analisis faktor-faktor makroekonomi yang mempengaruhi return

advertisement
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKROEKONOMI YANG
MEMPENGARUHI RETURN SAHAM BATUBARA DALAM
KELOMPOK JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
OLEH
NOVIA HANDAYANI SYUKMA
H14070029
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011 ABSTRACT
NOVIA HANDAYANI SYUKMA. Analysis of Macroeconomic Factors
Affecting the Coal Stock Returns in Jakarta Islamic Index (JII) (guided by
HERMANTO SIREGAR).
As it grows, Indonesian Capital Market launch the sharia investment.
There is Jakarta Islamic Index (JII) which become index for sharia stocks. In JII,
there are a coal stocks that are attracting investors to invest. Investors expect
high returns from this coal stocks bacause coal commodity is one of Indonesia’s
main commodity. However, coal stock returns are highly volatile. Stock returns
are affected not only internal factor but also influenced by Indonesia’s
macroeconomic conditions.
The objective of this study are to analize the macroeconomic factors that
affect coal stock returns and the best model that can explain it. The method of
analysis in this study is ARCH-GARCH with the periode of this study is January
2005 to May 2010. The stocks that qualify to this study are PTBA and BUMI.
The results showed that the variabel Customer Price Index (CPI) and the
echange rate negatively affect to coal stock returns. Variabel Industrial
Production Index (IPI) and Composite Stock Price Index has a positively affect to
coal stock returns and variabel money supply and interest rate of SBI did not
affect coal stock returns. The largest share of stock returns is the PTBA return
with difference 0.0568 unit of shares from BUMI.
Keywords : macroeconomic factors, coal stock returns, ARCH-GARCH
RINGKASAN
NOVIA HANDAYANI SYUKMA. Analisis Faktor-faktor Makroekonomi yang
Mempengaruhi Return Saham Batubara dalam Kelompok Jakarta Islamic Index
(JII) (dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR).
Pasar modal Indonesia terus mengalami perkembangan. Hal ini terlihat
dari meningkatnya kapitalisasi dan kontribusi pasar modal terhadap GDP. Seiring
perkembangannya, pasar modal Indonesia menghadirkan instrumen investasi
berbasis syariah dengan meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII). Dalam
kelompok JII terdapat saham batubara yang menarik investor untuk berinvestasi.
Investor mengharapkan return yang tinggi dari saham batubara ini. Hal ini
dikarenakan komoditas batubara merupakan salah satu komoditas unggulan
Indonesia. Namun, return saham batubara bersifat sangat fluktuatif. Return saham
tidak hanya dipengaruhi faktor internal perusahaan batubara, namun dipengaruhi
pula oleh kondisi makroekonomi Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi return saham batubara dalam
kelompok JII dan menganalisis model terbaik yang dapat menjelaskannya. Ruang
lingkup penelitian dibatasi pada return yang diperoleh dari selisih harga penjualan
dan pembelian.
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder time
series bulanan. Data yang digunakan periode Januari 2005 hingga Mei 2010. Data
– data tersebut meliputi harga penutupan saham (BUMI dan PTBA), Customer
Price Index (CPI), nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar (KURS), Jumlah Uang
beredar (M2), Industrial Production Index (IPI), Suku Bunga SBI (SBI), dan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penelitian ini menggunakan pula SBIS
dan JII sebagai kombinasi model pembanding menggantikan variabel SBI dan
IHSG. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ARCH-GARCH
dengan menggunakan software Eviews 6 dan Microsoft Excel 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Customer Price Index (CPI)
dan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar berpengaruh negatif terhadap return
saham BUMI dan PTBA. Variabel Industrial Production Index (IPI) dan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh positif terhadap return saham
BUMI dan PTBA.Variabel jumlah uang beredar dan suku bunga SBI tidak
berpengaruh terhadap return saham BUMI dan PTBA. Return saham terbesar
adalah return saham PTBA dengan selisih 0.0568 satuan dari saham BUMI.
Berdasarkan penelitian ini pula diperoleh bahwa model terbaik untuk menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi return saham batubara adalah model GARCH
(2,1) dengan menggunakan variabel SBI dan IHSG.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan jika investor ingin
berinvestasi pada saham yang sesuai syariah dapat memilih saham dalam
kelompok JII yang berbasis komoditas karena potensi returnnya yang tinggi. Jika
menginginkan return yang tinggi dapat memilih saham PTBA. Bagi emiten
disarankan menjaga kestabilan kinerja perusahaannya agar tidak mempengaruhi
opini publik di pasar modal, terutama saat Customer Price Index (CPI) tinggi
yaitu dengan menekan biaya produksi dengan cara memproduksi dengan skala
besar agar biaya murah. Bagi BAPEPAM mensosialisasikan kepada investor
mengenai return dan risiko yang didapatkan jika berinvestasi di pasar modal pada
saham batubara serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Bagi penelitian
selanjutnya, disarankan menambah panjang periode analisis sehingga hasil yang
didapat lebih akurat, menambah variabel analisis tidak hanya variabel
makroekonomi serta menambah analisis tidak hanya sebatas return tetapi
menganalisis pula risikonya.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKROEKONOMI YANG
MEMPENGARUHI RETURN SAHAM BATUBARA DALAM
KELOMPOK JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
Oleh
NOVIA HANDAYANI SYUKMA
H14070029
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011 Judul Skripsi
: Analisis
Faktor-faktor
Makroekonomi
yang
Mempengaruhi Return Saham Batubara dalam Kelompok
Jakarta Islamic Index (JII)
Nama
: Novia Handayani Syukma
NRP
: H14070029
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar. M, Ec
NIP. 19630805 198811 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
NIP. 19641022 198903 1 003
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juni 2011
Novia Handayani Syukma
H14070029
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Novia Handayani Syukma, dilahirkan di Bandung pada
tanggal 27 Juni 1989. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari
pasangan Bapak Aulia dan Ibu Tantri Endang. Penulis menjalani pendidikan di
bangku sekolah dasar dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2001 SDN Angkasa 1
Bandung. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari
tahun 2001 sampai tahun 2004 di SLTPN 1 Margahayu Bandung. Setelah itu,
penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMAN 1 Margahayu
Bandung dan lulus pada tahun 2007.
Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) kemudian terdaftar sebagai
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) pada Program Studi Ilmu
Ekonomi dan mengambil minor Manajemen Fungsional. Selama menjadi
mahasiswa, penulis mencoba mengaktualisasi diri bergabung dengan HIPOTESA
(Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan) sebagai
kepala divisi pada Divisi Informasi, Promosi dan Hubungan Internal dan
organisasi IMEPI (Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia) sebagai
anggota. Penulis mengaktualisasi diri pula sebagai asisten mata kuliah ekonomi
umum tahun 2009 hingga 2010. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai
kegiatan kepanitiaan seperti Hipotex-R 2009, Latihan Kepemimpinan dan
Organisasi (LKO) IMEPI Jabagbar 2010, Economic Work (E-work) 2010, Panitia
Perpisahan Ilmu Ekonomi 44 2011, dan kegiatan kepanitiaan lainnya. Tahun 2010
penulis mendapatkan dana Dikti dalam Program Kreatifitas Mahasiswa bidang
Kewirausahaan (PKMK DIKTI).
Tahun 2011 penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis FaktorFaktor Makroekonomi yang Mempengaruhi Return Saham Batubara dalam
Kelompok Jakarta Islamic Index (JII)” untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor Makroekonomi
yang Mempengaruhi Return Saham Batubara dalam Kelompok Jakarta
Islamic Index (JII)”. Saham batubara memiliki potensi return yang tinggi. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini,
khususnya saham batubara dalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII).
Disamping hal tersebut, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai
pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, khususnya kepada:
1.
Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan baik secara teknis, teoritis maupun moril dalam
proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2.
Tanti Novianti, M.Si sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi yang
telah
memberikan
kritik
dan
saran
yang
sangat
berharga
dalam
penyempurnaan skripsi ini.
3.
Alla Asmara, M.Si sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan yang
memberikan banyak informasi mengenai tata cara penulisan skripsi yang
baik.
4.
Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi
FEM-IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama
menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi.
5.
Kedua Orangtua tercinta Papa Aulia dan Mama Tantri Endang, kakaku
tersayang Mba Ratih dan Bang Qiqi, adikku tersayang Edo serta segenap
keluarga besar, yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, motivasi,
dukungan baik moril maupun material serta doa bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih pula kepada Andika Lesmana
Wibowo atas doa, perhatian, dan dukungan kepada penulis.
6.
Sahabat-sahabatku Nhimas, Aiii, Nyenyo, Amboii, Ayie, Ajeng, Acuy,
Michelle, Elvha, Inggi atas dukungan dan semangatnya.
7.
Retno Nur Cahyani, M Anditia Putra, Solihin dan teman-teman Ilmu
Ekonomi 44 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas sharing, bantuan,
dan dukungan untuk penulis selama ini.
8.
Teman-teman seperjuangan satu bimbingan Rani Nurfitriani dan Sri Retno
Nugraheni atas semangat, motivasi, doa, dan perjuangan yang luar biasa ini.
9.
K Irvan dan Mba Rina atas ilmu dan sharing untuk penulis selama ini.
10. Hipotesa dan INTEL 2010, atas kebersamaannya yang luar biasa.
11. Sahabat-sahabatku Anggi, Mita, Ade, Sherly, Nawang, dan Padi atas motivasi
dan dukungannya.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini
namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih terdapat
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang
membutuhkan.
Bogor, Juni 2011
Novia Handayani Syukma
H14070029
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..................................................................................................................
i
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. vii
I.
II.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................
6
1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................................
8
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................................
8
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................
9
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Modal ................................................................................................ 10
2.1.1. Konsep Pasar Modal ......................................................................... 10
2.1.2. Konsep Pasar Modal Syariah ........................................................... 11
2.1.3. Saham sebagai Instrumen Pasar Modal ........................................... 11
2.2. Jakarta Islamic Index ( JII) .......................................................................... 12
2.3. Investasi ...................................................................................................... 13
2.4. Tingkat Pengembalian (return) Saham ........................................................ 14
2.5. Hubungan Return dan Risiko ....................................................................... 14
2.6. Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................................... 15
2.6.1. Teori Supply dan Demand ................................................................ 15
2.6.2. Teori Kebijakan Moneter ................................................................. 17
2.6.3. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 17
2.6.4. Tingkat Inflasi................................................................................... 19
2.6.5. Tingkat Suku Bunga ........................................................................ 20
2.6.6. Nilai Tukar Uang ............................................................................. 21
2.6.7. Jumlah Uang Beredar ...................................................................... 22
2.7. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 23
2.8. Kerangka Pemikiran Konseptual ................................................................. 26
2.9. Hipotesis ...................................................................................................... 28
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 29
3.2. Variabel dan Definisi Operasional ................................................................ 30
3.2.1. Variabel Dependen .......................................................................... 30
3.2.2. Variabel Independen ........................................................................ 30
3.3. Metode Analisis ............................................................................................ 32
3.3.1. Perhitungan Return ............................................................................ 32
3.3.2. Deskripsi data ................................................................................... 33
3.3.3. Pengujian Model ............................................................................... 34
3.3.3.1. Pengujian Stasioner ............................................................. 34
3.3.3.2. Pengujian Multikolinearitas ................................................ 35
3.3.3.3. Pengujian Heteroskedastisitas ............................................ 36
3.3.3.4. Pengujian Autokorelasi ....................................................... 36
3.4. Analisis Model ARCH-GARCH .................................................................. 37
3.3.1. Pemilihan Model ARCH-GARCH Terbaik ..................................... 41
3.3.2. Pemeriksaan Model ARCH-GARCH .............................................. 42
3.5. Model Penelitian ......................................................................................... 44
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Kondisi Makroekonomi Indonesia ............................................................... 46
4.2. PT. Bumi Resources Tbk (BUMI) ............................................................... 49
4.2.1. Sejarah BUMI ................................................................................... 49
4.2.2. Kinerja BUMI ................................................................................... 50
4.2.3. Kinerja Saham BUMI ....................................................................... 51
4.2.4. Harga Saham BUMI ......................................................................... 51
4.2.5. Return BUMI .................................................................................... 52
4.3. PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA) ............................................. 56
4.3.1. Sejarah PTBA ................................................................................... 56
4.3.2. Kinerja PTBA ................................................................................... 57
4.3.3. Kinerja Saham PTBA ....................................................................... 57
4.3.4. Harga Saham PTBA ......................................................................... 58
4.3.5. Return PTBA .................................................................................. 59
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Data Model 1 ............................................................................... 63
5.2. Identifikasi Model ARCH-GARCH.............................................................. 64
5.2.1. Uji Stasioneritas ................................................................................ 64
5.2.2. Uji Multikolinearitas ......................................................................... 65
5.2.3. Uji Heteroskedastistas ...................................................................... 65
5.2.4. Uji Autokorelasi ................................................................................ 66
5.3. Pemilihan Model 1 Terbaik .......................................................................... 66
5.4. Uji Efek ARCH untuk Model 1 Terbaik ...................................................... 67
5.5. Uji Kenormalan Galat untuk Model 1 Terbaik ............................................ 67
5.6. Model 1 Terbaik ........................................................................................... 67
5.7. Deskripsi Data Model 2 ............................................................................... 68
5.8. Identifikasi Model ARCH-GARCH.............................................................. 69
5.8.1. Uji Stasioneritas ................................................................................ 69
5.8.2. Uji Multikolinearitas ......................................................................... 69
5.8.3. Uji Heteroskedastistas ...................................................................... 69
5.8.4. Uji Autokorelasi ................................................................................ 69
5.9. Pemilihan Model 2 Terbaik .......................................................................... 70
5.10. Uji Efek ARCH untuk Model 2 Terbaik ...................................................... 70
5.11. Uji Kenormalan Galat untuk Model 2 Terbaik ............................................ 71
5.12. Model 2 Terbaik .......................................................................................... 71
5.13. Pemilihan Penggunaaan Model ................................................................... 72
5.14. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Return
Saham BUMI dan PTBA .............................................................................. 73
5.14.1. Customer Price Index (CPI) ........................................................... 73
5.14.2. Nilai Tukar Rupiah ......................................................................... 74
5.14.3. Jumlah Uang yang Beredar ............................................................. 74
5.14.4. Industrial Production Index (IPI) ................................................... 75
5.14.5. Suku Bunga SBI ............................................................................. 76
5.14.6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ......................................... 76
5.14.7. Variabel Dummy ............................................................................ 77
5.15. Resiko Saham Batubara ............................................................................... 77
5.16. Pembahasan .................................................................................................. 78
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan .................................................................................................. 82
6.2. Saran ............................................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 84
LAMPIRAN................................................................................................................... 88
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Tahun 2005-2009 ....................................................................................................
2
2.
Jenis dan Sumber Data ............................................................................................ 29
3.
Tabel untuk Menetukan Autokorelasi ..................................................................... 37
4.
Indikator Makroekonomi Tahun 2005-2009 ........................................................... 46
5. Kinerja Keuangan PT. Bumi Resources Tbk.
Tahun 2005-2009 .................................................................................................... 50
6.
Kinerja Saham PT. Bumi Resources Tbk.
Tahun 2005-2009 ................................................................................................... 51
7. Kinerja Keuangan PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.
Tahun 2005-2009 .................................................................................................... 57
8.
Kinerja Saham PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.
Tahun 2005-2009 ................................................................................................... 58
9.
Statistik Deskriptif Data Return BUMI dan PTBA,
Return IHSG dan Return Variabel-variabel Makroekonomi ................................. 63
10. Uji Stasioner Model 1 pada Level .......................................................................... 65
11. Evaluasi Model ARCH-GARCH Terbaik.............................................................. 66
12. Statistik Deskriptif Model Pembanding ................................................................ 68
13. Uji Stasioner pada Level ........................................................................................ 69
14. Evaluasi Model ARCH-GARCH Terbaik ............................................................. 70
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Tujuh Produsen Batubara Terbesar Dunia
Tahun 2009 (dalam ton) ..........................................................................................
4
2. Tujuh Eksportir Batubara Terbesar Dunia
Tahun 2009 (dalam ton) ..........................................................................................
4
3.
Kurva Supply dan Demand ..................................................................................... 15
4.
Pergeseran Kurva Demand ..................................................................................... 16
5.
Kerangka Pemikiran Konseptual ............................................................................ 27
6.
Pergerakan Harga Saham BUMI ............................................................................ 52
7.
Hubungan Return BUMI dengan
Faktor-faktor Makroekonomi ................................................................................. 53
8.
Trend Hubungan Return BUMI dengan
Faktor-Faktor Makroekonomi ................................................................................ 55
9.
Pergerakan Harga Saham PTBA ............................................................................ 58
10. Hubungan Return PTBA dengan
Faktor-faktor Makroekonomi ................................................................................. 59
11. Trend Hubungan Return PTBS dengan
Faktor-Faktor Makroekonomi ................................................................................ 61
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
Uji Statistik Deskriptif Model 1 ............................................................................. 88
2.
Uji Stasioner Model 1 pada Level ......................................................................... 88
3.
Uji Korelasi Model 1 ............................................................................................ 91
4.
Model Regresi Model 1 ......................................................................................... 92
5.
Uji Heteroskedastisitas Model 1 ........................................................................... 92
6.
Uji Autokorelasi Model 1 ..................................................................................... 92
7.
Uji Model 1 Terbaik .............................................................................................. 93
8.
Model 1 Terbaik .................................................................................................... 99
9.
Uji Efek ARCH untuk Model 1 Terbaik ............................................................... 100
10. Uji Kenormalan Galat untuk Model 1 Terbaik ..................................................... 100
11. Uji Statistik Deskriptif Model 2 ............................................................................ 101
12. Uji Stasioner Model 2 pada Level ......................................................................... 101
13. Uji Korelasi Model 2 ............................................................................................ 102
14. Model Regresi Model 2 ........................................................................................ 103
15. Uji Heteroskedastisitas Model 2 ............................................................................ 103
16. Uji Autokorelasi Model 2 ..................................................................................... 103
17. Uji Model 2 Terbaik .............................................................................................. 104
18. Model 2 Terbaik .................................................................................................... 110
19. Uji Efek ARCH Model 2 Terbaik ......................................................................... 111
20. Uji Kenormalan Galat Model 2 Terbaik ............................................................... 111
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Banyak perusahaan yang menggunakan institusi pasar
modal sebagai media untuk menyerap investasi. Hal ini berkaitan dengan peran
pasar modal yang menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan (emiten) untuk
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor) dan kedua pasar modal
menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan
seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain (Widoatmodjo, 2009).
Keuntungan yang diperoleh baik oleh emiten maupun investor membuat
pasar modal terus berkembang. Pasar modal dijadikan sebagai tolak ukur
kemodernan. Artinya, suatu bangsa atau negara baru berhak menyandang predikat
modern kalau pasar modalnya maju. Selain itu, pasar modal dijadikan pula
sebagai indikator ekonomi makro suatu negara. Naik turunnya indeks suatu bursa
dapat dibaca sebagai cermin dinamika ekonomi negara tersebut.
Perkembangan pasar modal Indonesia dapat dilihat dari kapitalisasi pasar
modal dan kontribusinya terhadap GDP. Kapitalisasi pasar modal pada tahun
2006 sebesar Rp 1.249,1 Triliun meningkat 55,88 persen dari tahun 2005 sebesar
Rp 801,3 Triliun. Pada tahun 2007, kapitalisasi pasar modal kembali meningkat
sebesar 59,18 persen menjadi Rp 1.988,33 Triliun. Namun, pada tahun 2008
kapitalisasi pasar modal mengalami penurunan sebesar 46,42 persen menjadi Rp
1.076,50 Triliun. Pada tahun 2009, kapitalisasi pasar modal meningkat tajam
sebesar 87,59 persen menjadi Rp 2.019,38 Triliun.
Kontribusi pasar modal terhadap GDP tahun 2005 sebesar 25,32 persen
dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 37,42 persen. Kontribusi pasar modal
tehadap GDP kembali mengalami peningkatan tertinggi pada tahun 2007 yaitu
50,24 persen. Pada tahun 2008, kontribusi pasar modal terhadap GDP mengalami
penurunan menjadi 21,72 persen dan kembali meningkat pada tahun 2009 menjadi
35,97 persen. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Pasar Modal Indonesia Tahun 2005-2009
Tahun
Kapitalisasi Pasar Modal Kontribusi Pasar Modal terhadap
(Triliun Rupiah)
GDP (persen)
2005
801,30
25,32
2006
1.249,10
37,42
2007
1.988,33
50,24
2008
1.076,50
21,72
2009
2.019,38
35,97
Sumber : BAPEPAM, 2005-2009
Seiring dengan perkembangan zaman, munculah pasar modal syariah.
