal
Islami.
Seorang
investor
yang
menginvestasikan dananya pada saham akan
memperoleh dua macam pendapatan atau
imbal hasil, yaitu (1) Capital Gain atau
pendapatan dari peningkatan harga saham,
(2) Dividen tunai dari perusahaan kepada
para pemegang saham. Kegiatan investasi
selalu dihadapkan pada dua hal yaitu
keinginan
untuk
memaksimalkan
keuntungan disatu sisi dan meminimumkan
risiko di sisi lain. Widoatmodjo (2008)
Oleh karena itu bagi para investor
pengetahuan akan tingkat kinerja sahamsaham dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat imbal hasil sahamsaham tersebut sangat dibutuhkan.
Penelitian terhadap kinerja saham
syariahpun telah banyak dilakukan seperti
yang telah dilakukan oleh Aruzzi dan Bandi
(2003), Darmansyah (2006), Rahmayanti
(2004) dan Huda (2004) yang melakukan
perbandingan kinerja saham JII dengan
Indeks LQ-45, dan menurut beberapa
peneliti lain dalam (Huda; 2007) dipasar
modal Malasyia kinerja saham berbasis
syariah selalu memberikan return yang lebih
baik dibandingkan dengan investasi
konvensional, (Jamilah; 2009) rasio-rasio
keuangan berpengaruh signifikan secara
bersama-sama dan parsial terhadap return
saham JII.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja (return & resiko )
saham Jakarta Islamic Index (JII) dan NonJakarta Islamic Index (Non-JII).
LANDASAN TEORI
Pasar modal
Pasar modal adalah pasar untuk
berbagai
instrumen
keuangan
(atau
sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang
maupun modal sendiri baik yang diterbitkan
oleh pemerintah, public authorities, maupun
perusahaan swasta. Husnan ( 2001:3)
Menurut Jogiyanto (2009), sejarah
pasar modal Indonesia dikatakan lahir
melalui enam periode, yaitu periode pertama
pada jaman Belanda tahun 1912 dimana 13
broker dibentuk di Jakarta, periode kedua
pada Orde Lama yaitu setelah Jepang
meninggalkan Indonesia pada 1 September
1951, Pemerintah mengeluarkan UndangUndang dan BEJ akhirnya dibuka kembali
pada tanggal 3 Juni 1952, periode ketiga
yaitu pada masa Orde Baru tahun 1977
dengan keluarnya Keppres No. 52 tahun
1976 yang menetapkan Pendirian Pasar
Modal dengan menawarkan 178.750 lembar
saham yang terdiri dari 24 perusahaan,
pembentukan Badan Pembina Pasar Modal,
pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal
(Bapepam) dan PT. Danareksa, periode
keempat tahun 1988 adalah periode
bangunnya pasar modal dari tidur panjang
dimana perusahaan yang terdaftar menjadi
208 pada tahun 1996, periode kelima adalah
periode otomatisasi pasar modal yang
dimulai tahun 1995, periode keenam pada
saat krisis moneter bulan Agustus 1997 yang
ditandai dengan kemerosotan pasar saham
dengan turunnya IHSG dari 750,83 poin
menjadi 194,14 poin. Dan periode terakhir
dimana saham mulai bergairah kembali
dengan munculnya tolok ukur baru di pasar
pada tahun 2000 yaitu Jakarta Islamic
Index. Pada akhir tahun 2007, tepatnya
tanggal 30 Nopember 2007 Bursa Efek
Jakarta sebagai pusat perdagangan efek
(saham) di Indonesia dan Bursa Efek
Surabaya
yang
selama
ini
memperdagangkan obligasi meleburkan diri
menjadi Bursa Efek Indonesia (Indonesia
Stock Exchange/IDX).
Indeks Harga Saham
Untuk bisa melakukan investasi di
pasar modal dengan baik, kita harus
mengetahui apa yang disebut Index Harga
Saham (IHS). Bahkan dewasa ini, menurut
(Widoatmodjo : 2008), indeks harga saham
dijadikan barometer kesehatan ekonomi
suatu negara dan sebagai landasan analisis
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
3
statistik atas kondisi pasar terakhir (current
market).
Indeks harga saham sebenarnya
merupakan angka indeks harga saham yang
telah disusun dan dihitung sedemikian rupa
sehingga menghasilkan trend sedangkan
angka indeks itu sendiri adalah angka atau
peristiwa yang bisa berupa perubahan harga
saham, dari waktu-kewaktu (Supranto, 1992
:101).
Indeks Harga Saham di Indonesia :
1.
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) pada Bursa Efek Jakarta
merupakan indeks yang dikeluarkan
oleh Bursa Efek Jakarta yang
mengambil hari dasar pada tanggal 10
Agustus 1982, dan mengikutsertakan
semua saham yang tercatat di BEJ.
IHSG BEJ diperkenalkan pertama kali
pada tanggal 1 April 1983, yang
digunakan sebagai indikator untuk
memantau pergerakan saham di BEJ.
Rumus umum menghitung IHSG yaitu
:
Ht : Total harga semua saham pada
waktu yang berlaku
Ho : Total harga semua saham pada
waktu dasar
2.
Indeks LQ-45
Indek LQ-45 berasal dari kata
liquidity (mudah cair) dari jumlah 45
perusahaan (emiten) yang mewakili
dan dari berbagai jenis industri.
Perusahaan ini dipilih berdasarkan
tingkat kapitalisasi dan likuiditasnya.
Indek LQ-45 dihitung mundur hingga
tanggal 13 Juli 1994 sebagai hari
dasar, dengan nilai dasar 100 sehingga
memiliki data historis yang cukup
panjang. Untuk seleksi awal data pasar
dari Juli 1993 – Juli 1994, hasilnya
terpilih 45 emiten yang meliputi 72 %
dari total kapitalisasi pasar dan 72,5%
nilai transaksi dipasar reguler.
3.
Indeks Kompas-100
Bursa Efek Indonesia (BEI)
yang ketika itu masih sebagai Bursa
Efek Jakarta (BEJ) bekerjasama
dengan Koran Kompas pada hari
jum’at tanggal 10 Agustus 2007 secara
resmi menerbitkan indeks baru yang
disebut Indeks Kompas-100. Indeks
Kompas-100 adalah merupakan suatu
indeks saham dari 100 saham
perusahaan
publik
yang
diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta.
Saham-saham yang terpilih untuk
dimasukkan dalam Indeks Kompas100 ini selain memiliki likuiditas
tinggi, serta nilai kapitalisasi pasar
yang besar, juga merupakan sahamsaham yang memiliki fundamental dan
kinerja yang baik.
