FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA EVALUASI TERHADAP PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG (STUDI DI KABUPATEN SUMENEP) Zainuri Moh. Zeinudin Dosen Fakultas Hukum Universitas Wiraraja Sumenep Dosen Fakultas Hukum Universitas Wiraraja Sumenep ABSTRAK Gerakan reformasi telah membawa perubahan ke sistem baru , yang merupakan kesepakatan untuk menumbuhkan dan mengembangkan sistem dan budaya demokrasi yang sehat dan sungguh-sungguh . Untuk mendukung gerakan reformasi ini maka lahirlah UU 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah. Otonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan peran pejabat pemerintah daerah dalam mengurus depan rumah , tetapi yang lebih penting juga untuk meningkatkan pengaruh aspirasi pada kebijakan pemerintah daerah yang bersangkutan . Berdasarkan hal tersebut di atas , masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung di Sumenep dalam rangka mewujudkan otonomi daerah sebagai diamanatkan oleh undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan menganalisis pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung di Sumenep dalam rangka mewujudkan otonomi daerah sebagai diamanatkan oleh undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah . Sumber data dalam penelitian ini adalah wakil dari pemerintah daerah , anggota parlemen , anggota Komisi , beberapa pejabat partai politik , dan beberapa tokoh masyarakat seharusnya tahu dan terlibat dalam proses pemilihan kepala daerah di Sumenep . Teknik pengumpulan dokumen dalam penelitian ini melalui wawancara , studi pustaka dan studi dokumentasi. Bahwa pemilihan tahun 2005 pemilih menggunakan hak pilihnya mencapai 578 419 pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya , sementara mencapai 215 895 pemilih pada tahun 2010 yang menggunakan hak pilihnya mencapai 562.674 pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya mencapai 321 957 pemilih. Kata kunci: Evaluasi, Pemilihan Langsung. Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA dimaksud. Karena dengan sistem dan A. PENDAHULUAN Gerakan reformasi telah membawa perubahan pada sistem baru, budaya politik yang demokratis serta yaitu pemerintahan desentralistis yang hendak kesepakatan untuk menumbuhkan dan ditumbuhkan dan dikembangkan itu, mengembangkan sistem kesempatan akan terbuka luas bagi dan budaya demokrasi yang sehat dan sungguh- masyarakat untuk mengembangkan sungguh. Para pelopor gerakan reformasi, potensi dan kreativitas secara optimal terutama mahasiswa, dan sebagian besar tanpa masyarakat percaya bahwa sistem dan berkreasi dan mengambil inisiatif secara budaya demokrasi inilah yang akan relatif mampu mengatasi berbagi krisis yang pemerintah yang berlebihan seperti yang terjadi secara mendasar. Melalui gerakan terjadi pada masa pemerintahan Orde ini pula selain dipandang tidak hanya Baru. distorsi. bebas Mereka dari akan campur dapat tangan akan mampu menyelematkan bangsa di Kondisi inilah yang didambakan masa kini dan di masa depan, akan tetapi oleh masyarakat, yang sebenarnya juga juga meletakkan dasar yang kokoh bagi merupakan syarat pokok bagi terciptanya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan keamanan dan kestabilan yang tidak bernegara yang sehat. Itulah sebabnya semu, dan tidak artifisial. Selanjutnya para reformis, masyarakat dan bangsa kondisi yang demikian ini pula yang akan kita semakin menggantungkan harapan membuka kesempatan bagi masyarakat yang tinggi terhadap sistem dan budaya untuk berpartisipasi dalam politik yang demokratis tersebut. Diundangkannya nomor 22 kehidupan bermasyarakat, berbangsa Undang-Undang tentang diketahui bersama bahwa partisipasi Pemerintahan Daerah dan ditunjang pula masyarakat yang bukan dimobilisasi dengan Undang-Undang nomor 25 Tahun