PENDAHULUAN Latar Belakang Bungkil kelapa merupakan limbah dari proses pembuatan minyak kelapa yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak sumber protein dengan kandungan protein kasarnya sebesar 22,75% (Moorthy dan Viswanathan, 2009). Akan tetapi, bungkil kelapa banyak mengandung asam lemak jenuh dengan persentase asam lemak tertinggi adalah 46,9% asam laurat (Santoso et al., 2006). Penggunaan asam lemak jenuh yang tinggi dapat meningkatkan produk ternak (daging) tinggi kolesterol (Muttakin, 2006) dan jika dibandingkan dengan asam lemak tak jenuh, asam lemak jenuh kurang dapat meningkatkan kualitas reproduksi ternak betina (Thomas, 1997). Asam lemak tak jenuh rantai panjang (Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA) seperti asam lemak arakhidionat dan Decosahexaenoic Acid (DHA) merupakan asam lemak esensial untuk perkembangan organ reproduksi (Huang dan Craig-Schmidt, 1996). Jaringan tubuh ternak tidak mampu mensintesis asam lemak ini sehingga harus tersedia dalam ransum. Kekurangan dan kelebihan asam lemak esensial berpengaruh terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan (Boonyratpalin, 1997). Penambahan minyak dapat meningkatkan kandungan lemak, dimana dapat tersedianya kandungan asam lemak esensial dalam ransum. Lemak merupakan salah satu bahan konsentrat yang padat energi. Kearl (1982) menyebutkan ransum yang mengandung energi hingga 68,1% dapat meningkatkan konsumsi bahan kering pada domba. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa penambahan lemak dalam ransum ternak ruminan dapat meningkatkan palatabilitas ransum, dengan demikian konsumsi ransum meningkat. Minyak jagung dan minyak ikan lemuru merupakan sumber energi dan bahan-bahan yang mengandung lemak terutama asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi. Minyak jagung mengandung 57,0% linoleat (White, 1992), sedangkan minyak ikan lemuru mengandung asam lemak EPA (Eicosapentaenoic Acid) dan DHA (Decosahexaenoic Acid) yaitu sebesar 34,7% dan 21,7% (Lubis, 1993). Asam-asam lemak ini sangat penting untuk sistem kekebalan, pertumbuhan, perkembangan fungsi reproduksi dan kesehatan (Judith et al., 2006; Pal et al., 1999). Penggunaan lemak dalam ransum perlu diperhatikan mengingat ternak ruminansia sangat peka terhadap kandungan lemak yang tinggi dalam ransum. Hal 1 ini dikarenakan, terjadinya aksi biohidrogenasi mikroba rumen yang dapat mengkonversikan asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh (Tymchuk et al., 1998). Oleh sebab itu, perlu adanya proteksi terhadap minyak seperti campuran garam karboksilat kering (CGKK) yang dapat dicampur dengan konsentrat (Tasse, 2010). Sehingga dalam hal ini perlu adanya pengkajian penggunaan minyak dalam ransum yang menghasilkan pertumbuhan domba yang optimal dan efisien. Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan pengaruh lemak ransum yang berasal dari bungkil kelapa dengan sumber minyak berbeda (minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi) terhadap penampilan produksi calon induk domba ekor tipis. 2