Pasar Modal Syariah
Perkembangan pasar modal di
Indonesia tidak lepas dari pengaruh pasar
modal syariah di dunia. Mengingat sampai
tahun 1970, sejumlah besar masyarakat
muslim tidak dapat terlibat dalam investasi
di pasar modal yang disebabkan larangan
Islam pada aktivitas bisnis tertentu. Untuk
memenuhi kepentingan pemodal yang ingin
mendasarkan
kegiatan
investasinya
berdasarkan kepada prinsip-prinsip syariah,
maka disejumlah bursa efek dunia telah
disusun indeks yang secara khusus terdiri
dari
komponen
saham-saham
yang
tergolong
kegiatan
usahanya
tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
Menurut
Achsien
(2000),
pengembang pertama indeks syariah dan
equity fund seperti Reksa dana adalah
Amerika Serikat, setelah The Amana Fund
diluncurkan The North American Islamic
Trust sebagai Equty Fund pertama di dunia
tahun 1986, tiga tahun kemudian Dow Jones
Islamic Market Index (DJIM).
Di
Indonesia,
perkembangan
instrumen syariah di pasar modal sudah
terjadi sejak tahun 1997. Diawali dengan
lahirnya reksadana syariah yang diprakarsai
dana reksa. Dalam rangka kegiatan pasar
modal syariah ada beberapa lembaga
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
4
penting yang terlibat secara langsung dalam
kegiatan pengawasan dan perdagangan yaitu
: Bapepam, Dewan Syariah Nasional (DSN),
Bursa Efek, Perusahaan Efek, Emiten,
Profesi dan Lembaga Penunjang Pasar
Modal serta Pihak terkait lainnya.
Khususnya untuk kegiatan pengawasan akan
dilakukan secara bersama oleh Bapepam dan
DSN.
Jakarta Islamic Indeks (JII)
Pada tanggal 3 Juli 2000 PT. Bursa
Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan
PT. Danareksa Investment Manajemen
(DIM) meluncurkan Jakarta Islamic Index
(JII), yang merupakan subset dari Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). Jakarta
Islamic Index (JII) mencakup 30 jenis
saham dari emiten-emiten yang kegiatan
usahanya memenuhi ketentuan tentang
hukum syariah. Penentuan kriteria dari
komponen JII tersebut disusun berdasarkan
persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah
DIM.
Perhitungan JII dilakukan oleh PT.
BEJ
dengan
menggunakan
metode
perhitungan indeks yang ditetapkan dengan
bobot
kapitalisasi
pasar
(Market
Capitalization Weighted). Perhitungan ini
juga mencakup penyesuaian-penyesuaian
(adjustment) yang dilakukan oleh adanya
perubahan terhadap data emiten yaitu
corporate action. Dengan indeks ini
diharapkan
dapat
meningkatkan
kepercayaan
investor
untuk
mengembangkan investasi secara syariah.
Hari dasar yang digunakan adalah tanggal 2
Januari 1995, dengan nilai indeks sebesar
100.
Jakarta Islamic Index direview setiap
6 bulan, yaitu setiap bulan Januari dan Juli
atau berdasarkan periode yang ditetapkan
oleh Bapepam-LK. Sedangkan perubahan
jenis usaha emiten akan dimonitor secara
terus menerus berdasarkan data publik yang
tersedia.
Saham syariah
Saham syariah adalah saham-saham
yang memiliki karakteristik sesuai dengan
syariah Islam atau yang lebih dikenal
dengan syariah compliant. Terdapat
beberapa pendekatan untuk menyeleksi
suatu saham apakah bisa dikategorikan
sebagai saham syariah atau tidak
(Kurniawan; 2008), yaitu:
1.
Pendekatan
jual
beli.
Dalam
pendekatan ini diasumsikan saham
adalah asset dan dalam jual beli ada
pertukaran asset ini dengan uang. Juga
bisa dikategorikan sebagai sebuah
kerja sama yang memakai prinsip bagi
hasil (profit-loss sharing).
2.
Pendekatan aktivitas keuangan atau
produksi.
Dengan
menggunakan
pendekatan produksi ini, sebuah
saham bisa diklaim sebagai saham
yang halal ketika produksi dari barang
dan jasa yang dilakukan oleh
perusahaan bebas dari elementelement yang haram yang secara
explicit disebut di dalam Al-Quran
seperti riba, judi, minuman yang
memabukkan, zina, babi dan semua
turunan-turunannya.
3.
Pendekatan pendapatan. Metode ini
lebih melihat pada pendapatan yang
diperoleh oleh perusahaan tersebut.
Ketika ada pendapatan yang diperoleh
dari Bunga (interest) maka secara
umum kita bisa mengatakan bahwa
saham perusahaan tersebut tidak
syariah karena masih ada unsur riba
disana. Oleh karena itu seluruh
pendapatan
yang didapat oleh
perusahaan harus terhindar dan bebas
dari bunga atau interest.
4.
Pendekatan struktur modal yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Dengan melihat rasio hutang terhadap
modal atau yang lebih dikenal dengan
debt/equity ratio. Dengan melihat
rasio ini maka diketahui jumlah
hutang yang digunakan untuk modal
atas perusahaan ini. Semakin besar
rasio ini semakin besar ketergantungan
modal terhadap hutang. Akan tetapi
untuk saat ini bagi perusahan agak
sulit untuk membuat ratio ini nol, atau
sama sekali tidak ada hutang atas
modal. Oleh karena itu ada toleransitoleransi atau batasan seberapa besar
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
5
“
Debt to Equity Ratio“ ini. Dan masing
masing syariah indeks di dunia
berbeda dalam penetapan hal ini.
Namun secara keseluruhan kurang dari
45% bisa diklaim sebagai perusahaan
yang memiliki saham syariah.
Instrumen pasar modal syariah
diperdagangkan di pasar perdana dan pasar
sekunder. Prinsip dasar pasar perdana adalah
(Harahap, 2001):
1.
Semua efek harus berbasis pada harta
atau transaksi riil.
2.
Tidak boleh menerbitkan efek utang
untuk membayar kembali utang (bay
al dayn bi al dayn).
3.
Dana atau hasil penjualan efek akan
diterima oleh perusahaan.
4.
Hasil investasi akan diterima pemodal
(shohibul maal) yang merupakan
fungsi dari manfaat yang diterima
perusahaan dari dana atau harta hasil
penjualan efek.
5.
Tidak boleh memberikan jaminan
hasil yang semata-mata merupakan
fungsi dari waktu.
Sedangkan untuk pasar sekunder ada
tambahan dari prinsip dasar pasar perdana:
1.
Tidak boleh membeli efek berbasis
trend (indeks).
2.
Suatu efek dapat diperjualbelikan
namun hasil (manfaat) yang diperoleh
dari efek tersebut berupa kupon atau
deviden tidak boleh diperjual belikan.
3.
Tidak boleh melakukan suatu transaksi
murabahah dengan menjadikan objek
transaksi sebagai jaminan.
Adapun jenis instrumen pasar modal yang
jelas diharamkan syariah adalah sebagai
berikut:
1.
