gambaran kejadian tumor payudara di rsud serang tahun 2013

advertisement
GAMBARAN KEJADIAN TUMOR PAYUDARA DI
RSUD SERANG TAHUN 2013
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Helvia Septarini
NIM : 1111103000097
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H / 2014M
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan penelitian ini dengan judul “Gambaran Kejadian Tumor
Payudara Di RSUD Serang Tahun 2013”. Dalam pelaksanaan penulisan hasil
penelitian ini, peneliti telah banyak memperoleh bimbingan dan pengarahan
daripada pelbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:
1.
Prof.
Dr
(hc).
dr.
M.
K.
Tadjudin,
Sp.And,
dr.
HM.Djauhari
Widjajakusumah,AIF.,PFK, Dr. H. Arief Sumantri, SKM, M.Kes, dan Dr.
Delina Hasan, M.Kes, Apt selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2.
dr.Witri Ardhini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter.
3.
dr. Devy Ariany, M.Biomed dan dr. Achmad Luthfi, Sp.B.KBD selaku Dosen
Pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk membimbing saya dalam penyusunan penelitian ini.
4.
dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab modul Riset yang selalu
mengingatkan peneliti untuk segera menyelesaikan penelitian.
5.
dr. Ahmad Harifudin, Sp.B selaku ketua komite medik RSUD Serang yang
telah memberikan izin dan arahan dalam pengambilan data penelitian.
6.
dr. Fikri selaku ketua laboratorium patologi anatomi RSUD Serang yang telah
mengizinkan peneliti dalam pengambilan data.
7.
Ibu Indri selaku kepala bagian rekam medis RSUD Serang yang telah
mengizinkan dan membantu mempermudah penggunaan rekam medis pasien.
8.
Pak Zainudin dan Teteh Leni selaku laboran di RSUD Serang yang telah
membantu peneliti dalam pengambilan data.
v
9.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang telah memberikan beasiswa
kepada penulis untuk menyelesaikan studi di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
10. Ayah dan Ibu, serta keluarga saya yang telah memberikan doa, saran dan
dorongan baik moril maupun materiil.
11. Kepada teman sekelompok penulis Afiati dan Lara Shofy Wahyuni yang telah
membantu memberikan masukan kepada penulis.
12. Teman-teman “Santri Jadi Dokter Angkatan 2011” yang telah memberikan
bantuan, doa, dan sarannya.
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga penelitian ini
dapat terselesaikan.
Saya menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhir
kata, peneliti bersedia menerima saran dan kritik yang membangun untuk
penyempurnaan penulisan hasil penelitian ini. Demikian laporan penelitian
ini saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan
para pembaca pada umumnya.
Ciputat, 1 September 2014
Helvia Septarini
vi
ABSTRAK
Helvia Septarini. Program Studi Pendidikan Dokter. Gambaran Kejadian
Tumor Payudara Di RSUD Serang Tahun 2013.
Latar Belakang: Tumor payudara merupakan salah satu neoplasma yang sering
terjadi, terutama tumor ganas dan merupakan penyebab utama kematian pada
wanita di seluruh dunia. Setiap tahunnya diperkirakan insidensi tumor payudara
akan semakin meningkat. Sehingga penelitian ini dilaksanakan untuk mencari
tahu gambaran kejadian dari tumor payudara. Metodologi: Penelitian ini bersifat
deskriptif dengan desain cross sectional. Pengumpulan data diperoleh dari data
rekam medis dan data di instalasi patologi anatomi dengan sampel sebanyak 75
sampel. Hasil: Prevalensi tumor payudara adalah 8.4%, 74.8% merupakan tumor
jinak dan 25.2% merupakan tumor ganas. Gambaran kejadian tumor jinak
payudara adalah sebagai berikut 41.5% pada kelompok usia 20-29 tahun, 35.8%
pada tingkat pendidikan SMA, 54.7% pasien tidak mempunyai riwayat pemakaian
kontrasepsi oral, 37.7% lokasi tumor pada kuadran lateral atas, 79.2% tindakan
operasi adalah ekstirpasi, dan 66% jenis histopatologi merupakan fibroadenoma
mammae. Gambaran kejadian tumor ganas payudara adalah sebagai berikut 40.9%
pada kelompok usia 40-49 tahun, 59.1% pada tingkat pendidikan SD, 72.7%
pasien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral, 40.9% lokasi tumor pada
kuadran lateral atas, 72.8% stadium kanker merupakan stadium II, 72.7% tindakan
operasi adalah simpel mastektomi, dan 77.3% jenis histopatologi merupakan
karsinoma duktal invasif. Simpulan: Prevalensi tumor jinak payudara lebih besar
daripada tumor ganas payudara di RSUD Serang tahun 2013.
Kata kunci : tumor payudara, usia, riwayat kontrasepsi oral, lokasi tumor,
stadium, dan jenis histopatologi.
vii
ABSTRACT
Helvia Septarini. Medical Education Study Programme. Depiction of Breast
Tumor Incidents in RSUD Serang 2013
Background: Breast tumor is the most common neoplasm, especially malignant
tumor and the main cause of women’s death around the world. Every year, breast
tumor incidents number are estimated to increase rapidly. This research is meant
to depict breast tumor incidents. Method: This research uses descriptive study
method with cross-sectional design. The data is obtained from medical records
and anatomical pathology installations. From 119 populations, 75 samples were
categorized into included criteria which is patients diagnosed with breast tumor
and being treated with anatomical pathology examination. Result: The prevalence
of breast tumor was 8.4%, 74.8% are benign tumors and 25.2% are malignant
tumors. Depiction of benign breast tumor incidents as follows 41.5% in the age
group 20-29 years old, 35.8% at the education level is senior high school, 54.7%
of patients had no history of the oral contraceptive use, 37.7% of tumor location
on the upper lateral quadrant, 79.2% is extirpation surgery, and 66% of the
histopathology type is fibroadenoma mammae. Depiction of malignant breast
tumor incidents as follows 40.9% in the age group 40-49 years old, 59.1% at the
education level is primary school, 72.7% of patients had a history of the oral
contraceptive use, 40.9% of tumor location on the upper lateral quadrant, 72.8%
stage of the cancer is stage II, 72.7% is simple mastectomy surgery, and 77.3% of
the histopathology type is invasive ductal carcinoma. Conclusion: The prevalence
of benign tumors are larger than malignant breast tumors.
Key words : breast tumor, age, history of oral contraceptive, location of tumor,
staging, and histopathology.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL.............................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN..............................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ABSTRAK.........................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
DAFTAR TABEL.............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
xi
xii
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................
1
2
2
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ..................................................................................
2.1.1. Definisi Tumor Payudara..........................................................
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi Tumor Payudara...................................
2.1.3. Epidemiologi Tumor Payudara.................................................
2.1.4. Faktor Risiko..............………….…..........................................
2.1.5. Tumor Jinak Payudara..............................................................
2.1.6. Kanker Payudara.......................................................................
2.1.7. Prosedur Diagnostik..................................................................
2.1.8. Staging dan Grading................................................................
2.1.9. Tatalaksana................................................................................
2.1.10. Prognosis................................................................................
2.1.11. Pencegahan.............................................................................
2.2. KerangkaTeori....................................................................................
2.3. Kerangka Konsep...............................................................................
2.4. Definisi Operasional...........................................................................
5
5
5
8
9
12
14
16
18
24
26
26
27
27
28
BAB 3 METODE PENELITIAN
1.1. Desain Penelitian................................................................................
1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................
1.3. Populasi dan Sampel...........................................................................
3.3.1. Penghitungan Sampel......................................................................
3.3.2. Kriteria Sampel................................................................................
1.4. Cara Kerja Penelitian..........................................................................
1.5. Manajemen Data.................................................................................
3.5.1. Teknik Pengumpulan..……….........................................................
3.5.2. Pengolahan dan Analisa Data……….....................………..........
30
30
30
30
31
31
32
32
32
ix
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Prevalensi Tumor Payudara di Poli Bedah RSUD Serang Tahun
2013....................................................................................................
4.2. Prevalensi Tumor Jinak dan Ganas Payudara di Poli Bedah RSUD
Serang Tahun 2013.............................................................................
4.3. Gambaran Kejadian Tumor Jinak Payudara.......................................
4.4. Gambaran Kejadian Tumor Ganas Payudara.....................................
4.5. Keterbatasan Penelitian......................................................................
34
35
38
43
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ............................................................................................
5.2. Saran...................................................................................................
