transformasi ilmu pengetahuan melalui madrasah

advertisement
dasarnya juga betujuan
kondisi masyarakat.
mengadakan
Al-‘Ulum; Vol. 1, Tahun 2012
Musli, Transformasi …
perbaikan-perbaikan
TRANSFORMASI ILMU PENGETAHUAN MELALUI MADRASAH
MUSLI, S.Ag., M.PdI
Daftar Pustaka
Abi-Al Fadhl Jamal Al-Din Muhammad bin Makram Ibn Manzhur,
Lisan Al-‘Arab. (Beirut ; Dan Al-Fikr, 1990). Jilid. 4 & 9
Abd. Al-Rahman Al-Nahlawi, Ushul Al Tarbiyah Al –Islamiyah Wa
Asalibuha, (Beirut : Dar Al-Fikr, 1988), hal. 12.
Ahmad Baiquni, (Juni 1990), Al-Qur’an dan Ilmu Fisika Dalam
Perspektif Pengembangan Tafsir Al-Qur’an, (makalah)
Ahmad Ibrahim Mahna, (1971), Al-Insan Fi Al-Qur’an Al-Karim, Beirut;
dar al-Kutub al-‘ilmiyah
Ali Khalil Aynayni, Falsafah Al-Tarbiyah Al-Islamiyah Fi Al-Qur'an AlKarim, (Dar Al-Fikr Al-‘Arabi, 1980)
Al-Raghib Al-Asfahani, (1972), Mu’jam Al-Mufradat Al-Fazh Al-Qur’an,
Nadim Al-Mar’asyaili (Pentahqiq), Beirut; Dar Al-Fikr
Budhi Munawar Rahman, (1992), Islam Doktrin Dan Peradaban,
Jakarta; Yayasan Wakaf paramadina, Cet. II
HM. Arifin, (1994), Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IV
Ibn Taimiyah, (tt), Minhaj Al-Sunnah Al-Nabawiyah Fi Naqdh Kalam AlSyi’ah wa Al-Qadariyah, Riyadh; Maktabah Al-Riyadh AlHaditsah, jilid 1
Ismail dan Louis Lamya’ al-Faruqi, (1986), The Cultural Atlas Of Islam,
NewYork; Macmilan Pub. Co.
Mahmud Yunus, Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : AlHidayah, 1974). Cet. IV.
Muhammad Noor Syam, (1988), Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat
Pendidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, Cet. IV
Muhammad Quthub, Manhaj Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, (Kairo : Dar
Al-Syuruq, 1400 H). Cet. IV, Jilid I,
Thanthawi Jauhari, (tt), Al-Jawahir Fi Tafsir Al-Qur’an, Beirut; Dar Alfikr, Jilid I
Sayyid Quthub. This Religon of Islam. (USA : International Islamic
Federation on Student Federation, tt)
Sayid Sabiq, Islam, (Beirut :D ar Al-Ktab Al-Islamiyah, 1956),
T.M. Hasbi Ashshiddieqy, Tafsir Al Bayan, (Bandung : Al-Ma’arif,
1977), Jilid 1
‘Umar Muhammad Al-Thoumi Al-Syaibani. Filsafat Pendidikan Islam, Hasan
Langgulung (pentj) Judul Asli Falsafah Al-Tarbiyah Al-Islamiyah,
(Jakarta : Bulan Bintang, 1976) Cet. 1,
45
Abstraksi
Ilmu pengetahuan merupakanjalan menuju kesuksesan dan
merupakan suatu yang mutlak yang harus dimiliki oleh semua umat
Islam, dan sejak mula turun ayat al-Quran, di dalamnya menyuruh
untuk menuntut ilmu, merupakan perintah Allah yang tercantum
dalam surat al-alaq. Dalam transmisi ilmu pengetahuan dari satu
generasi ke generasi yang lain menggunakan berbagai macam cara
dan diantaranya adalah melalui madrasah, sejak awal berdirinya
madrasah yang didirikan oleh Nizham al Mulk dengan nama
madrasah nizamiah, transmisi ilmu pengetahuan setiap generasi
selalu berkembang, baik materi, sarana dan lainnya. sistem
pengajaran maupun sumber daya manusia, apalagi jika kita lihat
perkembangannya sampai saat ini, madrasah sudah dapat bersaing
dengan sekolah-sekolah umum dalam berbagai faktor. Tulisan ini
akan menggambarkan secara sederhana bagaimana transmisi ilmu
pengetahuan dalam Islam melalui lembaga pendidikan madrasah
yang kini sudah menjamur di berbagai pelosok tanah air.
Kata Kunci: Madrasah, Transformasi pengetahuan
I.