Pasar modal syariah dikembangkan dalam rangka mengakomodasi kebutuhan
umat Islam di Indonesia yang ingin melakukan investasi di produk-produk pasar
modal yang sesuai dengan prinsip dasar syariah. Pasar modal syariah telah
mengembangkan alternatif sumber pembiayaan sekaligus menambah alternatif
instrumen investasi halal (Setiawan, 2005). Munculnya pasar modal syariah
ditandai dengan diterbitkannya saham yang berbasis syariah yaitu saham dalam
Jakarta Islamic Index (JII).
Pembentukan JII merupakan implementasi dari fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) yaitu Fatwa No.05/DSN-MUI/IV/2000 mengenai jual beli saham
yang dikeluarkan pada April 2000. Tujuan pembentukan JII adalah memberikan
arahan kepada investor yang ingin berinvestasi dipasar saham, tetapi tidak
bertentangan dengan syariah Islam (Bank Indonesia, 2004). JII terdiri dari 30
saham perusahaan yang kegiataanya dipandang tidak bertentangan dengan
syariah. Saham JII terdapat dalam 8 sektor yaitu sektor pertanian, sektor
pertambangan, sektor industri kimia dasar, sektor aneka industri, sektor industri
barang konsumsi, sektor properti dan real estate, sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi dan sektor perdagangan.
Sektor pertambangan Indonesia memiliki prospek yang cerah. Indonesia
yang dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam masuk dalam
jajaran produsen terbesar dunia untuk beberapa komoditas tambang. Salah satu
komoditas tambang Indonesia adalah batubara. Berdasarkan data Coal Statistic
dalam Muttaqin (2010), batubara merupakan primadona sumber energi dunia.
Barubara menyediakan 26,5 persen sumber energi primer. Batubara juga
menghidupkan 41,5 persen pembangkit listrik di seluruh dunia.
Batubara Indonesia termasuk batubara terbaik di dunia. Peringkat
Indonesia dalam jajaran produsen batubara juga terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2009, Indonesia tercatat sebagai produsen batubara ke lima dunia
dengan dengan total produksi 263 juta ton. Produsen terbesar batubara adalah
Cina dengan total produksi 2.971 juta ton, lalu USA dengan total produksi 919
juta ton. Peringkat ketiga adalah India dengan total produksi 526 juta ton dan
kemudian Australia dengan total produksi 335 juta ton. Hal ini dapat dilihat pada
gambar berikut.
Sumber : World Coal Institut, 2010
Gambar 1. Tujuh Produsen Batubara Terbesar Dunia Tahun 2009
Sebagian besar produksi batubara Indonesia diekspor ke luar negeri. Sejak
tahun 2004, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Australia sebagai
eksportir batubara dengan total ekspor 230 juta ton.
300
jumlah ekspor (juta ton)
256
250
230
200
150
116
100
69
67
53
50
28
0
Australia
Indonesia
Russia
Columbia
South Africa
USA
negara eksportir
Sumber : World Coal Institut, 2010
Gambar 2. Tujuh Eksportir Batubara Terbesar Dunia Tahun 2009
Canada
Hal ini menjadi salah satu alasan untuk memilih berinvestasi pada sahamsaham perusahaan batubara. Selain itu pula, terdapat alasan lainnya yang
mendukung untuk memilih saham komoditas barang tambang sebagai alternatif
investasi. Perusahaan-perusahaan yang menghasilkan energi sangat dominan di
pasar modal pada negara berkembang (Ratti dan Hasan, 2010). Hal inilah yang
menjadikan saham batubara sebagai alternatif investasi yang menarik.
Selain itu, kenaikan harga minyak dunia mendorong harga komoditas
pertambangan di pasar internasional mengalami kenaikan. Hal ini membuat
banyak investor asing berminat menanamkan modalnya pada saham berbasis
komoditas. Tingginya minat investor asing membuat masyarakat domestik tertarik
pula untuk menanamkan modalnya pada saham komoditas. Hal ini dikarenakan
peluang return yang tinggi dari saham komoditas.
Namun, sebagai alternatif investasi saham memiliki keuntungan (return)
dan risiko (risk), begitupula dengan saham batubara. Apabila terdapat return yang
tinggi maka tingkat risiko yang harus ditanggung juga tinggi. Risiko pasar
berhubungan erat dengan perubahan harga saham jenis tertentu atau kelompok
tertentu yang disebabkan oleh antisipasi investor terhadap perubahan tingkat
pengembalian yang diharapkan.
Kestabilan perusahaan akan berpengaruh pada return yang didapatkan
pada pasar modal. Faktor lain yang berpengaruh besar terhadap return adalah
faktor makroekonomi karena faktor tersebut sebagai indikator kestabilan suatu
negara. Para investor akan enggan menanamkan modalnya apabila keadaan
ekonomi tidak kondusif. Keadaan yang tidak kondusif tersebut menyebabkan
risiko untuk menanamkan modal sangat rentan dengan kerugian.
Risiko dalam menanamkan modal berkaitan erat dengan volatilitas.
Sebagai bursa efek yang masih berkembang, indeks harga saham BEI mempunyai
tingkat volatilitas indeks yang cukup tinggi. Volatilitas indeks ini merupakan
salah satu hal yang paling penting diperhatikan oleh manajemen bursa, investor
dan pihak-pihak terkait lainya. Volatilitas sebuah pasar menggambarkan fluktuasi
atau perubahan pada pasar tersebut, yang sekaligus juga menunjukkan risikonya.
Investor yang spekulatif menyukai pasar dengan volatilitas tinggi, karena
memungkinkan memperoleh keuntungan (gain) yang besar dalam waktu singkat.
Namun, volatilitas tinggi juga memungkinkan investor memperoleh kerugian
(loss).
1.2.
Perumusan Masalah
Alternatif dalam berinvestasi adalah pilihan antara return yang tinggi
dengan risk yang tinggi, atau risk yang rendah dengan tingkat return yang rendah
pula. Risk dalam berinvestasi di pasar modal pada prinsipnya sangat terkait erat
dengan terjadinya volatilitas harga saham (Shin, 2005). Investor yang melakukan
investasi dalam aset yang memiliki volatilitas tinggi akan cenderung menghadapi
risk yang lebih tinggi dibandingkan dengan investor yang melakukan investasi
dalam aset yang memiliki volatilitas rendah (Nainggolan, 2010). Investor
melakukan investasi dengan harapan akan memperoleh return dalam jumlah
tertentu pada masa yang akan datang. Besarnya return atas investasi yang
dilakukan akan menentukan kesediaan investor untuk melakukan investasi,
dimana investor akan cenderung memilih investasi yang memberikan return
terbesar.
Kondisi makroekonomi sangat berpengaruh pada aktifitas pasar modal.
Ketika situasi sedang mengalami krisis, perusahaan yang telah go-public memiliki
sensitifitas tinggi terhadap perubahan kondisi makro sehingga mempengaruhi
beban operasional. Hal ini akan berdampak pada pandangan investor terhadap
perusahaan tersebut. Pandangan ini membuat harga saham berubah. Saat suatu
perusahaan dinilai baik maka sahamnya akan diminati dan harganya menjadi
meningkat sehingga memungkinkan memperoleh capital gain yang besar. Namun,
saat suatu perusahaan dinilai jelek maka harga sahamnya pun akan anjlok dan
dapat mengakibatkan capital loss.
Oleh karena itu, penulis merasa penting untuk menganalisis faktor-faktor
makroekonomi yang mempengaruhi return saham batubara, karena return saham
menjadi alasan seorang investor untuk melakukan investasi. Hal ini akan berguna
untuk investor dalam menentukan langkah saat akan berinvestasi. Investor akan
dapat mengatur portofolio dengan menggunakan berita makroekonomi sebagai
indikator yang dapat diandalkan (Wang, 2010).
Penelitian ini akan difokuskan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi return saham pada perusahaan penghasil batubara PT.Bumi
Resources Tbk. (BUMI) dan PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA).
Pemilihan saham ini dikarenakan kedua perusahaan ini adalah perusahaan
batubara yang masuk ke dalam JII selama periode penelitian penulis.
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang akan diteliti adalah :
1.
Faktor-faktor makroekonomi apa saja yang mempengaruhi return saham
batubara dalam kelompok JII (BUMI dan PTBA)?
2.
Bagaimana
model
terbaik
dapat
menjelaskan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi return saham batubara dalam kelompok JII (BUMI dan
PTBA)?
1.3.
Tujuan Penelitan
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas maka penelitian ini
memiliki tujuan sebagai berikut :
1.
Menganalisis faktor-faktor makroekonomi yang mempengaruhi return saham
batubara dalam kelompok JII (BUMI dan PTBA).
2.
Menganalisis
model
terbaik
untuk
menjelaskan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi return saham batubara dalam kelompok JII (BUMI dan
PTBA).
1.4.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat bagi berbagai pihak. Adapun
manfaat penelitian sebagai berikut :
1.
Bagi para pelaku bursa, khususnya investor agar memahami faktor-faktor
makroekonomi yang mempengaruhi return saham terutama saham batubara
dalam kelompok JII (BUMI dan PTBA) sehingga dapat mengambil posisi
yang menguntungkan dalam Bursa Efek Jakarta.
2.
Bagi kalangan akademisi, agar bisa menarik minat para peneliti untuk
menelaah perdagangan saham secara lebih mendalam.
3.
Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi return saham batubara dalam
kelompok JII (BUMI dan PTBA).
4.
Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana pembelajaran dalam memahami
variabel-variabel makroekonomi yang mempengaruhi return saham. Selain
itu, penelitian ini juga sebagai proses belajar untuk lebih kritis dalam
menganalisis suatu permasalahan serta membuka wawasan dan pemahaman
untuk mencari jawaban atas perumusan masalah.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi
permasalahan dalam melakukan analisis. Maka, penulis melakukan pembatasan
berdasarkan ruang lingkup berikut ini :
1.
Penelitian ini hanya difokuskan pada saham batubara yang masuk dalam
kelompok JII selama periode penelitian penulis.
2.
Return yang dianalisis pada penelitian ini adalah return yang diakibatkan
terjadinya perubahan harga saham.
3.
Jangka waktu penelitian dari Januari 2005 - Mei 2010 dan merupakan jenis
data time series bulanan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pasar Modal
2.1.1. Konsep Pasar Modal
Pasar modal menurut Undang-undang republik Indonesia no.8 tahun 1995
adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, yaitu perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga atau
profesi yang berkaitan dengan efek. Adapun efek yang
dimaksud disini adalah surat berharga atau saham.
Menurut Widoatmojo (2007) yang membedakan pasar saham dengan pasar
lainnya adalah komoditi yang diperdagangkan. Pasar modal merupakan pasar
abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu
dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Sedangkan secara
fisik, pasar modal menunjuk suatu tempat yang biasanya menempati sebuah
gedung, sebagai tempat bertemunya para pialang yang mewakili para investor.
Tujuan pasar modal diantaranya mempercepat proses ikut sertanya
masyarakat dalam kepemilikan saham perusahaan swasta menuju pemerataan
pendapatan masyarakat, dan menggairahkan partisipasi masyarakat dalam
pergerakan dan penggunaannya secara produktif untuk pembiayaan pembangunan
nasional (Widoatmodjo, 2009).
2.1.2. Konsep Pasar Modal Syariah
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) resmi meluncurkan pasar
modal syariah pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003 dengan ditandatanganinya nota
kesepakatan antara Bapepam dengan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI). Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di
Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana Syariah pada 25 Juni 1997
diikuti dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002, kemudian diikuti
pula dengan hadirnya Jakarta Islamic Index (JII) pada Juli 2000 (BAPEPAM,
2010).
Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal
konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah
disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang
bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur
ribawi. Sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks
saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi
prinsip-prinsip dasar syariah.
2.1.3. Saham sebagai Instrumen Pasar Modal
Menurut Rusdin (2006), saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti
kepemilikan suatu perusahaan dan pemegang saham memiliki klaim atau
penghasilan dan aktiva perusahaan. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001),
saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebuttadalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut.
2.2.
Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index (JII) yang dikeluarkan BEI merupakan indeks yang
menggambarkan kinerja saham syariah di Indonesia. JII pertama kali diluncurkan
oleh BEI (pada saat itu masih bernama Bursa Efek Jakarta) bekerjasama dengan
PT Danareksa Investment Management pada tanggal 3 Juli 2000. Meskipun
demikian, agar dapat menghasilkan data historikal yang lebih panjang, hari dasar
yang digunakan untuk menghitung JII adalah tanggal 2 Januari 1995 dengan
angka indeks dasar sebesar 100. Metodologi perhitungan JII sama dengan yang
digunakan untuk menghitung IHSG (BEI, 2010).
JII terdiri dari 30 saham yang merupakan saham-saham syariah paling
likuid dan memiliki kapitalisasi pasar yang besar. BEI melakukan review JII
setiap 6 bulan, yang disesuaikan dengan periode penerbitan DES oleh Bapepam &
LK. Setelah dilakukan penyeleksian saham syariah oleh Bapepam & LK yang
dituangkan ke dalam DES, BEI melakukan proses seleksi lanjutan yang
didasarkan kepada kinerja perdagangannya. Adapun proses seleksi JII berdasarkan
kinerja perdagangan saham syariah yang dilakukan oleh BEI adalah sebagai
berikut:
1.
Saham-saham yang dipilih adalah saham-saham syariah yang termasuk ke
dalam DES yang diterbitkan oleh Bapepam & LK.
2.
Dari saham-saham syariah tersebut kemudian dipilih 60 saham berdasarkan
urutan kapitalisasi terbesar selama 1 tahun terakhir.
3.
Dari 60 saham yang mempunyai kapitalisasi terbesar tersebut, kemudian
dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu urutan nilai transaksi
terbesar di pasar reguler selama 1 tahun terakhir.
Jika dilihat dari metode seleksinya, dapat diduga bahwa saham-saham
yang tercatat dalam JII adalah sama dengan saham-saham di LQ 45 setelah
dikeluarkan saham perusahaan lembaga keuangan konvensional dan saham
perusahaan rokok. Dengan kata lain JII adalah LQ 30 tanpa rokok dan bank.
2.3.
Investasi
Menurut Mankiw (2005) investasi adalah barang-barang yang dibeli oleh
individu dan perusahaan untuk menambah persediaan modal mereka. Menurut
Lipsey (1997) investasi adalah pengeluaran barang yang tidak dikonsumsi saat ini,
dimana berdasarkan periode waktunya investasi dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu: investasi jangka pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka
panjang.
Tujuan individu atau perusahaan yang melakukan investasi adalah untuk
memperoleh kesejahteraan bagi dirinya atau perusahaan tersebut. Hal ini berlaku
sama bagi emiten yang berinvestasi di pasar modal. Emiten yang berinvestasi
pada pasar modal berharap mendapatkan keuntungan dari investasi yang
dilakukannya di pasar modal.
2.4.
Tingkat Pengembalian (Return) Saham
Rusdin (2006) mengatakan terdapat dua unsur pokok return saham, yaitu
deviden dan capital gain. Deviden adalah bagian keuntungan perusahaan yang
dibagikan kepada pemegang saham. Sedangkan capital gain adalah hasil yang
diperoleh dari selisih antara harga pembelian dengan harga penjualan. Artinya jika
harga pembelian lebih kecil dari pada harga penjualan maka investor dikatakan
memperoleh capital gain, dan sebaliknya disebut dengan capital loss.
Dalam penelitian ini, return saham yang dimaksud adalah capital gain
atau capital loss yang didefinisikan sebagi selisih dari harga investasi sekarang
relatif
dengan
harga
periode
yang
lalu.
Return
saham
yang
tinggi
mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan.
2.5.
Hubungan Return dan Resiko
Suatu keputusan yang diambil berdampak terhadap suatu resiko yang akan
ditanggung. Hubungan return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, yaitu
semakin besar tingkat return yang diharapkan maka akan semakin besar pula
tingkat resiko yang akan ditanggung. Itulah yang menjadi pertimbangan para
investor dalam menginvestasikan dananya, mereka juga harus mempertimbangkan
kedua hal tersebut.
2.6.
Kerangka Pemikiran Teoritis
2.6.1. Teori Supply dan Demand
Keseimbangan harga dapat digambarkan oleh perpotongan kurva supply
dan kurva demand. Gambar 3 menggambarkan kurva supply dan kurva demand
yang membentuk keseimbangan harga.
S
P
P*
D
Q
Q*
Sumber : Mankiw, 2005
Gambar 3. Kurva Supply dan Kurva Demand
Return saham dianalisis berdasarkan selisih harga saham. Pembentukan
harga saham tidak terlepas dari adanya penawaran dan permintaan akan saham
(Little, 2010). Kekuatan penawaran dan permintaan inilah yang akan menentukan
naik turunnya harga suatu saham. Pada gambar kurva diatas digambarkan bahwa
“P*” adalah harga keseimbangan saham di pasar modal dan “Q*” adalah jumlah
keseimbangan di pasar modal. Jika dirumuskan, maka model keseimbangan
adalah :
Qd = Qs
Dimana Qd merupakan fungsi dari permintaan dan Qs merupakan fungsi
dari penawaran. Model pasar saham ini terdiri dari variabel endogen dan variabel
eksogen. Variabel endogennya adalah jumlah dan harga saham, sedangkan
variabel eksogen adalah variabel yang mungkin diluar model yang menyebabkan
pergeseran pada kurva permintaan dan penawaran sehingga pada akhirnya
menggeser harga keseimbangan.
Variabel- variabel ekonomi secara langsung maupun tidak langsung akan
berdampak pada keseimbangan pasar saham. Kondisi seperti inflasi akan
menyebabkan kenaikan biaya produksi. Peningkatan biaya produksi ini
berdampak pada penurunan pendapatan dan akhirnya menurunkan keuntungan.
Hal ini akan membuat opini jelek dimata investor yang mengakibatkan penurunan
permintaan saham perusahaan tersebut. Penurunan ini menyebabkan menurunnya
harga saham. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
S
P
P*
P**
D
Q
Q**
Q**
Sumber : Mankiw, 2005
Gambar 4. Pergeseran Kurva Demand
2.6.2. Teori Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas
moneter dalam bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku bunga untuk
mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Kebijakan
moneter terdiri dari dua macam yaitu kebijakan moneter kontraktif dan kebijakan
moneter ekspansif. Kebijakan moneter kontraktif dilakukan untuk memperlambat
kegiatan ekonomi dengan mengurangi jumlah uang beredar. Sedangkan kebijakan
moneter ekspansif dilakukan untuk mendorong kegiatan ekonomi dengan
meningkatkan jumlah uang beredar.
Perkembangan
kegiatan
ekonomi
dapat
dilihat
dari
indikator
makroekonomi yang terdiri dari (Widiatmojo, 2009) :
1.
Pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan dengan produk domestik bruto
(PDB).
2.
Perkembangan moneter yang biasanya dihitung berdasarkan penawaran
jumlah uang yang beredar dan tingkat nilai tukar rupiah terhadap US dollar.
3.
Perkembangan neraca pembayaran luar negeri.
4.
Perkembangan tingkat pengangguran.
5.
Perkembangan inflasi.
2.6.3. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam
jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan berbagai kebutuhan
ekonomi untuk penduduknya, dimana kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan
oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional, dan
ideologi terhadap berbagai tuntutan keadaan ekonomi yang ada. Konsep
pertumbuhan ekonomi masih digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai
kemajuan ekonomi suatu negara. adapun indikator yang umum digunakan untuk
mengukur petumbuhan ekonomi suatu negara adalah Growth Domestic Product
(GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) (Mankiw, 2005).
Indikator lain yang dapat digunakan sebagai pendekatan dari output riil
adalah Industrial Production Index (IPI) (Linda, 2007). Industrial Production
adalah data bulanan yang mengukur total produksi dari seluruh pabrik,
pertambangan, dan perusahaan pelayanan publik (listrik, air, gas, transportasi, dan
lain-lain). Komponen utama dari data Industrial Production adalah industri
manufaktur yang dapat diprediksi secara akurat dari total jam kerja dari laporan
ketenagakerjaan. Komponen pelengkap lainnya adalah Capacity Utilization yang
digunakan untuk menghitung tingkat penggunaan modal negara yang dipakai
dalam proses produksi tersebut.