Preferred Stock (saham istimewa)
Saham jenis ini diharamkan oleh
ketentuan syariah karena terdapat dua
karakteristik utama, yaitu:
a. Adanya keuntungan tetap (predeterminant revenue). Hal ini
menurut
kalangan
ulama
dikategorikan sebagai riba.
b. Pemilik
saham
preferen
mendapatkan hak istimewa
terutama pada saat likuidasi. Hal
2.
3.
ini
mengandung
unsur
ketidakadilan.
Forward Contract
Forward contract diharamkan karena
segala bentuk jual beli utang (dayn bi
dayn) tidak sesuai dengan syariah.
Bentuk kontrak forward ini dilarang
dalam Islam karena dianggap jual beli
utang/piutang terdapat unsur ribawi,
sedangkan terjadinya transaksi jual
beli dilakukan sebelum tanggal jatuh
tempo.
Option
Option merupakan hak, yaitu untuk
membeli dan menjual barang yang
tidak disertai dengan underlying asset
atau real asset. Transaksi option ini
bersifat tidak ada (non exist) dan
dinilai oleh kalangan ulama bahwa
kontrak option ini termasuk future,
yaitu mengandung unsur gharar
(penipuan/spekulasi)
dan
maysir
(judi).
Berinvestasi berdasarkan prinsip syariah
memiliki rambu-rambu yang harus diikuti
oleh setiap muslim yang beriman. Diantara
rambu-rambu tersebut adalah :
1.
Terbebas dari unsur Riba, yang
merupakan suatu penambahan atas
harta pokok tanpa adanya transaksi
bisnis riil, menurut Ghafur (2008)
Riba berarti bertambah baik dari sisi
kuantitas maupun kualitasnya.
2.
Terhindar
dari
unsur
Gharar
(uncertainty), sebagai sesuatu yang
bersifat tidak pasti. Sayyid Sabiq
(2007) mendefinisikan Gharar sebagai
“setiap jual beli yang mengandung
sebuah ketidakpastian (jahalah), atau
mengandung resiko atau perjudian”.
3.
Terhindar dari unsur Judi (Maysir)
atau setiap bentuk permainan yang
mengandung
unsur
pertaruhan
(qimar).
4.
Terhindar dari unsur haram yaitu
segala sesuatu yang dilarang oleh
Allah SWT dan Rasul-Nya SAW,
dalam Al-Quran dan Hadist-Nya.
5.
Terhindar dari unsur Syubhat, yaitu :
sesuatu perkara yang bercampur
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
6
(antara yang halal dan haram), akan
tetapi tidak diketahui secara pasti
apakah ia sesuatu yang halal atau yang
haram, dan apakah ia hak ataukah
batil.
Perbedaan Saham Syariah dan Saham Konvensional
Tabel 1
Perbedaan Saham Syariah dan Saham Konvensional
Perbedaan
Saham Syariah
Saham Konvensional
Tujuan
Investasi
Tidak semata-mata return tapi juga SRI
(Socially Responsible Investment)
Return yang tinggi
Operasional
Ada Proses Screening
Tanpa Proses Screening
Return
Proses Filterisasi dari kegiatan haram
Tidak ada filterisasi
Pengawasan
Hanya Bapepam
Bapepam dan DSN
Akad
Selama tidak bertentangan dengan
syariah
Menekankan kesepakatan tanpa
ada aturan halal dan haram
Transaksi
Tidak boleh berspekulasi yang
mengandung gharar, maysir dan riba
Selama transaksinya bisa
memberikan keuntungan
Sumber : Huda dan Nasution (2007)
Perbandingan
kinerja
antara
saham
konvensional dengan saham syariah
menurut beberapa penelitian :
1.
Penelitian yang dilakukan oleh
Rahmayanti (2004), yang membahas
Analisis kinerja Portofolio Saham
Syariah Pada Bursa Efek Jakarta
Tahun
2001-2002.
Penelitian
dilakukan
bertujuan
untuk
membandingkan apakah kinerja saham
syariah (JII) lebih baik dari saham
konvensional (IHSG), Kesimpulannya
bahwa
saham
syariah
secara
keseluruhan relatif lebih baik dari
saham konvensional dari indeksindeks kinerja yang ada.
2.
Penelitian yang dilakukan Huda
(2004), yang mengkaji faktor-faktor
yang mempengaruhi beta saham pada
kelompok JII dan LQ-45, hasil
penelitian antara lain menyatakan
bahwa rata-rata beta saham kelompok
JII berada pada nilai dibawah satu
yang berarti mempunyai resiko
dibawah resiko pasar, sebaliknya
terjadi pada saham pada kelompok
LQ-45.
Tingkat Imbal Hasil Saham (Return
Saham)
Return atau tingkat pengembalian
saham adalah suatu tingkat pengembalian
hasil atau laba atas suatu surat berharga atau
investasi modal, biasanya dinyatakan dalam
suatu tingkat presentase tahunan. Setiap
investor bertujuan untuk mendapatkan
return yang maksimal, walaupun mereka
memperhitungkan pula resiko yang akan
dihadapinya. Suatu perkiraan nilai dari
return adalah langkah yang paling rasional
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
2
(setelah melihat resiko) bagi investor untuk
membandingkan alternatif investasi dari
berbagai pendapat yang berbeda.
Menurut Jones, Return dalam kegiatan
investasi mengandung dua komponen, yaitu
:
(i)....Yield measures related these cash
flows to a price for the security, such as the
purchase price or the current market price”
komponen dasar yang biasanya dibicarakan
dalam return investasi adalah arus kas
periodik (income) pada investasi, juga
interest dan dividen. (ii) Capital Gain/Loss :
” the second components is also important,
particularly for common stocks but also for
long term bonds and other fixed income
securities. This component is the
appreciation (or depreciation) in the price
of the asset, commonly called the capital
gain (loss).” Komponen ini menegaskan
bahwa yang menjadi pokok penting adalah
hanya perubahan antara harga beli saham
dan harga asset pada saat ini, atau terjual.
Dengan demikian Tingkat Imbal Hasil
Saham (Stock Return), merupakan aktual
return berupa Deviden ditambah Capital
Gain/Capital Loss, yaitu selisih antara harga
saham hari ini (Pt) dengan harga saham
sebelumnya (Pt-1). Menurut Widoatmodjo
(2008), tingkat imbal hasil (return) saham
dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan :
Ri : Return saham i
Pit : Harga Saham i periode t
Pit-1 : Harga Saham i periode t-1
Dit : Dividen saham i periode t
Dividen memang merupakan daya
tarik atas investasi saham. Namun, jika
seorang investor ingin mendapatkan deviden
maka investor harus bersedia menahan
sahamnya dalam waktu yang lama, paling
tidak satu tahun atau jika investor tersebut
melakukan pembelian saham menjelang
perusahaan akan membayar deviden (cum
dividen).
Sedangkan capital gain biasanya diburu
oleh para spekulan atau investor yang
biasanya tidak menginvestasikan dananya
dalam waktu yang lama dalam satu tahun.