44
44
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
LAMPIRAN ......................................................................................................
46
52
x
34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Jaringan Payudara ....................................................................
Gambar 2.2. Aliran Limfe Payudara.............................................................
xi
6
7
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Klasifikasi TNM...... ..................................................................
Tabel 2.2. Stadium Kanker Payudara..........................................................
Tabel 4.1. Prevalensi Tumor Payudara dari Semua Kasus Bedah ..............
Tabel 4.2. Prevalensi Tumor Payudara........................................................
Tabel 4.3. Gambaran Kejadian Tumor Jinak Payudara...............................
Tabel 4.4. Gambaran Kejadian Tumor Ganas Payudara..............................
xii
18
21
34
34
35
38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian.................................................................
Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup..............................................................
xiii
52
53
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak
terkontrol dan berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal
yang tidak responsif.1 Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor
ganas atau kanker. Karakteristik dari tumor jinak pada gambaran mikroskopik
dan makroskopik yaitu, berdiferensiasi baik, laju pertumbuhan progresif dan
lambat, massa berbatas tegas, tidak menginfiltrasi jaringan normal
disekitarnya, dan tidak bermetastasis ke organ lain. Sedangkan karakteristik
dari tumor ganas/kanker adalah anaplastik, pertumbuhannya progresif dan
cepat, serta dapat menginfiltrasi ke jaringan sekitar.1,2 Sel-sel kanker juga
dapat bermetastasis ke bagian lain dari tubuh secara hematogen maupun
limfogen.3
Dari Global Cancer Statistic, kanker payudara merupakan kanker yang
paling sering didiagnosis dan penyebab utama kematian pada wanita di
seluruh dunia, terhitung 23% (1,38 juta) dari total kasus kanker baru dan 14%
(458.400) dari total kematian akibat kanker pada tahun 2008.4 Global Health
Estimates tahun 2013 menyatakan meskipun kanker payudara dianggap
penyakit negara maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara dan 58%
kematian terjadi di negara berkembang (WHO, 2013).5 Di Indonesia
berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker
payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di
Indonesia (16,85%) dan kanker leher rahim menempati urutan kedua pada
pasien rawat inap (11,78%).6 WHO memperkirakan insidensi kanker
payudara pada wanita akan cenderung meningkat tiap tahunnya.4
Pada penelitian di Yaman ditemukan 635 kasus tumor payudara, dimana
sebanyak 493 (77,6%) merupakan tumor jinak dan 142 (22,4%) merupakan
tumor ganas.7 Di Indonesia, prevalensi dari tumor jinak payudara di RSUP
Haji Adam Malik Medan sebesar 30,5% dari semua pasien tumor payudara.8
1
2
Banyak faktor yang dapat berhubungan dengan terjadinya tumor payudara.
Diantaranya adalah usia, menstruasi di usia <12 tahun, menopause yang
terlambat pada usia >55 tahun, hamil anak pertama pada usia >35 tahun, tidak
pernah melahirkan, tidak menyusui, riwayat penggunaan kontrasepsi oral,
riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara, konsumsi minuman
alkohol dan seringnya terkena radiasi sinar-X pada bagian dada, serta adanya
perubahan gen yang berhubungan dengan kanker payudara gen BRCA-1 atau
gen BRCA-2.9
Kanker payudara umumnya ditemukan setelah gejala muncul, tetapi
banyak wanita dengan kanker payudara dini tidak memiliki gejala.
Pemeriksaan SADARI (periksa payudara sendiri), pemeriksaan klinis dokter,
pemeriksaan radiologi (mammografi ataupun ultrasonografi), maupun biopsi
tanpa pembedahan merupakan deteksi dini untuk kanker payudara.9
Berdasarkan data di atas yang menyebutkan tingginya kasus tumor
payudara dan adanya kecendurungan peningkatan insidensi terjadinya tumor
payudara tiap tahunnya, peneliti ingin mendapatkan data tumor payudara di
RSUD Serang serta gambaran kejadiannya berdasarkan usia, tingkat
pendidikan, riwayat pemakaian kontrasepsi oral, dan faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan kejadian tumor payudara.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kejadian tumor payudara di RSUD Serang tahun 2013?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mendapatkan informasi mengenai gambaran kejadian tumor payudara di
RSUD Serang tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran kejadian tumor payudara berdasarkan usia
pada pasien tumor payudara di RSUD Serang tahun 2013.
3
2. Mengetahui gambaran kejadian tumor payudara berdasarkan tingkat
pendidikan pada pasien tumor payudara di RSUD Serang
tahun
2013.
3. Mengetahui gambaran kejadian tumor payudara berdasarkan riwayat
pemakaian kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara di RSUD
Serang tahun 2013.
4. Mengetahui gambaran kejadian tumor payudara berdasarkan lokasi
tumor pada pasien tumor payudara di RSUD Serang tahun 2013.
5. Mengetahui gambaran kejadian tumor payudara berdasarkan stadium
pada pasien tumor ganas payudara di RSUD Serang tahun 2013.
6. Mengetahui gambaran kejadian tumor payudara berdasarkan tindakan
operasi di RSUD Serang tahun 2013.
7. Mengetahui gambaran kejadian tumor payudara berdasarkan jenis
histopatologi pada pasien tumor payudara di RSUD Serang tahun
2013.
1.4. Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti :
1. Dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan peneliti dalam bidang
penelitian.
2. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama menjalani
pendidikan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Bagi Institusi :
1. Untuk mewujudkan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai universitas yang dapat ikut berkontribsi dalam program
pemerintah untuk mengurangi angka kejadian tumor payudara.
2. Sebagai bahan informasi, pustaka, dan masukan bagi mahasiswa untuk
melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian
yang telah dilakukan penulis.
4
3. Dapat memberikan informasi yang berguna untuk peneliti lainnya dan
dapat dijadikan bahan acuan bagi penelitian-penelitian berikutnya.
Bagi Instansi :
1. Untuk instansi kesehatan dan tenaga kesehatan, penelitian ini bermanfaat
sebagai bahan evaluasi program dan upaya peningkatan pelayanan
kesehatan.
2. Dapat memberikan informasi dan gambaran bagi RSUD Serang tentang
gambaran kejadian tumor payudara, sehingga dapat melakukan upaya
untuk
menurunkan
angka
kejadiannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Definisi Tumor Payudara
Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak
terkontrol dan berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal
yang tidak responsif.1 Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan
tumor ganas atau kanker. Karakteristik dari tumor jinak pada gambaran
mikroskopik dan makroskopik yaitu, berdiferensiasi baik, laju pertumbuhan
progresif dan lambat, massa berbatas tegas, tidak menginfiltrasi jaringan
normal disekitarnya, dan tidak bermetastasis ke organ lain. Sedangkan
karakteristik dari tumor ganas/kanker adalah anaplastik, pertumbuhan
progresif dan cepat, serta dapat menginfiltrasi ke jaringan sekitar.1,2 Sel-sel
kanker juga dapat bermetastasis ke bagian lain dari tubuh secara hematogen
maupun limfogen.3
Sel-sel kanker dapat menjadi massa yang besar untuk dapat
menjadi displasia selama 7 tahun. Kanker payudara dapat terjadi pada pria
maupun wanita mesikupun angka kejadian kanker pada laki-laki jarang
terjadi.10
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara terletak pada hemitoraks kanan dan kiri. Batas payudara
yang tampak dari luar pada superior di iga II, inferior pada iga VI, taut antar
sternokostal bagian medial, dan bagian lateral pada linea aksilaris anterior.2
a. Struktur Payudara
Struktur payudara terdiri dari parenkim epitelial, lemak, pembuluh
darah, saraf, saluran getah bening, otot, dan fasia. Parenkim epitelial
terdiri dari 15-20 lobus yang setiap lobus mempunyai duktus laktiferus
dan bermuara ke papilla mamma. Setiap lobus terdiri dari lobulus-lobulus
5
6
yang masing-masing terdiri dari 10-100 kelompok asini. Lobulus ini
merupakan struktur dasar dari glandula mammae.3
Fungsi glandula mamma adalah sintesis, sekresi, dan ejeksi susu.
Produksi susu dirangsang oleh hormon prolaktin serta dipengaruhi oleh
progesteron dan estrogen. Sedangkan untuk ejeksi susu dirangsang oleh
hormon oksitosin.11 Diantara lobulus terdapat jaringan ikat yaitu
ligamentum Cooper sebagai penyangga untuk payudara.2
Gambar 2.1. Jaringan payudara
Sumber : Tortora, 2009
b. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara
1. Cabang-cabang pembuluh darah ke payudara yaitu rami perforantes
arteri thoracica interna, arteri torakalis lateralis, arteri mammaria
interna,
arteri
mammaria
eksterna,
arteri
subskapular,
arteri
thoracoacromialis, serta cabang arteri axillaris.12
2. Tiga grup vena yang memperdarahi area payudara yaitu cabang
perforanters vena mammaria interna, cabang vena aksilaris, vena yang
bermuara pada vena interkoastalis seperti vena azygos.3
3. Payudara bagian medial dipersarafi oleh cabang kutaneus anterior dari
nervus interkostalis 2-7. Payudara bagian superior dipersarafi oleh
nervus supraklavikula yang berasal dari cabang ke-3 dan ke-4 pleksus
servikal. Papila mamma terutama dipersarafi oleh cabang kutaneus
lateral dari nervus interkostalis lain mempersarafi areola dan mamma
sisi lateral. Kulit di daerah payudara dipersarafi oleh cabang pleksus
7
servikalis dan nervus interkostalis. Jaringan kelenjar payudara
dipersarafi oleh saraf simpatik.2
4. Kuadran medial mengalirkan limfenya melalui pembuluh-pembuluh
yang melewati ruang intercostal dan masuk ke dalam nodi lymphoidei
