tingkat kecemasan pada pasien penyakit jantung koroner ber

advertisement
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER BERDASARKAN KARAKTERISTIK PASIEN DI POLIKLINIK JANTUNG RUMAH SAKIT
AL-ISLAM BANDUNG
Anggi Jamiyanti, Rizki Muliani, Siti Jundiah
ABSTRAK
Berdasarkan data Depkes (2005), penyakit jantung koroner menempati urutan ke-5 sebagai penyebab kematian terbanyak dari seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kematian 2.557 orang. Jawa barat
adalah provinsi yang jumlah penderita penyakit jantung cukup banyak di Indonesia, jumlahnya adalah
7.000 orang dengan sebagian besar penderitanya adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung
koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner. Penyakit jantung koroner
pada umumnya akan mengalami kondisi psikologik antara lain gangguan kecemasan. Penyakit jantung koroner itu sendiri merupakan stressor atau suatu ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis dan menurunnya kapasitas untuk melakukan kehidupan sehari-hari Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada pasien penyakit jantung koroner berdasarkan karakteristik di Poliklinik Jantung RS Al-Islam Bandung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan tehnik penarikan sampel menggunakan tehnik accidental sampling dengan jumlah responden
46 orang. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner kecemasan berdasarkan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA). Hasil penelitian didapatkan
bahwa, tingkat kecemasan kecemasan yang paling banyak dialami responden adalah tingkat kecemasan
berat (34,78%), sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat pada perempuan (23,91%),
sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat pada usia lebih dari 61 tahun (23,91%),
sebagian kecil responden yang mengalami tingkat kecemasan berat pada tingkat pendidikan menengah
(19,56%), kurang dari setengahnya responden mengalami tingkat kecemasan berat pada responden yang
tidak bekerja (26,08%). Diharapkan pihak RS Al-Islam Bandung meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien PJK yang mengalami tingkat kecemasan berat, dengan cara melakukan pendekatan
suportif dan memberikan penjelasan tentang penyakit maupun kecemasannya, untuk meningkatkan mekanisme koping pasien.
Kata kunci : Kecemasan, penyakit jantung koroner
ABSTRACT
Based on data from Department of Health (2005), coronary heart disease ranks fifth as the cause
of death of all hospitals in Indonesia by 2557 the number of deaths. West Java was the province of a number
of people with heart disease is pretty much in Indonesia, the numbers are 7,000 people with the majority
of sufferers are coronary heart disease. Coronary heart disease is heart disease caused by narrowing of
the coronary arteries. Coronary heart disease in general will experience psychological conditions such
as anxiety disorders. Coronary heart disease is itself a stressor or a threat to the integrity of the person
covering disability and reduced physiological capacity to perform daily living. The purpose of this study
was to describe the level of anxiety in patients with coronary heart disease based on the characteristics in
the Heart Hospital Polyclinic Al-Islam Bandung. This research is descriptive, with a sampling technique
using accidental sampling technique with a number of respondents 46 people. Techniques of data collection
is done by using a questionnaire anxiety research instrument based on Hamilton Rating Scale for Anxiety
(HRSA). The result showed that, the anxiety level of anxiety experienced by respondents were the most
severe levels of anxiety (34.78%), a minority of respondents experiencing severe levels of anxiety in women
(23.91%), a minority of respondents experiencing severe levels of anxiety at the age of 61 years (23.91%),
a minority of respondents who experience severe anxiety levels at secondary education level (19.56%),
less than half of the respondents experienced severe anxiety levels in those who did not work (26.08%). It
is expected the RS Al-Islam Bandung improve the quality of nursing care in CHD patients who experience
severe anxiety level, by supportive approach and provide an explanation of the disease and anxiety, to increase patient coping mechanisms.
