Siklus hidup dan pertumbuhan kupu-kupu

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan dan Fungsi Kupu-kupu
Kupu-kupu mempunyai nilai yang penting dalam ekosistem hutan, yaitu
sebagai penyerbuk (pollinator) untuk menjaga keanekaragaman tumbuhan.
Keberadaan serangga penyerbuk dapat membantu mempertahankan banyak
spesies tumbuhan di habitatnya (Kevan dan Baker 1983; Sembel 1993).
Disamping itu, beberapa tumbuhan dan serangga mempunyai hubungan yang
sangat erat dan beberapa tumbuhan hanya dapat diserbuk oleh serangga.
Dalam bidang pertanian, kupu-kupu juga dapat berfungsi sebagai hama,
terutama pada stadia larva kupu-kupu dari famili seperti Danaidae, Amanthusidae,
Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae, dan Hesperidae menyebabkan kerusakan
pada tanaman pertanian dan tanaman hias (Salmah 1994). Serangga-serangga
tersebut akan menjadi hama potensial, jika terjadi peningkatan jumlah populasi
dan tanpa adanya penekanan dari musuh alaminya.
Kupu-kupu memiliki sebaran geografi yang luas. Keanekaragaman kupukupu dapat memberikan informasi tentang kondisi lingkungan dan sebagai
indikator kualitas dan kesehatan lingkungan. Bagi manusia, kupu-kupu tidak
hanya sebagai obyek yang memiliki keindahan, namun dalam banyak hal kupukupu memiliki arti lain.
Ekologi Kupu-kupu
Smart (1991) melaporkan ukuran populasi dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu, faktor dependent (saling tergantung) dan faktor independent (tidak saling
tergantung). Faktor dependent adalah faktor yang memiliki ketergantungan
terhadap individu yang ada dalam habitat, misalnya ketersediaan sumber daya
(pakan,ruang). Faktor independent adalah faktor yang pengaruhnya tidak
tergantung dari ukuran populasi, misalnya iklim. Dari kedua faktor tersebut, faktor
dependent merupakan faktor yang banyak berperan pada kebanyakan kupu-kupu.
Clark et al. (1996) mengemukakan bahwa komponen habitat yang penting
bagi kehidupan kupu-kupu adalah tersedianya vegetasi sebagai sumber makanan,
tempat untuk berkembang biak, dan shelter (tempat berlindung). Jika tidak ada
vegetasi atau kurang dari jumlah yang dibutuhkan, maka akan terjadi pergerakan
7
kupu-kupu untuk mencari daerah baru yang banyak terdapat vegetasi sebagai
sumber makanannya. Dengan demikian, vegetasi selain ini sebagai sumber
makanan, dapat juga berperan sebagai tempat berlindung dari serangan predator
dan tempat untuk berkembang biak.
Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih, sejuk dan tidak terpolusi
oleh insektisida, asap, bau yang tidak sedap dan lain-lain. Karena sifatnya
demikian, maka kupu-kupu menjadi salah satu kelompok serangga yang
dipergunakan sebagai indikator terhadap perubahan ekologi. Makin beragam jenis
kupu-kupu di suatu tempat menandakan ekosistim di wilayah tersebut masih baik
(Odum 1979). Kehidupan kupu-kupu sangat tergantung pada tumbuhan dan
sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Spesies kupu-kupu yang berwarna
indah belakangan ini menjadi langka. Terjadinya kerusakan hutan dapat
mengakibatkan berkurangnya jumlah tumbuhan inang. Hal ini akan berdampak
berkurangnya jumlah spesies dan jumlah individu dari kupu-kupu (Whalley
1992). Amir et al. (2003) melaporkan keanekaragaman kupu-kupu di Taman
Nasional Gunung Halimun berbeda dengan keanekaragaman spesies di Taman
Nasional lainnya di Indonesia. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan iklim,
musim, ketinggian tempat, serta jenis-jenis tanaman inang yang menyediakan
nektar bagi imagonya dan daun sebagai makanan bagi larvanya.