Penggunaan IPI dalam penelitian ini dikarenakan IPI memiliki jumlah
sampel yang lebih spesifik bila dibandingkan GDP, yaitu dalam periode bulanan.
IPI juga dinilai lebih representatif dan sesuai dengan menggambarkan
pertumbuhan output suatu negara (Linda, 2007). Oleh karena itu, pengukuran
pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan pendekatan IPI dalam penelitian ini
lebih merepresentasikan pertumbuhan produksi. Rumus untuk menghitung IPI
yaitu :
I = Σ (WiRi) / Σ (Wi)
Dimana I adalah indeks, Ri adalah produksi relatif dan Wi adalah bobot
pembagi. Industrial Production Index (IPI) biasanya berhubungan positif dengan
return saham. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah output yang dihasilkan
mengindikasikan peningkatan pada produksi. Peningkatan ini berarti peningkatan
pada pendapatan yang akhirnya meningkatkan keuntungan juga deviden. Hal ini
membuat investor berminat menanamkan dananya pada saham sehingga
permintaan meningkat dan harga saham pun meningkat. Peningkatan harga saham
ini berarti peningkatan pada return (Maysami, 2004).
2.6.4. Tingkat Inflasi
Inflasi adalah peningkatan dalam seluruh tingkat harga (Mankiw, 2005).
Kadang-kadang
kenaikan
harga
ini
berlangsung
terus-menerus
dan
berkepanjangan. Menurut Friedman dalam Mankiw (2005), inflasi adalah suatu
fenomena moneter yang terjadi dimanapun. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
menyebabkan kenaikan) kepada barang lainnya (Mankiw, 2005). Adapun
indikator yang sering digunakan dalam mengukur tingkat inflasi adalah :
1.
Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Customer Price Index (CPI) merupakan
indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga.
Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari
paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
2.
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) merupakan indikator yang
menggambarkan
pergerakan
harga
dari
komoditi-komoditi
yang
diperdagangkan di suatu daerah.
3.
Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga
barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi
(negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga
nominal dengan PDB atas harga konstan.
Inflasi dapat mempunyai dampak positif dan negatif terhadap return
saham di pasar saham. Hess dan Lee dalam Sodikin (2007) mengatakan bahwa
tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap return jika penyebab inflasi adalah
sektor riil (supply stock) yang mencakup tingkat produktifitas dan tingkat
pengangguran. Inflasi dapat berpengaruh positif jika penyebab inflasi adalah
sektor moneter (monetary shock) yang mencakup pasokan uang dan tingkat
bunga.
2.6.5. Tingkat Suku bunga
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan
Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya
disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem
diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank
Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Tujuan diterbitkannya SBI
adalah agar Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar.
Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan
oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI
menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan
target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode
tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar
dalam mengikuti pelelangan.
Umumnya suku bunga SBI berhubungan negatif dengan return bursa
saham. Bila pemerintah mengumumkan suku bunga akan naik maka investor akan
menjual sahamnya dan mengganti kepada instrumen berpendapatan tetap seperti
tabungan atau deposito. Kaitan antara suku bunga dan return saham dikemukakan
pula oleh Maysami (2004) yang mengatakan bahwa suku bunga dapat berpengaruh
positif pada jangka pendek dan negatif pada jangka panjang terhadap return saham
batubara. Penelitian lain dilakukan Butt et al (2009) yang menunjukkan bahwa suku
bunga tidak berpengaruh kepada return saham.
2.6.6. Nilai Tukar Uang
Menurut Mankiw (2005), nilai tukar (exchange rate) atau dikenal juga
dengan istilah kurs adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara
untuk saling melakukan perdagangan. Para ekonom membedakan kurs menjadi
dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata
uang dua negara. sedangkan kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang di
antara dua negara. Jika diformulasikan KursIDR/USD artinya Rupiah yang
diperlukan untuk membeli satu US Dollar. Apabila kurs meningkat maka berarti
Rupiah mengalami apresiasi, sedangkan jika kurs menurun artinya Rupiah akan
mengalami depresiasi.
Perubahan nilai tukar sangat berpengaruh terhadap nilai indeks di BEI
karena mempengaruhi kinerja perusahaan. Apresiasi Rupiah menyebabkan
menurunnya daya saing komoditi ekspor Indonesia. Hal ini akan mengakibatkan
penurunan pendapatan perusahaaan yang berdampak pada penurunan keuntungan.
Penurunan keuntungaan ini pada akhirnya akan berdampak pada penurunan return
saham.
Beberapa bukti empiris mengeni pengaruh nilai tukar Rupiah/US Dollar
terhadap return saham menunjukkan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh negatif
terhadap return saham. Penelitian Josep (2002) serta Ratti dan Hasan (1999)
menunjukkan bahwa nilai tukar memiliki hubungan negatif dengan return saham.
Sedangkan Maysami (2004) menemukan pengaruh positif dari nilai tukar terhadap
return saham.
2.6.7. Jumlah Uang yang Beredar
Jumlah uang beredar adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan
masyarakat. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money) adalah
jumlah uang beredar yang terdiri atas uang kartal dan uang giral.
M1 = C + D
Dimana:
M1 = jumlah uang yang beredar dalam arti sempit
C
= Uang kartal (=uang kertas+uang logam)
D = uang giral atau cek
Uang beredar dalam arti luas adalah ditambah deposito berjangka (time deposit),
M2 = M1 + TD
Dimana:
M2 = jumlah uang beredar dalam arti luas
TD = deposito berjangka (time deposit)
Friedman dan Schwartz dalam Maysami (2004) menjelaskan hubungan
jumlah uang yang beredar dengan return saham dengan hipotesis yang simpel
bahwa jumlah uang yang beredar akan mempengaruhi agregat ekonomi dan
mempengaruhi return saham. Peningkatan pada jumlah uang yang beredar
mengindikasikan peningkatan likuiditas untuk membeli saham sehingga
meningkatkan harga saham.
2.7.
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai return saham telah banyak dilakukan sebelumnya
oleh para ekonom. Penelitian yang dilakukan Butt et al (2009) yang berjudul Do
Economic Factors Influence Stock Returns? A Firm and Industry Level Analysis
menggunakan model GARCH untuk menganalisis hubungan risk dan return serta
hubungan return saham dengan variabel-variabel ekonomi di pasar modal
Pakistan. Penelitian ini meneliti perusahaan-perusahaan dalam sektor manufaktur
dan sektor keuangan. Data yang digunakan adalah data bulanan dari 32
perusahaan industri perbankan (sektor keuangan) dan industri tekstil (industri
manufaktur) dengan periode 10 tahun (Juli 1998-Juni 2008). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah CPI yang menggambarkan inflasi. RFR
yang menggambarkan hasil selama 6 bulan dari Treasury bills dan
menggambarkan suku bunga dan nilai tukar rupiah/dolar. Industrial Production
Index dan Individual Industrial Production yang menggambarkan real output.
Variabel lainnya yang digunakan adalah M2 yang menggambarkan jumlah uang
beredar. Hasil penelitian ini mengindikasikan perubahan variabel ekonomi dalam
return saham lebih berpengaruh pada level industri dibandingkan level
perusahaan. Penelitian ini pula mengindikasikan industri perbankan (sektor
keuangan) lebih sensitif dengan perubahan variabel ekonomi.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Xiufang Wang (2010) yang berjudul The
Relationship between Stock Market Volatility and Macroeconomic Volatility:
Evidence from China. Data yang digunakan adalah data bulanan periode Januari
1992 hingga Desember 2008. Penelitian ini menggunakan model EGARCH dan
lag-augmented VAR (LA-VAR) untuk menganalisis hubungan GDP, CPI yang
menggambarkan inflasi, dan suku bunga terhadap saham. Model AR(2)EGARCH(2,2) digunakan untuk memodelkan GDP, AR(7)-EGARCH(2,1) untuk
memodelkan CPI, AR(4)-EGARCH(1,2) untuk memodelkan suku bunga dan
AR(2)-GARCH(1,1) untuk memodelkan return saham. Hasil penelitian ini
mengindikasikan tidak ada hubungan antara volatilitas GDP dan suku bunga
terhadap volatilitas saham. Hanya inflasi yang berhubungan dengan volatilitas
saham.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Wijaya (2008) yang berjudul Pengaruh
Faktor Makroekonomi dan Return IHSG terhadap Return Saham Sektor Usaha
Primer : Analisis dengan Metode GARCH. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh return IHSG serta faktor-faktor makroekonomi terhadap
volatilitas return saham sektor pertanian dan pertambangan. Penelitian ini
menggunakan data dari Januari 2004 hingga Juni 2007. Data tersebut adalah
IHSG, Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS) Pertanian, IHSS Pertambangan, kurs
dan suku bunga SBI yang dinyatakan dalam bentuk return secara relatif, serta
inflasi yang dinyatakan dalam persen. Metode penelitian yang digunakan adalah
regresi berganda dan GARCH . Variabel yang diguakan dalam penelitian ini hasil
penelitian ini menunjukan bahwa return IHSS Pertanian hanya dipengaruhi secara
nyata oleh return IHSG. Sedangkan return IHSS Pertambangan secara signifikan
dipengaruhi oleh return IHSG, return, kurs dan return suku bunga SBI.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Sitorus (2004) yang berjudul
Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Kinerja Saham Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi sebagai Emiten di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah inflasi, suku bunga SBI, kurs dan jumlah
uang beredar. Penelitian ini menggunakan regresi berganda sebagai alat analisis.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa variabel-variabel makroekonomi
berpengaruh secara simultan terhadap kinerja saham pertambangam minyak dan
gas bumi. Variabel makroekonomi yang berpengaruh sangat besar terhadap
kinerja saham pertambangan minyak dan gas bumi adalah variabel kurs.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi return pada saham batubara
dalam kelompok JII dimana sampelnya yaitu perusahaan BUMI dan PTBA
dengan rentang waktu Januari 2005 hingga Mei 2010. Selain itu variabel yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah faktor-faktor makroekonomi yang meliputi
Customer Price Index (CPI), nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, Jumlah uang
beredar (M2), suku bunga SBI, Industrial Production Index (IPI), dan IHSG.
2.8.
Kerangka Pemikiran Konseptual
Penelitian ini berawal dari sebuah pemikiran mengenai prospek batubara
Indonesia. Peringkat Indonesia sebagai produsen batubara dunia terus meningkat
dari tahun ke tahunnya. Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai produsen
batubara dunia pada tahun 2009. Selain itu, pada tahun yang sama Indonesia
menduduki peringkat kedua sebagai eksportir batubara dunia. Hal ini menjadikan
saham-saham perusahaan batubara sebagai alternatif investasi yang menarik
karena adanya potensi return yang tinggi dari saham batubara. Saham-saham
perusahaan batubara dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) ini ada yang masuk
kelompok JII,ada pula yang tidak. Saham batubara yang masuk kelompok JII
berarti saham yang likuid dan tidak melanggar syariah Islam.
Investasi tidak terlepas dari return dan risk. Investor pasti mengharapkan
return yang tinggi dengan risk yang rendah. Oleh karena itu, penulis merasa perlu
melakukan penelitian mengenai faktor-faktor makroekonomi yang mempengaruhi
return saham batubara (BUMI dan PTBA), dan menjelaskan pengaruhnya
terhadap return saham tersebut, sehingga diharapkan investor dapat menentukan
langkah yang tepat ketika berinvestasi pada saham-saham perusahaan batubara.
Potensi batubara Indonesia yang
menjanjikan
Saham batubara menjadi alternatif investasi
yang menarik
Saham dalam
kelompok JII
Saham diluar
kelompok JII
Investor mengharapkan return
yang tinggi
1.
2.
3.
4.
CPI
M2
Kurs
Suku
bunga SBI
5. IPI
6. IHSG
Perlunya penelitian
volatilitas return
Model ARCH-GARCH
Rekomendasi strategi
Catatan :
: tidak dianalisis
: dianalisis
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Konseptual
2.9.
Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
1.
Return saham batubara (BUMI dan PTBA) dipengaruhi oleh faktor-faktor
makroekonomi seperti CPI yang menggambarkan inflasi, M2 yang
menggambarkan jumlah uang beredar, kurs dan suku bunga SBI.
2.
CPI diduga berpengaruh negatif terhadap return saham batubara.
3.
M2 diduga berpengaruh negatif terhadap return saham batubara.
4.
Kurs diduga berpengaruh negatif terhadap return saham batubara.
5.
Suku bunga SBI diduga berpengaruh negatif terhadap return saham batubara.
6.
IPI diduga berpengaruh negatif terhadap return saham batubara.
7.
IHSG diduga berpengaruh positif terhadap return saham batubara.
8.
Variabel Dummy diduga “1” yaitu PTBA memiliki return yang lebih besar
dibandingkan “0” yaitu BUMI.
III. METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa data time series bulanan dari tahun Januari 2005 sampai dengan Mei 2010.
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini beserta sumbernya akan
disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data
Sumber data
Harga penutupan saham
BUMI dan PTBA
www.finance.yahoo.com
Statistik Keuangan Indonesia
(SEKI), dan Badan Pusat
Jumlah uang beredar
Statistik (BPS).
International Financial
Customer Price Index (CPI) Statistics (IFS)
Nilai tukar Rupiah terhadap
US Dollar
Bank Indonesia (BI)
Industrial Production
Badan Pusat Statistik (BPS)
Index (IPI)
Sertifikat Bank Indonesia
( SBI)
Bank Indonesia (BI)
Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS)
Bank Indonesia (BI)
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
www.finance.yahoo.com
Jakarta Islamic Index (JII)
www.finance.yahoo.com
Ket
2005=100
2000=100
Data-data yamg digunakan dalam penelitian ini juga didapatkan dari
internet dan bahan pustaka lain berupa literatur dari buku-buku, majalah, jurnal
dan bulletin yang berhubungan dengan topik penelitian.
Adapun kriteria pemilihan saham yang dianalisis adalah :
1.
Perusahaan go public yang tercatat sebagai emiten pada periode secara
kontinyu (tidak pernah delisting)
2.
Saham perusahaan yang tergolong ke dalam perusahaan yang bergerak dalam
bidang pertambangan yang menghasilkan komoditas batubara.
3.
Saham perusahaan masuk ke dalam indek JII selama periode Januari 2005 –
Mei 2010.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut terpilih dua saham perusahaan yang
memenuhinya. Saham-saham perusahaan tersebut adalah PT. Bumi Resources
(BUMI) dan PT.Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA).
3.2.
Variabel dan Definisi Operasional
3.2.1. Variabel Dependen
Variabel dapenden merupakan variabel yang menjadi fokus penelitian.
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham
BUMI dan PTBA yang didapatkan dari pengolahan data harga penutupan saham
bulanan.
3.2.2. Variabel Independen
Variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1.
Customer Price Index (CPI)
CPI menggambarkan tingkat inflasi yang diukur dengan menggunakan data
Indonesia riil atas harga konstan tahun dasar 2005. CPI menggambarkan
tingkat harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Data CPI ini
berupa data bulanan dan dinyatakan dalam bentuk indeks.
2.
KURS
Kurs yang digunakan adalah kurs tengah yang merupakan kurs pada saat
penutupan pasar uang. Kurs dihitung secara bulanan yang dinyatakan dalam
bentuk IDR/USD.
3.
M2
M2 menggambarkan jumlah uang beredar dimana yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jumlah uang beredar dalam arti luas yang dinyatakan
dalam bentuk rupiah.
4.
Industrial Production Index (IPI)
IPI yaitu sebuah indikator ekonomi yang mengukur produksi output riil. Hal
ini dinyatakan sebagai output riil dengan tahun dasar 2000. IPI sering
digunakan sebagai representasi (bagi aktifitas ekonomi atau pendapatan
nasional untuk menggantikan ketiadaan data GDP atau GNP bulanan.
5.
SBI dan SBIS
SBI dan SBIS menggambarkan risk free rate dimana yang digunakan dalam
penelitian ini tingkat riil berupa data bulanan dan dinyatakan dalam satuan
persen.
6.
IHSG dan JII
IHSG dan JII menggambarkan market return. IHSG melibatkan seluruh harga
saham yang tercatat di bursa. Sedangkan JII menggambarkan indeks saham
syariah. IHSG dapat digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau
mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan.
7.
DUMMY
DUMMY menggambarkan peluang return kedua perusahaan. “0” untuk
BUMI dan “1” untuk PTBA.
3.3.
Metode Analisis
Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis yang bersifat
deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan model
ekonometrik yaitu ARCH-GARCH. Model ini digunakan untuk melihat pengaruh
variabel makroekonomi terhadap risk return saham pertambangan dalam
kelompok JII. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan
paket program Microsoft Excel dan Eviews 6.
Tahapan-tahapan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1.
Mengubah data ke dalam bentuk return.
2.
Menganalisis mean, standard deviasi, kemenjuluran (skewness) dan
keruncingan (kurtosis) dari setiap variabel.
3.
Identifikasi model dengan pengujian kestasioneran, multikolinearitas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi.
4.
Pemilihan model ARCH/GARCH terbaik untuk menjawab permasalahan.
5.
Evaluasi hubungan return saham dengan variabel makroekonomi.
3.3.1. Perhitungan Return
Dalam proses GARCH data deret waktu yang bergerak secara “liar” perlu
dilakukan lokalisasi di suatu daerah tertentu. Lokalisasi dilakukan dengan
merubah data awal ke dalam bentuk return. hal ini dilakukan untuk dapat
mengetahui hubungan antara variabel makroekonomi dengan return saham. Selain
itu hal ini akan membantu mengurangi masalah akibat ketidakstasioneran data
yang didefinisikan sebagai :
Yt = Ln Xt+1
Xt
Dimana :
Yt
= tingkat pengembalian (rupiah)
Xt+1
= harga penutupan saham pada saat t+1 (rupiah)
Xt
= harga penutupan saham pada saat t (rupiah)
Nilai Yt akan bernilai positif jika harga saham naik terhadap Xt , dan
sebaliknya, akan bernilai negatif jika harga saham turun terhadap Xt. Data Yt
dengan pendekatan distribusi normal dengan variansi yang selalu berubah.
3.3.2. Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan proses menganalisis mean, kemenjuluran
(skewness) dan keruncingan (kurtosis) dari setiap variabel. Skewness adalah
ukuran penyimpangan suatu distribusi simetris. Jika nilai skewness positif
menunjukan data yang menjulur ke kanan sedangkan nilai skewness yang negatif
menunjukan data menjulur ke kiri. Kurtosis digunakan untuk melihat apakah data
cenderung berbentuk normal, menjulang atau mendatar. Nilai kurtosis yang positif
menggambarkan bentuk menjulang sedangkan nilai kurtosis yang negatif
menandakan data berbentuk mendatar. Jika nilai kurtosis lebih dari tiga
mengindikasikan adanya heteroskedastisitas.
3.3.3.
Pengujian Model
Proses-proses pengujian ini dapat dikelompokan dalam dua kelompok,
yaitu proses mean dan proses variance. Proses mean adalah proses untuk
menentukan variabel yang signifikan terhadap model. Proses ini terdiri atas
pengujian stasionary, pengujian multikolinearitas dan pengujian autokorelasi.
Proses variance adalah proses unutk menentukan variabel-variabel pada
conditional variance untuk menghilangkan heteroskedastisitas.
Apabila variance model bersifat konstan atau homoskedastisitas maka
sudah cukup baik menggunakan formulasi standar deviasi biasa (konvensional)
dengan regresi berganda. Analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square
(OLS), sehingga hasil yang didapatkan sudah bersifat Best Linear Unbiased
Estimator (BLUE).
3.3.3.1. Pengujian Stasioner
Hal yang paling penting berkaitan dengan penelitian data time series
adalah stasioneritas. Time series dikatakan stasioner jika secara stokastik
menunjukan pola yang konstan dari waktu ke waktu atau dengan kata lain tidak
terdapat pertumbuhan atau penurunan pada data tersebut atau data disebut
horizontal sepanjang sumbu waktu.
Data yang non stasioner akan menghasilkan apa yang dinamakan regresi
palsu atau Spurious Regression. Spurious Regression ini adalah regresi yang
menggambarkan hubungan dua variabel atau lebih yang nampak signifikan secara
statistik padahal kenyataanya tidak atau tidak sebesar regresi yang dihasilkan
tersebut. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur stasioneritas,
salah satunya dengan menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test. Data
dikatakan stasioner jika nilai nilai mutlak ADF dari masing-masing variabel lebih
besar jika dibandingkan dengan nilai mutlak MacKinnon critical values.