Keywords: Anxiety, coronary heart disease
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September 2012
PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang
disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadin­
ya arterosklerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah
terjadi penimbunan lemak atau plak (plague) pada dinding
arteri koroner, baik diserrtai gejala klinis atau tanpa gejala
sekalipun (Kabo, 2008). Menurut Badan Kesehatan Dunia
(WHO), 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit
jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK). Data WHO
tahun 2011, menyatakan jumlah penderita PJK tercatat se­
banyak 7 juta orang yang meninggal, tahun 2002 tercatat
7,2 juta dan tahun 2008 meningkat menjadi 7,3 juta. Angka
ini akan meningkat hingga 11 juta untuk tahun 2020. Ber­
dasarkan data Depkes (2005), penyakit jantung koroner
menempati urutan ke-5 sebagai penyebab kematian terban­
yak dari seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah
kematian 2.557 orang.
Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Medical
Record RS Al-Islam Bandung Tahun 2011 sampai Maret
2012, angka kunjungan pasien yang di Poliklinik Jantung
selama tahun 2011 cenderung fluktuatif, dan mengalami
peningkatan pada bulan Januari sampai Maret 2012.
Selain dampak fisik seperti gejala angina, PJK juga dap­
at menimbulkan dampak social ekonomi bagi penderitanya.
Angina membatasi aktifitas normal sehari-hari sehingga ia
mempunyai dampak yang negatif terhadap kualitas hidup.
Menurut Parker (2004), satu tahun setelah revaskularisasi
koroner, kira-kira sepertiganya tidak dapat kembali bekerja,
sehingga dampak social dan ekonomi pada pasien PJK san­
gat besar.
Pada dasarnya semua penyakit fisik akan mempengar­
uhi kondisi psikologik seseorang. Demikian juga penderita
penyakit jantung koroner pada umumnya akan mengalami
kondisi psikologik antara lain gangguan penyesuaian, kece­
masan atau depresi (Hawari, 2004).
Pasien dengan PJK akan disertai kecemasan dan PJK
itu sendiri merupakan stressor yang menyebabkan klien
merasa cemas. Selain itu, pasien PJK akan mengalami
angina, dan serangan angina itu sendiri merupakan stres­
sor atau suatu ancaman terhadap integritas seseorang
meliputi ketidakmampuan fisiologis dan menurunnya ka­
pasitas untuk melakukan kehidupan sehari-hari (Stuart &
Sundeen,1998). Kecemasan adalah gangguan alam peras­
aan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan
atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian
masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih da­
lam batas-batas normal (Hawari, 2001). Menurut Achiryani
(2000), kecemasan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Faktor-faktor intrinsik antara lain : usia, jenis ke­
lamin dan pengalaman. Sedangkan faktor ekstrinsik antara
lain : pendidikan, pekerjaan dan kondisi lingkungan.
Dari hasil wawancara pada bulan april dengan perawat
di Poliklinik Jantung RS Al-Islam didapatkan, bahwa ada
pasien PJK yang mengalami kecemasan. Hasil studi penda­
huluan terhadap 10 orang pasien PJK di Poliklinik Jantung
RS Al-Islam Bandung, 3 pasien menunjukan gejala kece­
masan seperti sering merasa cemas dengan penyakitnya,
gelisah dan tegang. Sedangkan 7 orang lainnya tidak men­
galami gejala kecemasan.
Maka berdasarkan fenomena masalah diatas, peneliti
tertarik meneliti tentang tingkat kecemasan pada pasien
penyakit jantung koroner berdasarkan karakteristik di Po­
liklinik Jantung RS Al-Islam Bandung.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah deskriftif. Populasi dalam penelitian ini adalah
Pasien Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RS
Al-Islam Bandung, dari Januari 2011 sampai Maret 2012
sebanyak 1244 orang dengan rata-rata kunjungan per bulan
83 orang. Penelitian ini menggunakan tehnik pengambilan
sampel dengan cara Convenience Sampling (accidental
sampling). Dengan menggunakan rumus Slovin maka uku­
ran sampel minimal dalam penelitian ini adalah 46 orang.