Penyebaran Kupu-kupu
Penyebaran spesies kupu-kupu dibatasi oleh faktor geologi, ekologi, dan
keberadaan tanaman inang yang menjadi makanan larva maupun dewasa. Braby
(2000) melaporkan distribusi G. agamemnon meliputi India selatan sampai India
utara (Kumaon sampai Assam), Nepal, Sri Lanka, Andamans, Nicobars,
Banglades, Brunei, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, China selatan (meliputi
Hainan), Taiwan, Malaysia, Brunai, Indonesia (Sumatra, Nias, Mentawai, Bangka,
Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Kalimantan), Pilipina dan Australia. Distribusi G.
doson meliputi Nepal, Sri langka, Banglades, Burma, Thailand, Laos, Kamboja,
Cina Selatan, Taiwan, Malaysia, Brunai, Indonesia (Sumatra, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan), Philipina, Papua Nugini, Solomon dan Australia.
Keberadaan kupu-kupu spesies ini di daerah tersebut terkait dengan keberadaan
8
inang dan iklim yang cocok bagi perkembangan hewan tersebut.
Klasifikasi Kupu-kupu Graphium
Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera dan kelas Insekta yang permukaan
sayapnya tertutup oleh sisik. Lepidoptera dibedakan menjadi dua sub ordo yaitu
Heterocera (moth) dan Rhopalocera (butterfly) (Borror et al. 1996). Kupu-kupu
dibedakan dengan ngengat dalam beberapa hal, yaitu kupu-kupu bersifat diurnal,
sedangkan ngengat nokturnal (Braby 2000). Selain itu bentuk dan corak warna
kupu-kupu lebih menarik dibandingkan ngengat (Stavenga et al. 2004). Pada saat
hinggap, sayap kupu-kupu umumnya menutup, sedangkan ngengat terbuka
(Fleming 1983). Antena kupu-kupu ramping dan membulat di ujung, sedangkan
ngengat berbentuk rambut (plumose). Klasifikasi kupu-kupu G. agamemnon dan
G. doson adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Lepidoptera
Sub ordo
: Rhopalocera
Famili
: Papilionidae
Sub famili
: Papilioninae
Genus
: Graphium
Spesies
: Graphium agamemnon
Graphium doson
(Tsukada &Nishiyama 1982; Collins & Morris 1985)
Morfologi Kupu-kupu
Tubuh kupu-kupu dibedakan menjadi caput (kepala), toraks (dada) dan
abdomen (perut) (Fleming 1983). Kepala kupu-kupu mempunyai sepasang antena
panjang yang membesar (menggada) pada ujungnya (Gambar 2). Antena tersebut
berfungsi sebagai peraba dan perasa (Mastright & Rosariyanto 2005). Kupu-kupu
memiliki satu pasang mata majemuk (compound eyes) yang relatif besar dan
terdiri dari sejumlah besar faset (Amir et al. 2003). Mata majemuk tersebut
9
berfungsi untuk mengenali bentuk, warna, dan gerakan. Kupu-kupu juga
mempunyai mata tunggal (ocelli) yang berfungsi untuk mengetahui intensitas
cahaya (Braby 2000). Gambar 3 menunjukkan bagian mulut kupu-kupu yang
terdiri dari labrum, palpus maksilaris, palpus labialis, dan probosis. Labrum
berukuran kecil berbentuk pipa transversal yang melintang di bagian bawah
probosis. Palpus maksilaris dan mandibel berukuran kecil atau tidak ada. Palpus
labialis berkembang dan memanjang ke depan. Probosis terbentuk dari maksila
yang berlekuk secara longitudinal, panjang dan melingkar, berfungsi sebagai
penghisap cairan.
menggada
Gambar 2 Antena kupu-kupu (Gullan 2000).
labrum (bibir atas)
Mata tunggal
Mata majemuk
Gambar 3 Bagian mulut kupu-kupu (Amir et al. 2003).
Toraks sebagai sumber kekuatan tubuh. Toraks kupu-kupu terbagi tiga
segmen, yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Pada bagian ini terdapat
tiga pasang tungkai dan dua pasang sayap, serta sekumpulan otot yang digunakan
dalam pergerakan dan terbang (Fleming 1983; Sterry 1995).
Abdomen kupu-kupu terdiri dari 10 ruas, terdiri atas tergum pada bagian
dorsal dan sternum pada bagian ventral. Pada ruas pertama sampai ruas ke tujuh
terdapat spirakel yang berfungsi untuk jalan masuknya udara. Dua atau tiga ruas
10
terakhir abdomen mengalami modifikasi membentuk alat genitalia. Di dalam
abdomen terdapat alat pencernaan, jantung, sistem ekskresi, sitem reproduksi dan
sistem otot (Noerdjito & Aswari 2003).