Akan tetapi jika kedua penghasilan ini
diterima
investor,
berarti
tersebut
memperoleh penghasilan secara total.
Risiko Dalam Investasi
Risiko (risk) menunjukkan suatu
kondisi
ketidakpastian
atas
penerimaan/penghasilan/imbalan
yang
diharapkan di masa yang akan datang.
Ketidakpastian
timbul
karena
ketidakmampuan mengetahui suatu kejadian
di masa yang akan datang.
Analisis investasi modern membagi
risiko total menjadi dua bagian, yaitu risiko
sistematis dan risiko tidak sistematis
(Husnan, 1998:200). Risiko tidak sistematis
adalah resiko yang disebabkan oleh faktorfaktor unik pada suatu sekuritas, dan dapat
dihilangkan dengan melakukan diversifikasi,
sedangkan risiko sistematis adalah risiko
yang disebabkan oleh faktor-faktor makro
yang mempengaruhi semua sekuritas
sehingga tidak dapat dihilangkan dengan
diversifikasi.
Mengukur risiko dilakukan dengan
menggunakan dua parameter baku :
1. Deviasi Standar (Standar Deviation)
Digunakan untuk mengukur
risiko tidak sistematis (unsystematic
risk) yaitu risiko yang timbul karena
operasional
perusahaan
(internal)
sehingga dapat dihilangkan/dieliminasi
dengan diversifikasi.
Deviasi
standar
mengukur
absolut penyimpangan nilai-nilai yang
sudah
terjadi
dengan
nilai
ekspektasinya. Deviasi standar dapat
dituliskan sebagai berikut (Jogiyanto,
2009):
[
Keterangan :
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
)] ))
3
SD : standar deviation,
Ri
: return actual
E(Ri) : expected return
Selain deviasi standar, resiko juga dapat
dinyatakan dalam bentuk varian
(variance). Varian adalah kuadrat dari
deviasi standar dengan rumus sebagai
berikut
)
[
)] )
Resiko yang diukur dengan deviasi
standar yang menggunakan data historis
dapat dinyatakan sebagai berikut :
√
∑
[
)]
Keterangan :
SD :
standar deviation,
Xi : nilai ke-i,
E (Xi)
:
nilai ekspektasian,
N : jumlah dari observasi data historis
untuk sampel besar dengan n (paling
sedikit 30 observasi) dan untuk sampel
kecil digunakan (n-1)
2. Beta
Menurut Jogiyanto (2009:364),
Beta merupakan pengukur risiko
sistematik (systematic risk) dari suatu
sekuritas atau portofolio relatip terhadap
risiko pasar. Risiko sistematis pasar
(systematic risk) yaitu risiko yang
timbul karena kondisi lingkungan
eksternal perusahaan seperti kondisi
perekonomian, politik, sosial, hukum,
budaya dan lain-lain. Risiko ini tidak
dapat dihilangkan/dieliminasi sehingga
selalu ada kemungkinan akan terjadi.
Beta merupakan ukuran fluktuasi pasar.
Beta dihitung dengan rumus berikut
(Jogiyanto, 2009:371) :
Βi
= beta sekuritas ke-i
= kovarian antara perusahaan
ke-i dengan indeks laba pasar
σ2 M
= varian dari indeks laba
pasar
Risiko dan return saling berhubungan positif
yaitu semakin tinggi risiko maka seharusnya
memberikan return yang makin tinggi atau
return yang tinggi pasti mempunyai risiko
yang tinggi. Sebaliknya risiko rendah juga
memberikan return yang rendah atau return
yang rendah mempunyai risiko yang rendah.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah
penelitian
verifikatif-deskriftif.
Penelitian verifikatif yaitu penelitian yang
dilakukan untuk melakukan pengujian atas
hipotesis yang dirumuskan, sedangkan
pendekatan deskriptif, yaitu penelitian
dengan
tujuan
untuk
menguraikan,
menggambarkan dan menjelaskan objek
yang diteliti sehingga diperoleh bagaimana
sifat, karakteristik dan keterkaitan dari objek
yang diteliti.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan studi dokumentasi dan pencarian
melalui website Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id).
Penelitian
ini
menggunakan data sekunder berupa data
closing price saham secara bulanan
(monthly) pada perusahaan JII dan Non-JII
yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dari tahun 2007-2009. Adapun sifat data
yang digunakan adalah data panel atau
pooling data, merupakan gabungan data
time series dengan cross section
Populasi dan Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang sahamnya masuk ke dalam
kelompok Jakarta Islamic Index (JII) dan
perusahaan yang sahamnya belum pernah
masuk dalam kelompok Jakarta Islamic
Index (Non-JII) yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2007 sampai
dengan 2009.
Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling
technique, yaitu penentuan sampel dengan
menggunakan kriteria dan maksud tertentu.
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
4
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1.
Perusahaan yang sahamnya aktif
diperdagangkan di BEI pada tahun
2007-2009 dan mengeluarkan laporan
keuangan.
2.
Saham-saham yang dipilih adalah
saham yang selama tahun 2007-2009
aktif masuk dalam saham Jakarta
Islamic Index (JII) dan saham
perusahaan yang belum pernah masuk
dalam kelompok saham JII.
Berdasarkan kriteria diatas, maka
jumlah sampel yang diambil adalah
sebanyak 36 perusahaan yang terdiri dari 18
perusahaan JII dan 18 perusahaan non-JII.
Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel
terikat (dependent variabel) dan variabel
bebas (independent variabel) yang terdiri
dari:
1. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah jenis saham yaitu saham Jakarta
Islamic Index (JII) dan Non-Jakarta
Islamic Index (Non-JII).
2. Variabel bebas (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah kinerja saham, dimana indikator
untuk menilai kinerja saham yaitu
sebagai berikut :
a. Return
b. Standar deviation
c. Beta
Metode Analisis Data
Metode penelitian yang digunakan
adalah uji beda rata-rata dengan teknik
independent sample t-test yang bertujuan
menguji dan membandingkan rata-rata dari
dua kelompok yang tidak berhubungan satu
dengan yang lain, untuk mengetahui apakah
kedua rata-rata tersebut mempunyai nilai
yang sama atau tidak secara signifikan.
Pada pengujian independent sample
t-test, mean dari variable yang diuji harus
mempunyai kesesuaian perhitungan statistik
terhadap
2
kelompok
yang
akan
dibandingkan menggunakan uji-t.
Uji t dua variable diformulasikan
sebagai berikut :
√
[
]
keterangan :
t
= Nilai distribusi t
x1
= Rata-rata sampel ke-1
x2
= Rata-rata sampel ke-2
2
S p = Penduga varians gabungan
populasi
n1
= Jumlah sampel populasi pertama
n2
= Jumlah sampel populasi kedua
S1
= Varians Sampel ke-1
2
S1
= Standar Deviasi sampel ke-1
S22
= Standar Deviasi sampel ke-2
Setelah diperoleh sampel maka
dilakukan perhitungan beberapa variabel
yang diperlukan untuk observasi. Untuk
mengetahui hubungan diantara variabelvariabel yang ada digunakan program
Microsoft Excell dengan bantuan menu data
(data analysis).