Instrumen penelitian berupa kuesioner tingkat kecemasan
yang diadaptasi dari Hamilton Rating Scale for Anxiety
(HRS-A). Analisis yang digunakan adalah analisis univari­
at dengan melakukan uji proporsi.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan pada Pasien
Penyakit Jantung Koroner Di RS Al-Islam Bandung
Frekuensi
Presentase
Tidak ada
Tingkat Kecemasan
9
19,56
Ringan
7
15,21
Sedang
11
23,91
Berat
16
34,78
Berat Sekali (Panik)
3
7,14
Total
46
100
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
Tingkat
Kecemasan
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
f
%
f
%
Tidak ada
6
13,04
3
6,52
9
19,56
Ringan
2
4,34
5
10,86
7
15,21
Sedang
5
10,86
6
13,04
11
23,91
Berat
5
10,86
11
23,91
16
34,78
Berat Sekali
1
2,17
2
4,34
3
7,14
Total
19
41,27
27
58,67
46
100
Anggi Jamiyanti, Tingkat Kecemasan Pada Pasien Penyakit Jantung....
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden
Berdasarkan Usia
Tingkat
Kecemasan
U s i a
18-40
41-60
Total
61<
f
%
f
%
f
%
f
%
Tidak ada
0
0,00
4
8,69
5
10,86
9
19,56
Ringan
0
0,00
1
2,17
6
13,04
7
15,21
Sedang
1
2,17
5
10,86
5
10,86
11 23,91
Berat
0
0,00
5
10,86
11
23,91
11 34,78
Berat Sekali
0
0,00
2
4,34
1
2,17
3
7,14
Total
1
2,17
17
36,92
28
60,84
46
100
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden
Berdasarkan Pendidikan
Tingkat
Kecemasan
Pendidikan
Rendah
Menengah
Total
Tinggi
f
%
f
%
f
%
f
%
Tidak ada
0
0.00
3
6,52
6
13,04
9
19,56
Ringan
0
0,00
4
8,69
3
6,52
7
15,21
Sedang
0
0,00
8
17,39
3
6,52
11 23,91
Berat
0
0,00
9
19,56
7
10,86
16 34,78
Berat Sekali
0
0,00
2
4,34
1
2,17
3
7,14
Total
0
0,00
26
39,1
20
39,11
46
100
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden
Berdasarkan Pekerjaan
Tingkat
Kecemasan
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
f
%
f
%
f
%
Tidak ada
3
6,52
6
13,04
9
19,56
Ringan
3
6,52
4
8,69
7
15,21
Sedang
4
8,69
7
15,21
11
23,91
Berat
4
8,69
12
26,08
16
34,78
Berat Sekali
0
0,00
3
6,52
3
7,14
Total
14
30,42
32
69,58
46
100
1. Dari tabel 1 diatas menunjukan bahwa tingkat kece­
masan yang paling banyak dialami responden adalah
tingkat kecemasan berat, yaitu sebanyak 16 responden
(34,78%).
2. Dari tabel 2 diatas menunjukan bahwa sebagian kecil
responden mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu
pada perempuan sebanyak 11 orang (23,91%).
3. Dari tabel 3 diatas menunjukan bahwa sebagian kecil
responden mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu
pada responden yang berusia lebih dari 61 tahun yaitu
11 responden (23,91%).
4. Dari tabel 4 diatas menunjukan bahwa, sebagian kecil
responden yang mengalami tingkat kecemasan berat,
yaitu responden yang memiliki tingkat pendidikan me­
nengah yaitu 9 responden (19,56%).
5. Dari tabel 5 diatas menunjukan bahwa kurang dari set­
engahnya responden mengalami tingkat kecemasan be­
rat pada responden yang tidak bekerja, yaitu 12 respon­
den (26,08%).
Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Penyakit Jantung
Koroner di RS Al-Islam Bandung
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kecemasan
yang paling banyak dialami responden adalah tingkat kece­
masan berat, yaitu sebanyak 16 responden (34,78%).
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (afektif)
yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawati­
ran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap
utuh, prilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batasbatas normal (Hawari, 2001).