3.3.3.2. Pengujian multikolinearitas
Multikolinearitas yaitu terdapatnya hubungan linier yang sempurna
diantara
beberapa
variabel
yang
menjelaskan
model
regresi.
Indikasi
multikolinearitas tercermin dengan melihat t dan F-statistik hasil regresi. Jika
banyak koefisien parameter dari t-statistik diduga tidak signifikan sementara dari
hasil F-hitung signifikan, maka patut diduga adanya multikolinearitas.
Multikolineritas dapat diatasi dengan memberi perlakuan cross-section weight,
sehingga t-statistik maupun F hitung menjadi signifikan.
Gujarati (2006) mengatakan bahwa multikolinearitas dapat dideteksi
dengan beberapa indikator sebagai berikut :
a.
R2 sangat tinggi
b.
Dalam model yang hanya meliputi dua variabel yaitu dengan memeriksa
korelasi derajat nol atau sederhana antara dua variabel. Apabila terdapat
korelasi yang tinggi maka dapat dipastikan bahwa terdapat gejala
multikolinearitas.
c.
Dengan memeriksa koefisien korelasi parsial apabila dalam model yang
meliputi lebih dari dua variabel x mempunyai korelasi derajat nol.
d.
Jika terdapat R2 tetapi korelasi parsial rendah.
3.3.3.3. Pengujian Heteroskedastisitas
Menurut Gujarati (2006) heteroskedastisitas adalah kondisi dimana nilai
varian dari variabel independen tidak memiliki nilai yang sama atau nilai ragam
error term tidak memiliki nilai yang sama untuk setiap observasi. Untuk menguji
adanya pelanggaran asumsi heteroskedatisitas digunakan uji yang diperoleh dari
program Eviews.
Pengujian
heteroskedastisitas
adalah
untuk
menentukan
adanya
conditional variance dan residual. Bagi data yang bersifat heteroscedastic
perhitungan variannya lebih tepat jika menggunakan model GARCH. Proses
pengujian
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji white untuk
menentukan suatu residual bersifat heteroskedastisitas atau homoskedastisitas
dilakukan uji stsistik dengan menggunakan hipotesis berikut :
H0: homoskedastisitas
H1: heteroskedastisitas
Jika p-value lebih dari taraf nyata maka tolak H0 yang berarti model
mengandung heteroskedastisitas.
3.3.3.4. Pengujian Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Akibat dari autokorelasi
dapat mempengaruhi efisiensi dan estimatornya. Dampak lain dari autokorelasi
pada model adalah varian residual yang diperoleh akan lebih rendah daripada
semestinya sehingga menyebabkan R2 menjadi lebih tinggi. Untuk mendeteksi
adanya korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW) dalam
output Eviews. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi, maka dilakukan
dengan membandingkan DW-statistik dengan DW-tabel.
Tabel 3. Tabel untuk menentukan Autokorelasi
Ada
autokorelasi
positif
Tidak dapat Tidak
ada Tidak dapat Ada
diputuskan
autokorelasi
diputuskan
autokorelasi
negatif
dL
du
4-du
4-dL
4
Sumber : Gujarati, 2006
Selain membandingkan niali DW-statistik dengan DW-tabel, autokorelasi
juga dapat dideteksi dengan menggunakan
dengan
Breush-Grodfrey Serial
Correlation LM Test. Hipotesis yang digunakan dalam uji Breush-Godfrey adalah:
H0 : tidak ada autokorelasi
H1 : ada autokorelasi
Jika nilai p-value kurang dari taraf nyata maka tolak H0, artinya model
mengandung autokorelasi.
3.4.
Analisis Model ARCH-GARCH
Model ARCH pertama kali dipopulerkan oleh Engle pada tahun 1982
(Enders,2004). ARCH secara spesifik didesain untuk memodelkan volatilitas
residual yang sering terjadi pada data-data keuangan dan meramalkan (forecast)
ragam bersyarat (conditional variances). Ragam sebagai variabel dependen
(dependent variable) atau variabel endogen dimodelkan sebagai fungsi dari nilai
masa lalu variabel dependen dan variabel independen (independent variable) atau
varibel eksogen juga demikian. Dengan menggunakan metode ini, kasus
heteroskedastisitas dan korelasi serial dapat ditreatment sekaligus.
Model ARCH memodelkan keheterogenan ragam (heteroskedastisitas)
yang tergantung pada informasi sebelumnya (conditional) secara autoregresif.
Model ARCH diterapkan pada deret waktu yang tidak memenuhi asumsi
kehomogenan ragam. Contoh data yang memiliki ragam heterogen adalah data
yang berhubungan dengan dunia keuangan (harga saham, tingkat inflasi, tingkat
suku bunga, fluktuasi harga, dll).
Model GARCH pertama kali dipopulerkan oleh Bollerslev pada tahun
1986. Model ini secara luas digunakan dalam berbagai cabang ekonometrika,
khususnya dalam analisis deret waktu (time series) pada data-data keuangan dan
penyempurnaan dari model ARCH (Enders, 2004). Model ini dibangun untuk
menghindari ordo yang besar pada model ARCH.
GARCH mengansumsikan data yang akan dimodelkan memiliki standar
deviasi yang selalu berubah terhadap waktu. GARCH cukup baik untuk
memodelkan data yang berubah standar deviasinya, tetapi tidak untuk data yang
benar-benar acak. Langkah awal untuk mengidentifikasi model ARCH-GARCH
adalah dengan melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dari data pergerakan harga
penutupan saham-saham pertambangan terpilih.
Robert Engle (2001) Mengemukakan bahwa ARCH-GARCH adalah
model yang digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai volatilitas. ARCHGARCH model memperlakukan heteroskedastisitas sebagai varians yang akan
dimodelkan. Sehingga tidak hanya kekurangan dari kuadrat terkecil yang
dikoreksi, tetapi dapat menghitung varians dari error. Model ini sering digunakan
dalam aplikasi bidang keuangan. Chistos Floros (2008) mengemukakan bahwa
penggunaan model GARCH memberikan keuntungan untuk menyelidiki respon
asimetrik terhadap guncangan masa lalu.
Model ARCH-GARCH terdiri dari model rataan dan model ragam.
Model rataan dapat berupa model ARMA, model regresi atau model konstanta.
Misalkan terdapat data deret waktu Y1, Y2, ...., Yt, yang merupakan data
pengembalian harga saham dengan model rataan adalah model regresi sebagai
berikut :
Yt = β0 + β1x1 + β02x2 + βtxt + εt
(1)
Dengan
E(εt ) =0
(2)
σ2, untuk t = τ
E(εt , ετ) =
0, untuk selainnya
(3)
Persamaan (3) berimplikasi bahwa keragaman galat konstan, tetapi ragam
bersyarat galat dapat berubah menurut waktu. Ragam yang berubah-ubah pada
tiap titik waktu juga mempunyai implikasi terhadap keshahihan dan keefisienan
parameter (β, β1 , β2 , .... , βp). Walaupun persamaan (3) berimplikasi bahwa
ragam bersyarat dari εt adalah konstan (sebesar σ2), namun pada kenyataanya
ragam bersyarat dari εt dapat berubah-ubah terhadap titik waktu. Satu pendekatan
yang digunakan untuk mendeskripsikan kuadrat dari εt terhadap dirinya sendiri
mengikuti proses AR(m) :
εt = ξ + α1ε2t-1 + α2ε2t-2 +......+ αmε2t-m + ωt
(4)
peubah ωt adalah proses white noise yang baru, dengan E(ωt) =0
λ2, untuk t = τ
E(ωt , ωτ) = 0, untuk selainnya
Karena
εt juga merupakan error
dari peramalan Yt, persamaan (4) berimplikasi
bahwa proyeksi linier kuadrat galat dari ramalan Yt terhadap m-kuadrat error
peramalan sebelumnya adalah sebagai berikut :
E (εt|ε
2
t-1,
ε2t-2, ...) = ξ + α1ε2t-1 + α2ε2t-2 +......+ αmε2t-m
(5)
Proses white noise yang memenuhi persamaan (5) dikenal sebagai model
Autoregressive Conditional Heteroschedasticity dengan orde m atau ARCH(m).
Proses ini dinotasikan :
εt ~ ARCH(m)
persamaan ini sering ditulis sebagai berikut :
ht = ξ + α1ε2t-1 + α2ε2t-2 +......+ αmε2t-m
dimana ht = E (εt|ε
2
t-1,
ε2t-2, ...) yang sering disebut sebagai ragam.
Proses εt ~ ARCH(m) dicirikan oleh :
εt = √ ht . Vt dimana
Vt ~ N (0,1)
(6)
lebih umum lagi diperlihatkan sebuah proses dimana ragam bersyaratnya
tergantung pada jumlah lag terhingga dari ε
2
t-j :
ht = ξ + π(L)ε2t
(7)
dengan
π(L) =
Σ πj L2
j=1
kemudian π(L) diparameterisasi sebagai rasio dari 2 orde polinomial terhingga :
π(L) = α(L) = α1(L)1 + α2(L)2 + α3(L)3 +.... + αm(L)m
1- δ(L)
1- δ1(L)1– 1- δ2(L)2 – 1- δ3(L)3- ... – 1- δm(L)m
dimana diasumsikan bahwa akar dari 1- δ(L) = 0. Jika persamaan (7) dikalikan
dengan 1- δ(L), maka diperoleh persamaan sebagai berikut :
2
[1- δ(L)] ht = [1- δ(L)] ξ + α(L) ε t atau dapat ditulis sebagai berikut :
ht = K + δ1ht-1 + δ2ht-2 + ... + δrht-r + α1ε2t-1 + α2ε2t-2 + ... + αmε2t-m (8)
untuk nilai K = [1- δ1- δ2 - ... - δr] ξ
Persamaan
(8)
dikenal
sebagai
model
General
Autoregressive
Conditional Heteroscedasticity dengan orde m yang biasa dinotasikan sebagai εt ~
GARCH (r,m) (Firdaus, 2006).
3.4.1. Pemilihan Model ARCH-GARCH Terbaik
Kriteria model terbaik adalah memiliki ukuran kebaikan model yang
besar dan koefisien yang nyata. Terdapat dua bentuk pendekatan yang dapat
digunakan sebagai ukuran kebaikan model yaitu :
1.
AIC = ln (MSE) + 2*K/N
Akaike Information Criterion (AIC)
2.
Schwartz Criterion (SC)
SC = ln (MSE) + [K*log (N)]/N
Dimana :
MSE = Mean Square Error
K
= banyaknya parameter, yaitu (p+q+1)
N
= banyaknya pengamatan
SC dan AIC adalah dua standar informasi yang menyediakan ukuran
informasi yang dapat menemukan keseimbangan antara ukuran kebaikan model
dan spesifikasi model yang terlalu hemat. Nilai ini dapat membantu untuk
mendapatkan seleksi model terbaik. Model yang baik dipilih berdasarkan nilai
AIC dan SC yang terkecil dengan melihat juga signifikansi koefisien model.
3.4.2. Pemeriksaan Model ARCH-GARCH
Pemeriksaan kecukupan model dilakukan untuk menguji asumsi, sehingga
model yang diperoleh cukup memadai. Jika model tidak memadai, maka kembali
ke tahap identifikasi untuk mendapatkan model yang lebih baik. Diagnosis model
dilakukan dengan menganalisis residual yang telah distandardisasi. Diagnosis
meliputi :
1.
Sebaran Residual
2.
Kebebasan residual yang dilihat dari fungsi autokolerasi dan kuadrat residual.
3.
Pengujian efek ARCH-GARCH dari residual.
Langkah awal yang dilakukan adalah memeriksa kenormalan residual baku
model dengan uji Jarque-Bera (JB). Uji JB mengukur perbedaan antara Skewness
(kemenjuluran) dan Kurtosis (keruncingan) data dari sebaran normal, serta
memasukkan ukuran keragaman. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Sisaan baku menyebar normal
H1 : Sisaan baku tidak menyebar normal
Statistik uji JB dihitung dengan persamaan berikut :
JB = N – K (S2 + ¼ (k – 3)2)
6
Dimana :
S
= kemenjuluran
K
= keruncingan
k
= banyaknya koefisien penduga
N
= banyaknya data pengamatan
Di bawah ini dijelaskan kondisi hipotesis nol. JB memiliki derajat bebas 2.
Tolak H0 jika JB > χ22 (α) atau jika P(χ22 > JB) kurang dari α = 0,05. Artinya data
residual terbakukan tidak menyebar normal.
Model ARCH-GARCH menunjukan kinerja yang baik jika dapat
menghilangkan autokorelasi yang ada pada data, yaitu bila residual baku
merupakan proses white noise. Langkah selanjutnya adalah memeriksa koefisien
autokorelasi residual baku, dengan Uji Ljung-Box.
Uji Ljung-Box (Q*) pada dasarnya adalah pengujian kebebasan residual
baku. Untuk data deret waktu dengan N pengamatan, statistik uji Ljung-Box
diformulasikan sebagai berikut :
Q* = n(n+2) Σ r12 (εt)
l=1
dimana r1(εt) adalah autokorelasi contoh pada lag 1 dan k adalah maksimum lag
yang diinginkan. Jika nilai Q* lebih besar dari nilai χ22 (α) dengan derajat bebas kp-q atau jika P (χ2(k-p-q) > Q*) lebih kecil dari taraf nyata 0,05 maka model tersebut
dinyatakan tidak layak.
3.5.
Model Penelitian
Pada penelitian ini, penulis hanya akan menganalisis faktor-faktor
makroekonomi yang mempengaruhi return pada saham batubara yang masuk
dalam kelompok JII selama periode penelitian saja (BUMI dan PTBA). Setelah
mendapatkan data penutupan dalam periode bulanan, data-data tersebut diolah
menjadi data return. Data yang diubah ke dalam return tidak hanya data
penutupan saham, tetapi data variabel makroekonomi yang digunakan turut pula
diubah menjadi data return. Hal ini menyebabkan seluruh variabel menjadi sama
satuannya yaitu persen.
Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
Model 1 :
Rt = β0 + β1RCPIt + β2RKURSt + β3RM2t + β4RIPIt + β5RSBIt + β6RIHSGt +
β7DUMMY + εt
h2t = K + δ1h2t-1 + δ2h2t-2 + ... + δrh2t-r + α1ε2t-1 + α2ε2t-2 + ... + αmε2t-m
(11)
Model 2 :
Rt = β0 + β1RCPIt + β2RKURSt + β3RM2t + β4RIPIt + β5RSBISt + β6RJIIt +
β7DUMMY + εt
h2t = K + δ1h2t-1 + δ2h2t-2 + ... + δrh2t-r + α1ε2t-1 + α2ε2t-2 + ... + αmε2t-m
Dimana :
Rt
= return saham bulanan perusahaan pada periode t
ht
= ragam ke-t
RCPI
= return Customer Price Index
RKURS
= return nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar
RM2
= return jumlah uang yang beredar
RSBI
= return Suku Bunga Bank Indonesia
RIPI
= return industrial production index
RIHSG
= return Indeks Harga Saham Gabungan
RSBIS
= return Sertifikat Bank Indonesia Syariah
RJII
= return Jakarta Islamic Index
DUMMY
= “0” untuk BUMI dan “1” untuk PTBA
(12)
IV. GAMBARAN UMUM
4.1.
Kondisi Makroekonomi Indonesia
Perkembangan
perekonomian
Indonesia
mengalami
pasang
surut
(fluktuasi) selama periode Januari 2005 sampai dengan Mei 2010. Pada periode
tertentu tumbuh pesat, tetapi pada periode lainnya tumbuh lambat. Kondisi
perekonomian ini tidak terlepas dari pengaruh guncangan eksternal dan internal.
Guncangan eksternal berasal dari kondisi perekonomian global seperti terjadinya
subprime mortgage di AS, kenaikan harga minyak dan komoditas internasional
lainnya. Sedangkan guncangan internal seperti kondisi makroekonomi, kondisi
politik, dan kenaikan harga barang domestik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Indikator Makroekonomi Tahun 2005-2009
Tahun
Pertumbuhan
GDP (%)
Inflasi CPI
(%)
2005
5,70
17,11
2006
5,50
6,60
2007
6,30
6,59
2008
6,10
11,06
2009
4,50
2,78
Sumber : Bank Indonesia, 2005-2009
Tabel
4.
menggambarkan
Nilai tukar
Suku bunga Pertumbuhan
rata-rata
SBI (%)
M2 (%)
(IDR/USD)
9.713
12,75
16,42
9.167
9,75
14,87
9.140
8,00
18,89
9.666
10,83
26,30
10.356
6,46
10,70
pertumbuhan
indikator
makroekonomi
Indonesia. Pada tahun 2005, pertumbuhan GDP 5,7 persen dengan tingkat inflasi
CPI yang tinggi yaitu 17,11 persen dan nilai tukar yang melemah yaitu Rp
8.572,00. Hal ini dikarenakan tekanan pada kestabilan makroekonomi yang
meningkat sejak triwulan kedua seperti kenaikan harga-harga yang diatur
pemerintah khususnya bahan bakar minyak (BBM) pada bulan Maret dan Oktober
2005. Selain itu tingginya tingkat inflasi ini diakibatkan oleh tingginya harga-
harga bahan makanan akibat terganggunya pasokan dan distribusi makanan di
berbagai daerah. Hal ini menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Untuk
memulihkan stabilitas moneter nilai tukar, pemerintah melakukan pengetatan
moneter. Pemerintah menaikan suku bunga SBI hingga 12,5 persen. Sementara itu
pertumbuhan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat sebesar 16,42 persen.
Secara nominal pertumbuhan M2 lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya,
namun secara riil pertumbuhannya negatif. Kondisi ini mengisyaratkan kuatnya
tekanan terhadap daya beli perekonomian terutama pasca kenaikan harga BBM.
Perekonomian Indonesia secara gradual pada tahun 2006 mengalami
perbaikan mencapai 5,5 persen. Tingkat inflasi sangat sangat tinggi berangsur
menurun hingga 6,6 persen. Nilai tukar rupiah bergerak stabil dan cenderung
menguat dengan rata-rata Rp 9.167,00. Sejak Mei 2006, Indonesia mulai
menurunkan suku bunga SBI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Penurunan suku bunga SBI dilakukan bertahap sebanyak tujuh kali hingga
menjadi 9,75 persen pada akhir tahun 2006 dan pertumbuhan M2 sebesar 14,87
persen.
Pada tahun 2007, perekonomian Indonesia menggembirakan meskipun
mendapat tekanan terutama dari sisi eksternal yaitu terjadinya krisis subprime
mortgage di Amerika Serikat dan tingginya harga minyak dunia dan komoditas
internasional pada pertengahan tahun 2007. Indonesia berhasil mencapai
pertumbuhan ekonomi 6,3 persen setelah krisis. Akselerasi pertumbuhan ini
berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi yang mencatat pertumbuhan
tinggi. Perkembangan nilai tukar relatif stabil degan rata-rata Rp 9.140,00.
Perkembangan inflasi CPI pun relatif stabil sesuai pada kisaran yang ditetapkan
yaitu 6,59 persen. Suku bunga SBI sebesar 8 persen dengan pertumbuhan M2
sebesar 18,89 persen.
Perekonomian Indonesia tahun 2008 dibayangi oleh tekanan yang cukup
berat, terimbas oleh ketidakpastian pasar finansial global yang meningkat, proses
perlambatan ekonomi dunia yang signifikan, dan perubahan harga komoditas
global yang cukup drastis. Meskipun secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi
mampu menyamai tahun sebelumnya yaitu 6,1 persen, namun pertumbuhan
ekonomi cenderung melambat dengan tekanan stabilitas makro yang semakin
tinggi. Inflasi CPI cenderung meningkat menjadi 11,06 persen dan nilai tukar pun
mengalami depresiasi dengan rata-rata Rp 9.666,00. Hal ini membuat otoritas
moneter menurunkan menaikan suku bunga SBI hingga 9,5 persen dengan
pertumbuhan M2 sebesar 26,30 persen.
Pada tahun 2009, kondisi perekonomian Indonesia masih dihadapi
tantangan yang diakibatkan dampak krisis perekonomian yang mencapai
puncaknya pada akhir tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung
menurun hingga 4,5 persen dengan tingkat inflasi CPI 2,78 persen. Rata-rata nilai
tukar pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 10.356,00. Suku bunga SBI sebesar 6,46
persen dengan pertumbuhan uang beredar sebesar 10,70 persen.