Sesuai dengan permasalahan yang
telah dikemukakan, maka penelitian ini
mengajukan dua hipotesis yang akan diuji
kebenarannya yaitu :
1. Perumusan Hasil Pembuktian Hipotesis
1
Ho : μ1 = μ2
Tidak
terdapat
perbedaan
yang
signifikan
antara
Kinerja Saham Jakarta
Islamic Index (JII) dan
Non-Jakarta
Islamic
Index (Non-JII) di
Bursa Efek Indonesia
selama periode 20072009.
H1 : μ1 ≠ μ2
Terdapat
perbedaan
yang signifikan antara
Kinerja Saham Jakarta
Islamic Index (JII) dan
Non-Jakarta
Islamic
Index (Non-JII) di
Bursa Efek Indonesia
selama periode 20072009.
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
5
2. Perumusan Hasil Pembuktian Hipotesis
2
Ho : μ1 = μ2
Tidak
terdapat
perbedaan
yang
signifikan antara beta
pada Saham Jakarta
Islamic Index (JII)
dan
Non-Jakarta
Islamic Index (Non
JII) di Bursa Efek
Indonesia
selama
periode 2007-2009.
Secara terperinci langkah dalam pengujian
hipotesis yaitu :
1. Uji Normalitas Data (Persyaratan
Pengujian Analisis)
Uji normalitas data adalah salah
satu persyaratan pengujian analisis oleh
peneliti untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model mempuyai distribusi
normal atau tidak, jika terbukti data yang
diuji berdistribusi normal atau mendekati
distribusi normal maka selanjutnya
dengan
data-data
tersebut
dapat
dilakukan berbagai keputusan (inferensi)
dengan metode statistik parametrik.
Namun
jika
data-data
tersebut
berdistribusi tidak normal maka metode
parametrik tidak dapat digunakan dan
untuk inferensi digunakan metode
statistik non parametrik.
Uji
Normalitas
data
yang
digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov
Test. Pengambilan kesimpulan dilakukan
dengan membandingkan antara sig
(probabilitas) dari nilai statistik dengan
ketentuan :
Jika sig > 0,05 maka Ho diterima
(distribusi data normal)
Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak
(distribusi data tidak normal)
2. Uji F (Levene’s Test)
Untuk menentukan jenis uji-t yang
akan digunakan maka terlebih dahulu
HASIL DAN PEMBAHASAN
H1 : μ1 ≠ μ2
Terdapat perbedaan
yang signifikan antara
beta pada
Saham
Jakarta Islamic Index
(JII) dan Non-Jakarta
Islamic Index (NonJII) di Bursa Efek
Indonesia
selama
periode 2007-2009.
dilakukan
uji
Homogenity
of
Variance/Uji kesamaan varian dengan
menggunakan uji-F (Levene’s Test) untuk
menentukan apakah variance dua sample
sama atau berbeda, apabila terbukti
dalam uji-F hipotesis nihilnya (Ho)
diterima, hal tersebut membuktikan
bahwa variance kedua sample adalah
sama sehingga uji-t yang digunakan
adalah t-test : Two-sample Assuming
Equal Variance begitupun sebaliknya
apabila dalam uji-F hipotesis nihilnya
(Ho) di tolak, hal tersebut membuktikan
bahwa variance kedua sample adalah
tidak sama sehingga uji-t yang digunakan
adalah t-Test : Two-Sample Assuming
Unequal Variance.
Pengambilan kesimpulan dilakukan
dengan kriteria :
Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima
(Two-sample Assuming Equal Variance)
Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak
(Two-Sample
Assuming
Unequal
Variance)
3. Uji t (Independent sample t-test)
Pengambilan
kesimpulan
dilakukan
dengan kriteria :
Jika p < α (0,05) atau t tabel < t hitung < t
tabel maka Ho diterima
Jika p > α (0,05) atau t tabel < t hitung < t
tabel maka Ho ditolak
Jumlah sampel yang diambil adalah
sebanyak 36 perusahaan yang terdiri dari 18
perusahaan JII dan 18 perusahaan non-JII
sebagaimana terlihat pada tabel 2 dan tabel 3
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
1
Tabel 2
DAFTAR PERUSAHAAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kode
AALI
ANTM
ASII
BTEL
BUMI
CTRA
INCO
INTP
KLBF
Nama Emiten
PT. Astra Agro Lestari Tbk
PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk
PT. Astra International Tbk
PT. Bakrie Telecom Tbk
PT. Bumi Resources Tbk
PT. Ciputra Development Tbk
PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
PT. Kalbe Farma Tbk
No.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Kode
LPKR
LSIP
PTBA
SMGR
TINS
TLKM
UNSP
UNTR
UNVR
Nama Emiten
PT. Lippo Karawaci Tbk
PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk
PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
PT. Semen Gresik Tbk
PT. Timah Tbk
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk
PT. United Tractors Tbk
Unilever Indonesia Tbk
Tabel 3
DAFTAR PERUSAHAAN NON-JAKARTA ISLAMIC INDEX (NON-JII)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kode
BBCA
BBNI
BBRI
BDMN
BKSL
BMRI
BNGA
BNII
BRPT
Nama Emiten
PT. Bank Central Asia Tbk
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
PT. Bukit Sentul Tbk
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
PT. Bank Niaga Tbk
PT. Bank International Indonesia Tbk
PT. Barito Pacific Tbk
No.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Kode
CPIN
CPRO
ENRG
EXCL
GGRM
HMSP
PNLF
PNBN
JSMR
Nama Emiten
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk
PT. Central Proteinaprima Tbk
PT. Energi Mega Persada Tbk
PT. XL Axiata Tbk
PT. Gudang Garam Tbk
PT. H M Sampoerna Tbk
PT. Panin Life Tbk
PT. Bank Pan Indonesia Tbk
PT. Jasa Marga Tbk
Pembahasan
1.
Kinerja Saham Jakarta Islamic Index (JII) selama periode 2007-2009
Tabel 4
Average Return, Variance, Standar Deviation dan Beta 18 Saham JII
No.
1
2
3
4
2.
Variabel
Return
Variance
Standar Deviation
Beta
Average dari 18 Saham JII
2007
2008
2009
Total
0,063
-0,068
0,067
0,021
0,017
0,037
0,025
0,026
0,126
0,183
0,145
0,151
0,243
0,388
0,33
0,320
Kinerja Saham Non-Jakarta Islamic Index (JII) selama periode 2007-2009
Tabel 5
Average Return, Variance, Standar Deviation dan Beta 18 Saham Non-JII
No.