thorakalis interna (terletak di dalam rongga thorax sepanjang arteri
thoraica interna). Kuadran lateral glandula mamma mengalirkan
limfenya ke nodi lymphoidei axillaris anterior atau kelompok
pektoralis. Beberapa pembuluh limfe mengikuti arteri intercostalis
posterior, beberapa pembuluh berhubungan dengan pembuluh limfe
payudara sisi yang lain dan dengan kelenjar di dinding anterior
abdomen.13
Gambar 2.2. Aliran limfe payudara
Sumber : Snell, 2007
c. Fisiologi
Payudara mengalami tiga kali perubahan. Perubahan pertama pada
payudara dari awal kelahiran hingga menopause. Saat pubertas, terjadi
perkembangan duktus dan sinus laktiferus yang dipengaruhi oleh
estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium. 2
Perubahan yang kedua sesuai dengan siklus haid. Sekitar hari ke-8
haid, payudara membesar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Beberapa hari menjelang haid, payudara
8
terasa nyeri dan menegang sehingga saat melakukan palpasi payudara
sulit dilakukan.2
Perubahan terakhir terjadi pada masa kehamilan dan menyusui.
Saat masa kehamilan terjadi ploriferasi epitel duktus lobus dan duktus
alveolus
sehingga
payudara
membesar.
Sel-sel
alveolus
akan
memproduksi air susu yang dialirkan ke asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu yang dipicu oleh oksitosin.2
2.1.3. Epidemiologi Tumor Payudara
Dari Global Cancer Statistic, kanker payudara merupakan kanker
yang paling sering didiagnosis dan penyebab utama kematian pada wanita
di seluruh dunia, sekitar 23% (1,38 juta) dari total kasus kanker baru dan
14% (458.400) dari total kematian akibat kanker pada tahun 2008.4 Global
Health Estimates tahun 2013 menyatakan meskipun kanker payudara
dianggap penyakit negara maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara
dan 58% kematian terjadi di negara berkembang.5 WHO memperkirakan
kasus kanker payudara pada wanita akan terus meningkat tiap tahunnya.4
Di Indonesia berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada
pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%) dan kanker leher
rahim menempati urutan kedua pada pasien rawat inap (11,78%).6 Pada
penelitian di RSUP Haji Adam Malik tahun 2009 didapatkan pasien yang
mengalami tumor jinak payudara 30,5% dari semua pasien tumor payudara
dan tumor ganas payudara sebesr 69,5%.8
Insidensi kanker payudara pada usia lebih dari 30 tahun akan
semakin tinggi. Kanker payudara jarang terjadi pada usia dibawah 20 tahun.
Angka tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun. Insiden karsinoma
mammae pada laki-laki hanya 1% dari kejadian pada perempuan. Kejadian
kanker payudara pada laki-laki dibandingkan dengan wanita 1 : 100.2
Sedangkan untuk tumor jinak payudara terdapat perbedaan usia pada setiap
kejadian tumor, seperti pada fibroadenoma mammae sering dijumpai pada
9
perempuan muda, pada tumor filoides terdapat pada semua usia, kista
payudara sering ditemukan pada usia dekade kelima.2
Distribusi
letak
tumor
payudara
berdasarkan
penelitian
(Haagensen) lebih sering terjadi di kuadran lateral atas (50%), kemudian
sentral/subareolar (20%), kuadran lateral bawah (10%), kuadran medial atas
(10%) dan kuadran medial bawah (10%). Payudara sebelah kiri lebih sering
terkena bila dibandingkan sebelah kanan.1,3
2.1.4. Faktor Risiko
a. Variasi Geografik
Risiko untuk kanker payudara lebih tinggi di Amerika Utara dan
Eropa Barat dibandingkan Asia dan Afrika.1
b. Usia
Kejadian tumor payudara lebih sering ditemukan pada usia 40-49
tahun (dekade kelima) yaitu sekitar 30% untuk kasus-kasus di Indonesia.3
Satu dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita
berusia dibawah 45 tahun. Dua pertiga keganasan payudara invasif
ditemukan pada wanita berusia 55 tahun. Insidensi kanker payudara akan
berlipat ganda setiap 10 tahun tetapi akan menurun drastis setelah masa
menopause.2
c. Genetika dan Riwayat Keluarga
Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya predisposisi
genetik.1 Jika menderita kanker payudara saat usia kurang dari 40 tahun
dengan atau tanpa riwayat keluarga, menderita kanker payudara sebelum
usia 50 tahun dan satu atau lebih kerabat tingkat pertama menderita
kanker payudara atau kanker ovarium, menderita kanker payudara
bilateral, menderita kanker payudara pada usia berapapun, dan dua atau
lebih kerabat tingkat pertama menderita kanker payudara ini merupakan
faktor predisposisi genetik sebagai penyebab kanker payudara.2
10
Mutasi gen BRCA1 (kromosom 17q21.3), mutasi gen BRCA2
(kromosom 13q12-13), mutasi gen ATM sebagai gen pengatur perbaikan
DNA, mutasi gen CHEK2 dan gen supressor tumor P53 merupakan
predisposisi dari kanker payudara.1,2
d. Pajanan lama ke estrogen eksogen pascamenopause
Efek samping dari terapi sulih estrogen (ERT, Estrogen
Replacement Therapy) dapat menyebabkan peningkatan insidensi kanker
payudara Penggunaan terapi sulih hormon yang digunakan lebih dari 10
tahun akan meningkatkan risiko sebesar 1,35 dan penggunaan estrogen
penguat kandungan selama kehamilan juga meningkatkan risiko dua kali
lipat.1,2
e. Penggunaan kontrasepsi oral
Estrogen sangat mempengaruhi pertumbuhan jaringan payudara,
wanita yang terpapar estrogen dalam waktu yang lama akan memiliki
risiko yang besar terhadap kanker payudara. Penggunaan kontrasepsi oral
dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko kanker
payudara sebesar 1,24 kali.2 Pada penelitian yang dilakukan di RSUD
Moewardi Surakarta didapatkan bahwa pemakaian kontrasepsi hormonal
berisiko terkena kanker payudara 2,199 kali lebih banyak daripada
pemakaian kontrasepsi non-hormonal namun bukan peningkat risiko
kanker payudara yang signifikan.14
f. Radiasi pengion
Radiasi pengion ke daerah dada dapat meningkatkan risiko kanker
payudara namun risiko tersebut tergantung dari dosis radiasi, waktu sejak
pajanan, dan usia.1
g. Densitas jaringan payudara
Risiko terkena kanker payudara akan lebih tinggi pada wanita
dengan jaringan kelenjar lebih banyak dan sedikit jaringan lemak.9
11
h. Lama menyusui
Kadar hormon estrogen dan hormon progesteron yang tinggi
selama masa kehamilan akan menurun drastis setelah melahirkan. Kadar
hormon estrogen dan hormon progesteron yang telah menurun dalam
darah selama menyusui akan mengurangi pengaruh hormon tersebut
terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.1
i. Usia menstruasi pertama
Risiko kanker payudara akan lebih besar jika wanita tersebut
mengalami menarche sebelum usia 12 tahun dan disertai dengan
menopause yang lebih lambat yaitu pada usia lebih dari 55 tahun.
Menarche pada usia kurang dari 12 tahun memberikan risiko 1,7-2,4 kali
lebih tinggi dibanding dengan wanita yang mengalami menstruasi pada
usia lebih dari 12 tahun, hal ini berhubungan dengan lamanya paparan
hormon estrogen dan progesteron yang berpengaruh terhadap proliferasi
jaringan payudara.15,16
j. Gaya hidup
Obesitas yang terjadi pada pasca menopause akan meningkatkan
risiko kanker payudara sedangkan obesitas premenopause dapat
menurunkan risiko kanker payudara. Hal ini dapat disebabkan oleh efek
tiap obesitas yang berbeda terhadap kadar hormon endogen.2
Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko sebesar
30%. Olahraga rutin pasca menopause juga menurunkan risiko sebesar
30-40%. American Cancer Society merekomendasikan olahraga selama
45-60 menit setiap hari.
2
Konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko
kanker payudara karena alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen
endogen sehingga mempengaruhi responsivitas tumor terhadap hormon.2
12
2.1.5. Tumor Jinak Payudara
a. Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang sering terjadi pada
perempuan. Fibroadenoma biasanya terjadi pada perempuan muda
dengan insidensi puncak pada usia 30 tahun. Struktur fibroadenoma
terdiri dari epitel dan komponen kapsula fibrosa. Komponen epitel
fibroadenoma hampir sama dengan komponen epitel pada payudara
normal.17 Fibroadenoma tampak berwarna coklat berkapsul. Pada
pemeriksaan fisik, fibroadenoma akan teraba sebagai massa soliter,
diskret, mudah digerakkan, dan konsistensi kenyal padat. Massa tumor
membesar pada akhir siklus haid dan selama hamil.1 Tindakan
pembedahan merupakan modalitas primer dalam terapi. Pembedahan
yang dilakukan ekstirpasi yang merupakan tindakan pembedahan
pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya yang berada
dibawah lapisan kulit.18 Pasien dengan fibroadenoma mammae memiliki
risiko tinggi mengalami kanker payudara, namun jika terdeteksi secara
dini maka prognosisnya akan menjadi baik, bila tidak diangkat dengan
sempurna maka dapat kambuh kembali.10 Fibroadenoma mammae
kadang tumbuh dengan cepat dan berpotensi kambuh saat rangsangan
estrogen meningkat.2
b. Tumor filoides
Tumor filoides merupakan neoplasama fibroepithelial yang
mempunyai potensi untuk berulang. Pertumbuhan tumor filoides diluar
saluran dan lobulus, yaitu stroma yang meliputi jaringan lemak dan
ligamen yang mengelilingi saluran, lobulus, dan darah dan pembuluh
getah bening di payudara. Selain sel stroma, tumor filoides dapat juga
mengandung sel-sel dari duktus dan lobulus.19 Tumor filoides terdapat
pada semua usia namun lebih banyak pada usia sekitar 30 tahun. Sekitar
10-15% tumor filoides yang jinak bisa menjadi tumor ganas dan jika
13
dilakukan eksisi akan memiliki kemungkinan rendah untuk terjadi
rekurensi lokal.2
c. Papilloma intraduktal
Papilloma intraduktal payudara ditandai dengan proliferasi sel-sel
epitel dan mioepitel yang melapisi fibrovaskular sehingga menciptakan
struktur yang bercabang dalam lumen duktus, yang dibagi menjadi
sentral (duktus besar) papiloma, biasanya terletak di subareolar dan
papilloma perifer yang timbul di terminal duct lobular unit.20 Gejala
yang sering timbul berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu. 2
Terapi yang dilakukan untuk menghilangkan papilloma melalui insisi
atau eksisi.20
d. Perubahan fibrokistik payudara
Perubahan fibrokistik terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal
dan berkaitan dengan proses penuaan alami. Gejala kelainan ini berupa