memainkan peranan yang paling penting 1999 tentang Perimbangan Keuangan dalam Pusat dan Daerah, beserta perangkat partisipasi mempunyai korelasi positif undang-undang pengganti lainnya seperti yang tinggi dengan rasa memiliki (sense Undang-Undang dan of belonging), dan rasa memiliki juga Undang-Undang mempunyai korelasi positif yang tinggi tentang Pemerintahan yang Bebas dan dengan rasa tanggungjawab (sense of Bersih dari KKN, serta undang-undang responsibility). Dengan perkataan lain, lainnya, dipandang sebagai kendaraan peningkatan partisipasi akan memperkuat Pemilihan Tahun Umum, 1999 dan bernegara, seluas-luasnya. Seperti Kepartaian sistem demokrasi. Karena untuk melancarkan proses demokratisasi Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA rasa memiliki, dan rasa memiliki akan Nomor 22 tahun 1999. Sebagaimana meningkatkan pula rasa tanggungjawab. disadari Reformasi demokrasi juga bersama, kepemimpinan yang pergantian dilandasai oleh mengarahkan masyarakat untuk bertindak Undang-undang nomor 22 tahun 1999 sebagai subyek, memberikan peran dan disinyalir banyak mengandung unsur tanggungjawab yang semakin luas dan kecurangan. semakin besar pada masyarakat. Di pihak Dalam keterkaitannya dengan lain, ia juga berarti bahwa peran dan pelaksanaan otonomi daerah, Undang- tanggungjawab Undang Nomor 22 secara tegas dan jelas pemerintah semakin terbatas sebagai fasilitator dan pelayan mencantumkan masyarakat, otonomi memelihara keamanan bahwa titik daerah tekan ada negara, serta memelihara ketentraman Kabupaten/Kota, dan ketertiban masyarakat, dan hal-hal otonomi lainnya seperti yang diatur oleh undang- bertanggungjawab. Hal ini membawa undang yang legitimate. konsekuensi Diberlakukannya melalui pada daerah yang pada pelaksanaan luas dan penambahan Undang-Undang kewenangan yang sekaligus kewajiban Nomor 32 tahun 2004 yang merupakan yang diberikan pada pemerintah daerah pengganti sekaligus penyempurna dari Kabupaten/Kota UU Nomor 22 tahun 1999, merupakan fungsi pelayanannya kepada rakyat. konkritisasi dari perubahan tersebut. dalam menjalankan Pemilihan Kepala Daerah secara Dalam Undang-undang tersebut jelas- langsung jelas bahwa antusias oleh masyarakat, namun dibalik Gubernur/Walikota/Bupati dipilih secara antusisme itu terkandung suatu “ujian” demokratis. bagi perkembangan dinyatakan Selanjutnya dikeluarkannya direspon secara dan pertumbuhan Pemerintah politik lokal. Artinya, prospek pilkada (PP) Nomor 6 tahun 2005 menjawab langsung akan dianggap gagal apabila sinyalemen tidak mampu membawa perubahan dalam waktu Kepala Peraturan dengan memang mengenai ketidakpastian penyelenggaraan Daerah dan pemilihan Wakil Kepala Daearah secara langsung di negeri ini. Pilkada langsung oleh sebagian berdemokrasi bagi masyarakat lokal. Beberapa hal yang dikemukakan di atas, memang masih bisa diperdebatkan. Tetapi intinya adalah, bagaimana pilkada kalangan dianggap akan menjadi tonggak secara bagi lahirnya suatu pemerintahan yang direkomendasi lebih baik, dibandingkan pemerintahan Nomor yang Pemerintahan dihasilkkan Undang-undang langsung 32 oleh yang telah Undang-undang tahun 2004 Daerah tersebut tentang tidak Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA melulu ditanggapi sebagai suatu proses ditutupi dengan sosok calon kepala bagi pengimplementasian kedaulatan dan daearah yang diusung ketengah rakyat partisipasi politik rakyat dalam pemilihan untuk dipilih. pemimpin agar kemudian “legitimate”. Atas dasar itulah penelitian Sesungguhnya pemilihan kepala daerah mengenai masalah pelaksanaan pilkada secara yang langsung, menurut pemikiran penulis berbasiskan mobilisasi dukungan, tidak perlu dilakukan guna mencari jawaban lebih baik dari pada proses pemilihan terhadap berbagai persoalan yang muncul melalui system perwakilan. Pemilihan