Kondisi perekonomian Indonesia ini sangat berpengaruh terhadap kondisi
pasar modal. Kondisi perekonomian yang kondusif akan mendukung kegiatan
pasar modal sedangkan kondisi perekonomian yang buruk akan membuat kegiatan
pasar modal lesu.
4.2.
Gambaran PT. Bumi Recources Tbk. (BUMI)
4.2.1. Sejarah BUMI
BUMI Tbk. (BUMI) adalah perusahaan pertambangan kelas dunia yang
memiliki salah satu aset terbaik di dunia yaitu batubara termal. BUMI telah
mendapatkan reputasi sebagai eksportir batubara thermal yang paling dapat
diandalkan di dunia. BUMI pada awalnya berlokasi di PT.Bursa Efek Surabaya,
Plaza Bapindo Menara I Lt.20 Jalan Jendral Sudirman Kav 54-55 Jakarta. Namun,
sejak tanggal 3 Juli 2006 perusahaan ini pindah ke kantor baru di Wisma Bakri 2
Lt 7 Jalan H.R Rasuna Said Kav B2 Jakarta.
Perusahaan BUMI go public melalui Penawaran Umum Perdana pada
tahun 1990 dengan mencatatkan seluruh sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya. BUMI mulai menggeser bisnis intinya dari hotel dan
pariwisata menjadi minyak, gas alam dan investasi pertambangan pada Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 13 Agustus 1998. Awalnya BUMI
bernama PT Bumi Modern Tbk. lalu menjadi PT BUMI Resources berdasarkan
Keputusan Menteri Kehakiman dan Perundang Republik Indonesia Nomor C21041 HT.01.04-TH.2000 tanggal 20 September 2000.
Pada bulan November 2001, BUMI mengakuisisi 80 persen saham PT
Arutmin Indonesia (Arutmin) dari BHP Minerals Exploration Inc. Pada saat
akuisisi, Arutmin merupakan produsen batubara terbesar keempat di Indonesia
dengan empat tambang batubara terbuka yaitu Senakin, Satui, Asam -asam dan
Batulicin keduanya berlokasi di Kalimantan Selatan. Pada bulan Oktober 2003,
Perusahaan mengakuisisi 100 persen saham di PT Kaltim Prima Coal ("KPC")
melalui perusahaan induknya Sangatta Holdings Limited dan Kalimantan Coal
Limited, dalam upaya untuk lebih ekspansi usaha. Akuisisi KPC ini membuat
perusahaan berubah menjadi produsen batubara terbesar. Secara global, BUMI
merupakan salah satu eksportir batubara termal terbesar di dunia, atau sekitar 8
persen dari batubara termal yang diperdagangkan secara internasional pada tahun
2005.
4.2.2. Kinerja BUMI
Berdasarkan data kumulatif kuartal empat disetiap tahunnya, aset BUMI
mengalami peningkatan selama tahun 2005 hingga 2009. Laba usaha BUMI
cenderung mengalami fluktuasi. Laba usaha menurun pada tahun 2006, lalu
meningkat kembali hingga tahun 2008 dan kembali mengalami penurunan pada
tahun 2009. Laba bersih BUMI cenderung mengalami penurunan hanya pada
tahun 2007 laba bersih BUMI mengalami peningkatan .Hal ini berdampak pada
pergerakan laba per saham. Laba per saham mengalami pergerakan yang sama
dengan laba bersih. Sedangkan deviden pada tahun 2008 tidak dibagikan kepada
investor. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kinerja Keuangan PT Bumi Resouces Tbk Tahun 2005-2009.
Periode
2005
2006
2007
Aset
(Triliun Rp)
Laba Bersih
(Triliun Rp)
Laba per
Saham(Rp)
3,428
2,320
2,576
1,511
1,413
7,310
104
97
502
2008
39,918
7,037
2009
57,236
5,170
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2005-2009
4,615
2,576
317
265
15,915
20,837
23,329
Laba Usaha
(Triliun Rp)
Deviden
(Rp)
5
10
16
33
50,60
4.2.3. Kinerja Saham BUMI
Tabel 6 menggambarkan kinerja Saham BUMI di pasar modal. Saham
BUMI menunjukan peningkatan dari segi volume, nilai dan juga frekuensi
transaksi dari tahun 2005 hingga tahun 2009. Hal ini mengindikasikan likuiditas
saham BUMI yang baik selama periode tersebut.
Tabel 6. Kinerja Saham BUMI Tahun 2005-2009
Periode
Volume (unit)
Nilai (Rp)
Frekuensi (kali)
2005
22.690.088.223
17.809.597.057.876
112.041
2006
22.377.047.776
18.254.797.653.226
86.639
2007
35.444.900.474
97.300.906.671.476
363.787
2008
53.086.897.313
254.227.373.168.136
1.205.300
2009
105.094.549.495
201.040.727.976.651
2.198.359
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2005-2009
4.2.4. Harga Saham BUMI
Gambar 6 menggambarkan pergerakan harga saham BUMI selama
periode Januari 2005 hingga Mei 2010. Harga penutupan saham BUMI pada
Januari 2005 sebesar Rp 920,00 dan pada Mei 2010 sebesar Rp 2.025. harga
penutupan saham BUMI terendah terjadi pada bulan November 2005 sebesar Rp.
690,00 dan harga penutupan tertinggi terjadi pada Juni 2008 sebesar Rp 8.200,00.
Pergerakan harga penutupan saham BUMI mengalami fluktuasi yang
cenderung stabil pada tahun 2005 hingga tahun 2007. Penurunan signifikan terjadi
pada Februari 2008 dimana harga penutupan saham BUMI turun sebesar Rp
1.500,00 dari Rp 7.700,00 pada bulan Agustus menjadi Rp 6.200,00 pada bulan
Juli. Hal ini diakibatkan pula oleh anjloknya harga minyak dunia yang terjadi saat
itu. Pada pertengahan tahun 2009 harga penutupan saham BUMI cenderung
mengalami peningkatan hingga Mei 2010. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 6. Pergerakan Harga saham BUMI
4.2.5.
Return BUMI
Return selalu menjadi alasan seorang investor menanamkan modalnya.
Return bergerak seiring dengan pergerakan harga. Harga yang fluktuatif akan
membuat return berfluktuasi pula. Sama halnya akan return saham BUMI yang
berfluktuasi seiring dengan berfluktuasinya harga saham BUMI. Pergerakan harga
saham dipengaruhi oleh pergerakan variabel-variabel makroekonomi. Ha ini
berarti return saham pun dipengaruhi oleh pergerakan variabel-variabel
makroekonomi. Hubungan return dan variabel makroekonomi dapat kita lihat dari
gambar pergerakkanya. Hal ini akan memudahkan kita untuk mengetahui
bagaimana
hubungan
return
saham
BUMI
dengan
variabel-variabel
makroekonomi yang akan dianalisis. Gambar 7 menggambarkan hubungan return
BUMI dengan variabel-variabel makroekonomi.
1
0.5
Jan‐10
Mar‐09
May‐08
Jul‐07
Sep‐06
Nov‐05
‐0.5
Jan‐05
0
‐1
RBUMI
0.2
0.15
0.1
0.05
0
‐0.05
‐0.1
‐0.15
RKURS
Gambar 7. Hubungan return BUMI dengan Variabel Makroekonomi
Berdasarkan Gambar 7, saat CPI bergerak naik maka return bergerak
turun. Begitu pula sebaliknya, saat CPI bergerak turun return cenderung bergerak
naik. Hal ini dikarenakan saat harga-harga barang-barang naik, maka biaya
produksi pun akan naik yang pada akhirnya akan membuat keuntungan
perusahaan menurun. Hal ini akan membuat permintaan akan saham BUMI
menurun dan pada akhirny menyebabkan penurunan return saham BUMI.
Pergerakan kurs dan return BUMI berlawanan. Ketika kurs menguat
(apresiasi) maka return saham meningkat, sedangkan ketika kurs melemah
(depresiasi) maka return saham menurun. Saat jumlah uang beredar meningkat
ternyata return saham BUMI menururn sedangkan ketika jumlah uang yang
beredar menurun maka return saham BUMI akan meningkat Pergerakan ke atas
dari Industrial Production Index (IPI) searah dengan pergerakan return BUMI.
Dengan kata lain saat output yang dihasilkan meningkat maka return BUMI pun
akan meningkat.
Pergerakan ke atas suku bunga SBI ternyata diikuti dengan pergerakan ke
bawah return BUMI. Pada saat otoritas moneter menaikan suku bunga SBI maka
masyarakat akan lebih memilih untuk memanankan dananya pada SUN sehingga
menurunkan minat berinvestasi di pasar modal. Hal ini akan berdampak pada
penurunan permintaan saham BUMI. Penurunan permintaan ini menyebabkan
penurunan harga saham BUMI dan pada akhirnya berdampak pada penurunan
return saham BUMI.
Saat IHSG meningkat maka return BUMI pun meningkat. IHSG
merupakan gambaran dari perkembangan pasar modal. Saat IHSG meningkat
maka investor akan percaya untuk menanamkan modalnya pada pasar modal.
Meningkatnya minta investor untuk berinvestasi pada saham akan berdampak
pada meningkatnya permintaan saham BUMI yang akan berdampak pada
meningkatnya pula return saham BUMI.
1
0
‐0.05
0
0.05
0.1
RBUMI
RBUMI
0.5
‐0.2
‐0.5
‐0.05
RCPI
0.8
0.6
0.4
0.2
0
‐0.2 0
‐0.4
‐0.6
‐0.8
‐1
0.4
0.05
0.1
‐0.2
0.2
0
‐0.1
‐0.2 0
‐0.4
0.1
‐0.6
‐0.8
RIPI
1
RBUMI
0.5
RBUMI
0.2
0.6
RM2
0
‐0.2
0.1
0.8
RBUMI
RBUMI
‐1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
‐0.2
‐0.1
0
‐0.4
‐0.6
‐0.8
‐1
RKURS
‐0.1
0
0.1
‐0.5
‐1
RSBI
0.2
‐0.6
‐1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
‐0.2
‐0.4
‐0.2
0
‐0.4
‐0.6
‐0.8
‐1
RIHSG
0.2
0.4
Gambar 8. Trend Hubungan Return BUMI dengan Variabel Makroekonomi
Selanjutnya pada Gambar 8 ditunjukkan bagaimana trend hubungan return
BUMI dengan variabel makroekonomi. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat
bahwa pada return memiliki kecenderungan/tren
hubungan negatif dengan
Customer Price Index (CPI), nilai tukar rupiah terhadap dollar, jumlah uang
beredar, dan suku bunga SBI. Sedangkan return memiliki kecenderungan/trend
hubungan positif dengan Industrial Production Index (IPI) dan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
4.3.
PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA)
4.3.1. Sejarah PTBA
PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam (PIBA) merupakan perusahaan
batubara terbesar kelima di Indonesia. Perusahaan ini berlokasi di Menara Kadin,
lantai 15, Jl. Rasuna Said, Blok X-5 Kav. 2 & 3, Jakarta.
Sejarah berdirinya
PTBA diawali dengan Pertambangan batubara di Tanjung Enim yang diprakarsai
oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1919. Pertambangan ini
mengoperasikan tambang batu bara pertama yang menggunakan metode
penambangan terbuka di Air Laya. Pada tahun 1950, pemerintah Indonesia
menyetujui pembentukan Milik Negara Tambang Batubara Bukit Asam atau Anak
Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA) .Tahun 1981, PN TABA berubah status
menjadi perseroan terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam
(persero) TBk, selanjutnya disebut Perusahaan. Untuk mengembangkan industri
batubara di Indonesia, pada 1990 pemerintah melakukan penggabungan usaha
Perum Tambang Batubara dengan Perusahaan.
Sejalan dengan program keamanan energi pembangunan nasional, pada
tahun 1993 Perusahaan ditugaskan oleh Pemerintah untuk mengembangkan usaha
Briket batubara. Pada tanggal 23 desember 2002, perusahaan menjadi perusahaan
publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode PTBA.
4.3.2. Kinerja PTBA
Berdasarkan data kumulatif kuartal empat disetiap tahunnya, aset PTBA
mengalami peningkatan selama tahun 2005 hingga 2010. Laba bersih PTBA juga
meningkat setiap tahunnya. Begitu pula laba bersih yang mengalami peningkatan
selama tahun 2005 hingga tahun 2009. Hal ini berdampak pada pergerakan laba
per saham dan deviden saham. Laba saham cenderung mengalami peningkatan
selama periode penelitian. Sedangkan deviden PTBA tidak diberikan pada tahun
2008. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 7. Kinerja Keuangan PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Tahun 20052009.
Periode Aset
Laba Usaha
Laba Bersih
Laba per
Deviden
(Triliun Rp) (Triliun Rp)
(Trilin Rp)
Saham (Rp)
(Rp)
2005
2,650
0,405
0,365
2006
3,083
0,469
0,374
2007
3,602
0,662
0,527
2008
5,288
1,769
1,321
2009
7,492
2,962
2,228
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2005-2009
211
216
305
765
1289
87,475
101,535
105,39
66,75
4.3.3. Kinerja Saham PTBA
Tabel 8 menggambarkan kinerja Saham PTBA di pasar modal. Saham
PTBA mengalami fluktuasi dalam hal volume perdagangan saham namun
cenderung mengalami peningkatan pada nilai dan frekuensi saham. Hal ini
mengindikasikan likuiditas saham PTBA cukup yang baik selama periode
tersebut.
Tabel 8. Kinerja Saham BUMI Tahun 2005-2009
Periode
Volume (unit)
Nilai (Rp)
Frekuensi (kali)
2005
2.236.201.022
3.710.842.832.770
76.344
2006
3.705.637.140
11.205.401.713.650
139.452
2007
5.011.444.913
29.893.314.910.778
231.055
2008
2.907.342.395
30.413.466.406.695
313.141
2009
1.733.950.214
18.649.563.420.117
240.665
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2005-2009
4.3.4. Harga Saham PTBA
Pada Januari 2005, harga penutupan saham PTBA sebesar Rp 1.650,00
dan pada Mei 2010 harga penutupan saham PTBA sebesar Rp 18.600,00. Selama
periode Januari 2005 sampai dengan Mei 2010, harga penutupan terendah terjadi
pada Maret 2005 sebesar Rp 1.520,00 dan penutupan tertinggi terjadi pada April
2010 sebesar Rp 18.600,00. Harga penutupan saham PTBA cenderung mengalami
peningkatan sejak Januari 2005 hingga pertengahan tahun 2008. Penurunan
signifikan terjadi pertengahan tahun 2008. Penurunan ini diakibatkan anjloknya
harga minyak dunia yang diikuti dengan anjloknya harga komoditi pertambangan.
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 9.
20,000.00
15,000.00
10,000.00
5,000.00
harga penutupan
Gambar 9. Pergerakan Harga Saham PTBA
Jan‐10
Aug‐09
Mar‐09
Oct‐08
May‐08
Dec‐07
Jul‐07
Feb‐07
Sep‐06
Apr‐06
Nov‐05
Jun‐05
Jan‐05
0.00
4.3.5. Return Saham PTBA
Pergerakan return saham PTBA sama seperti return saham BUMI yang
dipengaruhi oleh pergerakan variabel-variabel makroekonomi. Gambar 10
menggambarkan hubungan return saham PTBA dengan variabel-variabel
‐0.2
0
‐0.4
‐0.02
‐0.6
‐0.4
‐0.6
RPTBA
RCPI
RPTBA
0.2
0.15
0.1
0.05
0
‐0.05
‐0.1
‐0.15
Jan‐10
0.02
‐0.2
Mar‐09
0
May‐08
0.04
Jul‐07
0
Sep‐06
0.2
Nov‐05
0.06
Jan‐10
0.2
Mar‐09
0.4
May‐08
0.08
Jul‐07
0.4
Sep‐06
0.6
Nov‐05
0.1
Jan‐05
0.6
Jan‐05
makroekonomi.
RKURS
0.05
0.2
0.04
0.2
0
0
0.02
0
‐0.04
‐0.6
RPTBA
Jan‐10
Mar‐09
May‐08
Jul‐07
‐0.4
Sep‐06
‐0.02
‐0.2
Nov‐05
‐0.4
0
‐0.05
Jan‐05
‐0.2
Jan‐10
0.4
Mar‐09
0.06
May‐08
0.4
Jul‐07
0.1
Sep‐06
0.6
Nov‐05
0.08
Jan‐05
0.6
‐0.1
‐0.15
‐0.6
‐0.2
RM2
RPTBA
RIPI
0.6
0.15
0.6
0.4
0.4
0.1
0.4
0.2
0.2
0.05
0.2
‐0.6
RPTBA
RSBI
0
‐0.6
Apr‐10
‐0.15
Jul‐09
‐0.4
Oct‐08
‐0.1
Jan‐08
‐0.2
Apr‐07
‐0.05
Jul‐06
0
Oct‐05
Jan‐10
Mar‐09
May‐08
Jul‐07
Sep‐06
Nov‐05
‐0.4
Jan‐05
‐0.2
0
Jan‐05
0
‐0.2
‐0.4
‐0.6
RPTBA
RIHSG
Gambar 10. Hubungan return PTBA dengan Variabel Makroekonomi
Berdasarkan Gambar 10, saat CPI bergerak naik maka return bergerak
turun. Begitu pula sebaliknya, saat CPI bergerak turun return cenderung bergerak
naik.. Ketika kurs menguat (apresiasi) maka return saham menurun, sedangkan
ketika kurs melemah (depresiasi) maka return saham meningkat. Hal ini
dikarenakan saat nilai tukar terapresiasi masyarakat lebih memilih untuk
menginvestasikan dananya pada pasar valuta asing. Hal ini membuat permintaan
akan saham PTBA menurun dan menyebabkan harga menurun. Pada akhirnya
berdampak pada penurunan return.
Saat jumlah uang bererdar meningkat ternyata return saham PTBA
menurun sedangkan ketika jumlah uang yang beredar menurun maka return
saham PTBA akan meningkat. Pergerakan keatas dari Industrial Production Index
(IPI) searah dengan pergerakan return PTBA. Dengan kata lain saat output yang
dihasilkan meningkat maka return PTBA pun akan meningkat.
Pergerakan ke atas suku bunga SBI ternyata diikuti dengan pergerakan ke
bawah
return PTBA. Hal ini dikarenakan saat suku bunga SBI meningkat
investor lebih memilih menginvestasikan dananya pada investasi lain yang
memberikan bunga lebih tinggi dibandingkan return saham di pasar modal. Saat
IHSG meningkat maka return saham PTBA puan akan meningkat. Peningkatan
IHSG yang merupakan market return menyebabkan peningkatan kepercayaan
investor untuk menanamkan modalnya pada pasar modal. Meningkatnya minta
investor untuk berinvestasi pada saham akan berdampak pada meningkatnya
permintaan saham PTBA yang akan berdampak pada meningkatnya pula return
saham PTBA.
0.6
0.4
RPTBA
RPTBA
‐0.05
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
‐0.1 0
‐0.2
‐0.3
‐0.4
‐0.5
‐0.6
0.05
0.1
0.2
0
‐0.2
‐0.1
‐0.2
RKURS
0.6
0.4
0.4
RPTBA
RPTBA
0.6
0.2
0
‐0.2
0
0.05
0.1
0.2
0
‐0.2
‐0.1
‐0.2
0.1
‐0.6
RIPI
RM2
0.6
0.6
0.4
0.4
RPTBA
RPTBA
0
‐0.4
‐0.6
0.2
0
‐0.1
0.2
‐0.6
‐0.4
‐0.2
0.1
‐0.4
RCPI
‐0.05
0
‐0.2
0.2
0
0
0.1
‐0.4
0.2
‐0.5
‐0.2
0
0.5
‐0.4
‐0.6
RSBI
‐0.6
RIHSG
Gambar 8. Trend Hubungan Return PTBA dengan Variabel Makroekonomi
Selanjutnya pada Gambar 11 ditunjukkan bagaimana trend hubungan
return BUMI dengan variabel Makroekonomi. Berdasarkan gambar tersebut dapat
dilihat bahwa pada return PTBA memiliki kecenderungan/tren hubungan negatif
dengan Customer Price Index (CPI), nilai tukar rupiah terhadap dollar, jumlah
uang
beredar,
dan
suku
bunga
SBI.