46
Pendahuluan
Transformasi ilmu pengetahuan secara sederhana telah terjadi pada
masa sebelum Islam, hal ini terbukti dengan adanya lembaga pendidikan di
lingkungan masyarakat arab pada masa itu dengan nama kuttab. Di kuttab
ini telah ada kegiatan belajar yang mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan membaca dan menulis. Aktivitas pendidikan tentu saja sesuai
dengan tata nilai pandangan masyarakat pada waktu itu. Dengan hadirnya
Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW, Lembaga pendidikan
kuttab semakin hari semakin maju dan berkembang, karena ajaran Islam
harus disampaikan dan dijelaskan kepada seluruh manusia.Dan dengan
banyaknya orang yang telah masuk Islam, maka dibutuhkan sarana yang
memadai, untuk itu diawali dengan desakan masyarakat akan kebutuhan
untuk memahami ajaran Islam, maka disamping kuttab muncullah sarana
lain yang dapat menunjang tersebarnya ajaran Islam. Seperti halnya masjid
merupakan central pertama, disamping tempat ibadah juga difungsikan
sebagai sarana aktivitas kemasyarakatan dan pengajaran, dan khusus
dalam fungsinya sebagai pusat pendidikan dan pengajaran Islam, di mesjid
Al-‘Ulum; Vol. 1, Tahun 2012
sejak semula diselenggarakan halaqah (lingkaran belajar), atau taklim,
ataupun tarbiyah (pendidikan), yang melibatkan lebih banyak peserta
belajar. Dalam perkembangan lebih lanjut, proses belajar terjadi evolusi
dari masjid ke madrasah, akibat besarnya semangat belajar umat Islam,
membuat masjid penuh dengan halaqah-halaqah, dari tiap-tiap halaqah
terdengar suara guru-guru yang menjelaskan pelajaran atau suara
perdebatan dalam proses belajar mengajar, sehingga menimbulkan
kebisingan yang mengganggu orang yang lagi ibadah. Madrasah
selanjutnya berkembang tidak hanya di sekitar masjid namun berkembang
di berbagai daerah, yang berfungsi khusus dan sepenuhnya sebagai
lembaga pendidikan Islam, madrasah-madrasah tersebut tidak hanya
mempunyai ruang belajar, tapi juga perpustakaan, auditorium, asrama
para murid dan guru serta bangunan-bangunan pendukung lainnya. dan
masjid sebagai sentral pertama halaqah tetap berjalan hingga
sekarang.Madrasah sebagai lembaga pendidikan, tentu saja mempunyai
andil besar dalam proses transformasi ilmu pengetahuan alam pendidikan
Islam.
II. Munculnya Madrasah Dalam Proses Transformasi Ilmu Pengetahuan
Dalam Islam
Kajian tentang munculnya madrasah di dunia Islam, banyak ahli
sejarah yang berbeda pendapat. Syalabi menyatakan bahwa madrasah
yang mula-mula muncul di dunia Islam adalah madrasah Nizhamiyah yang
didirikan oleh Nizham al-Mulk, sebagai perdana menteri dinasti saljuk,
pada tahun 1065, pendapat ini juga dikemukakan oleh Philip K.Hitti
(Syalabi,1973:410) Sedangkan Athiyah al-Abrasy, mengutip dari al-Maqrizi,
mengatakan bahwa madrasah al Baihaqiyah adalah madrasah yang
pertama didirikan pada akhir abad ke-4 (Abrasy, 1997: 79). Richard W.
Bullet berpendapat bahwa dua abad sebelum madrasah Nizhamiyah
muncul, di Nisyapur sudah berdiri madrasah, yaitu Miyan Dahiyah(Bulliet,
1972 :48), adapun Azyumardi Azra, menjelaskan bahwa madrasah mulamula berkembang secara luas di kawasan Nisyapur, Iran pada abad-9, dan
pada perkembangan selanjutnya, madrasah yang paling terkenal adalah
madrasah Nizhamiyah di Baghdad (Azra,1996:59). Agaknya sulit kita
menentukan madrasah yang mana yang mula-mula didirikan namun
Syalaby dan K.Hitti menganggap bahwa madrasah Nizhamiyah sebagai
madrasah yang pertama didirikan.mungkin karena madrasah Nizhamiyah
adalah madrasah yang populer saat itu. Karena pendiri madrasah tersebut
adalah seorang perdana menteri pada masa pemerintahan bani Saljuk. Ia
diangkat sebagai perdana menteri oleh Alparslan selama lebih kurang 9
tahun (1063-1072) dan pada masa anaknya (maliksyah) selama 20 tahun
(1072-1092) (Mircea,1995:458). dan mungkin Syalabi melihat Nizham al47
Musli, Transformasi …
Mulk seorang pecinta ilmu pengetahuan, terutama hadits. Beliau pernah
memimpin halaqah hadits di Baghdad dan di berbagai kota di Khurasan
yang dihadiri sejumlah besar masyarakat.
Terlepas dari perbedaan madrasah yang mana yang mula-mula
muncul, namun madrasah mempunyai peran yang signifikan dalam proses
transformasi ilmu pengetahuan terhadap masyarakat muslim. Madrasah
dan lembaga pendidikan sebelum madrasah mempunyai ciri yang berbeda,
dimana dalam pengelolaannya tidak diatur secara administratif, guru dan
murid mempunyai kebebasan dalam melaksanakan proses belajarmengajar. Sedangkan madarasah memiliki administrasi yhang teratur dan
rapi sehingga pelaksanaan pendidikan mengikuti aturan yang ditetapkan
oleh pengelola madrasah (Mircea, 1995: 410).
