Pelatihan Manajemen Diri Bagi Guru Taman Kanak

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014
ISBN 978-602-14930-3-8
Purwokerto, 20 Desember2014
Pelatihan Manajemen Diri Bagi Guru Taman Kanak-Kanak Untuk Mengatasi
Prokastinasi
Retno Dwiyanti
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl Raya Dukuh Waluh PO BOX 202 Purwokerto 53182
Email: [email protected]
ABSTRAK
Manajemen diri dimaksudkan untuk mengenali diri secara menyeluruh (konsep diri), mengidentifikasi secara
jelas tujuan apa yang ingin dicapai, paham betul apa pentingnya mencapai tujuan tersebut, mengontrol dan
mengelola diri (tingkah laku emosi), melakukan evaluasi diri atas apa yang telah dilakukan serta paham tentang
insentif-insentif yang akan diperoleh akibat tindakan yang dilakukan. Kegiatan Pelatihan ini bertujuan untuk
memberi pengetahuan pada guru taman kanak-kanak tentang Prokastinasi, meningkatkan kemampuan guru dalam
mengelola diri (Self Manajemen), dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola diri terutama untuk
mencegah prokastinasi. Metode yang digunakan adalah ceramah, brainstorming, simulasi, kuesioner, dan diskusi.
Hasil dari pelatihan ini adalah tipe prokastinasi yang biasa terjadi pada guru taman kanak-kanak adalah (1) The
tense-afraid type, (2) The relaxed type. Sedangkan Pengelolaan diri yang pertama adalah keterbukaan diri, yang
hasilnya adalah sebanyak 65 % peserta berani terbuka apa adanya tentang dirinya, dan sebanyak 35 % peserta
kurang terbuka tentang dirinya. Pengelolaan diri yang kedua adalah tentang Konsep diri atau gambaran seseorang
tentang dirinya sendiri, yang hasilnya adalah sebanyak 81 % peserta konsep dirinya cenderung positif, dan 19 %
peserta merasa konsep dirinya cenderung negatif, diantaranya adalah : malas, selalu ragu-ragu, tidak bisa apaapa, tidak percaya diri, tergantung, egois, mudah goyah, membosankan, tidak ideal, mudah putus asa, semau gue,
dan penuh dosa.
Kata kunci : Prokastinasi, Guru Taman Kanak – Kanak, Manajeme diri
PENDAHULUAN
Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia tentu menjadi syarat mutlak
yang harus dilakukan agar bangsa Indonesia tidak tenggelam di lautan luas persaingan dunia. Konsep tentang
sumber daya manusia yang berkualitas pada dasarnya ditentukan oleh indikator utama antara lain disiplin, kreatif,
dan memiliki etos kerja yang tinggi. Seseorang dikatakan mempunyai kualitas sumber daya manusia yang tinggi jika
ia dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan adanya kedisiplinan, kreatifitas, maupun etos kerja yang tinggi
dalam mengerjakan setiap tugas yang dimilikinya.
Kenyataannya untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berpartisipasi tinggi
bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut berkaitan dengan sikap mental negatif yang dimiliki karyawan. Mendukung
asumsi tersebut McGregor (Saydam, 1996) mengemukakan pada dasarnya setiap manusia suka akan kebebasan dan
tidak mau diperintah, kurang suka memikul tanggung jawab, tidak mau bekerja sama, suka mementingkan diri
sendiri, mau bekerja yang ringan dengan penghasilan yang besar, seringnya karyawan melakukan pelanggaran
misalnya, malas mengikuti rapat, terlambat datang di tempat kerja, atau menunda-nunda pekerjaan. Indikasiindikasi
tersebut mengarah pada perilaku yang tidak dapat memanfaatkan waktu secara efektif.