Sedangkan
return
memiliki
kecenderungan/trend hubungan positif dengan Industrial Production Index (IPI)
dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Deskripsi Data Model 1
Berdasarkan plot data bulanan return saham BUMI dan PTBA, return
IHSG dan return variabel makroekonomi dari awal Januari 2005 hingga Mei 2010
terlihat bahwa data return berfluktuasi dengan kenaikan dan penurunan yang
tajam yang terdapat pada beberapa periode. Data seperti ini mengindikasikan
conditional heteroscedasticity (Enders,2004), dimana pada jangka panjang varians
dari data akan konstan tetapi terdapat bebrapa periode dimana varians relatif
tinggi. Beberapa ringkasan statistik dari variabel yang digunakan disajikan pada
Tabel 9.
Tabel 9. Statistik Deskriptif Data Return BUMI
Return Variabel-variabel Makroekonomi.
Variabel
Mean
Skewness
0,0246
RETURN
RCPI
0,0064
RKURS
2,56E-05
RM2
0,0116
RIPI
0,0019
RSBI
-0,0026
RIHSG
0,0154
Sumber : Lampiran 1
dan PTBA, Return IHSG dan
Kurtosis
-0,8872
5,6890
1,2126
0,1036
-1,8514
0,5662
-1,8506
6,4763
40,7875
9,0485
3,8528
8,7413
4,2494
10,0260
Tabel 9 memberikan informasi tentang rata-rata (mean), kemenjuluran
(skewness) serta keruncingan (kurtosis). Nilai mean return yang positif
menunjukan bahwa saham batubara memiliki tingkat return yang positif. Nilai
koefisien kemenjuluran (skewness) merupakan ukuran kemiringan. Koefisien
skewness variabel Customer Price Index (CPI), nilai tukar Rupiah terhadap US
Dollar (KURS), dan suku bunga SBI (SBI) adalah lebih besar dari nol. Hal
tersebut menunjukan data variabel Customer Price Index (CPI), nilai tukar Rupiah
terhadap US Dollar (KURS) dan suku bunga SBI (SBI) memiliki distribusi yang
miring kekanan. Ini berarti data cenderung menumpuk pada nilai yang rendah.
Sedangkan koefisien skewness variabel return (R), Industrial Production Index
(IPI), dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah lebih kecil dari nol. Hal
ini menunjukan return (R), Industrial Production Index (IPI), dan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) memiliki distribusi yang miring ke kiri. Ini berarti data
cenderung menumpuk pada nilai yang tinggi.
Nilai keruncingan (kurtosis) seluruh variabel dalam penelitian ini lebih
besar dari tiga. Hal bermakna bahwa distribusi data cenderung runcing. Seluruh
nilai keruncingan (kurtosis) yang lebih besar dari tiga ini merupakan gejala awal
adanya heteroskedastisitas.
5.2.
Identifikasi Model ARCH-GARCH
5.2.1. Uji stasioneritas
Uji stassioneritas dari tiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode Augmented Dickey Fuller (ADF). Keberadaan variabel
yang belum stasioner meningkatkan kemungkinan terjadinya kointegrasi atau
regresi semu. Berdasarkan uji tersebutt jika nilai ADF statistik dari masingmasing varaabel lebih kecil dari nilai MacKinnon Critical Value maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebutt stasioner. Begitu pula sebaliknya, jika nilai
ADF statistiknya lebih besar dari MacKinnon Critical Value maka data tersebut
tidak stasioner. Hasil uji ADF dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji Stasioneritas pada Level
Variabel
ADF
prob
MacKinnon Critical Value
Statistic
1%
5%
10%
-3,4829
-2,8845
-2,5790 0,0000
RETURN
-5.2988
RCPI
-9,7930
-3,4825
-2,8843
-2,5790 0,0000
RKURS
-5,6425
-3,4825
-2,8847
-2,5792 0,0000
RM2
-6,9060
-3,4856
-2,8857
-2,5797 0,0000
RIPI
-15,5569
-3,4825
-2,8843
-2,5790 0,0000
RSBI
-4,2068
-3,4825
-2,8843
-2,5790 0,0000
IHSG
-8,2087
-3,4824
-2,8843
-2,5790 0,0000
Sumber : Lampiran 2
Ket
Stasioner
Stasioner
Stasioner
Stasioner
Stasioner
Stasioner
Stasioner
Dari Tabel 10 terlihat bahwa semua variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu CPI, kurs, M2, IPI, suku bunga SBI, dan IHSG telah stasioner
pada taraf 5 persen.
5.2.2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adanya korelasi yang tinggi antara variabel
independen. Pengujian korelasi parsial yang dilakukan pada penelitian ini
memperlihatkan hasil korelasi yang rendah antar variabel independen. Hal ini
berarti tidak terdapat multikolinearitas (Lampiran 3).
5.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian terhadap kuadarat residual persamaan conditional mean dengan
uji white didapatkan nilai probabilitasnya adalah 0,0237. Hasil ini menunjukan
bahwa probabilitas lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Hal ini berarti tolak H0
artinya persamaan regresi terdapat heterokedasitisitas (Lampiran 5).
5.2.4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi yang tinggi antar galat. Pengujian
autokorelasi dilakukan dengan Breush-Grodfrey Serial Correlation LM Test
didapatkan probabilitas 0,9533. Hasil ini menunjukan bahwa nilai probabilitas
lebih dari taraf nyata maka terima H0, artinya model tidak mengandung
autokorelasi (Lampiran 6).
5.3.
Pemilihan Model 1 Terbaik
Pendugaan model GARCH (p,q) menggunakan metode kemungkinan
maksimum atau Quasi Maksimum Likelihood (QML). Simulasi model ini
menggunakan kombinasi nilai p=0,1,dan 2 dengan nilai q = 1 dan 2
Tabel 11. Evaluasi Model ARCH/GARCH terbaik
Koef
ARCH
ARCH
GARCH
GARCH
GARCH
GARCH
(1)
(2)
(1.1)
(1,2)
(2,1)
(2,2)
0,0000
0,0000
0,0948
0,0987
0,0001
0,0611
0,0001
0,0558
0,0043
0,0779
0,0018
0,0548
0,1060
0,4312
0,0980
0,0000
0,0368
0,0000
0,8996
0,0000
0,1125
-1,0144
-1,0405
-1,0584
-1,0531
-1,1002
-1,0488
-0,9238
-0,7954
-0,8133
-0,7857
-0,8328
-0,7591
Tidak ada -
Prob C
Prob α1
Probα2
Prob β1
Prob β2
AIC
SC
ARCH
efek
Sumber : Lampiran 7
Dari beberapa alternatif yang dicoba dipilih GARCH (2,1) sebagai
conditional variance. Pemilihan model GARCH (2,1) ini karena memiliki nilai
AIC dan SC terkecil. tidak ada lagi efek ARCH yang tersisa berdasarkan uji
ARCH-LM dengan nilai probability sebesar 0.0237 yang lebih kecil dari taraf
nyata 5persen.
5.4.
Uji Efek ARCH untuk Model 1 Terbaik
Uji efek ARCH dilakukan untuk mengetahui apakah model masih
memiliki efek ARCH atau tidak. Pada uji efek ARCH probabilitas 0,6558 yang
lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Hal ini berarti terima H0 . artinya model
sudah tidak memiliki efek ARCH (Lampiran 9).
5.5.
Uji Kenormalan Galat untuk Model 1 Terbaik
Dari hasil uji kenormalan galat didapatkan nilai probabilitas pada Jarque-
Bera (J-B) sebesar 0.8291 yang lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Hal ini
berarti bahwa galat (error term) telah terdistribusi normal (Lampiran 10).
5.6.
Model 1 Terbaik
Model yang dihasilkan oleh metode GARCH (2,1) ini dinyatakan dalam
persamaan berikut (Lampiran 8):
Rt = -0,0191 – 1,4539 RCPIt – 1,2341 RKURSt + 0,3854 RM2t + 0,4338 RIPIt +
0,2683 RSBIt + 0,6836 RIHSGt + 0,0568 DUMMY
h2t = 0,0009 + 0,1500 ε2t-1 + 1,4599 h2t-1 -0,6264 h2t-2
R2 = 29,74%
SE = 0,1898
F-stat = 4,4640
Prob = 0,000013
Variabel-variabel independen secara bersama-sama signifikan menjelaskan
keragaman yang terjadi pada variabel dependen seperti yang diperlihatkan oleh
nilai statistik F. Nilai statistik F sebesar 4,4640 dan nilai probabilitas F adalah
0,000013 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05. Hal ini berarti paling tidak terdapat
satu variabel bebas yang tidak bernilai nol dan berpengaruh secara signifikan
terhadap keragaman variabel tak bebasnya.
Taraf nyata yang digunakan adalah 5 persen sampai dengan 10 persen
sehingga tingkat kepercayaanya sebesar 90 persen sampai dengan 95 persen. Nilai
R2 dari persamaan regresi adalah 29,74 persen, yang berarti bahwa variasi return
saham batubara dapat dijelaskan oleh variabel CPI, KURS, M2, IPI, suku bunga
SBI dan return IHSG sebesar 29,74 persen. sisa variasi sebesar 70,26 persen dari
regresi tersebut dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
Nilai R2 yang rendah dapat diakibatkan karena banyak faktor lain yang
mempengaruhi return saham batu bara, seperti kondisi internal perusahaan
batubara BUMI dan PTBA, kondisi politik indonesia, harga minyak dunia, faktor
makroekonomi luar negeri dan faktor psikologis investor. Selain itu, rendahnya R2
dikarenakan data yang telah diubah ke dalam bentuk return.
5.7. Deskripsi Data Model 2
Tabel 12. Statistik Deskriptif Data Return SBIS dan JII
Variabel
Mean
Skewness
Kurtosis
RSBIS
0,008358
-0,198468
6,836005
RJII
0,014641
-1,760519
9,275125
Sumber : Lampiran 11
Berdasarkan Tabel 12 nilai mean RSBIS dan RJII menunjukkan nilai yang
positif yang berarti nilai return SBIS dan RJII positif. Nilai skewness variabel
SBIS dan JII yang lebih kecil dari nol menunjukkan bahwa distribusi data miring
ke kiri. Ini berarti data cenderung menumpuk pada nilai yang tinggi. Nilai kurtosis
yang lebih besar dari tiga bermakna bahwa data cenderung runcing.
5.8.
Identifikasi Model ARCH-GARCH
5.8.1. Uji Stasioneritas
Tabel 13. Uji Stasioneritas Model Pembanding pada Level
Variabel ADF
P-value Ket
MacKinnon Critical Value
Statistic
1%
5%
10%
RSBIS
-9,4788
-3,4837 -2,8849
-2,5793 0,0000 Stasioner
RJII
-7,8333
-3,4824 -2,8843
-2,5790 0,0000 Stasioner
Sumber: Lampiran 12
Uji stasioner pada model 2 hanya dilakukan untuk variabel SBIS dan JII
dikarenakan uji stasioner variabel lain telah dilakukan pada model 1. Dari Tabel
13 terlihat bahwa variabel SBIS dan JII telah stasioner pada pada taraf 5 persen.
5.8.2. Uji Multikolinearitas
Pengujian korelasi parsial pada model pembanding ini memperlihatkan
hasil korelasi yang rendah antar variabel independen. Hal ini berarti tidak terdapat
multikolinearitas (Lampiran 13).
5.8.3. Uji Heteroskedatisitas
Pengujian heteroskedastisitas mendapatkan nilai probabilitas 0,0249. Hasil
ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Hal
ini berarti tolak H0 artinya persamaan regresi model pembanding terdapat
heteroskedastisitas (Lampiran 15).
5.8.4.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi yang tinggi antar galat. Pengujian
autokorelasi dilakukan dengan Breush-Grodfrey Serial Correlation LM Test
didapatkan probabilitas 0,7546. Hasil ini menunjukan bahwa nilai probabilitas
lebih dari taraf nyata maka terima H0, artinya model tidak mengandung
autokorelasi. (Lampiran 16).
5.9. Pemilihan Model 2 Tebaik
Pendugaan model GARCH (p,q) menggunakan metode kemungkinan
maksimum atau Quasi Maksimum Likelihood (QML). Simulasi model ini
menggunakan kombinasi nilai p=0,1,dan 2 dengan nilai q = 1 dan 2
Tabel 14. Evaluasi Model Pembanding ARCH/GARCH terbaik
Koef
ARCH
ARCH
GARCH
GARCH
GARCH
GARCH
(1)
(2)
(1.1)
(1,2)
(2,1)
(2,2)
0,0000
0,0001
0,0494
0,1095
0,0046
0,0000
0,0065
0,0695
0,0700
0,0068
0,0000
0,0000
0,2447
0,0224
0,0234
0,0000
0,0000
0,0014
0,1888
0,0142
0,0031
-1,0806
-1,0768
-1,0990
-1,0913
-1,1337
-1,1633
-0,8578
-0,8317
-0,8539
-0,8239
-0,8663
-0,8736
Tidak ada -
Prob C
Prob α1
Probα2
Prob β1
Prob β2
AIC
SC
ARCH
efek
Sumber : Lampiran 17
Dari beberapa alternatif yang dicoba dipilih GARCH (2,1) sebagai
conditional variance. Pemilihan model GARCH (2,1) ini karena memiliki nilai
AIC dan SC terkecil tidak ada lagi efek ARCH yang tersisa berdasarkan uji
ARCH-LM dengan nilai probability sebesar 0.0237 yang lebih kecil dari taraf
nyata 5 persen.
5.10. Uji Efek ARCH untuk Model 2 Terbaik
Uji efek ARCH dilakukan untuk mengetahui apakah model masih
memiliki efek ARCH atau tidak. Pada uji efek ARCH probabilitas 0,1671 yang
lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Hal ini berarti terima H0 . artinya model
sudah tidak memiliki efek ARCH (Lampiran 19).
5.11.Uji Kenormalan Galat untuk Model 2 terbaik
Dari hasil uji kenormalan galat didapatkan nilai probabilitas pada JarqueBera (J-B) sebesar 0,4098 yang lebih besar dari taraf nyata 5persen. Hal ini berarti
bahwa galat (error term) telah terdistribusi normal (Lampiran 20).
5.12.Model 2 Terbaik
Model yang dihasilkan dari metode GARCH (2,1) ini dinyatakan dalam
persamaan berikut (Lampiran 18):
Rt = - 0,0189 – 0,1385 RCPIt – 1,4098 RKURSt + 0,2628 RM2t – 0,0217 RIPIt –
0,0282 RSBISt + 1,227 RJIIt + 0, 0177 DUMMY
ht = 0, 007757 + 0, 812857ε2t-1 – 0.185722 h2t-1 + 0, 177307 h2t-2
R2 = 34,19%
SE = 0,161122
F-stat = 5,479145
Prob = 0,000001
Berdasarkan nilai probabilitas koefisien-koefisien model di atas, hanya
nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar (KURS) dan Jakarta Islamic Indekx (JII)
yang berpengaruh signifikan terhadap return saham BUMI dan PTBA. Customer
Price Index (CPI), Industrial production Index (IPI), Suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) , dan jumlah uang beredar (M2), tidak berpengaruh
terhadap return. Berdasarkan hasil tersebutt maka model yang dipilih adalah
model dengan menggunakan SBI dan IHSG. Hal ini dikarenakan model dengan
kombinasi variabel SBI dan IHSG lebih dapat menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi return saham BUMI dan PTBA.
5.13.Pemilihan Penggunaan Model
Pemilihan model yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan
banyaknya signifikansi dan kesesuaian dengan teori. Berdasarkan banyaknya
signifikansi, model 1 lebih banyak yang signifikan. Model 1 yang menggunakan
variabel CPI, KURS, M2, IPI, SBI dan IHSG menghasilkan empat variabel yang
signifikan mempengaruhi return saham, sedangkan model pembanding yang
menggunakan SBIS dan JII sebagai pengganti SBI dan JII menghasilkan dua
variabel yang signifikan mempengaruhi return.
Berdasarkan kesesuaian teori, pengaruh variabel-variabel pada model 1
lebih sesuai dengan teori dibandingkan dengan model pembanding.
Model
pertama menyatakan variabel yang signifikan secara positif mempengaruhi return
saham BUMI dan PTBA adalah IPI dan IHSG, variabel yang signifikan secara
negatif mempengaruhi return adalah CPI dan KURS, dan variabel yang tidak
signifikan namun memiliki pengaruh positif adalah M2 dan SBI.
Jadi, dari kedua kategori di atas model terbaik yang digunakan untuk
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi return adalah model 1 yang
menggunakan variabel SBI dan IHSG. Hal ini berarti IHSG lebih baik dalam
menggambarkan market return dan SBI sebagai risk free rate.
5.14.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return Saham BUMI dan PTBA
5.14.1. Customer Price Index (CPI)
Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh, variabel CPI mempunyai nilai
probabilitas 0,0547 yang lebih besar daripada taraf nyata 5 persen namun lebih
kecil dari taraf nyata 10 persen. Hal ini berarti CPI signifikan pada taraf 10
persen, sehingga CPI berpengaruh signifikan terhadap return saham batubara.
Koefisien dari CPI yaitu -1,4539, yang berarti jika inflasi naik 1 persen, cateris
paribus, maka return saham BUMI dan PTBA akan turun sebesar 1,4539 persen.
CPI merupakan salah satu indikator inflasi yang menggambarkan
pergerakan harga. Peningkatan pada harga akan menyebabkan meningkatnya
biaya produksi perusahaan meningkat. Biaya yang meningkat akan berdampak
pada penurunan keuntungan yang kemudian menurunkan pula deviden. Hal ini
kan menimbulkan opini jelek pada perusahaan yang kemudian berdampak pada
penurunan harga saham
BUMI dan PTBA.
Penurunan harga saham ini
menyebabkan return saham BUMI dan PTBA menurun.
Alur lainnya yang dapat menjelaskan hubungan negatif antara CPI dengan
return adalah naiknya CPI mengindikasikan naiknya harga-harga barang
konsumsi yang berarti naiknya biaya hidup masyarakat. Hal ini membuat
masyarakat lebih memilih mengalokasikan dananya untuk konsumsi daripada
investasi . Hal ini berdampak pada menurunnya permintaan saham pada pasar
modal. Rendahnya permintaan membuat harga saham menurun yang pada
akhirnya menyebabkan return saham menurun.
5.14.2. Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar (KURS)
Nilai KURS mempunyai probabilias 0,0004 yang lebih kecil dari taraf
nyata 5 persen. Hal berarti nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar mempunyai
pengaruh signifikan terhadap return saham. Jika nilai tukar Rupiah terhadap US
Dollar menguat 1 persen (apresiasi), ceteris paribus, maka return saham batubara
akan turun sebesar 1.234140 persen. Jika Rupiah mengalami apresiasi berarti
permintaan terhadap Rupiah menurun dan permintaan terhadap US Dollar
meningkat.
Apresiasi Rupiah terhadap US Dollar akan menyebabkan investor lebih
memilih menjual sebagian atau seluruh sahamnya untuk dialihkan pada valuta
asing untuk kemudian diinvestasikan ke tempat lain sebagai tabungan. Hal ini
akan menyebabkan harga saham BUMI dan PTBA turun sehingga berdampak
pada penurunan return BUMI dan PTBA.
Alasan lainnya karena ketika nilai tukar terapresiasi, eksportir akan
kehilangan daya saing di pasar internasional. Hal ini akan mempengaruhi
penjualan dan pada akhirnya mempengaruhi keuntungan. Hal ini akan berdampak
pada menurunnya harga saham perusahaan tersebut yang pada akhirnya
menurunkan return saham BUMI dan PTBA.
5.14.3. Jumlah Uang Beredar (M2)
Varabel M2 memiliki probabilitas 0,5530 yang lebih besar dari taraf nyata
5 persen. Hal ini berarti jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham BUMI dan PTBA. Hal ini dikarenakan jumlah uang yang
beredar tidak berdampak langsung pada kinerja perusahaan BUMI dan PTBA.
Pengaruh M2 bersifat global tidak fokus langsung berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Perubahan return lebih disebabkan faktor-faktor yang berpengaruh
langsung terhadap kinerja perusahaan BUMI dan PTBA.
5.14.4. Industrial Production Index (IPI)
Variabel IPI memiliki probabilitas 0,0398 yang lebih keci dari taraf nyata
5 persen. Hal ini berarti IPI berpengaruh signifikan terhadap return saham
batubara. Koefisien return IPI 0,4338 yang berarti jika nilai IPI meningkat 1
persen, cateris paribus, maka return saham BUMI dan PTBA akan meningkat
0,4338 persen.