1
2
3
4
Variabel
Return
Variance
Standar Deviation
Beta
Average dari 18 Saham Non JII
2007
2008
2009
Total
0,049
-0,052
0,081
0,026
0,038
0,033
0,048
0,040
0,139
0,173
0,186
0,166
0,302
0,449
0,327
0,359
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
2
Tabel 6
Uji Normalitas Data Average Return 2007-2009
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Average_Return
N
36
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
.02361
.018398
.122
.122
-.062
Kolmogorov-Smirnov Z
.731
Asymp. Sig. (2-tailed)
.660
a.
Test distribution is Normal.
Hasil pengujian pada table 6
menunjukkan probabilitas (sig) dari nilai Z
K-S 0,660 > 0,05 yang artinya bahwa
distribusi dari variabel average return
bersifat normal sehingga digunakan statistik
parametrik yaitu pengujian Independent
Sample t-Test.
Jakarta Islamic Index (Non- JII) di
Bursa Efek Indonesia selama periode
2007-2009.
Adapun
hipotesis
alternatif untuk hipotesis tersebut
adalah sebagai berikut :
H1 : μ1 ≠ μ2 Terdapat
perbedaan
yang signifikan antara
Kinerja Saham Jakarta
Islamic Index (JII) dan
Pengujian Hipotesis
Non-Jakarta
Islamic
1.
Pengujian Hipotesis 1
Hipotesis pertama penelitian ini
Index (Non-JII) di
adalah tidak terdapat perbedaan yang
Bursa Efek Indonesia
signifikan antara kinerja Saham
selama periode 2007Jakarta Islamic Index (JII) dan Non2009.
Berdasarkan uji F dan uji t dengan bantuan tools-Data Analysis yang terdapat dalam
program excell diperoleh hasil sebagai berikut :
a.
Variabel Return
1. Uji Hegemonitas Varian
Tabel 7
Hasil Uji F (Levene’s test)
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
2
F-Test Two-Sample for Variances
Average Return JII
0,021
0,00031
18
17
0,859
0,379
0,440
Mean
Variance
Observations
df
F
P(F<=f) one-tail
F Critical one-tail
Berdasarkan uji-F (Levene’s Test)
yang disajikan dalam tabel 7
diatas tampak bahwa, besarnya
rata-rata return 18 saham JII
selama tahun 2007-2009 adalah
0,021 (2,1%) dan 18 saham nonJII adalah 0,026 (2,6%). Nilai F
tabel dengan derajat bebas (df) = 17
adalah 0,440 dan nilai F hitung
adalah 0,859, dari uji statistik
diketahui bahwa tes statistik Fhitung
2.
Average Return Non-JII
0,026
0,00036
18
17
0,859 > 0,440 Ftabel sehingga
hipotesis nihil (Ho) ditolak. Hal
tersebut menunjukkan bahwa
secara
perhitungan
statistik
terdapat
perbedaan
antara
variance saham JII dan Saham
Non-JII sehingga uji-t yang
digunakan adalah t-Test: TwoSample
Assuming
Unequal
Variances.
Uji-t (Independent Sample t-test)
Tabel 8
Hasil Uji t (Independent Sample t-test)
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Mean
Variance
Observations
Hypothesized Mean
Difference
df
t Stat
P(T<=t) one-tail
t Critical one-tail
P(T<=t) two-tail
t Critical two-tail
Average Return JII
0,021
0,00031
18
Berdasarkan uji t (t-Test: TwoSample
Assuming
Unequal
Variances) yang disajikan dalam
tabel 8 diatas nampak bahwa,
besarnya rata-rata return saham
JII selama tahun 2007-2009
adalah 0,021 dan saham Non-JII
adalah 0,026. Nilai t tabel dengan
derajat bebas (df) = 34 adalah
2,032 dan nilai t hitung = -0,857
Average Return Non-JII
0,026
0,00036
18
0
34
-0,857
0,199
1,691
0,398
2,032
dengan
p tabel= 0,398 jika
digunakan tingkat signifikan α =
5% atau 0,05 ternyata nilai p tabel =
0,398 > 0,05 (5%) atau nilai t hitung
= -0,948 < nilai t tabel = 2,032
sehingga hipotesis nilai penelitian
ini (Ho) diterima dan H1 ditolak.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
secara perhitungan statistik tidak
terdapat
perbedaan
yang
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
2
signifikan antara kinerja Saham
(average return) Jakarta Islamic
Index (JII) dan Non-Jakarta
Islamic Index (Non-JII) di Bursa
Efek Indonesia selama periode
2007-2009.
b. Variabel Resiko (Standar Deviasi)
1. Uji Hegemonitas Varian
Tabel 9
Hasil Uji F (Levene’s test)
F-Test Two-Sample for Variances
Mean
Variance
Observations
df
F
P(F<=f) one-tail
F Critical one-tail
Standar Deviation JII
0,120
0,0021
18
17
0,291
0,007
0,440
Berdasarkan uji-F (Levene’s Test)
yang disajikan dalam tabel 9
tampak bahwa, besarnya rata-rata
standar deviation (resiko) 18
saham JII selama tahun 20072009 adalah 0,120 dan 18 saham
non-JII adalah 0,166 dengan
perbedaan sebesar 0,046. Nilai F
tabel dengan derajat bebas (df) = 17
adalah 0,440 dan nilai F hitung
adalah 0,291; dari uji statistik
diketahui bahwa tes statistik F
Standar Deviation Non-JII
0,166
0,0072
18
17
0,291 < dari F tabel 0,440
sehingga Ho diterima.
Hal tersebut menunjukkan
bahwa secara perhitungan statistik
tidak ada perbedaan antara
variances saham JII dan saham
Non-JII sehingga uji-t yang
digunakan adalah t-Test: TwoSample
Assuming
Equal
Variances.
hitung
2. Uji-t (Independent Sample t-test)
Tabel 10
Hasil Uji t (Independent Sample t-test)
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
2
t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances
Standar Deviation JII
Mean
Variance
Observations
Pooled Variance
Hypothesized Mean Difference
df
t Stat
P(T<=t) one-tail
t Critical one-tail
P(T<=t) two-tail
0,120
0,002
18
0,005
0
34
-2,016
0,026
1,691
0,052
t Critical two-tail
0,166
0,007
18
2,032
Berdasarkan uji t (t-Test: TwoSample
Assuming
Equal
Variances) yang disajikan dalam
tabel 10 nampak bahwa, besarnya
rata-rata
standar
deviation
(resiko) 18 saham JII selama
tahun 2007-2009 adalah 0,120
dan 18 saham Non-JII adalah
0,166 dengan perbedaan sebesar
0,041. Nilai t tabel dengan derajat
bebas (df) = 34 adalah 2,032 dan
nilai thitung adalah -2,016 dengan p
tabel = 0,052 jika digunakan tingkat
signifikan α = 5% atau 0,05
ternyata nilai p tabel = 0,052> α =
5% atau 0,05 atau nilai t hitung = 2,016 < dari nilai t tabel = 2,032;
3.