dalam proses kepala daerah secara langsung akan sehingga dapat memberikan berbagai terasa faedahnya dan efektif apabila rekomendasi, dukungan perkembangan selanjutnya. langsung oleh diberikan rakyat kepada seorang calon berdasarkan kapasitas calon yang demokratisasi tersebut kritik dan saran bagi Berdasarkan pada hal di atas, maka sudah diketahui dan program calon permahalahan diyakini dalam penelitian ini dirumuskan sebagai pemilih akan dilaksanakan. utama yang “Bagaimanakan diangkat Tidak mudah memang mengkondisikan berikut: pilkada secara langsung sebagaimana pemilihan kepala daerah secara langsung yang demikian, tetapi harus ada upaya. di Kabupaten Sumenep? Ada pun yang Tingkat pencapaian hasil pilkada secara menjadi sub-sub masalahnya adalah: langsung dengan menghadirkan seorang a. Apakah pemilihan kepala daerah calon kepala daerah yang kapasitasnya langsung dan partisipasi politik rakyat sebagai hak programnya akan mampu telah pelaksanaan mengimplementasikan otonomi daerah rakyat secara benar dan tepat sasaran atau pemimpinnya? setidaknya mendekati, apabila b. Apakah untuk pemilihan menentukan kepala daerah penyelenggaraan pilkada taat asas dan langsung konsisten dengan aturan yang sudah pemimpin-pemimpin yang aspiratif? ditetapkan. Meskipun pada beberapa soal aturan atau ketentuan c. Apakah peraturan berkembang. aspirasi yang d. Apakah Tapi hal itu bukanlah akomodatifnya perundang-undangan yang kepala daerah politik di daerah? langsung merupakan persoalan yang besar, karena kurang pemilihan memunculkan langsung telah menciptakan stabilitas perundang-undangan yang ada belum mengakomodasi telah meningkatkan pemilihan telah kepala daerah menghilangkan praktek politik uang? ketentuan ada bias B. PEMBAHASAN Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA 1. Gambaran Umum Kabupaten 1.146,927065 KM 2 (54,79%) dan luas kepulauan 946.530508 KM 2 Sumenep Letak Kabupaten Sumenep (45,21%) Sedangkan luas wilayah yang berada diujung Timur Pulau perairan Kabupaten Sumenep ± Madura merupakan Wilayah yang 50.000 Km2. unik karena selain terdiri wilayah Adapun Struktur Wilayah daratan juga terdiri dari kepulauan Administrasi Pemerintah Kabupaten yang tersebar berjumlah 126 pulau Sumenep adalah: (sesuai dengan hasil sinkronisasi • Kecamatan : 27 luas Kabupaten Sumenep Tahun o 18 Kecamatan Daratan 2002). Kabupaten Sumenep terletak o 9 Kecamatan Kepulauan diantara 113 032 (54"-116 016 (48" • Kelurahan : 4 Desa : 328 Bujur Timur dan diantara 4 055 (-7 o 242 Desa di Daratan 024 1 Lintang Selatan. o 86 Desa di Kepulauan Gugusan pulau-pulau yang ada di Sumenep, Pulau yang paling utara • Rukun Warga (RW) : 1.774 • Rukun Tetangga (RT) : 5.569 adalah Pulau Karamian yang terletak di Kecamatan Masalembu dengan Luas Pemerintah Wilayah Administrasi Kabupaten Sumenep 2 jarak ±151 Mil laut dari Pelabuhan adalah 2.093,457573 km , meliputi: Kalianget, dan pulau yang paling Luas Pemukiman: 185,888938 km2 Timur adalah Plilau Sakala dengan Luas Persawahan: 253,228804 km2 jarak ±165 MiI laut dari Pelabuhan Luas Hutan: 254,344647 km2 Kalianget. Sumenep memiliki batas- Luas Perkebunan: 275,161269 km2 batas sebagai berikut: Luas Tegalan/Ladang: 989,155989 1. Sebelah selatan berbatasan Luas Pertambakan: 72,778416 km2 dengan Selat Madura 2. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan Tanah Kosong: Timur daerah adalah Luas Pasir: 2,848638 km2 Secara Geografis, Kabupaten berbatasan dengan Laut Jawa / Laut Flores Sumenep Rumpur 60,050872 km 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Luas Luas 2 Laut Jawa 4. Sebelah km2 Sumenep terbagi atas 2 bagian: 1. Bagian Daratan Kabupaten Bagian Daratan, dengan luas 2.093.457573 1.146,927065 km2 terbagi atas 18 KM2, terdiri dari luas daratan kecamatan, yaitu Ambunten, Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA Batang-Batang, Bluto, Batu Dasuk, Putih, sebanyak Dungkek, 59.701 Sedangkan jiwa (5,73%). Batuan merupakan Ganding, Gapura, Guluk-Guluk, kecamatan dengan jumlah penduduk Kalianget, paling sedikit. (Sumber Pemkab Lenteng, Manding, Pasongsongan, Pragaan, Rubaru, Sumenep). Saronggi, batuan, dan Sumenep Dengan Kota Kabupaten 2. Bagian Kepulauan luas wilayah Sumenep sekitar 2.093,47 km² yang didiami oleh Bagian Kepulauan, dengan luas 1.0491.915 jiwa, maka rata-rata 946,530508 km2 terbagi atas 9 tingkat kepadatan penduduk Kab kecamatan, Sumenep yaotu : Arkasa, adalah sebanyak 498 Gayam, Giligenteng, Masalembu, jiwa/km². Kecamatan yang paling Nonggunong, tinggi tingkat kepadatannya adalah Raas, Sapeken, Talango, dan Kangean. Kec. Kota Sumenep yakni 2.543 Jumlah pulau di Kabupaten Sumenep sebanyak 126 jiwa/km², dan yang paling rendah pulau, tingkat kepadatan terdiri atas: adalah Berpenghuni: 48 pulau jiwa/km2. Tidak Berpenghuni: 78 pulau 2. Bernama: 104 pulau Kec batuan yakni 446 Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung di Kabupaten Sumenep Tanpa Nama: 22 pulau Pemilihan Berdasarkan hasil pencacahan Daerah Sensus Pendudukan tahun 2010, langsung Jumlah lebih penduduk Sumenep penduduknya Kabupaten sementara adalah Umum Kepala (Pemilukada) secara menjadikan berpartisipasi menentukan masyarakat aktif pilihan dalam politiknya. 1.041.915 jiwa, yang terdiri atas Dalam hal ini, masyarakat lebih 495.099 jiwa laki-laki dan 546.816 bebas jiwa perempuan. Dari hasil SP2010 politiknya tersebut bahwa Pada saat Pemilukada, masyarakat kabupaten Sumenep sangat partisipatif dalam masih penyebaran Sumenep tampak penduduk masih bertumpu di menggunakan secara hak-hak konstitusional. menggunakan hak pilihnya. Hal ini Kecamatan Kota Sumenep yaitu dibuktikan dengan semakin sebanyak 70.794 jiwa (6.75 %), meningkatnya diikuti Kecamatan Pragaan 65.031 masyarakat untuk menggunakan hak partisipasi jiwa (5.90 %) dan Kecamatan Arjasa Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA pilihnya dalam Pemilukada di Sumenep. lokal. Sedangkan yang kedua adalah cerminan Walaupun Pemilukada secara langsung mampu partisipasi meningkatkan masyarakat Sumenep, desain internal yang berkembang dari struktur social ekonomi budaya dari masyarakat lokal sendiri. namun ditengarai pula beberapa Lahirnya UU No 32 Tahun persoalan, seperti dugaan terjadinya 2004 membawa perubahan yang money politik, dugaan terjadinya fundamental dalam hal pemilihan kecurangan proses Kepala Daerah. Kepala Daerah yang pendidikan menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 dalam pemungutan politik suara, masyarakat masih dipilih oleh dan bertanggungjawab rendah, dominasi tokoh masyarakat kepada DPRD, sekarang dipilih dan tokoh mengarahkan yang agama dalam langsung oleh pilihan politik Langsung ini rakyat. untuk masyarakat, reduksi kekuasaan yang kekurangan-kekuarangan dilakukan lampau. oleh partai dalam Sebagai Pilkada menutupi dimasa implementasi penyaluran hak politik masyarakat, amandemen dan biaya Pemilukada yang sangat amandemen yang ke 4) UUD 1945 besar. terjadi perubahan tentang system Deskripsi hasil kemajuan awal penelitian sebagaimana (sampai penyelenggaraan dengan pemerintahan yang negara. Presiden tidak lagi dipilih diuraikan di atas ini, selanjutnya oleh MPR tetapi dipilih langsung akan dipaparkan dan dipresentasikan oleh rakyat. Demikian juga Kepala lebih detail dan mendalam pada Daerah dipilih langsung oleh rakyat, lapran kemajuan berikutnya. walaupun dalam UUD 1945 (pasal Konteks politik lokal tidak bisa 18 (4) amandemen yang ke 2) hanya dilepaskan dari dua konteks yang menyebutkan lingkupannya Bupati, nkesatuan merupakan system berinteraksi. yang Konteks satu saling tersebut adalah struktur politik nasional dan struktur