Menurut pandangan interpersoal kecemasan timbul dari
perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan pe­
nolakan interpersonal yang dapat menimbulkan kecemasan
spesifik, hal ini merupakan respon emosional terhadap pe­
nilaian tersebut kapasitas untuk bertahan hidup tetapi ting­
kat kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan
(Stuart dan Sundeen,1998).
Bagi kebanyakan orang, PJK adalah suatu penyakit
yang amat mengkhawatirkan, dan masyarakat sadar akan
besarnya potensi bahaya yang ditimbulkan. Kecemasan
yang dialami pasien PJK akan berdampak terhadap aktivi­
tas dan perilaku pasien. Cara, sikap atau reaksi orang da­
lam mengahadapi PJK, berbeda satu sama lain dan bersifat
individual. Hal ini tergantung sampai berapa jauhkah ke­
mamuan individu untuk menyesuaikan diri terhadap situasi
yang mengancam kelangsungan hidupnya.
Dalam peelitian ini kebanyakan responden mengalami
kecemasan berat. Hal ini dikarenakan rendahnya penye­
suaian individu terhadap kondisinya. Seperti teori diatas,
bahwa kecemasan merupakan reaksi penyesuaian individu
terhadap situasi yang mengancam.
Untuk mengatasi kecemasan berat pada pasien PJK,
maka perlu adanya pendekatan suportif. Dalam hal ini
yaitu, memberikan dukungan emosi baik itu dari perawat,
keluarga maupun orang terdekat. Peran keluarga bagi pasien
PJK sangat penting, keluarga yang memberikan pengertian
dan kooperatif dalam memberikan perawatan dan doron­
gan emosi, akan sangat membantu dalam penatalaksanaan
kecemasan. Dalam hal respon pasien terhadap pengobatan
sedikitnya ditentukan oleh keluarga dalam memberikan
reaksi terhadap penyakitnya.
Sedangkan peran perawat dalam mengatasi kecemasan
yaitu, memberikan penjelasan tentang penyakit yang dider­
ita pasien, dan menerapkan batasan prilaku mal adaptif
pasien dengan cara memberikan dukungan emosional. Se­
hingga dapat membantu dalam menguasai keadaan teruta­
ma dalam mekanisme koping, sehingga diharapkan pasien
dapat mempunyai koping yang lebih adaptif sehingga ting­
kat kecemasan dapat diatasi atau diturunkan.
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September 2012
Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS Al-Islam Bandung Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa sebagian kecil
responden mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu pada
perempuan sebanyak 11 orang (23,91%). Jenis kelamin
adalah perbedaan atas laki-laki dan perempuan. Peran jenis
kelamin yaitu dengan cara dimana seseorang bertindak se­
bagai wanita dan pria. Para ahli teoritis pembelajaran sosial
percaya bahwa masyarakat mempengaruhi prilaku wanita
maupun pria, dan merupakan sumber utama feminitas dan
maskulinitas (Potter and Perry, 2005).
Perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Dikar­
enakan perempuan lebih peka terhadap emosinya, yang
pada akhirnya peka juga terhadap perasaan cemasnya. Per­
bedaan ini bukan hanya dipengaruhi faktor emosi, tetapi
juga dipengaruhi oleh faktor kognitif. Perempuan cend­
erung melihat hidup atau peristiwa yang dialaminya dari
segi detail, sedangkan laki-laki cara perfikirnya cenderung
global atau tidak detail. Individu yang melihat lebih detail,
akan mudah untuk mengalami kecemasan karena informasi
yang dimiliki lebih banyak dan itu akhirnya bisa menekan
perasaannya (Stuart and Laraia, 2005).
Perempuan cenderung memiliki tingkat kecemasan
yang lebih tinggi dari pada laki-laki, keadaan ini disebabkan
perempuan lebih merasakan kecemasan dalam menghadapi
permasalahan yang menimpa dirinya. Hal in sesuai dengan
teori diatas bahwa perempuan cenderung lebih peka dan
detail dalam melihat peristiwa dalam kehidupannya. Seh­
ingga mepempuan akan memiliki tingkat kecemasan yang
lebih tinggi. Berdasarkan uraian diatas maka didapatkan
dapat diasumsikan bahwa jenis kelamin berpengaruh terh­
adap tingkat kecemasan pasien PJK.
Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Penyakit Jantung
Koroner di RS Al-Islam Bandung Berdasarkan Usia
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa sebagian kecil
responden mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu pada
responden yang berusia lebih dari 61 tahun yaitu 11 respon­
den (23,91%). Usia adalah waktu hidup (Kamus besar Ba­
hasa Indonesia, 2010). Sedangkan menurut Depkes (2007),
usia adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun
yang yang dihitung sejak lahir sampai berulang tahun yang
terakhir.
Usia merupakan salah satu faktor internal dari faktor
presipitasi yang mempengaruhi kecemasan. Dalam pene­
litian ini didapatkan hasil bahwa kebanyakan responden
berusia lebih dari 61 tahun. Menurut Hurlock (2002), usia
lebih dari 61 tahun merupakan masa lanjut usia. Gejala-ge­
jala kecemasan yang dialami oleh lanjut usia seperti peras­
aan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian
yang akan terjadi, sulit tidur sepanjang malam, rasa tegang
dan cepat marah, sering mengeluh akan gejala yang ringan
atau khawatir terhadap penyakit yang berat, misalnya kank­
er yang sebenarnya tidak dideritanya, sering membayang­
kan hal-hal yang menakutkan, rasa panik terhadap masalah
yang ringan (Maryam dkk., 2008).
Kecemasan pada lansia adalah hal yang paling sering
terjadi. Sebagian besar lansia mengalami kecemasan seir­
ing dengan bertambahnya usia. Usia lanjut dipandang seba­
gai masa degenerasi biologis yang disertai dengan berbagai
penderitaan seperti beberapa penyakit dan keudzuran serta
kesadaran bahwa setiap orang akan mati, maka kecemasan
akan kematian menjadi masalah psikologis yang penting
pada lansia, khususnya lansia yang mengalami penyakit
kronis. (Nugroho, 2000).
Kecemasan akan kematian dapat berkaitan dengan
datangnya kematian itu sendiri, dan dapat pula berkaitan
dengan caranya kematian serta rasa sakit atau siksaan yang
mungkin menyertai datangnya kematian. Namun, ada ben­
tuk kecemasan spesifikasi yang didasarkan pada usia indi­
vidu. Umumnya, kecemasan ini merupakan suatu pikiran
yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekha­
watiran, rasa tidak tenang, dan perasaan yang tidak baik
atau tidak enak yang tidak dapat dihindari oleh seseorang
(Hurlock, 2002).
Kecemasan lansia yang mengalami penyakit kronis
dalam menghadapi kematian diantaranya adalah terjadin­
ya perubahan yang drastis dari kondisi fisiknya yang me­
nyebabkan timbulnya penyakit tertentu dan menimbulkan
kecemasan seperti gangguan penceranaan, detak jantung
bertambah cepat berdebar-debar akibatdari penyakit yang
dideritanya kambuh, sering merasa pusing, tidur tidak ny­
enyak, nafsu makan hilang. Kemudian secara psikologis
kecemasan lansia yang mengalami penyakit kronis dalam
menghadapi kematian adalah seperti adanya perasaan kha­
watir, cemas atau takut terhadap kematian itu sendiri, tidak
berdaya, lemas, tidak percaya diri, ingin bunuh diri, tidak
tentram, dan gelisah.
Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Penyakit Jantung
Koroner di RS Al-Islam Bandung Berdasarkan Pendidikan
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa, sebagian kecil
resonden yang mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu
responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah
yaitu 9 responden (19,56%). Menurut Notoatmodjo (2003),
konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang
berarti didalam pendidikan iti terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa
lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok
atau masyarakat.
Menurut Y. B Mantra yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang ter­
masuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama
motivasi untuk sikap, berperan serta dalam pendidikan
diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan.
