BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita bangsa Indonesia merasa berbangga hati memiliki keanekaragaman budaya bangsa yang tersebar di seluruh persada Nusantara. Walaupun berbeda tetapi tetap mempunyai ciri-ciri kesamaan, sebagaimana terkandung dalam arti lambang negara kita Bhineka Tunggal Ika. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk terdiri dari berbagai suku bangsa dan mendukung kebudayaan yang berbeda-beda. Dengan pembangunan diharapkan setiap suku bangsa memperoleh kesempatan dan kecepatan yang sama dalam menuju ke kehidupan modern sesuai dengan tujuan pembangunan itu sendiri. Namun demikian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dengan corak masyarakatnya yang majemuk itu dihubungkan dengan tujuan pembangunan terdapat suatu masalah yang berkaitan dengan suku-suku bangsa . Seperti halnya dengan Suku bugis di Makassar. Suku Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku Deutero-Melayu, atau Melayu muda. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Orang Bugis zaman dulu menganggap nenek moyang mereka adalah pribumi yang telah didatangi titisan langsung dari “dunia atas” yang “turun” (manurung) atau dari “dunia bawah” yang “naik” (tompo) untuk membawa norma dan aturan sosial ke bumi (Pelras, The Bugis, 2006. Di ambil dari I La Galigo yang merupakan karya sastra klasik yang lahir di tanah bugis, sulawesi selatan. merupakan karya sastra terpanjang di dunia, melebihi Mahabrata dan Homerus dari Yunani. Yang ditetapkan sebagai UNESCO sebagai warisan dunia. Sayangnya di Indonesia sendiri kita jarang mengenal tentang I La Galigo, bahkan di tanah kelahirannya saja banyak orang tidak mengetahui tentang I La Galigo. Karya I La Galigo merupakan satu-satunya dukumen tertulis yang dimiliki oleh orang bugis jauh sebelum islam datang ke Sulawesi Selatan, Karena itu, I La Galigo merupakan bukti peninggalan kebudayaan orang Bugis yang paling tua dan lama, mendahului peradaban peradaban Islam di Sulawesi Selatan. La galigo yaitu pelukisan manusia-manusia luar biasa. Tentang permulaan terciptanya dunia yg dihuni oleh keturunan dewa (patotoe’) dengan tokoh utama Sawerigading yang menjadi perwujudan tata tertib dan permasyarakatan Sulawesi Selatan hingga kini. terlebih lagi jarang ada penggambaran visual tentang kisah ini. La Galigo bukanlah epos, dia adalah prasejarah, sejarah sebagaimana orang bugis melihatnya. Dan dengan demikian nilai-nilai yang di anut orang bugis sangat menarik untuk digali lebih dalam lagi untuk ditelusuri agar nilai kekayaan nusantara kita tidak punah demi mmelestarikan budaya bugis maka di angkatlah topik tersebut untuk saya jadikan sebuah buku yang mampu menjadi media publikasi yang bersifat promosi tentang La Galigo sebagai warisan budaya kebudayaan bugis dari berbagai aspek. 1.2 Ruang Lingkup Tugas Akhir Berangkat dari data diatas dan dalam kaitannya dengan bidang Desain Komunikasi Visual, proyek desain ini mencoba untuk membuat sebuah publikasi I La Galigo sastra terpanjang sebagai warisan kebudayaan suku bugis di Sulawesi selatan dengan cara melakukan perancangan buku. Diharapkan agar menambah ketertarikan orang untuk menggali lagi lebih dalam tentang I La Galigo karena tidak ada sebelumnya sebuah buku yang menceritakan I La Galigo kedalam sebuah buku illustrasi.