III. Peran Madrasah Dalam Proses Transformasi Ilmu Pengetahuan.
Peran madrasah dalam proses transformasi dapat diperhatikan dari
berbagai madrasah yang berkembang saat itu. Seperti madrasah-madrasah
di Damaskus, gubernur dan keluarga Nuruddin Zanky, mendirikan
madrasah-madrasah ,aktivitas ini berlangsung sampai abad 13 M. Terdapat
60 madrasah mazhab syafi’i, 52 madrasah mazhab hanafi, 4 madrasah
mazhab maliki,10 madrasah mazhab hambali dan 3 madrasah al-Thibb.
Pendiri-pendiri tersebut tidak hanya gubernur-gubernur tetapi juga
pedagang, ulama dan wanita (Mircea, 1995: 410). Madrasah tersebut
berperan memberikan semangat untuk penanaman kembali ajaran sunni
dalam dunia Islam. sebagai contoh madrasah al-Nizhamiyah.
Pembangunan madrasah Nizhamiyah mempunyai kaitan erat antara
patronase penguasa dengan pengembangan peradan Islam, dalam hal ini
pada aspek pengajaran dan pendidikan islam.para penguasa sunni
umumnya selalu berusaha menampilkan diri sebagai pembela dan
pelindung Islam, lebih khusus lagi orthodoksi sunni.dalam kasus Nizham al
Mulk, atau dinasti Saljuk umumnya untuk membela dan menegakkan
kembali orthodoksi sunni sempat mendapat tantangan berat dari dinasti
Sy’iah seperti dinasti Fatimiyyah di Mesir tahun 909-1171. Dan dinasti
Buwaihi di Irak dan Iran antara tahun 945-1055. dan motivasi
pembentukan madrasah untuk menyaingi propaganda Syiah dengan
meneguhkan orthodoksi sunni, juga di kalangan hartawan.banyak diantara
hartawan sunni, mereka mengangkat ulama terkemuka untuk menjadi
syaikh atau pemimpin madrasah (Azra, 1996: 60).
Untuk kepentingan propaganda Sunni Nizhamiyah tidak hanya
mendirikan madrasah Nizhamiyah, namun mendirikan madrasah di
berbagai daerah yang berada di bawah kekuasaan bani Saljuk, al Subky,
sebagaimana dikutip Syalabi, menjelaskan bahwa Nizham al-Mulk telah
mendirikan madrasah-madrasah selama di Baghdad, yaitu di Balkh,
48
Al-‘Ulum; Vol. 1, Tahun 2012
Nisapur, Heart, Isfahan, Basrah, Nerw, Amul dan Mosul dan yang paling
terkenal madrasah Nizhamiyah yang dimana al Ghozali pernah menjadi
guru besarnya (Abrasy:81) dan diantaranya orang yang pernah menjadi
staf madrasah ini adalah al Juwaeni, Abu al-Qasim, al Ghazali, dan Abu
Sa’id. Abu Muhammad al Samarqandi dan Abu Amir al Jurjani, al Ghozali
pernah menjadi murid bagi al Juwaeni (Asari, 1994: 57)
Madarasah Nizhomiyah merupakan madrasah yang agung dan patut
kita banggakan, guru-guru dan ulama-ulama pengajar di sanapun telah
diangkat, sehingga benar-benar telah teratur rapi, diantara guru-guru yang
telah mengajar di madrasah Nizhamiyah ialah syekh Abul Ishak al Syirazi,
pengarang kitab Attanbih, seorang ulama yang ulung, yang menghidupkan
ilmu dan telah mengungkapkan kebenaran mengenai hal-hal yang masih
disangsikan, beliau telah menjelaskan asal ilmu usul dan cabang
cabangnya, menjelaskan apa yang dikatakan dalil dan macam macamnya
(Abrasy, 1993: 81). Sehingga madrasah telah dapat mengeluarkan lulusanlulusan yang siap bekerja untuk pemerintahan Nizham al Mulk, sebagai
khatib, qadli dan sebagainya, sistem madrasah sangat berhasil (Asari,
1994:53), untuk mentransformasi ilmu-ilmu maupun menyiapkan tenaga
pekerja.
Dengan adanya sistem madrasah, maka mulailah system pendidikan
Islam masuk pada fase baru, madrasah menjadi sistem pendidikan formal
dan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.sejak itu madrasah telah
berfungsi penuh sebagai wadah institusi pengetahuan Islam yang tersebar
secara merata di berbagai negeri (Hasan, 1978: 213). Madrasah madrasah
tersebut mengajarkan bermacam macam ilmu pengetahuan spesialis,
sebagaimana madrasah al Muntasiriyah di Baghdad.