nyeri bila disentuh dan payudara teraba keras sebelum waktu haid.2
e. Galaktokel
Galaktokel merupakan kista retensi yang berisi air susu. Galaktokel
berbatas tegas dan dapat digerakkan, dan timbul biasanya 6-10 bulan
setelah berhenti menyusui. Letak galaktokel ini biasanya di tengah dalam
payudara atau dibawah puting.2
f. Adenoma tubular mammae
Adenoma tubular adalah tumor jinak epitelial yang jarang, sekitar
0,13-1,7% dari semua lesi jinak payudara. Gambaran klinis dan imaging
dari adenoma tubular mammae mirip dengan fibroadenoma sehingga
untuk diagnosa praoperasi sulit. Untuk menetapkan diagnosis definitif
maka dilakukan tindakan eksisi. Adenoma tubular paling sering terjadi
pada wanita muda kurang dari 40 tahun atau pada usia reproduksi dan
tidak berhubungan dengan pengobatan kontrasepsi oral atau kehamilan.21
14
2.1.6. Kanker Payudara
Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus
membran basal (noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membran
basal (invasif). Bentuk utama karsinoma payudara dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Noninvasif
1. Karsinoma duktal in situ (DCIS)
Karsinoma duktal in situ merupakan kanker non-invasif dimana
sel-sel abnormal ditemukan pada lapisan duktus laktiferus. DCIS
mempunyai
gambaran
histologis
yang
bermacam-macam,
dari
arsitekturnya yaitu tipe solid, kribiformis, papilaris, dan clinging serta
gambaran nukleus yang bervariasi dari derajat rendah dan monomorfik
hingga derajat tinggi dan heterogen. Prognosis DCIS lebih dari 97%
pasien dapat bertahan hidup lama.1
2. Penyakit paget
Penyakit pada puting payudara yang disebabkan oleh perluasan
karsinoma duktal in situ ke duktus laktiferus, tampak sebagai erupsi
ekzematosa kronik yang berkembang menjadi ulkus basah.2
3. Karsinoma lobular in situ (LCIS)
Sel-sel abnormal tumbuh dalam lobulus, kelenjar penghasil susu
pada akhir saluran payudara. Pertumbuhnannya tetap dalam lobulus dan
tidak menyebar ke jaringan sekitarnya. Karsinoma lobular in situ
biasanya di diagnosis sebelum menopause pada rentang usia 40-50
tahun. Gambaran mikroskopis dari LCIS adalah uniform, sel bersifat
monomorf dengan nukleus polos bulat dan terdapat dalam kelompok
kohesif di duktus dan lobulus.1
15
B. Invasif
1. Karsinoma lobular invasif
Karsinoma lobular invasif telah menembus dinding lobulus dan
mulai menyerang jaringan payudara sekitar. Gejala klinis dari karsinoma
lobular invasif ini bisa asimptomatik dan juga bisa teraba massa besar
yang bersifat multifokal bilateral. Sekitar 10% dari semua kanker
payudara invasif adalah karsinoma lobular invasif.2 Gambaran sel pada
karsinoma lobular invasif mirip dengan sel pada LCIS. Sel-sel tersebut
menginvasi stroma dan terkadang mengelilingi asinus atau duktus
sehingga membentuk yang disebut sebagai mata sapi (bull’s eye).1
2. Karsinoma duktal invasif
Sekitar 70 - 80% dari semua kanker payudara adalah karsinoma
duktal invasif. Kanker ini yang telah menembus dinding duktus laktiferus
dan menyerang jaringan payudara sekitarnya. Gambaran mikroskopis
dari karsinoma duktal invasif heterogen, nukleus dengan derajat rendah,
sel tumor yang anaplastik, tepi tumor iregular. Kanker dengan tahap
lanjut menimbulkan gambaran massa melekat ke otot pektoralis sehingga
terjadi fiksasi lesi, melekat ke kulit sehingga menyebabkan retraksi dan
cekungan (dimpling) kulit payudara. Keganasan ini sering timbul pada
saat sebelum maupun sesudah menopause pada usia dekade kelima dan
keenam.1,2 Dari penelitian Wahyuni tahun 2006, karsinoma duktal invasif
mempunyai ketahanan hidup lima tahun sebesar 70%.22
Subtipe dari karsinoma duktal invasif terdiri dari :
a.
Karsinoma tubulus
b.
Karsinoma medular
c.
Karsinoma koloid (Musinosa)
d.
Karsinoma papiler invasif
e.
Karsinoma sistik adenoid
16
3. Karsinoma inflamasi
Karsinoma inflamasi ini jarang ditemukan yang mempunyai
gambaran klinis berupa pembesaran dan pembengkakan payudara,
kemerahan, biasanya tanpa teraba massa yang disebabkan oleh
penyumbatan pada saluran limf dermis. Kanker ini tumbuh dan menyebar
dengan cepat, dengan prognosis yang buruk.1
2.1.7. Prosedur Diagnostik
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Keluhan utama yang sering dialami penderita dapat berupa adanya
massa tumor di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu,
retraksi puting susu, adanya ekzema sekitar areola, retraksi kulit
(dimpling), dan “peau d’orange” akibat obstruksi pembuluh limf kulit/
limfedema lokal dan jaringan subkutan oleh sel-sel tumor.1,2,3
Adanya massa dapat ditentukan sejak berapa lama, cepat atau tidak
pertumbuhan, disertai rasa sakit atau tidak. Tumor pada kegansanan
mempunyai gejala tidak nyeri dan massa yang irreguler serta tumbuh
progresif.3
2. Pemeriksaan Radiodiagnostik
a. Mamografi
Mamografi dapat digunakan sebagai metode pilihan deteksi dini
kanker payudara pada tumor yang tidak teraba saat palpasi. Hasil
dari mamografi dikonfirmasi dengan Fine Needle Aspiration Biopsy
(FNAB), core biopsy, atau biopsi bedah.2
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat membedakan lesi solid dan kistik serta
menentukan ukuran lesi.2
17
3. Biopsi
Setiap
ada
kecurigaan
dari
hasil
pemeriksaan
fisik
dan
mammografi, biopsi harus dilakukan.
a. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Jaringan tumor diaspirasi dengan jarum halus lalu diperiksa
dibawah mikroskop. Kekurangan dari FNAB ini kadang tidak dapat
menentukan grade tumor dan kadang tidak memberikan diagnosis
yang jelas sehingga dibutuhkan biopsi lainnya.2
b. Core Biopsy
Dengan menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar,
lalu diambil spesimen silinder jaringan tumor. Kelebihan dari core
biopsy adalah dapat membedakan tumor yang noninvasif
dan
invasif serta grade tumor.2
c. Biopsi Terbuka
Indikasi dilakukan biopsi terbuka jika pada mamografi
terlihat adanya kelainan yang mengarah ke keganasan, hasil FNAB
atau core biopsy yang meragukan.2
Biopsi eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor
dan menyertakan sedikit jaringan sehat disekitar massa tumor ini
digunakan untuk kasus yang masih operabel atau stadium dini dan
biopsi insisional hanya mengambil sebagian massa tumor yang
sudah inoperabel yang selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi.2
d. Sentinel Node Biopsy
Biopsi ini dilakukan untuk menentukan keterlibatan dari
kelenjar limf aksila dan parasternal.2
4. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau
parafin.23
Bahan pemeriksaan histopatologi diambil melalui:
 Core biopsy
18
 Biopsi eksisional untuk tumor ukuran <3 cm
 Biopsi insisional untuk tumor operabel ukuran >3 cm sebelum
operasi definitif dan inoperabel
 Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan kelenjar getah
bening
 Pemeriksaan imunohistokimia
2.1.8. Staging dan Grading
a. Staging
AJCC (American Joint Committee on Cancer) menyusun panduan
penentuan stadium dan derajat tumor ganas payudara menurut sistem
TNM.2
Tabel 2.1. Klasifikasi TNM
Tumor
Primer (T)
Varian
Keterangan
Tx
Tumor primer tidak dapat dinilai
To
Tidak ada bukti tumor primer
Tis
Karsinoma in situ
Tis
(DCIS)
Tis
(LCIS)
Karsinoma duktal in situ
Karsinoma lobular in situ
Tis
Penyakit paget pada puting payudara tanpa
(Paget)
tumor
T1
Diameter terbesar tumor <2 cm
T1 mic
T1a
T1b
Diameter terbesar mikroinvasi <0,1 cm
Diameter terbesar tumor > 0,1 cm tetapi < 0,5
cm
Diameter terbesar tumor >0,5 cm tetapi < 1
cm
19
T1c
Diameter terbesar tumor > 1 cm tetapi < 2cm
T2
Diameter terbesar tumor >2cm tetapi <5 cm
T3
Diameter terbesar tumor > 5cm
Tumor berukuran apapun dengan ekstensi
T4
langsung ke (a) dinding dada atau (b) kulit :
T4a
Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk
m.pektoralis
Edema (termasuk
T4b
peau d’orange)
atau
ulserasi kulit payudara, atau nodul satelit di
kulit payudara yang sama
T4c
Gabungan T4a dan T4b
T4d
Karsinoma inflamatorik
KGB
Regional
Varian
Metastasis ke KGB
(N)
Nx
KGB regional tidak dapat dinilai
Tidak
N0
ada
metastasis
ke
KGB
regional
KGB
N1
aksila
ipsilateral
dapat
digerakkan
pN1mi
Mikrometastasis >0,2mm ≤2mm
pN1a
1-3 KGB aksila
pN1b
pN1c
Mikrometastasis ke KGB mamaria
interna
Mikrometastasis ke 1 sampai 3 KGB
aksila dan KGB mamaria interna
KGB aksila ipsilateral terfiksasi atau
KGB
N2
mammaria
interna
yang
terdeteksi secara klinis* dan tidak
terdapat metastasis KGB aksila secara
klinis
N2a
KGB aksila ipsilateral yang terfiksasi
20
satu sama lain atau terfiksasi ke
struktur lain
pN2a 4-9 KGB
KGB mammaria interna yang hanya
N2b
terdeteksi secara klinis dan tidak
terdapat metastasis ke KGB aksila
KGB
mammaria
interna
yang
pN2b terdeteksi secara klinis dan tidak
terdapat metastasis ke KGB aksila
KGB infraklafikula ipsilateral dengan
atau tanpa keterlibatan KGB aksila;
atau KGB mamaria interna yang
terdeteksi secara klinis* dan terdapat
N3
metastasis KGB aksila secara klinis;
atau KGB supraklavikula ipsilateral
dengan atau tanpa keterlibatan KGB
aksila atau mamaria interna
N3a
KGB infraklavikula ipsilateral
pN3a >10 KGB aksila atau infraklavikula
KGB mammaria interna ipsilateral
N3b
dan KGB aksila
KGB
mammaria
interna
terlihat
secara klinis, dengan KGB aksila,
pN3b atau mikrometastasis ke <3 KGB
aksila dan mamaria interna (melalui
sentinel node biopsy, karena tidak
terlihat secara klinis)
N3c
KGB supraklavikula ipsilateral
pN3c KGB supraklavikula
*terdeteksi melalui pencitraan atau pada pemeriksaan fisik atau terlihat
jelas pada pemeriksaan patologi
21
Metastasis (M)
Mx
Metastasis tidak dapat dinilai
M0
Tidak terdapat metastasis
M1
Metastasis
Sumber : Sjamsuhidajat, 2010
Tabel 2.2. Stadium kanker payudara
Stadium TNM
Persentase
harapan
hidup 5 tahun**
0
Tis N0 M0
*
100%
I
T1 N0 M0
100%
IIA
T0N1M0, T1*N1M0, T2N0M0
92%
IIB
T2N1M0, T3N0M0
81%
IIIA
T0N2M0, T1*N2M0, T2N2M0,
67%
T3N1M0, T3N2M0
IIIB
T4N0M0, T4N1M0, T4N2M0
54%
IIIC
T apapun, N3 M0
?**
IV
T apapun, N apapun, M1
20%
*
Termasuk T1 mic
**
angka harapan hidup lima tahun untuk stadium IIIc belum didapatkan
karena stadium ini baru didefinisikan akhir-akhir ini
Sumber : Sjamsuhidajat, 2010