Perilaku tidak menghargai waktu dalam literature ilmiah psikologi disebut sebagai prokrastinasi
(procrastination). American College Dictionary (Burka dan Yuen, 1983) menjelaskan tentang prokrastinasi sebagai
menangguhkan suatu tindakan untuk melaksanakan suatu tugas yang akan dilaksanakan pada waktu atau hari
lainnya. Pendapat ini sejalan dengan ulasan Ellis dan Knaus (Rachmahana, 2002) yang mendefinisikan prokrastinasi
sebagai suatu kegagalan untuk memulai maupun menyelesaikan suatu pekerjaan atau aktivitas pada waktu yang
telah ditentukan. Prokrastinasi tidak terjadi dengan sendirinya, ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Seperti
dikemukakan oleh Ferrari (1995) banyak faktor yang mendasari individu melakukan prokrastinasi. Faktor tersebut
adalah faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah lingkungan yang berada di luar individu.
Lingkungan di luar individu tersebut meliputi kondisi lingkungan yang mendasarkan pada hasil akhir dan
lingkungan yang laten. Sedangkan faktor internal meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis individu. Kondisi
442
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014
ISBN 978-602-14930-3-8
Purwokerto, 20 Desember2014
fisik pekerja dapat digambarkan sebagai riwayat kesehatan yang dimiliki atau penyakit yang pernah dialami.
Sedangkan yang dimaksud kondisi psikologis individu mencakup wilayah aspek kepribadian yang dimiliki seorang
pekerja atau pegawai yang terdiri dari self regulation, motivasi, self esteem, tingkat kecemasan, self monitoring, self
consciousness, self control, self critical, dan yang terakhir adalah self efficacy.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Aitken (Rachmahana, 2002) menyatakan bahwa prokrastinasi yang
terjadi dalam masyarakat pada umumnya berkisar antara 25% sampai 70%. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan
oleh Green (1992) menjelaskan bahwa dampak dari prokrastinasi adalah adanya penurunan kualitas kehidupan
seseorang yang berakibat pada rendahnya kepuasan hidup procrastinator tersebut. Seorang prokrastinator akan
mengalami ketidaknyamanan psikologis yang dapat menyusahkan individu tersebut misalnya rasa bersalah dan
penyesalan yang mendalam akibat tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan tepat waktu. Penelitian ini
mengindikasikan bahwa prokrastinasi dapat meningkatkan stress maupun rasa sakit. Mendukung kedua pendapat
dan hasil penelitian di atas Mc. Cown dan Johnson (1994) melengkapi adanya hubungan antara prokrastinasi dengan
tingkat kekhawatiran, tekanan, dan sakit yang tinggi yang dialami oleh prokrastinator.
Prokrastinasi telah menjadi fenomena di dalam masyarakat. Anon (Damayanti 2006) menyatakan bahwa
semua individu di dunia ini dari kalangan mana saja mereka berasal, sedikitnya 95% dari mereka melakukan
prokrastinasi dengan frekuensi kadang kala dan sekitar 15 – 20% diantaranya telah melakukan prokrastinasi secara
konsisten. Pendapat Anon (Damayanti 2006) di atas dapat diinterpretasikan bahwa prokrastinasi dapat terjadi di
mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja tak terkecuali di lingkungan kerja guru taman kanak-kanak.
Prokrastinasi yang kerap mewarnai keseharian guru taman kanak-kanak dalam pelaksanaan tugasnya
akan membawa konsekuensi negatif yang dapat merusak pola peraturan yang ada jika dilakukan dengan alasan yang
kurang tepat. Pelaku prokrastinasi (prokrastinator) sebenarnya menyadari bahwa dirinya telah melakukan
prokrastinasi tetapi seringkali tidak kuasa untuk menghentikannya. Seorang prokrastinator akan membuang
waktunya dengan sia-sia dan percuma. Pekerjaan mereka menjadi terbengkalai sehingga tidak dapat menyelesaikan
tugas-tugas pada waktunya atau meski dapat menyelesaikan, hasil yang diperoleh tidak dapat maksimal. Hal ini
sesuai dengan yang diungkap oleh Wulan (2000) bahwa prokrastinasi dapat menyebabkan seseorang kehilangan
peluang dan kesempatan yang datang.
Ikatan Guru Taman Kanak-kanak (IGTK) merupakan organisasi profesi yang anggotanya terdiri dari guru
taman kanak-kanak. Organisasi ini merupakan tempat untuk meningkatkan profesionalisme para guru taman kanakkanak. Untuk itu, IGTK mengadakan pertemuan rutin sebulan sekali yang dikoordinir oleh pengurus.