Sayap kupu-kupu seperti selaput dan banyak terdapat sisik. Ukuran,
susunan, pola, dan warna sayap sangat bervariasi pada masing-masing spesies.
Sistem venasi sayap sangat penting dalam identifikasi (Fleming 1983; Borror et
al. 1996). Bentuk dan susunan venasi sayap merupakan salah satu penciri untuk
mengenali spesies kupu-kupu (Gambar 4).
a
b
Gambar 4 Bentuk dan venasi sayap kupu-kupu famili Papilionidae: Venasi
sayap G. sarpedon (a) dan P. paris (b).
Morfologi G. agamemnon Linneus, 1758
Morfologi G. agamemnon betina adalah kepala berwarna hijau dengan
lengkungan hitam pada sisi atas; dada dan perut berwarna hijau dengan
lengkungan hitam pada sisi atas; rentang sayap depan betina ± 65 mm; sayap
depan berwarna dasar hitam dengan spot-spot hijau yang besar; sayap belakang
berwarna dasar hitam dengan serangkaian spot hijau pada bagian tengah dan garis
hijau yang sejajar dengan abdomen; terdapat ekor (swallowtails) (Gambar 5a).
Morfologi G. agamemnon jantan adalah kepala berwarna hijau dengan
lengkungan hitam pada sisi atas; dada dan perut berwarna hijau dengan
lengkungan hitam pada sisi atas; rentang sayap depan ± 62 mm; sayap depan
11
berwarna dasar hitam dan terdapat serangkaian spot yang berwarna hijau; sayap
belakang berwarna dasar hitam dengan serangkaian spot hijau pada bagian tengah
dan garis putih yang sejajar dengan perut (Gambar 5c); terdapat ekor
(swallowtails) yang lebih pendek dibandingkan dengan betina (Gambar 5b).
a
b
c
Gambar 5 Kupu-kupu G. agamemnon betina (a) dan jantan (b). G. agamemnon
jantan terdapat garis putih sejajar perut (c).
Morfologi G. doson C&R Felder, 1864
Morfologi G. doson betina adalah kepala berwarna hitam dengan
lengkungan garis berwarna putih; sayap depan berwarna dasar hitam dengan tepi
sayap atas bundar, terdapat serangkaian spot biru di tengah sayap dan tepi sayap;
sayap belakang berwarna dasar hitam dengan spot besar berwarna biru dan tidak
memiliki swallowtails; sisi bawah sayap berwarna hitam dengan spot besar
berwarna putih pucat; dada dan perut berwarna hitam abu-abu; ujung abdomen
mempunyai lubang (Gambar 6a).
Morfologi G. doson jantan adalah kepala berwarna hitam dengan
lengkungan garis yang berwarna putih; sayap depan berwarna dasar hitam dengan
tepi sayap atas lurus; terdapat serangkaian spot biru di tengah sayap dan tepi
sayap; sayap belakang mempunyai spot besar berwarna biru; sisi bawah sayap
berwarna hitam dan terdapat spot yang besar berwarna putih pucat dan tidak
memiliki swallowtails; dada dan perut berwarna hitam abu-abu; ujung abdomen
terbelah (Gambar 6b).
12
Jantan atau Betina
a
b
Gambar 6 Morfologi G. doson betina (a) dan jantan (b).
Gambar insert adalah ujung abdomen betina dan jantan
Kupu jantan dibagian ujung abdomen mempunyai dua ‘pintu’ yang dapat
dibuka lebar ke samping, untuk memegang ujung abdomen dari betina ketika
kawin. Jantan dan betina mempunyai warna yang berbeda (dimorfisme seksual),
ukuran tubuh betina pada umumnya lebih besar dari pada jantan. Bentuk sayap
depan pada betina lebih bundar, sedangkan tepi sayap jantan lurus atau konveks.
Jantan sering memiliki bulu pada ‘basis’ sayap belakang (misalnya genus
Taenaris dan Mycalesis) (Mastrigt & Rosariyanto 2005).
