EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus. (L.) H.B.K) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Streptococcus mutans DAN Staphylococcus epidermidis NASKAH PUBLIKASI Oleh: SITI CHOTIAH K 100 110 130 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2015 EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus. (L.) H.B.K) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Streptococcus mutans DAN Staphylococcus epidermidis MARIGOLDS LEAVES ETHANOLIC EXTRACT (Cosmos caudatus. (L.) HBK) AS OF ANTIBACTERIAL Staphylococcus epidermidis AND Streptococcus mutans Siti Chotiah, Ika Trisharyanti DK dan Rima Munawaroh Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl A Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102 [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kenikir terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus epidermidis dan menentukan golongan senyawa yang bertanggungjawab terhadap aktivitas antibakteri. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode dilusi padat menggunakan seri konsentrasi ekstrak 0,25; 0,5; 1, dan 2 % b/v. Identifikasi golongan senyawa dalam ekstrak dilakukan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis dengan fase diam selulosa dan fase gerak kombinasi butanol: asam asetat: air (4:1 : 5) v/v/v. Metode bioautografi kontakdigunakan untuk mengetahui golongan senyawa dalam ekstrak yang memiliki aktivitas antibakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kenikir memiliki aktivitas antibakteri terhadap kedua bakteri uji. Nilai KHM ekstrak terhadap S.mutans sebesar 2% b/v, tetapi KBMnya belum diketahui. KHM dan KBM ekstrak terhadap S.epidermidis sebesar 0,5% b/v. Golongan senyawa kimia dalam ekstrak kenikir yang bertanggungjawab sebagai antibakteri adalah flavonoid. Kata Kunci : Cosmos caudatus. (L.) H.B.K, Streptococcus mutans, Staphylococcus epidermidis, ekstrak etanol, KLT, bioautografi ABSTRACT The purposes of research was to know antibacterial activity of ethanolic extract of marigolds leaves (Cosmos caudatus. (L) H.B.K) against Streptococcus mutans and Staphylococcus epidermidis, and to determine active compound as antibacterial. Antibacterial activity testing was carried out using solid dilution method with concentration of extract 0,25; 0,5; 1 and 2% b/v. Active compound in extract was identified by using thin layer chromatography (TLC) with cellulose as stationary phase and combination of butane: acetate acid: water (4:1:5) v/v/v as mobile phase. Bioautography contact method was used to know active compound in extract that has antibacterial activity. The result of this research showed that ethanolic extract of marigolds leaves has antibacterial activity against two bacterial test. The value of MIC of extract toward S. mutans was 2% b/v, but MBC of extract was not knew yet. Both of MIC and MBC of extract toward S. epidermidis were 0,5 % b/v. The active compound in ethanolic extract of marigolds leaves that can be used as antibacterial was flavonoid. Keywords: Cosmos caudatus. (L.) HBK, Streptococcus mutans, Staphylococcus epidermidis, ethanol extract, TLC, bioautography 1 A. PENDAHULUAN Daun kenikir (Cosmos caudatus. (L.) H.B.K) merupakan salah satu tumbuhan alam yang banyak tersedia dan mudah diperoleh di Asia seperti di Indonesia. Kenikir sering dikonsumsi sebagai lalapan. Pada penggunaan empiris di masyarakat, air rebusan bunga kenikir (Cosmos caudatus. (L.) H.B.K) digunakan sebagai penyembuh sakit gigi. Salah satu penyebab gigi berlubang adalah Streptococcus mutans (Jawetz et al., 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Salma et