Stadium 0 : DCIS, termasuk penyakit Paget pada puting payudara
dan LCIS

Stadium I : Karsinoma invasif dengan ukuran ≤ 2 cm tanpa adanya
keterlibatan kelenjar getah bening (KGB)

Stadium IIA : Karsinoma invasif dengan ukuran ≤ 2 cm, disertai
keterlibatan KGB atau karsinoma invasif > 2 cm dan kurang dari 5
cm tanpa disertai keterlibatan KGB.

Stadium IIB : Karsinoma invasif dengan diameter > 2 cm dan <5 cm
dengan keterlibatan KGB atau karsinoma invasif dengan ukuran >5
cm tanpa disertai keterlibatan KGB.
22

Stadium IIIA : Karsinoma invasif ukuran berapapun, dengan fiksasi
KGB (menginvasi ke dalam struktur lain) atau karsinoma
berdiameter >5 cm dengan metastasis KGB nonfiksasi.

Stadium IIIB : Karsinoma inflamasi, karsinoma yang telah invasi ke
dinding dada, karsinoma yang telah invasi ke kulit, karsinoma
dengan nodul kulit satelit, atau karsinoma dengan metastasis ke
KGB mammaria internal ipsilateral.

Stadium IIIC : Karsinoma dengan ukuran berapapun, dengan
keterlibatan KGB yaitu KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB aksila; atau KGB mamaria interna dan
terdapat
metastasis
KGB
aksila
secara
klinis;
atau
KGB
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila
atau mamaria interna