Madrasah ini didirikan oleh khalifah al Mustanshir pada abad ke 13 M,
Di anggap sebagai suatu madrasah atau sekolah Islam yang terbesar. Untuk
pembangunan ini mengeluarkan biaya banyak, ini menunjukkan bahwa
masyarakat sangat memperhatikan perkembangan pendidikan, pengajaran
dan penghargaan mereka terhadap ilmu, ulama dan sarjana.dalam
madrasah ini terdapat sebuah auditorium tempat memberikan kuliahkuliah bagi tokoh-tokoh dari keempat madzhab islamiyah, masing-masing
mazhabnya itu menyediakan maha gurunya sendiri, murid belajar dengan
gratis dan setiap bulan mereka menerima saru dinar emas,dan mendapat
bagian daging dan roti (Abrasy, 1993: 82).
Dengan dibangunnya madrasah al Muntashiriyah, satu transisi penting
terjadi lagi dalam evolusi lembaga pendidikan tinggi islam.lembagalembaga kecil dengan hanya seorang syeikh, di beberapa kota beralih
menjadi lembaga pendidikan tinggi yang lebih besar dan lebih kompleks
Dan kegiatan belajar mengajar semakin berkembang dan meningkat.
49
Musli, Transformasi …
Madrasah-madarasah yang dibangun tidak hanya semakin merata di
berbagai daerah, namun bangunannya indah indah dan ditunjang berbagai
sarana,seperti halnya madrasah al Nashiriyah di Kairo. al Maqrisi
mengemukakan bahwa madrasah al Nasiriyah di Kairo dimulai oleh Sultan
al Adil Zaenuddin Katbaga al Mansuri dan diselenggarakan atau
diselesaikan oleh Muhammad bin Qalawun pada tahun 703 H. Madrasah
tersebut merupakan bangunan yang terindah di Kairo. Pintu-pintunya
merupakan hasil karya manusia yang menakjubkan (Abrasy, 1993: 83).
Guru-guru yang mula-mula di gaji di mardrasah ini adalah Cadlil Qudhah
Syafruddin Abdul Gani al Hurani yang mengajar fiqh Hambali, Qadhil
Qudhah Ahmad bin al Saruji al Hanafi yang mengajar fiqh madzhab hanafi,
Qadhil Qudhah Zainuddin Ali bin Makhluf al Maliki yang mengajar fiqh
mazhab malik dan syekh Shahruddin Muhammad al Murhil yang dikenal
dengan nama ibnu al wakil al syafii yang mengajar fiqh madzhab syafii.di
madrasah ini terdapat juga perpustakaan yang indah dan dijaga oleh
beberapa penjaga (Fahmi,1979:44).
Negara Ayubiyah telah membangun banyak sekolah di Mesir, dimana
rakyat Mesir turut membinanya, bahkan rakyat dan pembantu pembantu
rumah tangga telah turut kerja bakti, demi untuk penyebaran ilmu dan
pendidikan di kalangan kaum muslimin. Pada setiap sekolah terdapat
perpustakaan, para kholifah dan kaum muslim pada umumnya
mendorongan penyebaran ilmu pengetahuan dengan segala macam jalan
dan cara (Abrasy, 1996: 83). Selain madrasah al Nasiriyah di Kairo, juga
dibangun madrasah al Nuriyah al Kubra di Damaskus. Ibnu Jubair pernah
mengunjungi madrasah ini dan mempunyai kesan bahwa, madrasah yang
terindah di dunia ialah madrasah Nuruddin. Ia merupakan suatu istana
yang indah.d isini semua fasilitas yang dibutuhkan bagi suatu institut
ilmiyah tingkat tinggi. Ia mempunyai asrama dengan segala
kelengkapannya dan bagian dalamnya yang terpenting terdapat ruangan
besar buat ceramah ceramah dan kuliah kuliah, yang dapat menampung
sejumlah siswa atau pelajar.munculnya madrasah ini sebagai upaya di
dalam Islam, untuk memberikan pelajaran dan pendidikan secara teratur di
negara negara Islam menyediakan sarana-sarana yang cukup bagi pelajar
untuk belajar semata mata antara lain dengan memberikan bantuan
keuangan kepada pelajar dan menyediakan guru guru yang cakap serta
buku buku yang jarang ada tandingannya (Abrasy, 1996: 84)