al. (2012) menunjukkan daun kenikir(Tagetes erectus) dimanfaatkan sebagai alternatif antibakteri Staphylococcus epidermidis dalam bentuk deodoran parfume spray. Ekstrak etanol daun kenikir tersebut dibuat dengan konsentrasi optimum 10% mempunyai zona hambat 11 mm pada Staphylococcus epidermidis. Abas et al. (2003) menyebutkan ekstrak metanol daun kenikir mengandung flavonoid dan glikosida kuersetrin. Bunga kenikir Cosmos caudatus. (L.) H.B.K digunakan masyarakat sebagai obat sakit gigi, sedangkan daun kenikir (Tagetes erectus) digunakan dalam deodoran parfum spray (Salma et al., 2012; Rasdi et al., 2010). Pemilihan daun kenikir dalam penelitian ini karena daun lebih banyak didapatkan daripada bunganya. Daun dan bunga masih dalam satu tanaman, sehingga kemungkinan mempunyai kandungan senyawa kimia yang sama. Berdasarkan data yang telah ada tersebut, dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kenikir Cosmos caudatus. (L.) H.B.K terhadap S. mutans dan S. epidermidis. B. METODOLOGI 1. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kenikir Cosmos caudatus. (L.) H.B.K) yang diperoleh dari daerah Karang Joho, Karang Dowo, Klaten,etanol 96%, Streptococcus mutans dan Staphylococcus epidermidis dari Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, Ngadinegaran, Yogyakarta. 2. Determinasi Tanaman Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Pendidikan Biologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan hasil tanaman merupakan species Cosmos caudatus. (L.) H.B.K) 3. Pembuatan ekstrak daun kenikir Simplisia sebanyak1 kg dimaserasi menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 6 L, selama 24 jam, diremaserasi 2x, sesekali diaduk. Filtrat maserat dipekatkan dengan vacum 2 rotary evaporatory dan waterbath sehingga diperoleh ekstrak kental. Hasil Rendemen 49,25 %. 4. Penyiapan Suspensi Bakteri a. Pembuatan Stok Bakteri Bakteri induk diambil satu ujung mata ose kemudian digoreskan secara streak plate, pada bakteri S. epidermidis menggunakan media MH dan S.mutans dengan media agar darah, diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. b. Pembuatan Suspensi Bakteri Sejumlah koloni bakteri diambil kemudian ditambah BHI 2 mL lalu di vortex, kemudian disamakan konsentrasinya dengan standar Mc Farland 1,5 x108 CFU/mL dengan penambahan salin steril,untuk mendapatkan suspensi bakteri Mc. Farland1,5 x 106 CFU/mL, maka diambil sebanyak 0,05 mL disuspensikan hingga 5 mL media BHI steril. 5. Pembuatan Seri Konsentrasi Ekstrakdaun kenikir dibuat larutan 10% b/v, kemudiandarilarutanstok, masing– masing dibuat seri konsentrasi 5; 2,5; 1,25, dan 0,625 %b/v dengan pengenceran bertingkat secara berturut-turut. Larutan stok 10%, kemudian ditambah CMC-Na 0,5 % sampai 5 mL sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak 5% b/v. Pembuatan 3 seri konsentrasi lainnya dilakukan dengan cara yang sama. Selanjutnya, tiap seri konsentrasi diambil 2 mL, kemudian ditambahkan media MH sebanyak 3 mL, sehingga diperoleh volume masingmasing seri konsentrasi 5 mL. Tiap tabung diperoleh volume masing-masing seri konsentrasi akhir ekstrak etanol dalam tabung sebesar 2 ; 1; 0,5 ; dan 0,25 % b/v. 6. Uji Antibakteri dengan Metode Dilusi Padat Seri konsentrasi yang telah dibuat, volume total masing-masing tabung sebanyak 5 mL, kemudian dipadatkan dalam posisi miring,sebanyak 15 µL suspensi bakteri yang telah dibuat setara dengan 1,5x106 CFU/mL diteteskan ke dalam media, kemudian diratakan dengan ose steril, diinkubasi 18-24 jam dengan suhu 37oC. Hasil ditandai (+) jika terjadi pertumbuhan dan ditandai (-) jika tidak ada pertumbuhan. Nilai KHM adalah konsentrasi terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Semua tabung yang tidak menghambat pertumbuhan bakteri, ditumbuhkan pada media baru, diinkubasi 37oC, selama 24 jam, konsentrasi terkecil yang tidak ada pertumbuhan bakteri disebut KBM. 3 C. HASIL DAN PEMAHASAN 1. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode dilusi padat karena bahan yang diujikan berupa larutan keruh sehingga apabila menggunakan dilusi cair akan mengalami kesulitan di dalam pengamatan untuk menentukan nilai KHM dan KBM. Pada penelitian ini digunakan dua bakteri uji yang termasuk dalamgolonganbakteri Gram positif. Berdasarkan Tabel 1, ekstrak etanol daun kenikir pada konsentrasi 0,5% telah memperlihatkan tidak adanya pertumbuhan bakteri S.epidermidis. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai KHM dan KBM ekstrak terhadap S.epidermidis berada pada konsentrasi 0,5%, bisa disebut bakterisida. Pada konsentrasi 2% pertumbuhan S.mutans sudah tidak terlihat, artinya nilai KHM ekstrak terhadap S.mutans adalah 2%, sedangkan nilai KBMnya belum diketahui karena masih terdapat pertumbuhan bakteri, bisa disebut bakteriostatik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Unosson, et al., (2013) yang menyatakan bahwa S.epidermidis lebih cepat dibunuh dibandingkan dengan S.mutans karena S.mutans tidak memiliki enzim katalase. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wardoyo (2011) diketahui bahwa ekstrak etanol kenikir efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureusyang termasuk dalam golonganbakteri Gram positif dengan cara menembus selaput pori bakteri. Hal tersebut dikarenakan struktur dinding sel bakteri Gram positif lebih sederhana, sehingga memudahkan bahan bioaktif masuk ke dalam sel dibanding pada bakteri Gram negatif Tabel 1 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kenikir terhadap S.mutans dan S.epidermidis Konsentrasi (%) 0,25 % 0,5 % 1% 2% K1 K2 K3 R1 + + + + + R2 + + + + + S.mutans R3 KHM + + + + + + + + + + KBM + + + + + + R1 + + + R2 + + + S.epidermidis R3 KHM + + + + + + KBM + + + Keterangan tabel : R : Replikasi (+) : Terdapat pertumbuhan bakteri (-) : tidak terdapat pertumbuhan bakteri K1 : Kontrol Media (5 mL media MH) K2 : Kontrol bakteri (5 mL media MH + 15 µL suspensi bakteri K3 : Kontrol Suspending agent ( 4 mL media MH + 1 mL CMC-Na + 15 µL suspensi bakteri) 2. Hasil Analisis Kromatografi Lapis Tipis dan Bioautografi Uji KLT menggunakan fase gerak butanol: asam asetat: air (4:1:5) v/v/v, dengan fase diam selulosa, jarak elusi 15 cm, diperoleh bercak dengan Rf 0,52 yang disemprot dengan sitoborat diamatiUV 366 nm berflouresensi biru kehijauan, dengan sistem KLT dan 4 deteksi yang sama daun kenikir pada Rf 0,6 mengandung senyawa isokuerstrin (Depkes RI, 2008), sehingga diduga senyawa tersebut merupakan senyawa isokuerstrin golongan flavonoid (Gambar 1). perbedaan Rf ini disebabkan kondisi percobaan yang berbeda, seperti suhu yang berbeda, komposisi yang tidak tepat, sistem pelarut, adsorben, tebal adsorben, dan jumlah totolan (Kumar, et al., 2013). Berdasarkan hasil bioautografi kontak diperoleh bercak Rf 0,52 yang diduga merupakan senyawa flavonoid isokuersitrin (Depkes RI, 2008). Bercak tersebut menunjukkan adanya zona hambat terhadap bakteri S.mutans dan S.epidermidis. Gambar 1. Struktur Isokuersitrin Penelitian serupa dilakukan oleh Wang L. et al. (2013) memperlihatkan bahwa senyawa isokuersitrin dalam ekstrak Fagopyrum tataricum (L.) Gaenech memiliki nilai KHM pada S.epidermidis dan S.aureus sebesar 512 dan 2048 µg/mL. Salah satu bahan kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kenikir dan berkhasiat sebagai