Standar Deviation Non-JII
sehingga hipotesis penelitian ini
(Ho) diterima dan H1 ditolak, t
hitung yang mempunyai tanda
negatif menunjukkan bahwa ratarata resiko saham JII lebih kecil
atau lebih rendah dibandingkan
dengan rata-rata resiko Non-JII .
Hal tersebut menunjukkan bahwa
secara perhitungan statistik tidak
terdapat
perbedaan
yang
signifikan antara kinerja Saham
(standar deviasi) Jakarta Islamic
Index (JII) dan Non-Jakarta
Islamic Index (Non-JII) di Bursa
Efek Indonesia selama periode
2007-2009.
Pengujian Hipotesis 2
Tabel 11
F-Test Two-Sample for Variances
Rata-Rata Beta JII
Rata-Rata Beta Non-JII
Mean
0,320
0,359
Variance
0,016
0,059
Observations
18
18
df
17
17
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
2
F
0,263
P(F<=f) one-tail
0,004
F Critical one-tail
0,440
Hasil Uji F (Levene’s test)
Berdasarkan uji-F (Levene’s
Test) yang disajikan dalam tabel 11
diatas tampak bahwa, besarnya ratarata beta (resiko) 18 saham JII
selama tahun 2007-2009 adalah
0,320 dan 18 saham non-JII adalah
0,359 dengan perbedaan sebesar
0,039. Nilai F tabel dengan derajat
bebas (df) = 17 adalah 0,440 dan nilai
F hitung adalah 0,263 ; dari uji statistik
diketahui bahwa tes statistik F hitung
lebih kecil dari Ftabel 0,440
sehingga Ho diterima dan H1
ditolak.
Hal tersebut menunjukkan
bahwa secara perhitungan statistik
tidak ada perbedaan (sama) antara
variances saham JII dan saham NonJII sehingga uji-t yang digunakan
adalah t-Test: Two-Sample Assuming
Equal Variances.
0,263
Tabel 12
Hasil Uji t (Independent Sample t-test)
t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances
Mean
Variance
Observations
Pooled Variance
Hypothesized Mean Difference
df
t Stat
P(T<=t) one-tail
t Critical one-tail
P(T<=t) two-tail
t Critical two-tail
Berdasarkan uji t (t-Test: TwoSample Assuming Equal Variances) yang
disajikan dalam tabel 4.20 diatas nampak
bahwa, besarnya beta (resiko) 18 saham JII
selama tahun 2007-2009 adalah 0,320 dan
18 saham Non-JII adalah 0,359 dengan
perbedaan sebesar 0,039. Nilai t tabel dengan
derajat bebas (df) = 34 adalah 2,032 dan
nilai t hitung adalah -0,603 dengan p tabel =
0,551 jika digunakan tingkat signifikan α =
5% atau 0,05 ternyata nilai p tabel = 0,551 > α
Rata-Rata Beta JII
0,320
0,016
18
0,037
0
34
-0,603
0,275
1,691
0,551
2,032
Rata-Rata Beta Non-JII
0,359
0,059
18
= 5% atau 0,05 atau nilai t hitung = -0,603 <
nilai t tabel = 2,032; sehingga hipotesis
penelitian ini (Ho) diterima dan H1 ditolak.
Hal tersebut menunjukkan bahwa secara
perhitungan
statistik
tidak
terdapat
perbedaan yang signifikan antara kinerja
Saham (Beta) Jakarta Islamic Index (JII)
dan Non-Jakarta Islamic Index (Non-JII) di
Bursa Efek Indonesia selama periode 20072009.
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
1
Teoritisasi Hasil Penelitian
Hipotesis alternatif (H1) yang
diajukan
sebagai
pendapat
peneliti adalah :
1.
Terdapat perbedaan yang signifikan
antara Saham Jakarta Islamic Index
(JII) dan Non-Jakarta Islamic Index
(Non JII).
2.
Terdapat perbedaan yang signifikan
antara beta pada
Saham Jakarta
Islamic Index (JII) dan Non-Jakarta
Islamic Index (Non JII).
Dari hasil penelitian yang dilakukan,
penulis mengharapkan adanya perbedaan
kinerja antara kinerja Saham Jakarta Islamic
Index (JII) dan Non Jakarta Islamic Index
(Non JII) sesuai dengan hasil penelitian
terdahulu bahwa saham JII mempunyai cara
pengelolaan dan kebijakan investasi harus
berdasarkan syariat Islam baik dari segi
akad, pelaksanaan investasi, maupun dari
segi pembagian keuntungan.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh
temuan sebagai berikut :
1. Tidak
terdapat
perbedaan
yang
signifikan antara Kinerja (return dan
standar deviasi) saham Jakarta Islamic
Index (JII) dan Non Jakarta Islamic
Index (Non JII) di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2007-2009. Hal tersebut
ditunjukkan oleh perbedaan return yang
tidak signifikan dimana return saham JII
= 0,021, return saham Non-JII = 0,026,
t hitung = -0,857 dengan p tabel = 0,398 >
0,05 (5%) dan perbedaan resiko
(standar deviasi) yang tidak signifikan
dimana resiko saham JII = 0,120, resiko
saham Non-JII = 0,166, t hitung = 2,016 dengan p tabel = 0,052 > α = 5%
atau 0,05 menerima Ho atau hasil
penelitian mendukung hipotesis yang
dimunculkan.
Temuan tersebut menunjukkan
bahwa tidak terdapat cukup bukti secara
empiris untuk menyatakan bahwa
kinerja saham Jakarta Islamic Index
(JII) berbeda dengan kinerja saham
Non-Jakarta Islamic Index (Non-JII).
Hal tersebut justru menjadi keunggulan
bagi saham Jakarta Islamic Index (JII)
karena dengan adanya batasan berupa
screening proses dan prinsip syariah
yang harus ditaati yang mengakibatkan
terbatasnya portofolio efek yang
dimiliki tidak menghalangi saham
Jakarta Islamic Index (JII) untuk
mencapai kinerja yang lebih baik
minimal mampu menyamai saham NonJakarta Islamic Index (Non-JII).
Pada tahun 2008 krisis ekonomi
melanda Amerika Serikat terjadi akibat
macetnya kredit properti (subprime
mortgage), krisis tersebut mempunyai
dampak tidak langsung terhadap
lembaga keuangan di Indonesia
khususnya industri saham, dampak
tersebut nampak jelas terlihat dari
saham yang diteliti banyak mengalami
kerugian di tahun 2008.
2.
Tidak
terdapat
perbedaan
yang
signifikan antara beta pada Saham
Jakarta Islamic Index (JII) dan NonJakarta Islamic Index (Non JII) di
Bursa Efek Indonesia selama periode
2007-2009.
Hal tersebut ditunjukkan oleh
perbedaan beta yang tidak signifikan
dimana beta saham JII = 0,320, beta
saham Non-JII = 0,359 t hitung = 0,603
dengan p tabel = 0,551 < 0,05 (5%)
menerima Ho atau hasil penelitian
mendukung hipotesis yang dimunculkan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara Kinerja (return dan
resiko) saham Jakarta Islamic Index
(JII) dengan Non Jakarta Islamic
Index (Non JII) di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2007-2009.