Konteks politik pertama otentik local. bahwa Walikota Gubernur, dipilih secara demokratis. (www.sigit sumarhaen di akses 21 desember 2013) Setidaknya secara langsung merupakan mempunyai cerminan dari desain eksternal yang membangun member implikasi luas pada politik melalui proses pilkada harus dokelola fungsi ganda: pemerintah perayaan (1) lokal demokrasi Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA prosedural yang lebih bermakna menggunakan (partisipasi dan legitimasi) dan (2) mencapai 578.419 pemilih yang melancarkan pendidikan tidak menggunakan hak pilihnya (pembelajaran) politik dan perluasan mecapai 215.895 pemilih sedangkan ruang publik bagi masyarakat luas. pada Satu kesatuan system inilah menjadi menggunakan harapan terwujudnya mencapai 562.674 pemilih yang demokratisasi dalam implementasi tidak menggunakan hak pilihnya proses pilkada langsung Www.Moh. mencapai 321.957 pemilih, dari data Zain A. Gafur di akses 20 desember tersebut 2013). partisipasi bagi Sebagaimana yang hak Tahun pilihnya 2010 yang hak pilihnya menunjukkan bahwa masyarakat disampikan oleh anggota DPRD dalam Kabupaten Sumenep partisipatif, namun terjadi angka persatuan dari partai pembangunan (PPP) pilkada sumenep langsung cukup penurunan dari tahun 2005 dengan Jauhari Yasin mengatakan bahwa tahun dalam kemungkinan bahwa hasil pilkada pilkada meningkatkan langung partisipasi Jelas rakyat 2010 langsung ini dalam membentuk karena pada saat ini di era reformsi pemimpin dan demokratisasi jelas rakyat harus sepenuhnya terpenuhi karena ada sepenuhnya indikasi menentukan yang menunjukan aspiratif belum menggunakan pemimpinya untuk kesejarteran dan politik keadilan bersama di daerah. Rakyat tujuannya untuk menjadi kepala sebagai pemilik otoritas tertinggi daerah, akan disamapaikan oleh informan tersebut memilih secara langsung pemimpinnya, tidak seperti selama ini hanya dalam mencapai sebagaimana yang di atas. sistem Sutoro Eko dalam tulisannya kadang-kadang (Pilkada secara langsung/konteks, rakyat sering dikebiri (wawan cara proses dan implikasi) ada beberapa pada tanggal 09 Desember 2013). keunggulan pilkada dengan model sebagai demokratis perwakilan menggunakan uang praktik yang perbandingan langsung sebagaimana pilkada data dari pemilihan secara langsung. sumenep Pertama, pilkada secara langsug Komisi memungkinkan proses yang lebih Pemilihan Umum (KPU) Sumenep partisipatif, dengan melibatkan yang memberikan data bahwa pada partisipasi pilkada Tahun 2005 pemilih yang yang lebih luas, bukan sekedar masyarakat konstituen Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA melibatkan segelintir orang secara sebagai anggota DPRD Kabupaten oligarkis dalam DPRD. Partisipasi Sumenep Ibu Endang, bahwa dalam jelas akan membuka voice, akses pemilihan kepala daerah langsung dan Kontrol masyarakat yang lebih akan kuat terhadap arena dan actor yang pemimpin terlibat pilkada. dengan nilai-nilai yang hidup dalam Dengan bahasa yang lebih utopis, masyarakat daerah. (wawan cara partisipasisecara pada tanggal 12 Desember 2013). dalam proses langsung memunculkan yang aspiratif prakondisi untuk mewujudkan kedaulatan rakyat politik dan sebagai kemajuan penting yang bisa Proses dicapai oleh bangsa Indonesia diera memungkinkan transisi yang sedang berlangsung. kontrak social antara Makna terpenting dari pemilihan pemerintahan.Kedua, partisipatif terjadinya kandidat, partai dinilai daerah banyak pihak dan langsung tersebut konstituen. Kontrak social adalah pertama, merupakan sebuah proses yang mempertemukan konstitusional antara visi kandidat dan mandat dari sebagai konstituen melalui mediasi partai rakyat. kedua, pelembagaan politik poltik. peran substansial rakyat sebagai Kontrak politik langsung kepala sesuai merupakan dalamkonteks Pemilihan pemimpin- social