IPI menggambarkan persentase dari produksi output riil. Kenaikan IPI
merupakan salah satu sinyal kondisi makroekonomi sedang baik. Kondisi ini
menggambarkan kemampuan produksi dan konsumsi masyarakat meningkat.
Peningkatan ini terjadi pula pada perusahaan BUMI dan PTBA. Peningkatan
produksi pada BUMI dan PTBA menyebabkan meningkatnya pendapatan.
Peningkatan pendapatan berarti pula peningkatan keuntungan perusahaan yang
kemudian akan meningkatkan deviden. Hal ini melahirkan opini bahwa kinerja
perusahaan baik dan pada akhirnya menyebabkan peningkatan pada permintaan
saham BUMI dan PTBA. Peningkatan permintaan menyebabkan peningkatan
pada harga saham BUMI dan PTBA yang akhirnya berdampak pada kenaikan
return saham BUMI dan PTBA.
5.14.5. Suku bunga SBI (SBI)
Suku bunga SBI memiliki probabilitas 0,3561 yang berarti lebih besar dari
taraf nyata 5 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa suku bunga SBI tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham batubara. Hal ini dikarenakan SBI
tidak berdampak langsung pada kinerja perusahaan sehingga SBI tidak
mempengaruhi return saham batubara
5.14.6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Variabel IHSG mempunyai nilai probabilitas 0,0003 yang berarti lebih
kecil dari taraf nyata 5 persen. Bedasarkan nilai tersebutt maka IHSG mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap return saham batubara. Nilai koefisien dari
IHSG adalah 0,6836 yang berarti jika return saham IHSG naik 1 persen, cateris
paribus, maka return saham batubara akan naik sebesar 0,6836 persen.
IHSG dapat dijadikan indikator makro suatu negara. Peningkatan IHSG
menunjukan bahwa ekonomi Indonesia sedang dalam siklus membaik. Siklus
ekonomi yang membaik akan berdampak pada kondisi perusahaan yang membaik.
Hal ini akan menyebabkan peningkatan pada pendapatan perusahaan yang
kemudian meningkatkan keuntungan perusahaan, peningkatan keuntungan
perusahaan ini berarti peningkatan pula pada deviden. Deviden yang meingkat
menyebabkan opini bahwa kerja perusahaan baik. Hal ini lalu ditanggapi oleh
peningkatan harga saham. Peningkatan ini akan menyebabkan return yang
diperoleh meningkat.
5.14.7. Variabel Dummy (D)
Nilai probabilitas variabel dummy adalah sebesar 0,0000 yang lebih kecil
dari taraf nyata 5 persen. Hal ini berarti return saham batubara PTBA lebih besar
dibandingkan return saham BUMI. Selisih besarnya return yang dihasilkan PTBA
dengan saham yang dihasilkan BUMI adalah sebesar 0.056773 satuan.
5.15.
Risiko Saham Batubara
h2t = 0,0009 + 0,1500 ε2t-1 + 1,4598 h2t-1 -0,6264 h2t-2
Risiko saham batubara dapat dilihat dari model variance. Model variance
diatas menunjukkan bahwa risiko saham batubara dipengaruhi oleh besarnya nilai
sisaan satu periode sebelumnya dan besarnya simpangan baku pengembalian dari
rataan untuk satu periode sebelumnya serta besarnya simpangan baku
pengembalian dari dua periode sebelumnya. Volatilitas return saham batubara
pada hari t adalah sebesar 0,0009 ditambah 0,1500 kali persentase sisaan periode
sebelumnya, 1,4598 kali persentase simpangan baku pengembalian dari rataan
satu periode sebelumnya dan -0,6264 kali persentase simpangan baku
pengembalian dari rataan dua periode sebelumnya.
Jika pada peutupan bursa efek hari ini (t) nilai sisaan pengembalian
saham BUMI dan PTBA relatif besar, maka tingkat resiko investasi untuk esok
hari (t+1) akan cenderung besar. Sedangkan jika pada penutupan bursa efek hari
ini (t) nilai sisaan pengembalian saham BUMI dan PTBA relatif kecil, maka
tingkat resiko investasi untuk esok hari (t+1) akan cenderung kecil.
5.16. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return saham batubara dalam
kelompok JII lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor makroekonomi yang
berpengaruh langsung pada kinerja perusahaan dalam hal ini PT. Bumi Recources
Tbk. (BUMI) dan Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) Faktor-faktor
tersebut berpengaruh positif dan negatif. Faktor yang berpengaruh negatif adalah
Customer Price Index (CPI) dan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar (KURS).
Hal ini dikarenakan kenaikan pada CPI akan berdampak pada kenaikan biaya
produksi yang akhirnya menurunkan return. Begitu pula dampak kenaikan nilai
tukar Rupiah terhadap US Dollar yang akan menurunkan daya saing komoditas
ekspor di pasar internasional. Hal ini berdampak pada penurunan return saham
batubara, karena batubara merupakan komoditas ekspor.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Wang (2010) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berlawanan
antara CPI dengan return saham di China. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
Buttt el al (2010) yang menunjukan bahwa koefisien CPI berhubungan negatif
dengan return saham perusahaan industri di Pakistan. Penelitian lainnya dilakukan
oleh Maysami (2004) yang menunjukan bahwa CPI berhubungan negatif dengan
harga saham.
Hasil penelitian mengenai pengaruh nilai tukar dilakukan oleh Josep
(2002) yang menghasilkan bahwa nilai tukar berhubungan negatif dengan return
saham di UK. Hal ini dikarenakan perubahan nilai tukar akan mempengaruhi nilai
input dan output perusahaan. Ketika nilai tukar terapresiasi, eksportir akan
kehilangan daya saing di pasar internasional. Hal ini akan mempengaruhi
penjualan dan pada akhirnya mempengaruhi keuntungan. Hal ini akan berdampak
pada menurunnya harga saham perusahaan tersebut. Disisi lain, importir akan
menaikan daya saingnya di pasar domestik. Hasil serupa ditemukan pula oleh
Ratti dan Hasan (2010) bahwa nilai tukar berhubungan negatif dengan return
saham batubara di Australia.
Namun hasil penelitian yang berbeda ditemukan oleh Maysami (2004)
yang menghasilkan bahwa return saham Singapura berhubungan positif dengan
nilai tukar. Hal ini dikarenakan penguatan mata uang domestik akan membuat
biaya impor bahan baku murah sehingga produsen dapat meningkatkan
produksinya yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan. Peningkatan pada
pendapatan perusahaan pada akhirnya akan meningkatkan return saham
perusahaan tersebut. Hasil lainnya ditemukan oleh Butt et al (2009) yang
mengatakan bahwa nilai tukar tidak signifikan mempengaruhi return saham di
perusahaan sektor industri dan sektor perbankan di Pakistan.
Sedangkan variabel yang berpengaruh positif adalah Industrial production
Index (IPI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Variabel ini berhubungan
positif karena kenaikan IPI dan IHSG merupakan sinyal membaiknya kondisi
perekonomian. Saat IPI mengalami kenaikan menandakan output riil meningkat
yang akhirnya akan menaikan return saham. Begitu pula pada kenaikan IHSG
yang berarti kondisi market return sedang membaik sehingga minat investor
menanamkan modalnya meningkat.
Hal ini sesuai dengan penelitian Maysami (2004) yang menyatakan IPI
berhubungan positif dengan return saham dan variabel market return dalam
penelitian ini digambarkan oleh IHSG paling signifikan dan berhubungan positif
dengan return saham di Singapura. Penelitian serupa dikakukan oleh McMillan
(2001) yang menyatakan terdapat hubungan signifikan positif antara IPI dengan
harga saham di US.
Faktor makroekonomi yang tidak berpengaruh pada penelitian ini adalah
suku bunga SBI dan jumlah uang yang beredar (M2). Hal ini dikarenakan SBI dan
M2 tidak berdampak langsung pada kinerja perusahaan batubara ( BUMI dan
PTBA).
Butt el al (2010) juga menemukan hasil yang sama bahwa jumlah uang
yang beredar tidak berpengaruh pada return saham. Hasil penelitian serupa
ditemukan oleh McMillan (2001) yang menyatakan tidak ada hubungan signifikan
antara jumlah uang beredar dengan harga saham di US. Penelitian lainnya
dilakukan Maskay (2007) yang menemukan bahwa jumlah uang beredar yang
unanticipated insignifikan terhadap harga saham di US. Unanticipated adalah
selisih antara jumlah uang beredar aktual dengan jumlah uang beredar yang
diprediksi. Tidak signifikannya jumlah uang yang beredar ini karena adanya
ketidakefisienan pasar. Jadi kenaikan atau penurunan yang tidak diantisipasi tidak
berpengaruh terhadap harga saham.
Hasil yang berbeda ditemukan oleh Maysami (2004) yang menemukan
bahwa jumlah uang beredar berhubungan positif dengan return saham di
Singapura. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah uang yang beredar
menyebabkan peningkatan kegiatan ekonomi sehingga meningkatkan pula
produksi. Peningkatan produksi ini meningkatkan ekspektasi return saham.
Penelitian akan pengaruh suku bunga dilakukan oleh Butt el al (2010)
yang menemukan hal yang serupa bahwa risk free rate yang di Indonesia dikenal
sebagai suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan
industri. Hasil yang serupa ditemukan pula oleh Wang (2010) yang menyatakan
tidak ada hubungan antara suku bunga dengan return saham di China. Hasil yang
berbeda ditemukan oleh Maysami (2004) dan Fazel (2008) yang menemukkan
hubungan negatif antara suku bunga dengan harga saham. Hal ini dikarenakan
penurunan suku bunga menyebabkan penurunan biaya peminjaman perusahaan
sehingga meningkatkan pendapatan dan akhirnya meningkatkan harga saham.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Hasil penelitian dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu
menganalisis pengaruh variabel makroekonomi dan IHSG terhadap return saham
batubara dalam kelompok JII (BUMI dan PTBA). Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa Customer Price Indeks (CPI), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika,
Industrial Production Indeks (IPI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
berpengaruh terhadap return saham BUMI dan PTBA. Sedangkan jumlah uang
beredar (M2) dan suku bunga SBI (SBI) tidak berpengaruh terhadap return BUMI
dan PTBA.
Model terbaik yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini adalah model GARCH (2,1). Pembentukan model volatilitas return
saham BUMI dan PTBA menggunakan model GARCH karena return saham
BUMI dan PTBA bersifat heteroskedastisitas dengan varian residual bersifat tidak
konstan. Hal ini berarti return saham
BUMI dan PTBA sulit diprediksi.
Volatilitas return saham batubara dipengaruhi oleh besarnya nilai sisaan
pengembalian satu periode sebelumnya, besarnya simpangan baku return dari
rataan untuk satu periode sebelumnya dan besarnya simpangan baku return dari
rataan untuk dua periode sebelumnnya.
6.2.
1.
Saran
Bagi investor yang ingin berinvestasi pada saham yang sesuai syariat Islam
dapat memilih saham dalam kelompok JII.
2.
Bagi investor yang ingin menanamkan modalnya pada saham dapat memilih
saham batubara karena saham berbasis komoditas memiliki peluang harga
yang tinggi seiring dengan tingginya harga minyak dan komoditi dunia.
3.
Bagi investor yang ingin menikmati return yang lebih besar dapat memilih
saham PTBA karena dapat menghasilkan return yang lebih tinggi daripada
saham BUMI.
4.
Bagi emiten (perusahaan BUMI dan PTBA) disarankan untuk menjaga
kestabilan kinerja keuangannya perusahaannya. Karena kinerja keuangan
perusahaan mempengaruhi opini investor, terutama saat Customer Price
Index (CPI) tinggi yaitu dengan menekan biaya produksi dengan cara
memproduksi dengan skala besar agar biaya lebih murah.
5.
Bagi BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) mensosialisasikan kepada
investor mengenai return dan risiko yang didapat jika berinvestasi di pasar
modal pada saham batubara serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
6.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan menambah panjang periode analisis
sehingga hasil yang didapat lebih akurat. Di samping itu, disarankan untuk
menambah variabel analisis tidak hanya faktor internal tetapi faktor-faktor
eksternal. Selain itu menambah analisis tidak hanya sebatas return, tetapi
menganalisis pula risikonya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Pasar Modal. 2005. Laporan Tahunan. BAPEPAM-LK, Jakarta.
. 2006. Laporan Tahunan. BAPEPAM-LK,Jakarta.
. 2007. Laporan Tahunan. BAPEPAM-LK,Jakarta.
. 2008. Laporan Tahunan. BAPEPAM-LK,Jakarta.
. 2009. Laporan Tahunan. BAPEPAM-LK,Jakarta.
Bank Indonesia. 2004. Laporan Perekonomian Indonesia. Bank Indonesia,
Jakarta.
. 2005. Laporan Perekonomian Indonesia. Bank Indonesia,
Jakarta.
. 2006. Laporan Perekonomian Indonesia. Bank Indonesia,
Jakarta.
. 2007. Laporan Perekonomian Indonesia. Bank Indonesia,
Jakarta.
. 2008. Laporan Perekonomian Indonesia. Bank Indonesia,
Jakarta.
. 2009. Laporan Perekonomian Indonesia. Bank Indonesia,
Jakarta.
Bursa Efek Indonesia. 2005. JSX Statistic 4th Quarter 2005. Bursa Efek
Indonesia, Jakarta.
. 2006. JSX Statistic 4th Quarter 2006. Bursa Efek
Indonesia, Jakarta.
. 2007. JSX Statistic 4th Quarter 2007. Bursa Efek
Indonesia, Jakarta.
. 2008. JSX Statistic 4th Quarter 2008. Bursa Efek
Indonesia, Jakarta.
. 2009. JSX Statistic 4th Quarter 2009. Bursa Efek
Indonesia, Jakarta.
Bank Indonesia. 2010. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Bank
Indonesia, Jakarta.
Bursa Efek Indonesia. 2010. Jakarta Islamic Index. Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
Butt, B. 2009. Do Economic Factors Influence Stock Return? A firm and Industry
Level Analysis. African Journal of Business Management vol 4(5), 583593.
Darmadji, T dan Fakhruddin, H. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Salemba
Empat, Jakarta.
Engle, R. 2001. GARCH 101: The Use of ARCH/GARCH Model in Applied
Economitrics. Jounal of Economic Perspectives vol 15(4),157-168.
Enders, Walter. 2004. Applied Economic Time Series. 2th Edition. New York: John
Wiley & Sons,Inc.
Fazel, S dan Alatiqi, S. 2008. Can Money Supply Predict Stock Prices? Journal
for Economic Educators.
Fikri, M. 2010. Outlook Investasi Q-II 2010 dan Sektor Batubara Indonesia.
Mohammedfikri’s Blog. [ 14 Februari 2010]
Firdaus, M. 2006. Analisis Deret Waktu Satu Ragam. IPB press, Bogor.
Floros, C. 2008. Modelling Volatility using GARCH Models : Evidence from
Egypt and Israel. Middle Eastern Finance and Economics.
Gujarati, D. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika : Jilid satu. Erlangga, Jakarta.
Hussainey, K. 2009. Impact of Macroeconomic Indikators on Vietnamese Stock
Prices. Jurnal of Risk Finance vol 4.
Joseph, N.L.2002. Modelling the Impacts of Interest Rate and Exchane Rate
Change on UK Stock Return. Derivatives Use, Trading and Regulation.
Little, K. 2010. How Stock Prices Are Set - Supply and Demand Key to Understanding
Stock Prices. About.com [ 16 Februari 2011]
Linda, M.2007. Reaponsifitas Kredit Investasi terhadap Variabel Makroekonomi
dan Perbankan pada Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan
Non Devisa [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Lipsey. 1997. Pengantar Makroekonomi. Binarupa Aksara, Jakarta.
Mankiw, Gregory. 2005. Teori Makroekonomi. Edisi kelima. Erlangga, Jakarta.
Maskay, B. 2007. Analyzing the Relationship between Change in Money Supply
and Stock Market Price. Human Project Paper 35.
Maysami, R. 2004. Relationship between Macroeconomic Variabels and Stock
Market Indices : Cointegration Evidence from Stock Exchange of
Singapore’s All-S Sector Indices. Jurnal Pengurusan 24 (2004).
Muttaqin,
H.
2010.
Negeri
Kaya
Tambang
www.jurnalsahambatubara.com [14 Februari 2011].
Batubara.
Nainggolan R. 2010. ARCH-GARCH Volatility untuk Perhitungan Value at Risk
Tiga Saham Emiten Penghasil CPO [Thesis]. Manajemen Bisnis, Institut
Pertanian Bogor.
Ratti, R.A dan Hasan, Z. 2010. Australian Coal Company Risk Faktor and Oil
Price Stock. School of Economics and Finance, University of Western
Sydney, Australia. Rusdin. 2006. Pasar Modal. Alfabeta, Bandung.
Setiawan,
A.
2005.
Perkembangan
Syariah.www.jurnalsyariah.com[14 Februari 2011]
Pasar
Modal
Shin, J. 2005. Stock Return and Volatility in Emerging Stock Markets.
International Journal of Business and Economics vol 4 no 1, 31-34.
Sitorus, M. 2004. Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Kinerja Saham
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi sebagai Emiten di Bursa Efek
Indonesia. www.jurnalsahambatubara.com[14 februari 2011]
Sodikin, Akhmad. 2007. Variabel Makroekonomi yang Mempengaruhi Return
Saham di BEJ. Jurnal Manajemen vol 6 no 2.
Wang, X. 2010. The Relationship between Stock Market Volatility and
Macroeconomic Volatility: Evidence from China. International Research
Journal of Finance and Economics.2010
Widoatmodjo, Sawidji. 2007. Pasar Modal Indonesia: Pengantar dan Studi Kasus.
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Widoatmodjo, Sawidji. 2009. Pasar Modal Indonesia: Pengantar dan Studi Kasus.
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Wijaya, S. 2008. Pengaruh Faktor Makroekonomi dan Return IHSG terhadap
Return Saham Sektor Usaha Primer: Analisis dengan Metode GARCH
[Thesis]. Manajemen Bisnis, Institut Pertanian Bogor.
Word Coal Association. 2010. Coal Statistic 2009.http://www. jurnal saham/Coal
Statistics - World Coal Association.htm [14 Februari 2011]
LAMPIRAN
Lampiran 1.Uji Statistik Deskriptif
R
Mean
0.024590
Median
0.035998
Maximum 0.590493
Minimum -0.767078
Std. Dev. 0.189820
Skewness -0.887254
Kurtosis
6.476292
CPI
0.006416
0.004486
0.083450
-0.003073
0.010826
5.689013
40.78748
KURS
2.56E-05
-0.003729
0.159074
-0.104072
0.035739
1.212616
9.048463
M2
0.011640
0.011944
0.056161
-0.032716
0.016731
0.103645
3.852813
IPI
0.001878
0.005052
0.067044
-0.161364
0.037323
-1.851444
8.741272
SBI
IHSG
-0.002557 0.015376
-0.000785 0.028923
0.122919 0.183417
-0.111406 -0.377197
0.044227 0.081070
0.566197 -1.850646
4.249441 10.02601
JarqueBera
81.24525 8305.882
Probability 0.000000 0.000000
226.4835
0.000000
4.108046
0.128218
248.9258
0.000000
15.16492
0.000509
336.3432
0.000000
3.147516 0.821240
0.003271
1.489953
0.240436
-0.327259
1.968191
4.576011 0.014885
0.162215
0.035553
0.176913
0.248418
0.834678
128
128
128
128
128
Sum
Sum Sq.
Dev.