Siklus Hidup Graphium
Kupu-kupu termasuk holometabola yang siklus hidupnya melalui fase telur,
larva (ulat), pupa (kepompong), dan imago (kupu dewasa). Siklus hidup setiap
spesies kupu-kupu bervariasi. Siklus hidup G. agamemnon berkisar antara 38 - 44
hari (Andri 1994), P. memnon berkisar 20 - 50 hari (Jamalius 1997) dan P.
demolion eramer berkisar 41 - 50 hari (Rizal 2002).
13
1. Telur
Kupu-kupu Papilionidae biasanya meletakkan telur satu-satu pada tumbuhan
inang. Telur
kupu-kupu berbentuk bulat, berwarna hijau kekuningan dengan
ukuran sangat beragam. Pada Ornithoptera, telur berdiameter 3 mm, Troides, telur
berdiameter 2 mm, dan Papilio, telur berdiameter 1 mm (Haugum & Low 1980).
2. Larva (ulat)
Ulat adalah suatu fase yang berhubungan dengan makanan untuk
pertumbuhan dan perkembangannya (Braby 2000). Ulat kupu-kupu berbentuk
silindris (eruciform) terdiri dari 13 ruas (3 ruas toraks dan 10 ruas abdomen)
(Borror et al. 1996). Tubuh larva dibedakan menjadi 3 bagian yaitu kepala, dada,
dan perut. Kepala berkembang baik dan berbentuk bulat. Kapsul kepala
mengalami sklerotisasi. Pada kepala terdapat mata yang disebut stemmata dan
sepasang antena yang sangat pendek. Tipe mulut larva kupu-kupu adalah
menggigit dan mengunyah (Borror et al. 1996).
Toraks dibagi menjadi 3 ruas (protoraks, mesotoraks dan metatoraks).
Setiap ruas toraks mempunyai sepasang tungkai (Gambar 7). Larva Papilionidae
mempunyai organ“osmeterium” yang terdapat pada protoraks. Organ osmeterium
berhubungan dengan suatu kelenjar bau. Apabila larva mendapat gangguan,
osmeterium akan terjulur dibarengi dengan semprotan bau yang khas (Stanek
1992).
1
mesotoraks
2
3
4
5
6
7
8
9 10
metatoraks
Gambar 7. Morfologi larva kupu-kupu (Braby 2000).
Gambar 7 menunjukan abdomen larva kupu-kupu terdiri dari 10 ruas. Ruas
tiga sampai enam masing-masing mempunyai tungkai (prolegs). Tungkai
14
dipergunakan untuk berjalan atau menggantung pada ranting dengan bantuan
crochet. Ruas delapan sampai sepuluh mempunyai prolegs anal. Pada setiap ruas
toraks dan abdomen terdapat sepasang lubang spirakel yang berguna untuk
pernafasan. Tubuh larva ditutupi kutikula yang dibentuk oleh lapisan epidermis.
Kutikula mengalami pengerasan, oleh sebab itu kutikula dilepaskan secara
periodik untuk mengikuti pertumbuhan larva (Peigler 1989).
Larva Graphium yang baru menetas dari telur berukuran sangat kecil, yaitu
sekitar 2-3 mm. Djunianti et al. (1991) melaporkan rata-rata umur larva G.
agamemnon yang diberi pakan daun kenanga adalah 16.8 hari, sedangkan yang
diberi pakan daun sirsak adalah 17.1 hari.
3. Pupa (kepompong)
Sebelum menjadi pupa, larva mengalami fase prepupa. Prepupa adalah fase
larva akhir, ditandai dengan berdiam untuk dua atau tiga hari sebelum terjadi
ekdisis (pergantian kulit) (Chapman 1998). Larva yang telah tumbuh sempurna,
akan segera berhenti makan. Setelah ganti kulit terakhir, larva mempersiapkan diri
untuk berkembang menjadi pupa. Sebelum menjadi pupa, larva membuat landasan
sutera (kremaster) di ujung abdomen untuk menopang atau bergantungnya badan
pupa. Stadium pupa merupakan transformasi dari larva untuk menjadi dewasa
(Chapman 1998). Bentuk pupa Graphium umumnya obtekta. Warna pupa kupukupu beragam dan bentuk pupa seringkali berlekuk tidak rata. Oleh kremaster,
pupa akan ditempelkan pada ranting atau daun dengan posisi yang agak tegak
(Mastrigt & Rosariyanto 2005). Djunianti et al. (1991) melaporkan rata-rata umur
pupa G. agamemnon adalah 10.9 hari dan G. sarpedon adalah 11 hari.