memang subjek janji, diharapkan sebagai pembelajaran untuk akuntabilitas pemerintah arena menempuh lokal atas hukum, lain pengakuan hak pemegang bukanlah tempat untuk mengobral melainkan antara rakyat kedaulatan dan ketiga, terciptanya keseimbangan politik makro dan mikro dalam kehidupan kepada masyarakat. Ketiga, proses ketatanegaraan, sebagaimana yang pilkada secara langsung memberikan diamatkan dalam Undang-Undang ruang dan pilihan yang terbuka bagi No. 32/2004 tentang Pemerintah masyarakat untuk Daerah. Dalam hal ini anggota menentukan calon pemimpin mereka DPRD dari partai amanat nasional yang (PAN) lebih konstituen hebat( memiliki Ibu Dwita Andriani juga kapasitas, integritas dan komitmen membenarkan bahwa dalam pilkada yang kuat) dan Legitimate dimata akan membangaun stabilitas politik masyarakat. di Senada dengan hal daerah tersebut apa yang disampaikan oleh indonesia fungsionaris partai golkar yang juga Pelaksanaan secara khusus pada Pilkada dan umumnya. langsung Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA merupakan moment penting untuk DAFTAR PUSTAKA menjaring pemimpin yang lebih baik. (wawancara pada tanggal 15 Desember 2012). Tetapai dalam pilkada langsung ditengarahi masih banyak menggunakan praktik politik uang seperti yang di ungkapkan oleh Jauhari Yasin sehingga banyak konflik yang terjadi di masyarakat karena olah para colon kepala daerah yang selalu menghamburhamburkan uang untuk mencapai tujuan kekuasaanya, selain itu masyarakat sebenarnya belum siap untuk melaksanakan pilkada langsung dimana pendidikan politik masyarakat (wawancara masih pada minim. tanggal 9 Desember 2013) C. PENUTUP Dalam pemilahan kepala daerah langsung di kabupaten sumenep masyarakat lebih bebas menggunakan hak-hak politiknya secara konstitusional. Pada saat Pemilukada, masyarakat Sumenep sangat partisipatif dalam menggunakan hak pilihnya. Hal ini dibuktikan dengan partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya Sumenep. dalam Pemilukada di Basri, Faisal H. 1999. “Otonomi Daerah Untuk Mengokohkan Indonesia Sebagai Negara Bangsa. Jurnal Otonomi. Volume 1. Oktober 1999. Bratakusumah, Deddy Supriady dan Dadang Solihin. 2002. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatatif. Rosdakarya. Bandung. Nazir, M., 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Saleh, Abdul Azis. 2000. “Pengelolaan Konflik Sosial Sebagai Dinamika Masyarakat dan Upaya Antisipasi Kemungkinan Disintegrasi Bangsa”. Makalah. disampaikan pada Seminar Disintegrasi Bangsa : Masalah dan Solusi Pengelolaan Konflik Sosial Sebagai Dinamika Masyarakat dan Upaya Antisipasi Kemungkinan Disintegrasi Bangsa. Padang. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Wahab, Abdul dan Solichin. 1997. Analisis Kebijaksanaan Negara. Bina Aksara. Jakarta Widjaja, A.W. 1993. Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa Menurut Undangundang Nomor 5 Tahun 1979 (Sebuah Tinjauan). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik (Teori dan Praktek). Media Presindo. Yogyakarta. Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA Zuhro,Siti. 1999. “Masa Depan Otonomi Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan: Perjuangan Panjang Menegakkan Otonomisasi. Jurnal Otonomi. Volume 1. Oktober 1999. Sutoro Eko, pilkada secara langsung konteks, proses dan implikasi, bahan diskusi dalam exper meeting “mendorong partisipasi public dalam proses penyempurnaan UU. No. 22/ 1999 di DPR-RI" yang diselenggarakan oleh yayasan Harkat bangsa, Jakarta, 12 januari 2004 dan IRE Yogyakarta. http://www.Indomedia.com/bposd/032005/10/ opini.htm. Kamis, 10 Maret 2005 http:///www.ntt-online.org/2005/08/17/0pinipilkada-langsung-awal-dari-sebuahakhir/ www.pemkabsumenep.co.id./Pemkab Sumenep. Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014