Pada umumnya, cakupan pengetahuan atau keluasan
wawasan seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pendidi­
kan. Semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang, maka
kecenderungan dalam hal menerima dan memahami infor­
masi dari berbagai sumber akan semakin mudah. Sehingga
dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dialaminya.
Menurut Broewer (1983) (dalam Hawari, 2001) menge­
mukakan bahwa klien dengan pendidikan tinggi akan lebih
mampu mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan
Anggi Jamiyanti, Tingkat Kecemasan Pada Pasien Penyakit Jantung....
konstruktif dari pada seseorang dengan pendidikan
rendah. Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan in­
dividu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri
dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang men­
gancam (Keliat, 1999)
Hasil penelitian diatas menggambarkan bahwa tingkat
pendidikan responden berpengaruh terhadap tingkat kece­
masan yang dialaminya, hal ini dibuktikan responden yang
mengalani tingkat pendidikan rendah cenderung mengalami
tingkat kecemasan berat. Maka dapat diasumsikan bahwa
makin rendah pendidikan seseorang, maka tingkat kece­
masan yang dialami semakin meningkat. Hal ini berkaitan
dengan pengetahuan yang kurang dan mekanisme koping
individu yang tidak efektif.
Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Penyakit Jantung
Koroner di RS Al-Islam Bandung Berdasarkan Pekerjaan
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa kurang dari
setengahnya responden mengalami tingkat kecemasan be­
rat pada responden yang tidak bekerja, yaitu 12 responden
(26,08%). Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, beru­
lang-ulang dan banyak tantangan (Nursalam, 2001).
Pekerjaan adalah kesibukan yang dilakukan untuk
menunjang kehidupannya dan keluarga. Anderson (1974)
dalam Notoatmodjo (2003) memasukan kesibukan peker­
jaan kedalam kelompok predisposisi yang mencangkup
pangetahuan dan sikap masyarakat, tingkat pendidikan dan
social ekonomi.
Seseorang yang bekerja akan mempunyai banyak pen­
galaman dalam menyelsaikan masalah, dan secara tidak
langsung dapat meningkatkan keterampilan dalam meng­
gunakan koping yang lebih konstruktif. Keterampilan
menggunakan koping yang konstruktif dapat menurunkan
tingkat kecemasan.
Pekerjaan berhubungan dengan tingkat pendapatan,
seseorang yang mendapatkan penghasilan yang semakin
tinggi maka kecemasan akan semakin berkurang dari as­
pek biaya pengobatannya. Pekerjaan responden dapat
mempengaruhi kecemasannya dalam nenjalani kehidupan
sehari-harinya sebagai pasien dengan PJK. Hal ini disebab­
kan karena responden yang tidak bekerja merasa tidak da­
pat hidup produktif, merasa menjadi beban atau tanggung
jawab keluarga dan cemas akan biaya pengobatannya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran tingkat
kecemasan pada pasien penyakit jantung koroner berdasar­
kan karakteristik di Poliklinik Jantung RS Al-Islam Band­
ung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat kecemasan yang paling banyak dialami respon­
den adalah tingkat kecemasan berat.
2. Sebagian kecil responden mengalami tingkat kece­
masan berat, yaitu pada perempuan.
3. Sebagian kecil responden mengalami tingkat kece­
masan berat, yaitu pada responden yang berusia lebih
dari 61 tahun (masa lanjut usia).
4. Sebagian kecil resonden yang mengalami tingkat ke­
cemasan berat, yaitu responden yang memiliki tingkat
pendidikan menengah
5. Kurang dari setengahnya responden mengalami tingkat
kecemasan berat pada responden yang tidak bekerja.
Saran
Bagi Pelayanan Keperawatan
Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien
PJK yang mengalami tingkat kecemasan berat. Dengan cara
melakukan pendekatan suportif seperti konseling dan mem­
berikan penjelasan tentang penyakit maupun kecemasan­
nya, untuk meningkatnkan mekanisme koping pasien.