4. Imago (kupu-kupu dewasa)
Imago akan keluar setelah masa pupa (pupa berlangsung dari beberapa hari
sampai satu bulan lebih). Imago membuka bagian atas pupa, sambil memegang
daun atau ranting dengan tungkai depan untuk keluar dari pupa yang basah.
Ketika keluar dari pupa, sayap imago masih tertutup. Setelah keluar, imago
mengeluarkan banyak cairan. Sebelum dapat terbang untuk pertama kalinya,
imago membuka serta menggerak-gerakkan sayap sampai menjadi kering. Seluruh
15
proses ini biasanya berlangsung pada pagi hari pada cuaca cerah (Mastright &
Rosariyanto 2005).
Tanaman Inang Larva Graphium
Braby (2000) melaporkan tanaman inang larva Graphium adalah
Cyathostemma
mocrantium,
Desmos
goezeanus,
Fitzalania
heteropetela,
Melodorum leichhardtii, Polyalthia michaelii, Polyalthia nitidissima, Miliusa
brahei, Annona glabra, A. muricata, A. reticulate, A. squamosa dan M. champaca.
Beberapa spesies jenis kupu-kupu memiliki kebutuhan tanaman inang yang
spesifik sebagai tempat meletakan telur dan sebagai pakan larvanya. Larva
Papilionidae menunjukan keterkaitan dengan beberapa jenis tanaman inang,
seperti Aristolochia, Citrus dan tanaman Umbelliferae (Mani 1982). Kupu
Graphium selalu dijumpai pada beberapa jenis tanaman Annonaceae.
Astuti (1993) melaporkan konsumsi pakan larva P. memnon dengan daun
purut adalah sebanyak 14.57 gram, larva P. demoleus mengkonsumsi sebanyak
10.95 gram dan larva P. polytes sebanyak 8.76 gram. Larva kupu-kupu G.
agamemnon mengkonsumsi daun kenanga sebanyak 4.44 gram dan pakan daun
sirsak sebanyak 7.56 gram (Djunianti et al.1991).
Tanaman pakan merupakan tempat larva mendapatkan nutrisi penting dan
zat-zat kimia yang diperlukan dari tahap larva hingga imago (Sihombing 1999).
Kriteria tanaman pakan yang baik dan dapat digunakan sebagai pakan larva,
diantaranya ialah jumlah daun banyak, tanaman mudah dibudidayakan, dan
dikembangkan, dan sesuai bagi larva. Dalam pembudidayaan kupu-kupu,
ketersediaan pakan menjadi salah satu fakor utama yang harus diperhatikan.
Untuk menunjang keberhasilan pembudidayaan ini, harus dipilih daun-daun yang
ketersediaanya melimpah. Pohon sirsak dan cempaka adalah termasuk pohon
keras dengan jumlah daun yang cukup banyak.
Faktor lain yang menjadi salah satu syarat untuk pemilihan pakan bagi
larva adalah tanaman mudah didapat dan dikembangkan. Untuk memenuhi syarat
tersebut, sebaiknya dipilih tanaman-tanaman yang mudah tumbuh di berbagai
kondisi tanah seperti tanah kering. Mudahnya tanaman-tanaman tersebut untuk
tumbuh dan berkembangbiak mendukung bagi usaha budidaya. Tanaman pakan
16
larva yang baik, jika dipangkas haruslah daunnya cepat tumbuh kembali dan
jumlahnya bertambah banyak. Tanaman sirsak dan cempaka mudah didapati di
sekitar kampus IPB dan mudah dikembangbiakkan.
Sebelum larva yang baru menetas mulai makan, larva muda membutuhkan
stimulasi khusus. Hal tersebut dideteksi oleh kemoreseptor yang terdapat pada
antena dan bagian mulut dari larva serangga (Comba et al. 1999). Apabila pakan
tersebut sesuai , maka daun akan dimakan oleh larva tersebut.