IV. Bentuk-Bentuk Transformasi Ilmu Pengetahuan.
Proses transformasi ilmu dapat diperhatikan dari sistem pendidikan
yang diterapkan di madrasah. dimana otoritas pendidikan di madrasah
berada di tangan ulama. Dalam usaha menyelenggarakan pendidikan
sebaik baiknya, mereka mengembangkan semacam hierarki staf pengajar
50
Al-‘Ulum; Vol. 1, Tahun 2012
Musli, Transformasi …
yang cukup rumit. pada puncak hierarki adalah Syaikh yang disejajarkan
dengan profesor atau guru besar, yang mengajar sesuai dengan keahlian
keilmuannya.kareana itu ada syaikh tafsir, syaikh hadits, syaikh fiqh dan
seterusnya, kemudian dibawah syaikh terdapat wakil profesor yang
berfungsi menggantikan syaikh dalam mengajar, jika ia berhalangan diganti
oleh murid atau tutor dan instruktur yang umumnya terdiri dari guru guru
biasa atau murid murid yang paling senior. Tugas murid dan mufid adalah
mengulangi atau menjelaskan kembali pelajaran yang telah diberikan
syaikh atau naib (Azra, 1996: 61) sebagaimana madrasah Nizhamiyah di
Nisyapur mempunyai beberapa staf: seorang mudaris atau guru besar yang
bertanggung jawab tentang pelaksanaan pengajaran seorang muqri atau
ahli alquran muhaddits dan seorang pustakawan yang mengurus
perpustakaan(Asari, 1994: 57)
Sarat syarat bagi seorang guru diantaranya adalah memiliki kapasitas
ilmu yang cukup tentang agama, kadang disyaratkan harus hafal alquran
mengetahui tata bahasa arab serta ilmu ilmu lainnya. Seperti ilmu hisab
dan sastra (Asari, 1994: 60). Selain itu harus berakhlak mulia, bertaqwa
dan melaksanakan ajaran agama (Mursi, 1977: 97)lebih lanjut Mursi
menjelaskan bahwa seorang guru wajib menyantuni yang kecil dan berlaku
adil dalam bermuamalah dengan mereka(Mursi, 1977: 97).
Proses transformasi ilmu terjadi melalui kegiatan belajar mengajar
dimana murid bergubungan langsung dengan guru, bukan pada reputasi
institusinya.tetapi lebih karena gurunya, begitu pula sistem belajar secara
tatap muka baik secara kolektif maupun individu telah menciptakan
suasana belajar yang kondusif. Di samping itu proses transformasi juga
dengan cara murid belajar dengan muid.muid adalah guru bantu ia
bertugas membantu para murid mengulangi pelajarannya untuk
memahami materi materi yang telah diajarkan dan sukar dipahami serta
membantu murid yang kecerdasannya terbatas (Syalabi, 1954:239) dan
untuk mempercepat memahami materi pelajaran juga diadakan sistem
belajar dena metode muzakarah yaitu belajar bersama antar murid di luar
jam belajar tanpa disertai muid.mereka melakukan pelatihan pelatihan dan
saling mengoreksi satu sama lainnya(Jonathan, 1972 : 27).
Selanjutnya Hasan abd al Al mengemukakan metode yang digunakan
untuk mengajar anak anak adalah metode talqin dan tikrar khjususnya
dalam menghafal alquran juga berlaku untuk pelajaran lain yang kemudian
diteruskan denan mempelajari tulisan di papan tulis (Hasan, 1978: 149).
Sedangkan untuk mahasiswa atau tingkat tinggi digunakan metode
ceramah khutbah guru.guru melafazkan matan hadits,kemudian
menjelaskan syarah dan murid mendengar, adakalanya guru menyuruh
muridnya membacakan matan hadits dan guru mengoreksinya (Jonathan,
1972: 24) lebih lanjut abd al Al menjelaskan dalam metode ceramah dibagi
51
dua yaitu metode imlak, metode ini untuk mencatat apa yang dihafal oleh
guru yang kedua membacakan atau mempresentasikan teds pada
guru.murid disuruh membaca sesuatu yang telah dihafalnya atau
membaca kitab yang akan diajarkan di samping itu ada pula metode
munazarah atau diskusi(Hasan, 1978: 154).
Adapun Stanton mengemukakan akan adanya metode ta’liqah (debat
dengan tertulis), denan mengemukakan pertanyaan diikuti dengan
jawaban negatif dan positif serta mentelesaikan dengan tepat dan sedikit
rasional untuk mencapai kesimpulan (Stanton, 1994: 44-45)
Materi yang terkandung dalam ta’liqah menjadi latar belakang
informasi yang dibutuhkan dalam debat lisan, bentuk lain dari pengajaran
di madrasah.debat lisan bersifat formal, tergantung pada aturan aturan
logika dan retorika dimana seseorang mempertahankan tesis maka dalam
hal ini satu pandangan hukum untuk menghadapi seorang penantang
yangakan mencoba membatalkan logika dan argumentasinya.dengan
metode seperti tersebut telah menciptakan suatu proses belajar mengajar
yang dinamis dan menarik di kalangan murid.
Ta’liqah tidak terbatas pada kajian fiqh,disiplin disiplin lain juga
menggunakannya.ahli ahli gramatika pada khususnya memanfaatkan
bentuk taliqah dalam pengajaran mereka.metode tanya jawab dalam
takliqah juga diramaikan pengajaran ilmu ilmu agama yang lain yang
terpusat pada topik topik yang masih hangat atau penafsiran al-Quran dan
hadits yang menimbulkan pertentangan pendapat(Stanton, 1994: 55)
Sedangkan kurikulum madrasah lebih didominasi oleh ilmu ilmu agama
seperti ilmu al quran,hadits,tafsir fiqh,ushul fiqh,ilmu kalam dan disiplin
disiplin lain yang tergolong dalam kelompok ini(hasan asari,70).dan ilmu
ilmu sastra yang dibutuhkan untuk mendukung kajian ilmu ilmu agama
juga diajarkan tetapi bukan menjadi bagian utama dari kurikulum.menenai
ilmu ilmu klasik tidak diajarkan di madrasah.filsafat,kedokteran astronomi
dan yang sejenisnya memiliki pengajarannya sendiri(Asari, 1994: 70).
