KERAMIK PORSELIN ALUMINA SEBAGAI BAHAN ISOLATOR LISTRIK Drs. M. Gade, M.Si Dosen Kopertis Wilayah I dpk pada FKIP UMN Al-Washliyah Medan Abstrak Porselin merupakan bahan keramik yang keras, kuat bewarna putih, tembus cahaya, tidak poros, halus bila dibakar pada suhu tinggi dan bersifai Isolator listrik. Keramik porselin alumina sangat mempengaruhi pada sifat fisis, mekanik, termal, listrik dan mikrostrukturnya. dari karakterisasi sifat listrik yang dihasilkan akan bersamanya kuat tembus listrik dengan komposisi bahan, suhu sintering dan dapat digunakan sebagaibahan isolator listrik tegangan tinggi. Kata kunci : Porselin, alumina, sintering, isolator listrik. PENDAHULUAN P orselin merupakan keramik polikristalin yang umumnya mempunyai fasa quarts, mullit dan lebih dari 10 % volumenya adalah fasa-fasa gelas. Porsein adalah bahan keramik yang keras, kuat, bewarna putih, tembus cahaya, tidak poros, halus bila dibakar pada suhu tinggi dan bersifat isolator listrik (Relva C. Buchanan. 1999). Salah satu contoh pengembangan porselin dalam bidang industri otomotif adalah pembuatan busi (Sparks Plugs). Tahun 1930 dikembangkan industri porselin untuk bahan isolator frekuensi tinggi. Kemudian pengembangan dilakukan secara intensif oleh MC. Dugel Borkett yang menghasilkan isolator alumina yang dapat digunakan pada kondisi tekanan tinggi. Pada dasarnya material porselin dibentuk dari bahan baku: feldsfar, kaolin (ball elay) dan kuarsa. Untuk maksud tertentu, misalnya perbaikan sifat fisisnya dilakukan penambahan aditif tertentu, antara lain : kapur, talk, dolomite dan lainnya. Aditif ini dapat juga berfungsi untuk meningkatkan plastisitas bodi, kekuatan, memudahkan pembentukannya dan terbentuknya struktur tertentu. Klasifikasi keramik porselin dibedakan berdasarkan komposisi, sifat-sifat dan aplikasinya. Aplikasi keramik porselin lainnya adalah sebagai bahan stop kontak, sekring, busi, isolator jaringan listrik, sakelar pemutus tegangan listrik dan sebagainya. Mengingat Indonesia kaya akan bahan galian yang tersebar di daerah-daerah maka usaha untuk mendorong pemanfaatan bahan tersebut, khususnya untuk pembuatan bahan isolator listrik menjadi topik dalam pembahasan. Dengan demikian dapat diharapkan suatu terobosan pemanfaatan bahan galian sehingga memberikan nilai tambah tersendiri yang cukup berarti. 1. Keramik Porselin Keramik porselin merupakan salah satu jenis keramik konvensional yang memiliki mikrostruktur yang lebih halus, dan lebih padat dibandingkan dengan keramik konvensional lainnya seperti gerabah dan stoneware. Penggunaan keramik porselin tidak hanya terbatas sebagai barang seni, peralatan rumah tangga dan tegel (Tile), tetapi sudah digunakan sebagai komponen peralatan teknik misalnya : isolator listrik, komponen pada busi dan pompa. Berdasarkan komposisi campuran bahan baku, keramik porselin diklasifikasikan menjadi tiga yaitu : Feldspatik Porselin, alumina Porselin dan Kristobalit Porselin (Muljadi at all, Jurnall LIPI 2002). Bodi porselin konvensional dapat dikalsifikasikan dalam dua tipe yaitu : low tension porcelain dan high tension porcelain. Perbedaan kedua tipe ini sangat tergantung pada komposisi, jumlah fasa gelas yang terbentuk, sifat-sifat sifat-sifat dan aplikasinya (Relva C. Buchanan, 1991). Porselin lunak 9low tension porcelaian) biasanya kekuatan mekaniknya rendah, tahan terhadap kejut suhu, respon terhadap frekuensi tinggi kurang baik, hanya pada frekuensi rendah (lebih kecil dari 104 Hz). Porselin jenis ini biasanya disinter pada suhu 1260 – 1320 °C. Porselin keras (high tension porcelaian) yang disebut sebagai porselin tegangan tinggi, biasanya disinter pada suhu 1250 – 1450 °C, permukaannya halus dan mengkilap (Relva C. Buchanan, 1991). Bodi pembentuk porselin terdiri dari : fieldsfar ()Kna)2O.3AL2O3.6Sio2, Kaolin Al2O3. 2SiO2. 2H2O dan kuarsa SiO2. Sifat fisis dari keramik porselin diperlihatkan pada tabel dibawah ini. Tabel Sifat fisis dari keramik porselin High Tension (Charles A. Harper, 2003 Besaran Fisis Porositas Densitas Temperatur Sintering Resivitas (25°C) Kekerasan Modulus of Rupture (MOR) Bending Strenght Satuan % g/cm3 °C Kekuatan Dialektrik Dialectrik Constant Loss factor kV/mm 137,8 – 310 13 - 18 - 6,0 – 7,0 0,020 - cm Pa MPa MPa Nilai 0,0 2,3 – 2,5 1300 – 1450 1012 - 1014 18 – 236 83 Dari diagram fasa dapat dilihat bahwa komposis porselin Alumina adalah 40 – 60% (berat clay, 20 – 35% (berat) feldsfar dan 20 – 30% (berat) kuarsa. Kaolin amerupakan bahan baku utama badan keramik, yang berfungsi untuk mengontrol rentang pembakaran dan distorsi selama pembakaran. Kaolin akan membentuk fasa cair pertama dalam sistem pada suhu sekitar 9000 °C. Kemudian fasa kristalin utama dan berikutnya mullite (Relva C. Buchanan, 