Observati
ons
128
128
Lampiran 2. Uji Stasioner Model 1 pada Level
Null Hypothesis: R has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.298839
-3.482879
-2.884477
-2.579080
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: RCPI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-9.793091
-3.482453
-2.884291
-2.578981
0.0000
Null Hypothesis: RKURS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.642533
-3.483312
-2.884665
-2.579180
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: RM2 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 7 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.906074
-3.485586
-2.885654
-2.579708
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: RIPI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-15.55688
-3.482453
-2.884291
-2.578981
0.0000
Null Hypothesis: RSBI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.206829
-3.482453
-2.884291
-2.578981
0.0010
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: RIHSG has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-8.208677
-3.482453
-2.884291
-2.578981
0.0000
Lampiran 3. Uji Korelasi
Covariance Analysis: Ordinary
Date: 04/07/11 Time: 13:54
Sample: 1 128
Included observations: 128
Correlation
Probability
R
R
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBI
RIHSG DUMMY
1.000000
-----
RCPI
-0.071721 1.000000
0.4211
RKURS
-0.436038 -0.040234 1.000000
0.0000
RM2
-----
0.1370
0.4750
0.3662
-----
0.0000
0.0004
0.1666
0.0724
-----
0.1037
0.0000
0.1071
0.4293
0.0000
-----
0.064855 0.000000 0.000000 0.000000 0.0000000.000000 0.000000 1.000000
0.4670
0.0179
0.590668 -0.144481 -0.716965 0.143103 0.070472 0.489738 1.000000
0.0000
DUMMY
0.6348
-0.308062 0.387474 0.310326 0.122996 0.1593591.000000
0.0004
RIHSG
-----
0.078137 -0.132142 0.063708 0.080537 1.000000
0.3807
RSBI
0.6520
-0.069100 -0.042384 0.209035 1.000000
0.4383
RIPI
-----
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
-----
Lampiran 4.Model Regresi
Dependent Variable: R
Method: Least Squares
Date: 05/03/11 Time: 08:23
Sample: 1 128
Included observations: 128
White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBI
RIHSG
-0.001466
0.443076
-0.181614
0.219222
0.192836
-0.138199
1.297457
0.017445
1.209406
1.148664
0.830935
0.305657
0.565364
0.406659
-0.084027
0.366359
-0.158109
0.263826
0.630889
-0.244443
3.190524
0.9332
0.7147
0.8746
0.7924
0.5293
0.8073
0.0018
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.351949
0.319814
0.156551
2.965489
59.33513
10.95228
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-0.817736
-0.661766
-0.754365
1.974907
Heteroskedasticity Test: ARCH
F-statistic
Obs*R-squared
5.243921
5.113313
Prob. F(1,125)
Prob. Chi-Square(1)
0.0237
0.0237
Lampiran 5. Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 6. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.003189
0.003430
Prob. F(1,119)
Prob. Chi-Square(1)
0.9551
0.9533
Lampiran 7. Uji Model 1 terbaik
ARCH (1)
Dependent Variable: R
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/03/11 Time: 08:49
Sample: 1 128
Included observations: 128
Convergence achieved after 43 iterations
Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBI
RIHSG
DUMMY
-0.013085
0.196041
-1.228155
0.207886
0.084318
0.045198
1.320009
0.003276
0.018725
0.847665
0.580469
0.605840
0.273377
0.390093
0.235267
0.019618
-0.698803
0.231271
-2.115798
0.343136
0.308433
0.115866
5.610686
0.167001
0.4847
0.8171
0.0344
0.7315
0.7578
0.9078
0.0000
0.8674
0.002072
0.172965
4.588931
3.900848
0.0000
0.0001
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
0.009508
0.674710
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.310300
0.257696
0.163543
3.156074
74.92247
5.898765
0.000001
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-1.014414
-0.791599
-0.923883
2.015995
ARCH (2)
Dependent Variable: R
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/03/11 Time: 08:51
Sample: 1 128
Included observations: 128
Convergence achieved after 49 iterations
Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*RESID(-2)^2
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBI
RIHSG
DUMMY
-0.003941
-0.354171
-0.466342
0.523914
0.180726
0.117706
1.051077
0.022540
0.019507
0.960400
0.638597
0.804785
0.284038
0.344110
0.260494
0.020110
-0.202024
-0.368774
-0.730261
0.650998
0.636274
0.342060
4.034934
1.120839
0.8399
0.7123
0.4652
0.5150
0.5246
0.7323
0.0001
0.2624
0.002423
0.082719
0.221970
4.062002
1.912817
1.616543
0.0000
0.0558
0.1060
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
RESID(-2)^2
0.009842
0.158226
0.358825
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.342464
0.286265
0.160365
3.008890
77.59498
6.093711
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-1.040547
-0.795450
-0.940963
1.892733
GARCH (1,1)
Dependent Variable: R
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/03/11 Time: 08:52
Sample: 1 128
Included observations: 128
Convergence achieved after 50 iterations
Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*GARCH(-1)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBI
RIHSG
DUMMY
-0.018289
-1.033931
-1.046053
0.477685
0.262736
0.295917
0.878248
0.039824
0.015605
0.789182
0.769137
0.904293
0.249207
0.295106
0.254855
0.017060
-1.171998
-1.310129
-1.360034
0.528242
1.054287
1.002750
3.446066
2.334347
0.2412
0.1902
0.1738
0.5973
0.2918
0.3160
0.0006
0.0196
0.001179
0.125703
0.096272
1.670754
2.854302
6.124482
0.0948
0.0043
0.0000
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
GARCH(-1)
0.001970
0.358793
0.589616
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.321361
0.263357
0.162918
3.105460
78.73774
5.540383
0.000001
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-1.058402
-0.813306
-0.958818
1.851677
GARCH (2,1)
Dependent Variable: R
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/03/11 Time: 08:55
Sample: 1 128
Included observations: 128
Convergence achieved after 67 iterations
Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*GARCH(-1) + C(12)*GARCH(
-2)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBI
RIHSG
DUMMY
-0.019138
-1.453940
-1.234140
0.385410
0.433811
0.268326
0.683589
0.056773
0.012898
0.756701
0.345435
0.649705
0.211005
0.290739
0.190648
0.013233
-1.483843
-1.921420
-3.572712
0.593209
2.055923
0.922910
3.585607
4.290361
0.1379
0.0547
0.0004
0.5530
0.0398
0.3561
0.0003
0.0000
0.000226
0.048083
0.046635
0.032461
3.879127
3.119799
31.30366
-19.29900
0.0001
0.0018
0.0000
0.0000
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
GARCH(-1)
GARCH(-2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.000877
0.150010
1.459834
-0.626464
0.297414
0.230790
0.166481
3.215040
82.41647
4.464035
0.000013
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-1.100257
-0.832879
-0.991620
1.792399
GARCH (1,2)
Dependent Variable: R
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/03/11 Time: 08:53
Sample: 1 128
Included observations: 128
Convergence achieved after 48 iterations
Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*RESID(-2)^2 + C(12)*GARCH(
-1)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBI
RIHSG
DUMMY
-0.011733
-0.973074
-0.773298
0.507757
0.339785
0.241391
0.910888
0.041141
0.016549
0.822311
0.662278
0.890683
0.249270
0.305256
0.254112
0.018349
-0.709008
-1.183341
-1.167634
0.570077
1.363116
0.790782
3.584587
2.242138
0.4783
0.2367
0.2430
0.5686
0.1728
0.4291
0.0003
0.0250
0.001751
0.095374
0.273620
0.238509
1.651091
1.763133
0.787092
2.088192
0.0987
0.0779
0.4312
0.0368
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
RESID(-2)^2
GARCH(-1)
0.002891
0.168157
0.215364
0.498053
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.327325
0.263537
0.162899
3.078169
79.40172
5.131436
0.000002
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-1.053152
-0.785774
-0.944515
1.856859
GARCH (2,2)
Dependent Variable: R
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/03/11 Time: 08:54
Sample: 1 128
Included observations: 128
Convergence achieved after 37 iterations
Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*RESID(-2)^2 + C(12)*GARCH(
-1) + C(13)*GARCH(-2)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBI
RIHSG
DUMMY
-0.003860
-0.935369
-0.635516
0.504647
0.293202
0.115066
0.918552
0.032922
0.016983
0.853432
0.602306
0.788874
0.246482
0.332101
0.230921
0.018943
-0.227308
-1.096009
-1.055137
0.639705
1.189548
0.346478
3.977777
1.737932
0.8202
0.2731
0.2914
0.5224
0.2342
0.7290
0.0001
0.0822
0.001924
0.079101
0.210587
0.248281
0.239974
1.873041
1.920710
1.654530
-0.126168
1.587177
0.0611
0.0548
0.0980
0.8996
0.1125
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
RESID(-2)^2
GARCH(-1)
GARCH(-2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.003603
0.151929
0.348423
-0.031325
0.380882
0.332511
0.262860
0.162973
3.054437
80.12523
4.773958
0.000003
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-1.048832
-0.759172
-0.931142
1.861175
Lampiran 8. Model 1 Terbaik
GARCH (2,1)
Dependent Variable: R
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/03/11 Time: 08:55
Sample: 1 128
Included observations: 128
Convergence achieved after 67 iterations
Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*GARCH(-1) + C(12)*GARCH(
-2)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBI
RIHSG
DUMMY
-0.019138
-1.453940
-1.234140
0.385410
0.433811
0.268326
0.683589
0.056773
0.012898
0.756701
0.345435
0.649705
0.211005
0.290739
0.190648
0.013233
-1.483843
-1.921420
-3.572712
0.593209
2.055923
0.922910
3.585607
4.290361
0.1379
0.0547
0.0004
0.5530
0.0398
0.3561
0.0003
0.0000
0.000226
0.048083
0.046635
0.032461
3.879127
3.119799
31.30366
-19.29900
0.0001
0.0018
0.0000
0.0000
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
GARCH(-1)
GARCH(-2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.000877
0.150010
1.459834
-0.626464
0.297414
0.230790
0.166481
3.215040
82.41647
4.464035
0.000013
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-1.100257
-0.832879
-0.991620
1.792399
Lampiran 9. Uji Efek ARCH untuk Model 1 Terbaik
Heteroskedasticity Test: ARCH
F-statistic
Obs*R-squared
0.195830
0.198652
Prob. F(1,125)
Prob. Chi-Square(1)
0.6589
0.6558
Lampiran 10. Uji Kenormalan Galat untuk Model 1 Terbaik
16
Series: Standardized Residuals
Sample 1 128
Observations 128
14
12
10
8
6
4
2
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
0.016403
0.010292
2.742194
-2.861500
1.002837
-0.007172
3.264632
Jarque-Bera
Probability
0.374592
0.829198
0
-3
-2
-1
0
1
2
Lampiran 11. Uji Statistik Deskriptif Model 2
mean
median
max
min
Std.dev
Skewness
Kurtosis
Jarque-Bera
Probabilitas
RSBIS
0.008358
0.000000
0.510826
-0.587787
0.165801
-0.198468
6.836005
79.31995
0.000000
RJII
0.014641
0.030716
0.180911
-0.391147
0.086784
-1.760519
9.275125
276.1328
0.000000
Lampiran 12. Uji Stasioneritas Model 2 pada Level
Null Hypothesis: RSBIS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-9.478770
-3.483751
-2.884856
-2.579282
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: RSBIS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
t-Statistic
Prob.*
-9.478770
0.0000
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
-3.483751
-2.884856
-2.579282
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Lampiran 13. Uji Korelasi
Covariance Analysis: Ordinary
Date: 05/19/11 Time: 15:42
Sample: 1 128
Included observations: 128
Correlation
Probability
R
R
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RJII
RSBIS DUMMY
1.000000
-----
RCPI
-0.071721 1.000000
0.4211
RKURS
-0.436038 -0.040234 1.000000
0.0000
RM2
-----
0.1370
0.4750
0.3662
-----
0.0995
0.0000
0.1546
0.5402
-----
0.3015
0.4749
0.0253
0.3810
0.3907
-----
0.064855 0.000000 0.0000000.0000000.0000000.0000000.000000 1.000000
0.4670
0.0179
-0.059985 0.092035 0.0637110.1977130.078074 0.0765071.000000
0.5012
DUMMY
0.6348
0.619253 -0.146230 -0.664265 0.1265380.0546411.000000
0.0000
RSBIS
-----
0.078137 -0.132142 0.0637080.0805371.000000
0.3807
RJII
0.6520
-0.069100 -0.042384 0.2090351.000000
0.4383
RIPI
-----
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
-----
Lampiran 14. Model Regresi Model 2
Dependent Variable: R
Method: Least Squares
Date: 05/19/11 Time: 01:10
Sample: 1 128
Included observations: 128
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBIS
RJII
DUMMY
-0.011341
0.376459
-0.273832
0.189222
0.267358
-0.024345
1.281209
0.024525
0.023518
1.297997
0.524157
0.843137
0.369748
0.083896
0.215374
0.026915
-0.482218
0.290030
-0.522424
0.224427
0.723082
-0.290177
5.948753
0.911217
0.6305
0.7723
0.6023
0.8228
0.4710
0.7722
0.0000
0.3640
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.392109
0.356649
0.152253
2.781715
63.42948
11.05769
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-0.866086
-0.687834
-0.793661
1.946014
Lampiran 15. Uji Heteroskedastisitas Model 2
Heteroskedasticity Test: ARCH
F-statistic
Obs*R-squared
5.152053
5.027279
Prob. F(1,125)
Prob. Chi-Square(1)
0.0249
0.0250
Lampiran 16. Uji Autokorelasi Model 2
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.090944
0.097747
Prob. F(1,119)
Prob. Chi-Square(1)
0.7635
0.7546
Lampiran 17. Uji Model 2 Terbaik
ARCH (1)
Dependent Variable: R
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/19/11 Time: 01:23
Sample: 1 128
Included observations: 128
Convergence achieved after 61 iterations
Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBIS
RJII
DUMMY
-0.006647
0.178357
-1.276383
0.451472
0.202747
-0.068592
1.231293
0.001035
0.019442
0.835950
0.641139
0.613203
0.244479
0.056216
0.205458
0.020006
-0.341907
0.213358
-1.990807
0.736253
0.829302
-1.220164
5.992921
0.051738
0.7324
0.8310
0.0465
0.4616
0.4069
0.2224
0.0000
0.9587
0.002352
0.193534
4.395306
2.720055
0.0000
0.0065
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
0.010339
0.526423
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.355382
0.306216
0.158108
2.949778
79.15956
7.228244
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-1.080618
-0.857803
-0.990087
1.995813
ARCH (2)
Dependent Variable: R
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/19/11 Time: 01:23
Sample: 1 128
Included observations: 128
Convergence achieved after 62 iterations
Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*RESID(-2)^2
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBIS
RJII
DUMMY
0.003002
-0.084997
-0.418063
0.460473
0.251364
-0.031958
1.052192
0.015153
0.019423
0.990891
0.708343
0.908012
0.254037
0.055123
0.247235
0.019970
0.154583
-0.085778
-0.590199
0.507122
0.989475
-0.579760
4.255837
0.758814
0.8772
0.9316
0.5551
0.6121
0.3224
0.5621
0.0000
0.4480
0.002673
0.064152
0.285190
3.962833
1.815136
1.163221
0.0001
0.0695
0.2447
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
RESID(-2)^2
0.010592
0.116445
0.331739
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.381653
0.328802
0.155513
2.829564
79.91654
7.221401
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-1.076821
-0.831725
-0.977237
1.881209
GARCH (1,1)
Dependent Variable: R
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/19/11 Time: 01:24
Sample: 1 128
Included observations: 128
Convergence achieved after 50 iterations
Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*GARCH(-1)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBIS
RJII
DUMMY
-0.017233
-0.579457
-1.012233
0.673547
0.278206
-0.020641
0.952957
0.034588
0.016572
0.769303
0.928419
0.950209
0.238461
0.058285
0.223957
0.018159
-1.039893
-0.753223
-1.090275
0.708840
1.166676
-0.354132
4.255087
1.904742
0.2984
0.4513
0.2756
0.4784
0.2433
0.7232
0.0000
0.0568
0.001071
0.152306
0.118975
1.964793
1.811847
5.400905
0.0494
0.0700
0.0000
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
GARCH(-1)
0.002103
0.275955
0.642572
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.375061
0.321648
0.156340
2.859727
81.33606
7.021831
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-1.099001
-0.853905
-0.999417
1.904411
GARCH (1,2)
Dependent Variable: R
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/19/11 Time: 01:25
Sample: 1 128
Included observations: 128
Convergence achieved after 81 iterations
Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*RESID(-2)^2 + C(12)*GARCH(
-1)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBIS
RJII
DUMMY
-0.015050
-0.122206
-1.306899
0.601275
0.161729
-0.049766
1.180845
0.011947
0.016204
0.747873
0.624403
0.660988
0.236717
0.054413
0.208346
0.016782
-0.928780
-0.163405
-2.093037
0.909661
0.683216
-0.914605
5.667709
0.711869
0.3530
0.8702
0.0363
0.3630
0.4945
0.3604
0.0000
0.4765
0.000659
0.190015
0.192336
0.095020
1.600362
2.704411
-2.283980
9.262633
0.1095
0.0068
0.0224
0.0000
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
RESID(-2)^2
GARCH(-1)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.001055
0.513878
-0.439291
0.880139
0.359563
0.298832
0.158947
2.930647
81.84707
5.920573
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-1.091360
-0.823983
-0.982723
1.984253
GARCH (2,1)
Dependent Variable: R
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/19/11 Time: 01:26
Sample: 1 128
Included observations: 128
Failure to improve Likelihood after 54 iterations
Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*GARCH(-1) + C(12)*GARCH(
-2)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBIS
RJII
DUMMY
-0.018918
-0.138533
-1.409767
0.262799
-0.021718
-0.028260
1.227381
0.017452
0.015066
0.618561
0.348910
0.374735
0.112896
0.040631
0.114205
0.014506
-1.255645
-0.223960
-4.040489
0.701292
-0.192372
-0.695525
10.74718
1.203082
0.2092
0.8228
0.0001
0.4831
0.8475
0.4867
0.0000
0.2289
0.002739
0.163196
0.057964
0.072322
2.831997
4.980858
-3.204075
2.451616
0.0046
0.0000
0.0014
0.0142
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
GARCH(-1)
GARCH(-2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.007757
0.812857
-0.185722
0.177307
0.341921
0.279517
0.161122
3.011377
84.55996
5.479145
0.000001
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-1.133749
-0.866372
-1.025112
1.959315
GARCH (2,2)
Dependent Variable: R
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/19/11 Time: 01:27
Sample: 1 128
Included observations: 128
Convergence achieved after 29 iterations
Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*RESID(-2)^2 + C(12)*GARCH(
-1) + C(13)*GARCH(-2)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBIS
RJII
DUMMY
-0.021301
-0.082683
-1.408429
0.686149
0.085090
-0.052754
1.201062
0.010468
0.014697
0.743292
0.575428
0.355656
0.172449
0.038943
0.139409
0.014219
-1.449370
-0.111239
-2.447620
1.929252
0.493421
-1.354646
8.615411
0.736201
0.1472
0.9114
0.0144
0.0537
0.6217
0.1755
0.0000
0.4616
2.79E-07
0.160969
0.133659
0.136797
0.103595
13137.93
4.184202
-2.266691
1.314230
2.960146
0.0000
0.0000
0.0234
0.1888
0.0031
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
RESID(-2)^2
GARCH(-1)
GARCH(-2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.003671
0.673525
-0.302964
0.179782
0.306656
0.345701
0.277426
0.161355
2.994080
87.45269
5.063382
0.000001
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-1.163323
-0.873664
-1.045633
1.979796
Lampiran 18. Model 2 Terbaik
Dependent Variable: R
Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution
Date: 05/19/11 Time: 01:26
Sample: 1 128
Included observations: 128
Failure to improve Likelihood after 54 iterations
Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(9) + C(10)*RESID(-1)^2 + C(11)*GARCH(-1) + C(12)*GARCH(
-2)
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
RCPI
RKURS
RM2
RIPI
RSBIS
RJII
DUMMY
-0.018918
-0.138533
-1.409767
0.262799
-0.021718
-0.028260
1.227381
0.017452
0.015066
0.618561
0.348910
0.374735
0.112896
0.040631
0.114205
0.014506
-1.255645
-0.223960
-4.040489
0.701292
-0.192372
-0.695525
10.74718
1.203082
0.2092
0.8228
0.0001
0.4831
0.8475
0.4867
0.0000
0.2289
0.002739
0.163196
0.057964
0.072322
2.831997
4.980858
-3.204075
2.451616
0.0046
0.0000
0.0014
0.0142
Variance Equation
C
RESID(-1)^2
GARCH(-1)
GARCH(-2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.007757
0.812857
-0.185722
0.177307
0.341921
0.279517
0.161122
3.011377
84.55996
5.479145
0.000001
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.024590
0.189820
-1.133749
-0.866372
-1.025112
1.959315
Lampiran 19. Uji Efek ARCH Model 2 Terbaik
Heteroskedasticity Test: ARCH
F-statistic
Obs*R-squared
1.907120
1.908516
Prob. F(1,125)
Prob. Chi-Square(1)
0.1697
0.1671
Lampiran 20. Uji Kenormalan Galat Model 2 Terbaik
20
Series: Standardized Residuals
Sample 1 128
Observations 128
16
12
8
4
0
-2
-1
0
1
2
3
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
0.072419
-0.109576
2.901750
-2.589602
1.025616
0.249227
3.293420
Jarque-Bera
Probability
1.784279
0.409778
Download