Untuk ilmu-ilmu ini telah didirikan madrasah.seperti diungkapkan Nasr, di
madrasah mengajarkan juga ilmu kalam, sastra, tetapi bukan materi
pelajaran utama (Nasr,1970: 70) meskipun sedikit jumlahnya tetapi masih
ada beberapa lembaga pendidikan madrasah yang mengajarkan ilmu ilmu
profan seperti madrasah Atthib al Dunaisiriyah, Madrasah Athib al
Labudiyah, madrasah Althib al Dakhwariyah di damaskus(Makruf,
1966:16). dan setiap madrasah bebas menentukan materi dan sistem
pengajarannya sendiri sesuai dengan keinginan pengelola.
Sistem pendidikan di madrasah sesuai dengan kehendak
pengelola,sebagaimana system pendidikan di madrasah nisyapur yang
dilaksanakan adalah sistem guru sentris, kualitas pendidikan ditentukan
oleh guru, dengan mata pelajaran utama adalah fiqh dan ilmu ilmu agama.
52
Al-‘Ulum; Vol. 1, Tahun 2012
Musli, Transformasi …
Setiap guru mengajarkan satu kitab, murid yang sudah menyelesaikan satu
kitab pada satu orang guru dapat pindah ke madrasah lain untuk
mempelajari kitab yang lain (Bulliet, 1972: 48) adapun mengenai materi
pelajaran fiqh dan ilmu agama lebih dominan,ada tiga alasan, sebagaimana
dikemukakan olih Azra:
1) Keterkaitan dengan pandangan tentang ketinggian syariah dan ilmu
ilmu keagamaan lainnya
2) Secara institusional lembaga lembaga pendidikan memang dikuasai
oleh mereka yang ahli dalam bidang bidang agama.bahkan mereka
berhasil membangun struktur akademis yang cukup canggih dan
elaborate. Seperti adanya masyarakat al-Quran, masyarakat hadits,
masyarakat nahwu dan lain sebainya.
3) Hampir seluruh madrasah atau al Jamiah dibangun dan di kembangkan
dengan dana wakaf yang baik dari dermawan kaya atau penguasa
politik muslim. Motivasi kesalehan mendorong para dermawan untuk
mengarahkan madrasah bergerak dalam lapangan ilmu ilmu agama
yang dipandang mendatangkan pahala(Azra, 2000: IX)
luas, supremasi ilmu-ilmu agama menimbulkan dampak yang amat
substansial, bukan hanya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam
tetapi juga peradaban Islam secara keseluruhan.
Pada perkembangan silanjutnya, sebagaimana dikemukakan, George
Maksidi, yang dikutip Azra, bahwa madrasah merupakan lembaga
pendidikan setingkat college (strata I).dalam sistem pendidikan barat
modern.madrasah pada umumnya memberikan pelajaran pelajaran yang
termasuk ke dalam lingkup ilmu ilmu humaniora, khususnya agama.
Penekanan khusus dalam mata pelajaran agama diberikan kepada syariah
atau fiqh, di samping subyek subyek lain seperti tafsir, hadits, bahasa arab
dan ilmu ilmu lain yang berkaitan. Sedangkan ilm- ilmu eksakta hampir
tidak termasuk ke dalam kurikulum madrasah, meski terdapat madrasah
atthibb, yakni madrasah yang mengkhususkan diri pada pengajaran ilmuilmu kesehatan dan kedokteran. Dengan penekanan khusus pada subyek
subyek keagamaan, maka terjadi spesialisasi madrasah madrasah,sehingga
terdapat madrasah tafsir, madrasah hadits, madrasah fiqh dan sebagainya
(Azra,1996: 60).
Madrasah merupakan salahj satu institusi terpenting dalam
kebudayaan dan peradaban islam.ia memegang peranan krusial dalam
memelihara dan menstransisikan ilmu-ilmu Islam dari satu generasi ke
generasi berikutnya.selain itu madrasah juga merupakan lembaga
terpenting sebagai reproduksi ulama (Azra,1998: 62). Yang selanjutnya
mengembangkan ilmu ilmu agama.serta merupakan salah satu sumber dari
otoritas ulama.penguasaan ilmu ilmu keagamaan yang diperoleh melalui
madrasah selanjutnya memunculkan otoritas keilmuan, aura kesucian, dan
sekaligus kharisma.semua ini, pada gilirannya memperkokoh eksistensi
ulama sebagai penjaga keimanan umat muslim dalam mengembangkan
peradabannya(Azra,1996: 60).
Dalam proses pengembangan keilmuan,madrasah tidak hanya
mengandalkan guru tetapi mempunyai satu perpustakaan yang tergabung
dalam bangunan yang sama. Walaupun perpustakan telah lama terdapat di
istana dan rumah rumah bangsawan dan hartawan, perpustakaan sebagai
bagian dari masjid akademi adalah hal yang jarang. Untuk menyediakan
manuskrip bagi murid atau mahasiswa, madrasah mencontoh praktek
halaqoh-halaqoh. Gerakan rasional yang telah terpengaruh oleh budaya
Helenistik dan berkembang pesat pada masa pemerintahan abbasiyah.