Permasalahnnya adalah upaya peningkatan profesionalisme belum dilakukan secara rutin, karena setiap kali
pertemuan lebih sering mendiskusikan masalah organisasi.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam menjalankan tugasnya di sekolah para guru sudah berusaha
sebaik-baiknya berdasarkan panduan yang ada. Namun karena guru taman kanak-kanak hampir sebagian besar
wanita dan ibu rumah tangga menunda pekerjaan itu hampir pernah dilakukan oleh semua guru.
Perilaku prokrastinasi merupakan salah satu indikasi lemahnya manajemen diri yang dimiliki individu.
Tidak optimalnya manajemen diri yang dimiliki oleh individu menyebabkan individu sulit mengendalikan perasaan,
tingkah laku dan pikiran dalam menyelesaikan tujuan. Asumsi ini ditegaskan oleh Juana (2000) bahwa individu
mengatur dan mengelola diri sendiri dalam hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan, waktu dan pencapaian
tujuan diri. Pendapat yang relevan diutarakan oleh Prijosaksono (2001) yang mengemukakan manajamen diri adalah
kemampuan individu untuk mengendalikan sepenuhnya keberadaan diri secara keseluruhan (fisik, emosi, mental
atau pikiran, jiwa maupun rohnya) dan realita kehidupannya dengan memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya.
Self management adalah melakukan hal-hal seperti biasanya menyangkut diri sendiri dengan kebebasan dan spontan.
Secara khusus seharusnya pemahaman manajemen diri harus diletakkan dalam konteks praktek. Artinya, untuk
dapat menjadi “cocreator” atas realitas kehidupan, individu harus menguasai sejumlah keterampilan khusus untuk
menerapkan manajemen diri dalam kehidupan. Keterampilan tersebut antara lain kemampuan untuk menurunkan
frekuensi gelombang otak dan memasuki alam pikiran bawah sadar (tenik relaksasi dan meditasi), teknik afirmasi,
teknik visualisasi, dan teknik membuat jangkar emosi.
Seperti yang dikemukakan Goleman (2000) bahwa dengan menerapkan manajemen diri, individu dapat
menciptakan realitas kehidupan sesuai dengan misi dan tujuan hidup. Baik itu berupa kebebasan finansial,
pengembangan karir dan pekerjaan, hubungan yang lebih baik dengan keluarga, sesama, dan terutama dengan
Tuhan, serta kesehatan yang terpelihara. Manajemen diri dimaksudkan untuk mengenali diri secara menyeluruh
443
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014
ISBN 978-602-14930-3-8
Purwokerto, 20 Desember2014
(konsep diri), mengidentifikasi secara jelas tujuan apa yang ingin dicapai, paham betul apa pentingnya mencapai
tujuan tersebut, mengontrol dan mengelola diri (tingkah laku emosi), melakukan evaluasi diri atas apa yang telah
dilakukan serta paham tentang insentif-insentif yang akan diperoleh akibat tindakan yang dilakukan.
Manajemen diri yang dimiliki oleh seseorang diharapkan dapat mencegah prokrastinasi yang telah
menjadi suatu kebiasaan dan menimbulkan berbagai konsekuensi yang negatif, seperti waktu menjadi terbuang siasia dan tugas-tugas menjadi terbengkelai.
TUJUAN
Kegiatan Pelatihan ini bertujuan untuk memberi pengetahuan pada guru taman kanak-kanak tentang
Prokastinasi, meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola diri (Self Manajemen), dan meningkatkan
kemampuan guru dalam mengelola diri terutama untuk mencegah prokastinasi.
METODE PELAKSANAAN
A.
Kerangka Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah yang ditawarkan dalam kegiatan ini adalah Pelatihan Manajemen Diri bagi guru
Taman kanak-kanak untuk menyelesaikan masalah Prokastinasi kerja, yang berisi tentang : Mengidentifikasi
prokastinasi kerja pada guru Taman kanak-kanak dan bagaimana mengelola diri.
B.
Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dari kegiatan ini adalah guru Taman Kanak-kanak di Kecamatan Purwokerto Utara.