1991). Feldsfar berfungsi sebagai bahan pelebur (fluks) yang dapat menurunkan suhu sinter, meningkatkan fasa gelas, menghindari pori dan membentuk fasa mullite. Peningkatan fasa gelas dan kandungan alkali cendrung menurunkan sifat elektrik dan kekuatan mekanik porselin. Larutnya fasa diatas 1200 °C akan meningkatkan viscositas dan mempertahankan bentuk selama pembakaran. Meningkatnya kandungan kuarsa berarti meningkatnya kekuatan mekanik, menghasilkan ukuran butir dibawah 10 m dan menurunkan ekspansi termal. Pada keramik porselin dimana elektron-elektron atom penyusunnya terikat dengan kuat sehingga ion-ion tersebut tidak berdifusi. Susunan kimia bahan keramik sangat bervariasi mulai dari senyawa sederhana hingga berupa campuran beberapa fasa kompl;eks. Sedangkan porselin alumina merupakan salah satu jenis porselin non konvensional. Porselin alumina biasanya mengandung alumina sebanyak 10 – 40% dari tola berat campuran. Struktur kristal dari porselin alumina mengandung 10-40 % adalah korudum, 8 – 20% quartz dan < 10% adalah fasa gelas. Kekuatan mekanik porselin ini menjadi tinggi oleh karena adanya matriks gelas yang berfungsi meningkatkan Young modulus dan kekuatannya setara dengan korodum. Kelebihan dari kristal korodum antara lain : ukuran butir relatif kecil sekitar 3 – 5 m dan tidak menimbulkan cacat mikro sekitar butiran quartz yang kasar, sehingga suhu sinter menjadi tinggi dibandingkan dengan keramik porselin konvensional. Dengan demikian kekuatan mekanik dan kekerasan yang tinggi sangat memungkinkan untuk diaplikasikan sebagai isolator listrik yang membutuhkan kekuatan tinggi (Relva C. Buchanan, 1991). 2. Alumina Alumina adalah senyawa yang terdiri dari alumunium dan oksigen, sehingga alumina disebut juga senyawa oksida logam. Keramik yang sering digunakan umumnya mempunyai fasa Corundum ( - Al2O3) dengan struktur tumpukan heksagonal (Hexagonal Closed Packed, HCP). Keunggulan alumina antara lain : mempunyai titik lebur tinggi (2050 °C), stabil digunakan hingga suhu 1700 °C, kekuatan mekaniknya tinggi, keras, penghantar panas yang baik, sebagai isolator listrik dan tahan terhadap korosi. Karena titik leburnya tinggi maka proses densifikasi dari material ini juga membutuhkan suhu sintering yang relatif tinggi (0,85 X titik lebur = 1750 °C). (Pardamean et all Jurnal LIPI, 2002) Material keramik umumnya berupa senyawa polikristal, dimana pada proses pembuatannya meliputi beberapa tahap antara lain : pemilihan bahan baku, pencampuran, pembentukan dan pembakaran (sintering). Parameterparameter proses pembuatan keramik sangat tergantung pada jenis keramik yang akan dibuat, bidang aplikasinya dan sifat-sifat fisis yang diinginkan (James Reed. 1994). Keramik porselin alumina mempunyai kontribusi yang signifikan antara sifat mekanik dan bisa digunakan sebagai bahan isolator listrik. Menurut Buchanan RC 1986 bahwa keramik dengan kuat tembus listrik / kuat dielektrik sekitar 9 – 11 kV/mm tergolong untuk pemakaian isolator listrik tegangan rendah/menengah). Sedangkan kuat dielektrik 9,9 – 15,8 kV/mm tergolong untuk porselin tegangan tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan isolator listrik tegangan listrik. PENUTUP Dari bahasan diatas dapat disimpulkan 1. Unsur aditif alumina pada keramik porselin sangat mempengaruhi sifat fisis, mekanik, termal, listrik dan mikrostrukturnya. 2. Besarnya nilai dielektrik strenght untuk hig tension porcelin sangat tergantung pada kemampuan pemakaian tegangan listrik. 3. Kuat dielektrik pada tegangan tertentu keramik porselin alumina dapat digunakan sebagai bahan isolator listrik. REFERENSI Broudic J.C, J. Guille, S.Vilminot, 1989. Properties of Sol Gel Ceramics and Vitroceramiks With The Cordierite Composition, Euro Ceramiks, Vol 2, edited by R.A. Terstra, Netherland Haus K.S, dkk. 1992, Synthesis and Characterization of Low Thermall Expansion Cordirerite, ASEAN. Japan Seminar on Ceramics, Fine Ceranuks, Kuala Lumpur- Malaysia Junshiro Hayakawa, 1991, Testing Method of Bending Strenght and Its Evoluation JICA – SIRIM Publishing, Malaysia Smallman, R.E dan Bishop, R.J. 1999. Metalurgi Fisik Modern & Rekayasa Material. Erlangga : Jakarta James Reed, 1994, Principle of Ceramics Processing, Jhon Wiley and Son, Inc Muljadi et all, 2002, Journal Fisika LIPI Perdamean et all, 2002, Journal Telaah Fisika LIPI Volume 23 Relva.C.Buchanan,1991,Electronics Aplication for Advanced ceramics, Engineering Material Hnadbook, New York. Relva. C. Buchanan, 1986, Ceramics Material for Electronics, Marcel dekker Inc. New York Samual J. Scheneider Jr, 1991, Ceramics and Glass, Vol 4, Engineering Material, USA Shackelford F. James. Introduction to Materials Science for Engineers. Prentoce Hall International. INC