Fapet Menangkan Lomba Drama Komedi Dikirim oleh humas1 pada 30 Januari 2010 | Komentar : 0 | Dilihat : 10804 Penampilan Drama Komedi Fapet UB Fapet Menangkan Lomba Drama Komedi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (UB) menangkan lomba drama komedi yang diselenggarakan dalam rangka peringatan Dies Natalies UB ke-47. Lomba yang diselenggarakan selama dua hari (29-30/1) ini diikuti oleh enam fakultas. Mereka adalah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dengan judul "Ronda", Fakultas Ilmu Administrasi (FIA): "Lho..Mati Aku", Fakultas MIPA: "Jare Bola Lha Kok Ireng", Fakultas Kedokteran (FK): "Legenda Patung Liberty", Fakultas Peternakan (Fapet): "Ande-Ande Lumut" dan Fakultas Teknologi Pertanian: "Onde-Onde Luput". "Sedianya sembilan fakultas akan mengikuti kegiatan ini namun mereka mengundurkan diri karena berbagai kendala diantaranya masalah teknis", ucap Ketua Pelaksana, Rifqi Andi Alcaf kepada PRASETYA Online di gedung Student Centre, tempat berlangsungnya acara. Mahasiswa FIA angkatan 2006 ini lebih lanjut mengemukakan, pementasan drama komedi ini terselenggara atas kerjasama panitia Dies Natalies dengan komunitas teater UB, "Kutub". "Kami sengaja mengangkat drama komedi agar terdapat alur cerita didalamnya. Selain itu harapannya juga ada pesan moral yang mampu disampaikan sehingga tidak hanya sekedar melucu", kata Rifqi. Tiga orang juri yang berpengalaman dalam dunia seni teater pun dihadirkan, yaitu Darmanto Rajab (Universitas Kanjuruhan), Andrian Zulkarnaen (anggota komunitas teater independen di Kota Malang, "Pilar") serta Muhammad Hidayatullah (penggiat teater kampus). Disela-sela acara, salah seorang juri, Muhammad Hidayatullah menyampaikan bahwa mayoritas peserta memiliki kelemahan dalam penguasaan teknis seperti vokal, moving dan blocking. "Sebagian besar naskah peserta sudah bagus, mungkin karena terbiasa menulis. Tetapi pemainnya kurang bisa mementaskan dengan baik di panggung", ujar alumni Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya yang juga aktif membina teater kampus sebuah perguruan tinggi swasta di Malang ini. Selain itu ia juga menyoroti kurangnya kemampuan pemain untuk membuat pementasan yang menarik bagi penonton. "Penonton sebuah pertunjukan seni itu datang untuk menikmati pementasan yang disajikan. Dengan pemampilan yang atraktif harapannya mereka akan terhibur. Yang disini saya melihat mereka semua pendukung yang dikerahkan sehingga lebih cenderung dipolitisir untuk merekayasa kemeriahan acara", tambahnya. Meskipun begitu, ia menganggap hal ini sebagai sesuatu yang bisa dimaklumi dalam sebuah perlombaan pementasan. Hanya saja ia menyinggung kurangnya pemain dalam menarik penontonnya untuk terlibat. "Saya melihat penonton kurang dilibatkan dalam pementasan ini. Jika ingin membuat pementasan komedi yang melibatkan penonton seperti dalam acara lenong, maka seharusnya mereka berada pada ruang estetis, yaitu ruang antara tempat pementasan dan penonton. Dan bukan di panggung seperti saat FK pentas, dimana terlihat ada penonton di panggung bagian belakang", tambahnya. Dengan empat kriteria penilaian yaitu konsep, penampilan, harmonisasi dan artistik, Fapet akhirnya terpilih menjadi pemenang, mengungguli FIA (juara II) dan FK (juara III). Selain itu, naskah terbaik juga jatuh di tangan FIA. Atas prestasi ini, maka para pemenang berhak atas hadiah berupa tropi dari panitia Dies Natalies UB ke-47. Improvisasi Membawa Kemenangan Diwawancarai PRASETYA Online, Dr. Ir. Sri Minarti, MP (manajer) mengungkapkan bahwa pihaknya hanya memiliki waktu empat hari untuk pentas ini. Dengan disutradarai seorang mahasiswa, Ahmad Abid Wahyudi (mahasiswa jurusan Nutrisi ternak angkatan 2005), Fapet melibatkan dosen dan karyawan dalam pementasan ini, sesuai dengan aturan yang ditetapkan panitia. "Kami sebisa mungkin mengikuti aturan yang ditetapkan, seperti waktu pentas tidak lebih dari 40 menit, tidak mengandung unsur pornografi, pemain tidak lebih dari 15 orang serta melibatkan dosen dan karyawan sebagai pemain inti", ujar Minarti. "Dengan pemain berpendidikan minimal S2, mereka sangat susah diatur. Ketika latihan semuanya menjadi sutradara", guraunya meskipun telah melibatkan Abid yang juga penggiat teater Koboi milik Fapet. Meskipun begitu, dirinya merasa terkejut dengan improvisasi para pemain ketika di panggung. "Saya terkejut dengan improvisasi para pemain. Mereka bahkan mampu menjiwai dan memainkan peran lebih dari yang ada pada latihan selama ini", kata dia. Dengan dana sekitar Rp 5 juta yang diantaranya digunakan untuk sewa kostum, Minarti mengaku bangga dengan prestasi yang diraih. Selain itu, Minarti yang juga menjadi Kepala Bidang Seni yang Diperlombakan dalam Dies Natalies UB ke-47, secara khusus berharap agar pemain yang berbakat dalam ajang ini dapat dilatih secara khusus agar dapat melakukan pementasan dalam berbagai event yang terselenggara di kampus. [nok] Artikel terkait Dekan Fapet UB : Halal Bihalal Ialah Media Silaturahmi Manfaatkan Feses Ayam, Mahasiswa UB Boyong Penghargaan dari Negeri Jiran Beras Analog "Betul"Antarkan Mahasiswa Fapet Juara 3 Nasional Dosen Undana NTT Raih Gelar Doktor di Fapet UB Dosen Fapet Berkunjung ke Wageningen University