antibakteri adalah flavonoid. Mekanisme kerja flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu keutuhan membran sel bakteri. Mekanisme kerjanya dengan mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Juliantina, 2008). Menurut Cushnie dan Lamb (2005) dan Hendra et al., (2011), selain berperan dalam inhibisi pada sintesis DNA-RNA dengan interkalasi atau ikatan hidrogen dengan penumpukan basa asam nukleat, flavonoid juga berperan dalam menghambat metabolisme energi. Senyawa ini akan mengganggu metabolisme energi dengan cara yang mirip dengan menghambat sistem respirasi, karena dibutuhkan energi yang cukup untuk penyerapan aktif berbagai metabolit dan untuk biosintesis makromolekul D. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Ekstrak etanol daun kenikir memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans dan Staphylococcus epidermidis. Nilai KHM ekstrak terhadap S.mutans sebesar 2 % b/v, tetapi KBM-nya belum diketahui. Nilai KHM dan KBM ekstrak terhadap S.epidermidis sebesar 0,5%b/v. 5 2. Golongan senyawa kimia dalam ekstrak kenikir yang bertanggung jawab sebagai antibakteri adalah flavonoid. E. SARAN Perlu dilakukan isolasi dan identifikasi lebih lanjut senyawa-senyawa antibakteri yang terdapat dalam ekstrak etanol daun kenikir (Cosmos caudatus (L.) H.B.K.). F. DAFTAR PUSTAKA Abas, F., Shaari, K., Lajis, N.H., Israf, D.A., & Kalsom, Y.U., 2003, Antioxidative and Radical Scavenging Properties of the Constituents Isolated from Cosmos caudatus Kunth, Nat. Prod. Sciences, 9 (4), 245-248. Cushnie, T.P.T., &A.J. Lamb, 2005, Antimicrobial Activity of Flavanoids, International Journal of Antimicrobial Agents, 26, 343-356 Depkes RI, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi 1, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia, Jakarta. Hendra, R., Ahmad, S., Sukri, A., Shukor, M., & Oskoueian, E., 2011, Flavanoid Analyses and Antimicrobial Activity of Various Parts of Phaleria macrocarpa (Sheff.) Boerl Fruit, International Journal of Molecular Sciences, 12 (6), 3422-3431. Jawetz, E., Melnick, J., & Adelberg E.A.M., 2001, Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta, Penerbit Salemba Medika. Juliantina, F.R, 2008, Manfaat Sirih Merah (Paper crocatum) Sebagai Agen Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Negatif, JKKI-Jurnal Kedokteran dan kesehatan Indonesia Kumar, S., Jyotirmayee, K., & Sarangi, M., 2013, Thin Layer Chromatography : A Tool of Biotechnology for isolation of Bioactive Compounds from Medicinal Plants, International Journl of Pharmaceutical Sciences Review and Research, 18 (1), 126132 Rasdi, Samah, Sule & Ahmed, 2010, Antimikrobial studies of Cosmos caudatus Kunth.(Composite), Journal of Medicinal Plants Research, 4 (8), 669-673. Salma, A., Wulan, Budiyanto, E., Zuliyanti, L., & Astuti, R., 2012, Pemanfaatan Ekstrak Daun Kenikir (Tagetes erectus) sebagai Alternatif Antibakteri Staphylococcus epidermidis Pada Deodoran Parfume Spray, PKM, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta. Unosson, E., Tsekoura, E., Engqvist, H., & Welch, K., 2013, Synergetic inaction of Staphylococcus epidermidis and Streptococcus mutans in a Tio2/H2O2/UV system, Biomatter,3, 4-1 6 Wang, L., Yang, X., Qin, P., Shan, F., & Ren, G., 2013, Flavonoid Composition, Antibacterial and Antioxidant Properties of Tartary Buckwheat Bran Extract, Industrial Crops and Products, 49, 312-317. Wardoyo, G., 2011, Uji Efektifitas Antimikroba Ekstrak Etanol Kenikir (Cosmos caudatus,H.B.K) Terhadap Bakteri Staphyloccous aureus ATCC 6538 Dan Escherichia coli ATCC 11229, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta 7