Pada penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat cukup bukti
secara empiris untuk menyatakan
bahwa kinerja saham Jakarta Islamic
Index (JII) berbeda dengan kinerja
saham Non-Jakarta Islamic Index
(Non-JII).
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
2
Kinerja return saham Jakarta Islamic
Index (JII) relatif sama dengan return
saham Non-Jakarta Islamic Index
(Non-JII), sedangkan untuk standar
deviasi, resiko saham JII lebih baik
jika dibandingkan saham non-JII.
Dapat juga diartikan dalam penelitian
ini tidak menguatkan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Rachmayanti
(2004),
yang
menyatakan bahwa kinerja saham
syariah secara keseluruhan relatif lebih
baik dari pada saham konvensional
dari indeks-indeks kinerja yang ada.
2.
Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara beta pada Saham
Jakarta Islamic Index (JII) dengan
Non-Jakarta Islamic Index (Non JII)
di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2007-2009.
Pada penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat cukup bukti
secara empiris untuk menyatakan
bahwa beta saham JII berbeda dengan
beta saham non-JII. Beta saham
Jakarta Islamic Index (JII) rata-rata
berada di bawah 1, dimana beta saham
Non-JII juga sama-sama berada di
bawah 1, namun resikonya lebih kecil
saham JII jika dibandingkan dengan
saham non-JII.
Temuan ini tidak menguatkan
penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Huda (2004), yang menyatakan
bahwa kinerja saham syariah secara
keseluruhan relatif lebih baik dari
pada saham konvensional dari indeksindeks kinerja yang ada.
Keterbatasan Penelitian
Terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam
penelitian ini diantaranya adalah sebagai
berikut :
1.
Keterbatasan data
2.
Jumlah perusahaan yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini hanya 18
untuk perusahaan JII dan 18 untuk
perusahaan Non-JII dari keseluruhan
populasi yang ada dan berasal dari
berbagai sektor yang bervariasi
dengan kapitalisasi yang berbeda pula.
Keterbatasan tahun penelitian
Data yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini hanya untuk kurun
waktu tiga tahun yaitu tahun 20072009, penelitian ini juga dilakukan
pada saat terjadinya krisis keuangan
global yang mengguncangkan lantai
bursa dunia tahun 2008.
Implikasi Manajerial
1.
Investor, baik investor institusional
maupun individu yang berminat untuk
melakukan
investasi
atau
menanamkan dananya ke saham,
sebelum menentukan saham yang akan
dipilih, sebaiknya terlebih dahulu
menentukan saham manakah yang
mempunyai kinerja yang baik bukan
hanya dari segi keuntungan (return)
yang tinggi dan resiko. Tetapi juga
mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja saham, baik
faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal misalnya, bagaimana
saham membentuk portofolio, analisa
laporan keuangan (sumber dan
penggunaan dana dan perubahan
struktur modal). Faktor eksternal
misalnya, tingkat suku bunga bank,
obligasi, stabilitas politik dan ekonomi
nasional
maupun
internasional,
perkembangan pasar modal, maupun
instrumen investasi lainnya.
2.
BEI/Bapepam,
sebaiknya
dapat
meningkatkan
pengawasannya
terhadap para pelaku pasar yang
cenderung melakukan spekulasi dalam
kegiatan transaksinya agar tidak
melakukann praktek-praktek yang
tidak sehat di dalam pasar modal yang
dapat merugikan para investor, serta
dapat mendorong para emiten dalam
meningkatkan kinerja perusahaannya
yang
pada
akhirnya
dapat
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
3
meningkatkan
return
perusahaan tersebut.
saham
Saran untuk penelitian selanjutnya
1.
Perlu penelitian lanjutan dengan
memperbandingkan saham JII dan
saham Non-JII dengan model analisis
lainnya.
2.
Perlu
penelitian
yang
berkesinambungan (continued) tidak
terbatas hanya 3 tahun saja
3.
Penambahan ukuran sampel dan waktu
pengujian yang lebih panjang sehingga
memungkinkan
hasil
pengujian
hipotesis lebih baik lagi.
Pengembangan terhadap penelitian ini,
diharapkan bisa memberikan manfaat yang
seluas-luasnya baik dari segi akademis
maupun dari segi ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Achsien, Iggi.H (2000), Investasi Syariah di
Pasar Modal, Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Ghafur, Muhammad W, (2008), Memahami
Bunga dan Riba ala Muslim Indonesia,
BIRUNI Press.
Harahap, Sofyan S (2001), Menuju
Perumusan Teori Akuntansi Islam,
Jakarta : Pustaka Quantum.
Huda, Nurul (2004), Pasar Modal Syariah
dan
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi Beta Saham Kasus JII
dan LQ-45, Jakarta : Tesis Program
Pascasarjana PSKTTI-UI
Huda, Nurul dan Mustapa Edwin Nasution
(2007), Investasi Pada Pasar Modal
Syariah, Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Husnan, Suad, (2001), Dasar-Dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas, UPP
AMP YKN, Yogyakarta.
Jogiyanto, H.M. (2009), Teori Portofolio
dan Analisis Investasi, BPPE UGM,
Yogyakarta.
Jones, Charles, P (1996), Investment :
Analysis and Management, 4th Edition,
New York :qq John Wiley and Sons
Kurniawan,T,2008,
Volatilitas
Saham
Syariah (Analisis Atas Jakarta Islamic
Index). Karim Review. Special
Edition. January 2008
Nawari, (2010), Analisis Statistik dengan
MS Excell 2007 dan SPSS 17, Jakarta
: PT. Elex Media Komputindo
(Gramedia).
PT. Bursa Efek Indonesia (IDX), Investasi
di Pasar Modal, Jakarta (2008)
PT.BEI,2008b, Buku Panduan Indeks Harga
Saham Bursa Efek Indonesia, Jakarta :
PT. Bursa Efek Indonesia.
Rachmayanti, Farida, T. (2003), Analisa
Kinerja Portofolio Saham Syariah
Terhadap
Saham
Konvensional
(Sebuah Studi Perbandingan), Jakarta
: Tesis Program Pasca Sarjana
PSKTTI-UI.
Sayyid Sabiq, (2007), Fiqih Sunnah, Jilid
keempat, Jakarta : Pena Pundi Aksara
Sugiyono, (1999) Metode Penelitian Bisnis,
Bandung : Alfabeta, CV
Supranto J, (1994), Statistik Teori dan
Aplikasi edisi kelima, Jakarta :
Erlangga
Widoatmojo, Sawidji (2008), Cara sehat
Investasi di Pasar Modal, Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo (Gramedia).
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
2
Siti Nurlatifah adalah Dosen Tetap Akuntansi Universitas Krisnadwipayana
Download