Stadium IV : Metastasis jauh1,2
b. Grading
Berdasarkan derajat diferensiasi, tumor ganas payudara dibagi
menjadi tiga grade. Grading ditentukan berdasarkan gambaran sitologi
nukleus sel tumor dibandingkan dengan membandingkan gambaran sel
epitel payudara normal. Dengan mengetahui grade, dapat membantu
dokter dalam memutuskan terapi yang dibutuhkan setelah operasi. Sistem
penilaian tersedia untuk menentukan grade dari kanker payudara adalah
Nottingham Histologic Score system (the Elston-Ellis modification of
Scarff-Bloom-Richardson grading system).2,24
Ada tiga faktor yang dinilai, yaitu : 2,24
1. Diferensiasi glandular/tubular
Skor 1 : >75% dari area tumor membentuk struktur kelenjar atau
tubular.
Skor 2 : 10% - 75% dari area tumor membentuk struktur kelenjar atau
tubular.
23
Skor 3: <10% dari area tumor membentuk struktur kelenjar atau
tubular.
2. Pleomorfik nukleus
Skor 1: Nukleus kecil dengan sedikit peningkatan ukuran sel epitel
payudara dibandingkan dengan sel normal, ukuran yang sedikit
bervariasi, garis reguler, dan kromatin nuklear seragam.
Skor 2 : Sel lebih besar dari normal dengan inti vesikular terbuka,
terlihat nukleolus, ukuran dan bentuk yang sedikit bervariasi.
Skor 3: Nukleus vesikular, nukleolus menonjol, variasi dalam ukuran
dan bentuk, kadang-kadang dengan bentuk yang aneh dan sangat
besar.
3. Derajat mitosis sel tumor
Kriteria skor untuk derajat mitosis sel tumor bervariasi tergantung
pada diameter bidang mikroskop yang digunakan oleh ahli patologi.
Ahli patologi akan menghitung berapa banyak aktivitas mitosis yang
terlihat pada 10 lapang pandang besar.
Skor 1 : kurang dari atau sama dengan 7 mitosis per 10 lapang
pandang besar.
Skor 2 : 8-14 mitosis per 10 lapang pandang besar.
Skor 3 : ≥ 15 mitosis per 10 lapang pandang besar.
Masing-masing gambaran ini diberi nilai dari 1-3, dan kemudian
masing-masing skor ditambahkan untuk memberikan skor total akhir
mulai dari 3-9.24
 Grade I (derajat rendah / berdiferensiasi baik) dengan skor 3-5: Sel
kanker terlihat sedikit berbeda dari sel normal dan tumbuh lambat.
 Grade II (derajat sedang atau berdiferensiasi sedang) dengan skor
6-7: Sel kanker tidak terlihat seperti sel normal dan sel kanker
berproliferasi lebih cepat dari sel normal.
 Grade III (derajat tinggi atau berdiferensiasi buruk) dengan skor
8-9 : Sel kanker sangat jauh berbeda dari sel normal dan sel kanker
tumbuh dengan sangat cepat.
24
2.1.9. Tatalaksana
Tatalaksana kanker payudara meliputi tindakan pembedahan,
kemoterapi, radioterapi, hormonal terapi, terapi rehabilitasi medik, dan
terapi paliatif.
1. Pembedahan
Jenis pembedahan yang dilakukan adalah2 :
 Mastektomi radikal klasik
Mastektomi radikal klasik merupakan pengangkatan seluruh kelenjar
payudara dengan sebagian besar otot pektoralis mayor dan minor,
kulit, dan kelenjar limfe aksila level I, II, dan III.
 Mastektomi radikal dimodifikasi
Pengangkatan seluruh kelenjar payudara dengan mengangkat kelenjar
limfe level I dan II namun mempertahankan otot pektoralis mayor dan
minor jika otot bebas dari tumor. Pembedahan ini diikuti dengan
diseksi aksila.
 Mastektomi simpel
Pengangkatan
seluruh
kelenjar
payudara
dan
puting
dan
mempertahankan kelenjar limf aksila dan otot pektoralis jika tidak ada
penyebaran ke kelenjar aksila. Ini biasa dilakukan untuk mastektomi
profilaktif pada kelompok berisiko tinggi dan pada karsinoma in situ
yang rekuren.
 Breast conserving treatment (BCT) / lumpektomi
Tindakan ini dilakukan dengan tujuan mengangkat massa dan jaringan
payudara sehat di sekitranya dengan menjaga tampilan kosmetik
payudara. Indikasi dilakukan BCT adalah tumor stadium Tis, T1,T2
dengan ukuran ≤3 cm.
2. Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan sebagai adjuvan kuratif pada
pembedahan BCT, mastektomi simpel, mastektomi radikal modifikasi
dan terapi paliatif pasca mastektomi, metastasis tulang dan otak.
25
Pemberian radioterapi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penyinaran
dari luar dan dari dalam. Radiasi dari luar dilakukan bergantung pada
jenis prosedur bedah yang dilakukan dan ada tidaknya keterlibatan
kelenjar getah bening. Radiasi dari dalam atau brakiterapi adalah
menanam bahan radioaktif di jaringan payudara sekitar lesi.2
3. Terapi hormonal
Terapi hormonal terdiri dari obat-obatan anti-estrogen (tamoksifen,
toremifen) analog LHRH, inhibitor aromatase selektif (anastrazol,
letrozol), agen progetasional (megesterol asetat), agen androgen dan
prosedur ooforektomi.2,10
4. Kemoterapi
Kemoterapi dapat berupa kemoterapi adjuvan maupun paliatif.
Kemoterapi adjuvan merupakan kemoterapi yang diberikan pasca
mastektomi untuk membunuh sel-sel tumor yang mungkin tertinggal
atau menyebar secara mikroskopik. Kemoterapi neoadjuvan merupakan
kemoterapi yang diberikan sebelum pembedahan untuk memperkecil
besar tumor sehingga dapat diangkat dengan lumpektomi atau
mastektomi simpel. Regimen kemoterapi yang paling sering digunakan
yaitu CMF (siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil), FAC
(siklofosfamid,
adriamisin,
5-fluorourasil),
AC
(adriamisin
dan
siklofosfamid), dan CEF (siklofosfamid, epirubisin, 5-fluorourasil).2,23
5. Terapi biologi
Terapi biologi berupa terapi anti ekspresi HER/neu menggunakan
pemberian trastuzumab.2
Pada kanker payudara stadium 0 dilakukan simpel mastektomi atau
Breast Conserving Treatment (BCT) yaitu dengan cara hanya mengangkat
tumor dan diseksi aksila dan diikuti dengan radiasi kuratif.23 Pada kanker
payudara stadium I, II, III awal dilakukan tindakan kuratif. Untuk stadium
I,II dilakukan radikal mastektomi atau radikal mastektomi modifikasi
dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvan. Stadium IIIa dilakukan
simpel mastektomi dengan radiasi serta sitostatika adjuvan.3
26
Pada kanker payudara stadium IIIB / IIIC / locally advanced terdiri
dari dua yaitu operable locally advanced dan inoperable locally advanced.
Operable locally advanced dilakukan simpel mastektomi atau mastektomi
radikal + radiasi + kemoterapi adjuvant + hormonal terapi, sedangkan pada
inoperable locally advanced dapat dilakukan radiasi kuratif + kemoterapi +
hormonal terapi atau radiasi + operasi + kemoterapi + hormonal terapi atau
kemoterapi neoadjuvan + operasi + kemoterapi + radiasi + horrmonal
terapi.23
Prinsip pengobatan kanker payudara stadium lanjut metastase jauh/
stadium IV adalah bersifat paliatif dan terapi pengobatan primer yang
bersifat sistemik yaitu terapi hormonal dan kemoterapi.3
2.1.10. Prognosis
Prognosis kanker payudara buruk jika pasien menderita kanker
payudara bilateral, pada usia muda, adanya mutasi genetik, dan adanya
triple negatif yaitu grade tumor tinggi dan seragam, reseptor ER dan PR
negatif, dan reseptor permukaan sel HER-2 juga negatif.1,2,12 Tipe
histologik karsinoma payudara (tubulus, medular, lobulus, papilar, dan
musinosa) lebih baik dibandingkan dengan tipe histologik karsinoma
duktal.1
2.1.11. Pencegahan
Tumor payudara dapat dicegah dengan mengetahui faktor risiko
dan mengetahui cara pencegahannya. Pencegahan yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) satu bulan sekali sekitar
hari ke-8 menstruasi, obat profilaksis untuk keganasan payudara seperti
tamoksifen dan mamografi sebagai screening kanker payudara yang dapat
dilakukan setiap tahun sejak usia 25 tahun, mamografi terutama dilakukan
pada perempuan yang telah menopause atau usia 50 tahun ke atas.2
Selain itu, kejadian kanker payudara dapat dicegah dengan
menyusui lebih dari 2 tahun, pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan,
27
2
indeks massa tubuh (IMT) sekitar 20-25 kg/m , menghindari konsumsi
alkohol, konsumi makanan seimbang, dan olahraga yang teratur.25
2.2. Kerangka Teori
Benjolan di payudara
Faktor risiko
Jenis kelamin, usia, usia menarche, usia menopause, tingkat
pendidikan, jumlah anak, riwayat kanker paayudara pada keluarga,
paparan radiasi, obesitas, olahraga, konsumsi alkohol, riwayat
pemakaian kontrasepsi oral
Anamnesis dan
pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
radiodiagnostik
Biopsi
Pemeriksaan histopatologi
Jenis histopatologi
Letak tumor
Terapi
Tumor payudara
Tumor jinak
Tumor ganas
Staging
2.3. Kerangka Konsep
Variabel Independen