C.
Metode yang Digunakan
Dalam kegiatan ini akan digunakan metode sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Ceramah, untuk memberikan pengetahuan kepada peserta tentang Prokastinasi , Dampak prokastinasi, dan
pengetahuan tentang manajemen diri, serta bagaimana mengelola diri.
Brainstorming, untuk mengidentifikasikan prokastinasi yang terjadi pada guru di sekolah maupun di luar
sekolah.
Simulasi, untuk mempraktekkan berbagai macam strategi manajemen diri.
Kuesioner, untuk mengetahui konsep diri dan kepercayaan diri yang digunakan dalam mengelola diri dalam
mengatasi permasalahan prokastinasi kerja.
Diskusi, mendiskusikan manajemen diri yang efektif dalam menyelesaikan permasalahan prokastinasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelatihan manajemen diri bagi guru Taman kanak-kanak untuk menyelesaikan prokastinasi kerja diawali
dengan memberikan pengetahuan dasar tentang prokastinasi kerja. Materi prokastinasi kerja menekankan pada tipe
prokastinasi, faktor-faktor yang mendasari individu melakukan prokastinasi, dan dampak prokastinasi. Setelah
menyampaikan materi, melakukan brainstorming dengan peserta yang hasilnya sebagai berikut :
a. Tipe prokastinasi yang biasa terjadi pada guru taman kanak-kanak adalah (1) The tense-afraid type, yaitu
seseorang yang sering merasa berada di bawah tekanan untuk mencapai sukses dan selalu merasa takut gagal
sehingga melakukan prokrastinasi, contohnya: tidak mempunyai tujuan, tidak realistik, tidak dapat memutuskan,
tidak puas, tidak percaya diri, dll; (2) The relaxed type, yaitu tipe orang tidak mau mengambil pusing dengan
tugas yang sedang atau harus dikerjakan, merasa bisa melakukannya dilain waktu dan lebih memilih melakukan
sesuatu yang lebih menyenangkan.
b. Faktor-faktor yang mendasari guru taman kanak-kanak melakukan prokastinasi diantaranya adalah : lingkungan
dan kondisi psikologis individu.
c. Pengelolaan diri dalam mengatasi prokastinasi kerja
444
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014
ISBN 978-602-14930-3-8
Purwokerto, 20 Desember2014
d. Langkah-langkah atau Bagaimana mengelola diri agar terhindar dari prokastinasi.
Berdasarkan identifikasi tentang prokastinasi tersebut maka guru taman kanak-kanak perlu mengelola diri
dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai guru. Pemahaman peserta tentang prokastinasi diindikasikan oleh
beberapa pertanyaan tentang menunda pekerjaan atau malas menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan tentang
manajemen diri diindikasikan melalui beberapa pertanyaan tentang emosi marah.
Setelah peserta memahami tentang prokastinasi dan manajamen diri , peserta diberi kuesioner untuk
mengetahui bagaimana peserta dalam mengelola dirinya. Pengelolaan diri yang pertama adalah keterbukaan diri,
peserta diminta mengisi workseet keterbukaan diri yang hasilnya dari 37 peserta adalah sebagai berikut :
1. Sebanyak 65 % peserta berani terbuka apa adanya tentang dirinya
2. Sebanyak 35 % peserta kurang terbuka tentang dirinya.
Pengelolaan diri yang kedua adalah tentang Konsep diri atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri.
Hasil dari workseet tentang konsep diri menggambarkan sebagai berikut :
1. 81 % peserta konsep dirinya cenderung positif.
2. 19 % peserta merasa konsep dirinya cenderung negatif, diantaranya adalah : malas, selalu ragu-ragu, tidak bisa
apa-apa, tidak percaya diri, tergantung, egois, mudah goyah, membosankan, tidak ideal, mudah putus asa, semau
gue, dan penuh dosa.