Tersedianya berbagai karya lebih dari sekedar buku buku pelajaran
meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa dengan memperkenalkan
mereka kepada bermacam pandangan dan kepada sejumlah tulisan lebih
dari sekedar kebutuhan langsung perkuliahan(Stanton, 1994: 47). Ibnul
Furat mengatakan bahwa tiap tiap madrasah mempunya perpustakaan
yang besar yang melengkapi bermacam macam cabang ilmu pengetahuan.
Meskipun Islam tidak membedakan nilai ilmu ilmu agama denagn ilmu
ilmu non agama tetapi dalam prkteknya supremasi lebih diberikan kepada
ilmu ilmu agama. Sebenarnya jika kita perhatikan ke belakang, sebelum
kehancuran aliran teologi Muktazilah pada masa Abasiyah, al Makmun
(198-218/813-33)mempelajari ilmu ilmu ini yang bertitik tolak dari nalar
dan kajian kajian empiris bukan sesuatu yang tidak ada sama sekali dalam
kurikulum madrasah.tetapi dengan pemakruhan untuk tidak
mengharamkan penggunaan nalar setelah runtuhnya Muktazilah, ilmuilmu umum yang sangat dicurigai itu dihapuskan dari kurikulum
madrasah,karena dianggap sebagai ilmu ilmu yang subversif yang dapat
menggugat kemampuan doktrin mapan sunni terutama dalam bidang
kalam(Azra, 2000: IX).
Supremasi dan dominasi ilmu ilmu keagamaan dalam batas-batas
tertentu mengandung implikatif positif, supremasi itu membuat generasigenerasi awal muslim kepada generasi berikutnya menjadi lebih terjamin
hanya sayangnya supremasi syariah atau fiqh ini tidak berlangsung dalam
cara yang lebih dinamis seiring semakin tingginya kecurigaan terhadap
nalar, transformasi ilmu ilmu keagamaan tidak dilangsungkan secara
kreatif dan imajinatif. Ijtihad ditutup akibatnya, syariah atau fiqh yang
ditransformasikan melalui madrasah atau al Jamiah tidak lebih dari pada
pengawetan doktrin-doktrin yang sebagiannya sudah usang dan tidak
berbunyi ketika dihadapkan kepada realitas sosial yang terus
berubah.ulama dan anak didik serta umat pada umumnya. Pada gilirannya
terbelenggu dalam kejumudan dan bahkan kebekuan.tetapi dilihat secara
53
54
Al-‘Ulum; Vol. 1, Tahun 2012
Perpustakaan yang besar yang melengkapi bermacam macam cabang ilmu
pengetahuan. Perpustakaan ini diatur sedemikian rupa sehingga
memudahkan bagi para pelajar untuk membaca apa yang disukainya juga
di lengkapi dengan alat alat tulis, yang terdiri dari tinta, kertas yang dapat
digunakan oleh para pembaca dan penulis. Di dalam madrasah terdapat
kamar mandi dan rumah sakit yang dikendalikan oleh seorang khusus
untuk mengobati pelajar-pelajar yang sakit (Fahmi, 1979 :44)diantara
perpustakaan perpustakaan madrasah yang paling terkenal ialah:
perpustakaan madrasah Nizhamiyah yang didirikan Nizam al Mulk di
Baghdad, dimana tersimpan banyak sekali buku-buku berharga, tulisantulisan tangan yang jarang bandingannya, termasuk kitab Garib al Hadits
yang terdiri dari 10 jilid buah tangan Ibrahim al Hazmi (Abrasy, 1993: 89) di
perpustakaan tersebut terdapat buku buku lebih kurang 6000 sebagai hasil
dari wakaf(athiyah al abrasy:81).syalabi mengemukakan pada masa
khalifah al Mustanshir selesai membangun madrasahnya, ia memindahkan
buku buku agama dan kesusastraan ke sekolah tersebut.tidak kurang dari
160 orang kuli terlibat dalam pemindahan buku buku tersebut (Syalabi,
1973: 122)
Dengan demikian madrasah menciptakan atmosfir pendidikan yang
khas,memadukan kehidupan akademik dengan kehidupan sosial dari orang
yang tinggal dalam lingkungannya. Madrasah menggabungkan antara
lingkungan tempat belajar dan murid dalam satu komunitas intelektual.
Oraganisasi seperti ini sangat mendukung assimilasi murid atau mahasiswa
ke dalam kehidupan akademis dan dunia intelektutual, sehingga terjadi
proses transformasi ilmu. Dan institusi madrasah mempunyai fungsi yang
signifikan.madrasah merupakan wadah baru bagi transformasi ilmu
pengetahuan dalam Islam yang berperan menyebarkan ajaran dan ilmu
pengetahuan keislaman kalam system akademis. Hal tersebut dapat
diperhatikan dari:
1) Banyaknya peran ulama ulama besar yhang mempunyai reputasi
tinggi,mereka mengajar di berbagai madrasah, seperti halnya al
Ghazali
2) Sistem madrasah yang menggabungkan tempat belajar dengan
pemondokan atau asrama yang menyebabkan terjadinya konsentrasi
transformasi ilmu lebih cepat baik kepada murid maupun kepada
masyarakat luas.