Bagi Institusi Penelitian
Meningkatkan pelayanan pada pasien penyakit jantung
koroner yang mengalami kecemasan terutama di Poliklinik
Jantung, dengan cara lebih bemberikan sumber informasi
tentang kondisi penyakit dan pengobatan, juga mengada­
kan konseling psikologi tentang kecemasannya.
Bagi Penelitian Selanjutnya
Karena penelitian ini hanya meneliti tentang tingkat ke­
cemasan saja, beberapa hal yang masih belum tergali lebih
mendalam pada kasus dengan penyakit jantung koroner.
Oleh karena itu maka peneliti selanjutnya disarankan untuk
menggali lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini Prof., dr. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Pu­
tra
_________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : PT Rineka Putra
Balck, J And Hawk, J. 2005. Medical-Surgical Nursing :
Clinical Management For Positive Outcomes. Edisi 7
Volume 1. Elsevier Saunders : Universitas Michigan
Brunner and Suddarth. 2000. Keperawatan Medical Bedah.
Jakarta : EGC
Corwin J, Elizabeth. 2007. Buku Saku Patofisiologi Ed. 2.
Jakarta : EGC
Depdikbud. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta
: Balai Pustaka
Hamid, Achir Yani. 2000. Buku Pedoman Askep Jiwa-1
Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawa­
tan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik In­
donesia
Hawari, Dadang. 2001. Manajemen stress, cemas, dan
depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Hawari, Dadang. 2009. Psikometri Alat Ukur (Skala) Kes­
ehatan Jiwa. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
http://www.ccheart.com.cn/ccheart2010/fujian/2007%20
ACC%20AHAjizhenshi.PDF diakses pada tanggal
30 Mei 2012
Hurlock, Elizabeth. (2002). Psikologi Perkembangan Edisi
5. Jakarta: Erlangga
Kabo, Peter Prof., dr. 2008. Mengungkap Pengobatan Pe­
nyakit Jantung Koroner Kesaksian Seorang Ahli
Jantung dan Ahli Obat. Jakarta : PT Gramedia Pus­
taka Utama
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September 2012
Kaplan, H, Sudock, N. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bi­
narupa Aksara
Keliat, Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri. Edisi 1.
Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Maryam, R, Siti, et. al. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan
Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Neal J, Micheal. 2006. At a Galance Farmakologi Medis.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Notoatmodjo. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan
Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan I. Yogyakarta :
Andi Offset
Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Metodelogi Penelitian
Kesehatan­Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi
Kedua. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2001. Pendekatan praktis metodologi Riset Kep­
erawatan. Jakarta. Info Medika
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Sa­
lemba Medika
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Keperawatan Dasar:
Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: Pener­
bit Buku Kedokteran EGC
Ridwan. 2005. Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta
Smeltzer, S And Bare, B. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedok­
teran EGC
STKes. 2009. Buku Panduan Penulisan & Penyusunan
Skripsi. Bandung : STIKES BK
Stuart and Laraia. 2005. Principle and Practice Of Psychiat­
ric Nursing. Edisi 6. St. Louis : Mosby Year Book
Stuart, G. W, Sundeen, JS. 1998. Keperawatan Jiwa Edisi
III. Jakarta : EGC
Sugiono, Prof, Dr, 2010. Metodelogi Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta
Suliswati, et. al. 2005. Metode Pengukuran Penelitian Kep­
erawatan Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Erlangga
www.compas.com, 2006 diakses pada tanggal 27 April
2012
www.detiknews.com, 2007 diakses pada tanggal 26 April
2012
www.republika.co.id, 2007 diakses pada tanggal 27 April
2012
www.sinarharapan.com, 2007 diakses pada tanggal 27
April 2012
www.who.int, 2011 diakses pada tanggal 25 April 2012
www.wikipedia.org, 2004 diakses pada tanggal 27 April
2012
Yahya A, Fauzi. 2010. Menaklukan Pembunuh No. 1 :
Mencegah dan Mengatasi Penyakit Jantung Koroner
Secara Tepat dan Cepat. Bandung : PT Mizan Pus­
taka
Download