Aspek keberhasilan yang dapat dijadikan indikator adalah pemahaman peserta tentang bagaimana
mengelola diri yang digunakan untuk mengatasi permasalahan prokastinasi kerja. Perilaku prokrastinasi merupakan
salah satu indikasi lemahnya manajemen diri yang dimiliki individu. Tidak optimalnya manajemen diri yang
dimiliki oleh individu menyebabkan individu sulit mengendalikan perasaan, tingkah laku dan pikiran dalam
menyelesaikan tujuan. Asumsi ini ditegaskan oleh Juana (2000) bahwa individu mengatur dan mengelola diri sendiri
dalam hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan, waktu dan pencapaian tujuan diri. Pendapat yang relevan
diutarakan oleh Prijosaksono (2001) yang mengemukakan manajamen diri adalah kemampuan individu untuk
mengendalikan sepenuhnya keberadaan diri secara keseluruhan (fisik, emosi, mental atau pikiran, jiwa maupun
rohnya) dan realita kehidupannya dengan memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya.
Pada akhir kegiatan pelatihan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan peserta dalam mengelola diri
diantaranya :
a.
b.
c.
d.
e.
Keterbukaan diri
Percaya diri
Memiliki konsep diri yang positif
Penetapan tujuan
Manajemen waktu dengan baik yang mengacu pada prinsip sebagai berikut :
Penting dan Mendesak
f.
Penting dan tidak mendesak
Tidak penting tapi Mendesak
Ciptakan suasana atau lingkungan sekolah yang menyenangkan
Tidak penting dan tidak mendesak
Pelatihan ini juga menghasilkan munculnya pemahaman tentang pentingnya mengelola diri dalam
mengatasi permasalahan prokastinasi kerja. Oleh karena itu, kegiatan pelatihan perlu dilanjutkan sesuai dengan
permasalahan yang ingin dimanaj oleh guru Taman kanak-kanak di kecamatan Purwokerto Utara.
KESIMPULAN
Mengelola diri untuk menyelesaikan masalah prokastinasi kerja sangat diperlukan oleh guru Taman Kanakkanak. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai tentang berbagai langkah dalam
manajemen diri. Pengelolaan diri yang pertama adalah keterbukaan diri, yang hasilnya adalah sebanyak 65 %
peserta berani terbuka apa adanya tentang dirinya, dan sebanyak 35 % peserta kurang terbuka tentang dirinya.
Pengelolaan diri yang kedua adalah tentang Konsep diri atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri, yang
hasilnya adalah sebanyak 81 % peserta konsep dirinya cenderung positif, dan 19 % peserta merasa konsep dirinya
cenderung negatif, diantaranya adalah : malas, selalu ragu-ragu, tidak bisa apa-apa, tidak percaya diri, tergantung,
egois, mudah goyah, membosankan, tidak ideal, mudah putus asa, semau gue, dan penuh dosa.
445
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014
ISBN 978-602-14930-3-8
Purwokerto, 20 Desember2014
DAFTAR PUSTAKA
Burka, J.B., & Yuen, L.M. 1983. Procrastination: Why you do it. What to do about it. New York : Perseus Books
Damayanti, Rita. 2006. Peran Biopsiokososial Terhadap Perilaku Berisiko Tertular HIV pada Remaja SLTA di DKI,
2006. Disertasi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Ferrari, J.R., Jhonson, J.L., & McCown, W.G. 1995. Procrastination And Task Avoidance : Theory, Research and
Treatment. New York : Plenum Press.
Goleman, D. 2000. Kecerdasan Emosional (terjemah Hermaya). Jakarta: PT. Gramedia
Green, L.W., 1992. Health Education Planning: a diagnostic approach. (1st edition). California: Mayfield Publishing
Company.
McCown, W. G & Johnson, J.L. 1995. Procrastination and Task Avoidance. New York : Plenum Press
Prijosaksono, Aribowo dan Marlan Mardianto. 2001. 12 Langkah Manajemen Diri. Jakarta : Elex Media
Computindo.
Rachmahana, R.S. 2001. Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Psikodimensia; Kajian Ilmiah Psikologi. Vol.2
No. 3
Saydam, G. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 2, Jakarta, Gunung. Agung.
Wulan, R., 2000. Hubungan antara gaya Pengasuhan Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik, Skripsi
(tidakditerbitkan), Jogjakarta; FakultasPsikologi UniversitasGadjahMada
446
Download