3) Sistem pemberian beasiswa kepada murid dan perumahan bagi guru
serta pemberian logistik yang memadai memberikan dorongan kepada
murid dan guru terjadi proses belajar dan mengajar lebih menarik dan
serius
4) Partisipasi
dari
penguasa
dan
masyarakat
dalam
hal
mentransformasikan ilmu lebih tinggi. Hal ini dapat terlihat dari
55
Musli, Transformasi …
banyaknya para dermawan kaya yang memberikan wakaf kepada
madrasah serta perhatian pemerintah yang tinggi, sehingga madrasah
berkembang dengan cepat diberbagai wilayah.dan transisi ilmu,
semakin mudah dan cepat
5) Sarana dan prasarana madrasah yang baik dan memadai serta
dilengkapi fasilitas perpustakaan di berbagai madrasah,menyebabkan
proses kajian keilmuan otomatis, semakin semarak dan mendorong
murid-murid semakin semgangat belajar
6) Secara umum metode belajar yang di terapkan di madrasah cukup
variatif, walaupun materi pelajaran masih terbatas pada ilmu ilmu
agama
7) Madrasah sebagai suatu fenomena dalam sejarah pendidikan Islam
yang dapat melahirkan para sarjana yang siap bekerja untuk
pemerintahan dan ulama ulama yang tersebar di berbagai wilayah.
V. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
madrasah mempunyai peran yang sangat penting dalam proses
transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat muslim. Proses
transformasi sangat penting dalam proses transformasi ilmu pengetahuan
dalam masyarakat muslim.sebagaimana proses belajar mengajar yang
ditunjang oleh berbagai fasilitas yang memaadai,seperti asrama murid dan
guru, rumah sakit, beasiswa, juga kebutuhan alat tulis dan perpustakaan,
ditambah para guru yang mengajar mempunyai reputasi keilmuan yang
tinggi serta metode belajar yang berfariasi.hal ini mendorong terciptanya
suatu proses belajar yang kondusif, dan mempunyai daya tarik tersendiri
bagi masyarakat, baik di kalangan para dermawan,maupun murid
muridnya.
Walaupun pada awal berdirinya madrasah lebih berorientasi
kepada fiqh atu faham sunni, namun dalam perkembangan selanjutnya,
madrasah mempunyai peran yang signifikan terhadap penyebaran ilmu
pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu non agama atau terbatas.
Sehingga madrasah mempunyai andil besar dalam proses reproduksi
sarjana, ulama dan tenaga yang siap bekerja di bidang pemerintahan.
Daftar Pustaka
Asari, Hasan, Menyingkap Zaman Keemasan Islam, Mizan, Bandung : 1994
Al Abrasy, Athiyah, Dasar-Dasar Pokok pendidikan Islam, Bulan Bintang,
Jakarta : 1970
Azra, Azymardi, Diktat Kuliah Peradaban Islam, S.2 UMJ, Jakarta: 1997
56
Al-‘Ulum; Vol. 1, Tahun 2012
.............., Pendidikan Islam Tradisi Modernisasi Menuju MileniumBaru,
Logos, Jakarta : 2000
Fahmi, Asama Hasan , Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Bulan
Bintang, Jakarta : 1979
Hasan, Abd al Al, Al Tarbiyah Al Islamiyah Fi al-Qarni Rabi, Dar al Fikri,
Cairo : 1978
Jonathan, Berkey, The Transmision Of Knowledge In Medieral, Princeton
University Press, New Jersey, Cairo : 1972
Nasr, Sayyed Hosein, Sience and Civilization In Islam, Library, New York,
New American : 1970
Maksum, Madrasah, Logos, wacana Ilmu, Jakarta : 1997
Mircea, The Enciklopedia of Relegion, Vol-9 Makmillan, Library Reference,
New York USA : 1995
Mursi, Muhammad Munir, al Tarbiyah al Islamiyah Ushuluha Wa
Tathawwuruha Fi Biladi al Arab, Cairo : 1070
Stanton, Charles Michael, Terj. Afandi dan Hasan Asari, Pendidikan Tinggi
Islam dan Kemajuan Sains, Logos, Jakarta : 1994
Syalabi, Ahmad, Tarikh al Tarbiyah al Islamiyah, Kassyaf Li a Nasyr Wa a
Thiba’ah Wa al Tauzi, Cairo : TT
..............., Sejarah Pendidikan Islam, Terj. Mukhtar Jahya dan Sanusi Latif,
Jakarta, Bulan Bintang : 1973
Bulliet, Richard W, The Patrician of Nisyapur : Study in Medieval Islamic
Social History, Harvard University Press : 1972
57
Download