1. Tanaman Sirsak (Anonna muricata L.)
Tanaman sirsak termasuk ke dalam famili Annonaceae. Tanaman ini
tumbuh tegak. Tanaman sirsak berbentuk pohon yang dapat mencapai 8-10 m
tingginya (Gambar 8). Tanaman sirsak mempunyai batang berkayu, bulat dan
bercabang. Daun sirsak termasuk daun tunggal. Bentuk daun sirsak bulat telur
atau lanset dengan ujung runcing dan tepi rata. Panjang daun antara 6-18 cm dan
lebar daun antara 2-6 cm, daun berwarna hijau. Tanaman sirsak mempunyai bunga
tunggal terletak pada batang dan ranting. Buah sirsak termasuk majemuk, buah
sedikit bergerigi berbentuk bulat telur dan berwarna hijau. Buah sirsak kaya akan
vitamin B dan C (Ashari 1995). Biji bulat telur, keras dan berwana hitam.
Tanaman sirsak berakar tunggang. Habitat tumbuhan ini terdapat di daerah tropika
dan sub tropika. Tumbuhan ini mempunyai kandungan bahan aktif berupa
alkaloid, minyak atsiri dan senyawa aromatik, karbohidrat, lemak, asam amino,
polifenol. Bijinya mengandung minyak antara 42-45%.
Bagian tanaman yang
dimanfaatkan adalah buah, biji, dan daun. Tanaman sirsak berasal dari daerah
tropik, yaitu daerah yang terletak diantara Ekuador dan Peru. Tumbuhan ini
mempunyai aroma daun yang spesifik. Tanaman ini menyenangi jenis tanah
berpasir atau lempung berpasir. Tanah liat dan drainase yang kurang baik
menyebabkan kerontokan bunga dan buah. Tanaman Annona menyukai iklim
lembab dengan suhu panas.
Ketinggian tempat yang baik untuk tumbuhnya
spesies ini adalah sampai 1000 m di atas permukaan laut. Kelembaban udara
kurang dari 70 % menyebabkan kerontokan bunga dan pengeringan kepala putik.
17
Gambar 8 Habitus tanaman sirsak (A. muricata L.).
2. Tanaman Cempaka (Michelia champaca L.)
Tanaman cempaka diduga berasal dari India, kemudian disebarkan ke barat
daya Cina, Indo-Cina, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa dan Sumbawa. Saat
ini cempaka mulai dibudidayakan di daerah tropis (Ashari 1995). Cempaka
merupakan tanaman hutan dengan tinggi 15-25 m bahkan ada yang mencapai 50
m (Gambar 9). Batang tegak berdiameter 1.8 m dengan ujung ranting berambut.
Daun berbentuk bulat lanset dengan ujung dan pangkal runcing, panjang 10-28
cm, lebar 4.5-11 cm, tipis seperti kulit dan bergelombang pada bagian tepi.
Panjang tangkai daun 0-2 cm. Panjang tunas bunga 3-4 cm (Van Steenis 1997).
Cempaka tumbuh di hutan tropis yang lembab atau pada tepi hutan dengan tanah
subur pada ketinggian 250-1500 m, dengan suhu maksimum 35-40 ºC dan suhu
minimum 3-10 ºC (Van Steenis 1997). Tanaman cempaka juga tumbuh baik di
tanah dengan tekstur ringan-sedang, pH tanah netral, dan memiliki drainase yang
baik. Tanaman cempaka tidak toleran terhadap naungan.
Gambar 9 Habitus tanaman cempaka (Michelia champaca L).
18
Tanaman Pakan Imago Kupu-kupu
Kupu-kupu betina Graphium sering tampak mengunjungi bunga saliara
(Lantana camara) atau bunga bougenvil (Baugenvillea sp.), bunga soka (Ixora
paludosa), pacar air (Impatient balsamina), pagoda (Clerodendrum japonicum),
batavia (Jatropha pandurifolia), dan taiwan beuti (Cuphea sp.) sebagai sumber
nektar bagi imago kupu-kupu (Gambar 10). Kupu-kupu jantan Graphium sering
ditemukan hinggap di tepian sungai yang berpasir basah. Kupu-kupu Graphium
sangat tertarik dengan bau amoniak (Noerdjito & Aswari 2003).
a
b
c
d
Gambar 10 Tanaman bunga pakan imago kupu-kupu Graphium. Bunga saliara
(Lantana camara) (a), bunga pagoda (Clerodendrum japonicum) (b), bunga pacar
air (Impatient balsamina) (c), dan bunga soka (Ixora paludosa) (d).
Download