Usia

Pendidikan

Riwayat pemakaian
kontrasepsi oral

Lokasi tumor

Stadium kanker

Tindakan operasi

Jenis histopatologi

Variabel Dependen
Kejadian tumor
payudara
28
2.4 Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Usia
Usia pasien yang tercatat pada Studi
Ordinal
status pasien
1. 10-19 tahun
dokumentasi
Skala
2. 20-29 tahun
3. 30-39 tahun
4. 40-49 tahun
5. >50 tahun
Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang atau Studi
Ordinal
tingkat sekolah terakhir yang dokumentasi
1. SD
pernah
atau
2. SMP
seseorang
3. SMA
ditamatkan
diselesaikan
oleh
dengan mendapatkan ijazah.
4.Perguruan
tinggi
Kontrasepsi
Riwayat
pernah
oral
kontrasepsi oral
memakai Studi
dokumentasi
Nominal
1.Ada
2.Tidak ada
Lokasi tumor
Pemeriksaan
lokasi
tumor
Studi
Nominal
menurut dokter pemeriksa yang dokumentasi
1.Lateral atas
tertera dalam rekam medik
2.Medial atas
3.Sentral
4.Lateral bawah
5.Medial bawah
Stadium
Keadaan seberapa jauh penyakit Studi
Ordinal
kanker
telah berkembang yang dinilai dokumentasi
1.I
oleh dokter
2.IIA
3.IIB
4.IIIA
5.IIIB
6.IIIC
29
7.IV
Tindakan
Salah satu terapi yang didapatkan Studi
Nominal
operasi
pasien
1.Insisi
dokumentasi
2.Eksisi
3.Ekstirpasi
4.Simpel
mastektomi
5.Radikal
mastektomi
Jenis
Jenis histopatologi yang tertera di
Studi
Nominal
Histopatologi
rekam medik pasien berdasarkan dokumentasi
1.Fibroadenoma
Tumor
pemeriksaan histopatologi yang
mammae
Payudara
telah dilakukan sebelumnya
2.Tumor
jinak
filoides
3.Papilloma
intraduktus
4.Adenoma
tubular
5.Fibrokistik
mammae
6.Karsinoma
duktal in situ
7.Karsinoma
lobular in situ
8.Karsinoma
lobular invasif
9.Karsinoma
duktal invasif
10.Tumor ganas
filoides
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif dan
pendekatannya dengan cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana faktor
resiko dan efek dilakukan pada waktu yang sama yang diambil dari data
sekunder pasien berdasarkan hasil pemeriksaan klinis terhadap semua pasien
dengan diagnosis tumor payudara di RSUD Serang Tahun 2013.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Serang pada bulan Februari – Juli 2014.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita dengan diagnosis
tumor payudara di RSUD Serang Tahun 2013.
Sampel dalam penelitian ini adalah semua penderita dengan diagnosis
tumor payudara yang dilakukan pemeriksaan patologi anatomi di RSUD
Serang.
3.3.1. Penghitungan Sampel
Penghitungan besar sampel menggunakan metode deskriptif kategorik
berdasarkan rumus :
Prevalensi tumor payudara dari semua kasus tumor di RSUD Serang
diketahui sebesar 35,5%.
30
31
Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah sehingga
Zα = 1,645 dengan kesalahan prediksi yang masih bisa diterima (presisi,d)
ditetapkan sebesar 10%.
Q = 1-P
= 1-0,355
= 0,645
Sehingga besar sampel yang diambil dari seluruh populasi pasien tumor
payudara di RSUD Serang yaitu sebanyak 62 pasien.
3.3.2. Kriteria Sampel
Kriteria inklusi : Pasien yang telah terdiagnosis tumor payudara di RSUD
Serang tahun 2013 dan telah dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.
Kriteria eksklusi : Pasien yang terdiagnosis tumor payudara namun data
rekam mediknya tidak terbaca atau tidak jelas tulisannya dan atau tidak
lengkap.
3.4. Cara Kerja Penelitian
1. Persiapan penelitian
2. Melakukan perizinan ke RSUD Serang
3. Pengambilan data rekam medik. Mendata sampel yang diambil dari data
rekam medik berdasarkan pemeriksaan klinis terhadap semua pasien tumor
payudara di RSUD Serang Tahun 2013.
4. Melakukan sampling data pasien yang sudah didapatkan. Sampling
dilakukan untuk mengetahui berapa banyak sampel yang akan diambil dari
populasi untuk digunakan sebagai objek dalam penelitian.
32
5. Melakukan penggolongan dan pengkategorisasian pasien.
Dari
data
hasil
pengkategorisasian
rekam
medik
berdasarkan
usia,
dilakukan
tingkat
penggolongan
pendidikan,
dan
riwayat
pemakaian kontrasepsi oral, lokasi tumor, stadium kanker, tindakan
operasi, dan jenis histopatologi tumor.
6. Input data ke program SPSS 16.0 dan melakukan analisa data yang
didapatkan.
7. Melakukan pelaporan hasil yang dibuat dalam bentuk makalah laporan
penelitian.
3.5. Manajemen Data
3.5.1. Teknik Pengumpulan
A. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
daftar tabel. Daftar tabel yang dibuat sudah membuat variabel-variabel
penelitian yaitu data pasien yang menderita tumor payudara serta data
yang mendukung lainnya.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi
dokumentasi, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan
data sekunder registrasi pasien dan berdasarkan data yang diperoleh
dari rekam medis RSUD Serang tahun 2013.
3.5.2. Pengolahan dan Analisa Data
A. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan akan melalui proses pengolahan yang
meliputi:
33
1.
Cleaning
Sebelum diolah, data yang telah terkumpul terlebih dahulu
dilakukan pengecekan agar tidak ada data yang double atau yang
tidak diperlukan.
2.
Editing
Pengeditan
dilakukan
untuk
mengecek
kelengkapan,
kesinambungan dan keseragaman data.
3.
Coding
Memudahkan dalam pengelompokkan data sesuai kategori yang
ada.
4.
Entry data
Memasukkan data ke komputer untuk dianalisis menggunakan
program SPSS.
B. Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dimana untuk
mengetahui distribusi frekuensi dari setiap variabel. Distribusi frekuensi
ini dibuat untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Prevalensi Tumor Payudara di Poli Bedah RSUD Serang Tahun 2013
Tabel 4.1. Prevalensi Tumor Payudara di Poli Bedah RSUD Serang
Variabel
Tumor Payudara
Bukan tumor
payudara
Total
Frekuensi
Persentase (%)
119
8.4
1305
91.6
1424
100.0
Berdasarkan tabel 4.1. dari 1424 pasien yang datang ke poli bedah,
terdapat sebanyak 119 pasien (8.4%) tumor payudara.
4.2. Prevalensi Tumor Jinak dan Tumor Ganas Payudara di Poli Bedah
RSUD Serang Tahun 2013
Tabel 4.2. Prevalensi Tumor Payudara
Variabel
Frekuensi
Persentase (%)
Tumor Jinak
89
74.8
Tumor Ganas
30
25.2
Total
119
100.0
Dari tabel 4.2. didapatkan bahwa prevalensi tumor jinak payudara
(74.8%) lebih banyak dibandingkan dengan tumor ganas payudara
(25.2%).
34
35
4.3. Gambaran Kejadian Tumor Jinak Payudara
Tabel 4.3. Gambaran kejadian tumor jinak payudara
Variabel
Kategori
Median
Frekuensi
(Q25% - Q75%)
Usia
Persentase
(%)
25 (16-58)
10-19
14
26.4
20-29
22
41.5
30-39
12
22.6
40-49
3
5.7
>50
2
3.8
SD
15
28.3
SMP
13
24.5
SMA
19
35.8
6
11.3
24
45.3
29
54.7
Lateral atas
20
37.7
Lateral bawah
14
26.4
Medial atas
7
13.2
Medial bawah
5
9.4
Sentral
7
13.2
Tindakan
Eksisi
9
17.0
operasi
Ekstirpasi
42
79.2
Insisi
2
3.8
4
7.5
35
66.0
Tingkat
pendidikan
Perguruan
tinggi
Pemakaian
Ada
kontrasepsi
Tidak ada
oral
Lokasi tumor
Adenoma
Jenis
tubular
histopatologi
Fibroadenoma
mammae
36
Fibrokistik
mammae
Papilloma
intraduktal
Tumor
jinak
filoides
Total
8
15.1
4
7.5
2
3.8
53
100%
Berdasarkan tabel 4.3. didapatkan bahwa jumlah pasien tumor jinak
payudara berdasarkan usia, diperoleh nilai terendah pada usia 16 tahun dan
nilai tertinggi pada usia 58 tahun dengan median usia 25 tahun dan 41.5%
pada kelompok 20-29 tahun. Hal ini sedikit berbeda dengan penelitian
Zebua JI (2010) di RSUP Haji Adam Malik Medan bahwa kasus tumor
jinak payudara tertinggi pada usia 10-19 tahun.8 Kejadian tumor jinak
payudara
mempunyai
perbedaan
kejadian
berdasarkan
usia.
Pada
fibroadenoma mammae sering terjadi pada usia 20-29 tahun, fibrokistik
mammae dapat timbul pada berbagai usia akibat adanya ketidakseimbangan
hormonal, adenoma tubular mammae sering ditemukan pada usia
reproduktif yaitu kurang dari 40 tahun, papilloma intraduktal dan tumor
filoides terdapat pada semua usia, namun lebih sering pada usia sekitar 30
tahun.2,8,21
Dari hasil penelitian mengenai tumor jinak payudara berdasarkan
tingkat pendidikan pada tabel 4.3. didapatkan bahwa 35.8% pada tingkat
pendidikan pendidikan SMA. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian
oleh Yanhua et al (2012) di Cina bahwa pada pasien tumor jinak payudara
mempunyai tingkat pendidikan tinggi.26 Tingkat pendidikan yang lebih
tinggi berhubungan dengan kesehatan melalui hal yang berbeda karena
pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mungkin lebih mudah
memahami tentang pencegahan dan memiliki kemampuan yang lebih baik
untuk mengubah perilaku kesehatan mereka, sedangkan pada tingkat
pendidikan yang rendah kurang memperhatikan keadaan kesehatan.26,27
37
Pada tabel 4.3. didapatkan pasien tumor jinak payudara 54.7% tidak
mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral. Hal ini sama dengan hasil
penelitian oleh Yanhua et al (2012) dengan hasil penelitian bahwa pasien
tumor jinak payudara 94.7% tidak mempunyai riwayat pemakaian
kontrasepsi oral.26 Dari beberapa studi dikatakan bahwa pemakaian
kontrasepsi oral mempunyai efek perlindungan terhadap risiko timbulnya
fibroadenoma mammae dan fibrokistik mammae akibat adanya penekanan
kadar puncak estrogen dan progesteron yang terjadi selama periode kedua
siklus menstruasi. Namun dilain studi dikatakan bahwa efek perlindungan
dari pemakaian kontrasepsi oral masih dalam perdebatan.28
Berdasarkan lokasi tumor pada tabel 4.3. diketahui bahwa 37.7%
massa tumor terdapat pada kuadran lateral atas. Hal ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sari K (2011) di Medan bahwa 44.2% lokasi
tumor pada kuadran lateral atas. Pada kuadran lateral atas lebih banyak
mengandung massa kelenjar mammae sehingga menjadi tempat tersering
tumor payudara baik jinak maupun ganas.29
Pada tabel 4.3. diketahui bahwa 79.2% tindakan operasi yang
dilakukan pada pasien tumor payudara adalah tindakan ekstirpasi. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa untuk tindakan primer pada tumor jinak payudara
adalah pembedahan baik berupa insisi, eksisi, ekstirpasi. Setelah dilakukan
pembedahan, akan dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk menentukan
lebih pasti massa tersebut merupakan massa yang jinak atau ganas serta
menentukan jenis histopatologinya.30 Tujuan ekstirpasi yang dilakukan pada
fibroadenoma mammae adalah mengangkat seluruh massa tumor beserta
kapsulnya.18
Jenis histopatologi pada tumor jinak payudara pada tabel 4.3.
diketahui bahwa 66% adalah fibroadenoma mammae dan 3.8% adalah
tumor jinak filoides. Hal ini juga sesuai dengan penelitian oleh Bagale P et
al (2013) didapatkan bahwa fibroadenoma mammae mempunyai insidensi
tertinggi (44.53%).31 Pada laporan penelitian oleh M Ajitha et al (2012)
38
fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, umumnya
terjadi pada usia 16-30 tahun dan sekitar 6% terjadi pada usia >45 tahun.32
Tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Bafakeer et al
(2010) di Yaman Selatan, fibroadenoma mammae sering terjadi pada
kelompok usia 20-29 tahun.7 Hal ini sesuai dengan teori bahwa
fibroadenoma mammae sering terjadi pada usia muda yang dipengaruhi oleh
faktor hormonal yaitu siklus menstruasi dan pada saat kehamilan.1
4.4. Gambaran Kejadian Tumor Ganas Payudara
Tabel 4.4. Gambaran Kejadian Tumor Ganas Payudara
Variabel
Kategori
Median
Frekuensi
(Q25% - Q75%)
Usia
Tingkat
pendidikan
(%)
46,5 (30-77)
30-39
5
22.7
40-49
9
40.9
>50
8
36.4
SD
13
59.1
SMP
4
18.2
SMA
4
18.2
1
4.5
16
72.7
Tidak ada
6
27.3
Lateral atas
9
40.9
Lateral bawah
5
22.7
Medial bawah
2
9.1
Sentral
6
27.3
I
1
4.5
IIA
8
36.4
Perguruan
tinggi
Pemakaian
Persentase
Ada
kontrasepsi
oral
Lokasi tumor
Stadium
39
kanker
IIB
8
36.4
IIIA
1
4.5
IIIB
4
18.2
6
27.3
16
72.7
17
77.3
4
18.2
1
4.5
22
100%
Tindakan
Simpel
operasi
mastektomi
Radikal
mastektomi
Karsinoma
Jenis
duktal invasif
histopatologi
Karsinoma
tumor
lobular invasif
Tumor ganas
filoides
Total
Berdasarkan tabel 4.4. didapatkan bahwa jumlah pasien tumor ganas
payudara berdasarkan usia, diperoleh nilai terendah pada usia 30 tahun dan
nilai tertinggi pada usia 77 tahun dengan median usia 46.5 tahun dan 40.6%
pada kelompok usia 40-49 tahun. Hal ini sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Azamris (2006) di RS.M.Djamil Padang, Leong et al (2010)
di Sabah Malaysia dan Oktaviana dkk (2012) di RS.Kanker Dharmais
Jakarta menyebutkan bahwa kanker payudara banyak ditemukan pada
kelompok usia 40-49 tahun.33,34,35 Pada perempuan yang berusia >30 tahun
atau usia reproduktif kejadian kanker payudara akan meningkat cepat,
berlipat ganda setiap 10 tahun dan akan menurun setelah masa
menopause.2,15 Tiap pertambahan usia 1 tahun diatas usia 40 tahun
mempunyai angka pertambahan insiden baru 1-2% untuk risiko terjadinya
kanker payudara. Hal ini diduga berhubungan dengan pengaruh paparan
hormonal dalam waktu lama serta paparan faktor-faktor risiko lain yang
dapat memicu terjadinya kanker.33 Setiap perempuan mempunyai risiko
yang berbeda untuk terkena kanker payudara. Faktor-faktor yang dapat
memicu terjadinya kanker payudara pada perempuan diantaranya adalah
40
frekuensi tinggi konsumsi lemak, riwayat kanker payudara pada keluarga,
lama menggunakan kontrasepsi oral lebih dari 10 tahun, menarche di usia
dini, dan adanya riwayat tumor jinak payudara yang dapat berkembang
menjadi tumor ganas. Sehingga perlunya intervensi terhadap faktor-faktor
risiko tersebut. Risiko untuk kanker payudara pada perempuan seumur
hidupnya (hingga usia 85 tahun) adalah 1 berbanding 8.10,15
Dari hasil penelitian tumor ganas payudara pada tabel 4.4.
berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan bahwa lebih dari 50% pasien
tumor ganas payudara mempunyai tingkat pendidikan SD. Dari penelitianpenelitian yang dilakukan sebelumnya terdapat perbedaan tentang pengaruh
tingkat pendidikan terhadap insiden kanker payudara. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Indrati (2005) di RS.Dokter Kariadi Semarang dan penelitian
oleh Yanhua C et al (2012) di Cina disebutkan bahwa tingkat pendidikan
tidak berhubungan dengan risiko kanker payudara.15,26 Namun, dari
penelitian lain oleh Sirait AM (2011) di Indonesia menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tumor/kanker payudara,
dimana risiko tumor/kanker payudara pada pendidikan tinggi 2.22 kali lebih
besar dibandingkan dengan pendidikan rendah, hal ini mungkin karena
peningkatan status pendidikan akan meningkatkan status sosial ekonomi,
yang kemudian akan mengubah pola hidup.27 Pola hidup masyarakat dengan
sosial ekonomi tinggi baik berupa asupan lemak yang lebih tinggi serta pola
hidup tidak sehat akan meningkatkan paparan faktor risiko kanker
payudara.33 Dari Indonesia Health Profile tahun 2005 pendidikan
perempuan di desa dan diperkotaan sebesar 70.9% adalah pendidikan
rendah, 14.9% pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi hanya 3.8%.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan perempuan di
Indonesia masih cukup rendah. Pada pasien dengan tingkat pendidikan yang
rendah mungkin akan mempengaruhi persepsi pasien tentang penyakitnya
dan kurang memperhatikan keadaan kesehatan mereka.15,26
Pada tabel 4.4. didapatkan bahwa 72.7% pasien tumor ganas payudara
mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian ini sama dengan
yang dilakukan oleh Marchbank et al (2002) di Philadhelpia yang
41
menyebutkan bahwa >70% pasien kanker payudara mempunyai riwayat
pemakaian kontrasepsi oral.36 Pada penelitan yang dilakukan oleh Sirait AM
(2011) di Indonesia menyebutkan bahwa tidak terdapat faktor risiko kanker
payudara pada pengguna kontrasepsi oral.27 Tetapi penggunaan kontrasepsi
oral yang lama atau lebih dari 10 tahun memiliki probabilitas untuk
mengalami kejadian kanker payudara sebesar 52.67% karena kandungan
estrogen dan progesteron didalamnya akan mempengaruhi proliferasi
jaringan payudara.2,15
Untuk lokasi tumor ganas payudara, berdasarkan tabel 4.4. diketahui
bahwa 40.9% massa tumor terdapat pada kuadran lateral atas. Hal ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Aljarrah (2014) di Scotlandia juga
menyebutkan bahwa sampel terbanyak berdasarkan lokasi tumor adalah
pada kuadran lateral atas (50.3%).37 Menurut Haagensen diketahui bahwa
kuadran lateral atas memang lebih banyak ditemukan dibandingkan daerah
lain.3 Penelitian ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa kuadran
lateral atas ini lebih banyak mengandung massa kelenjar mammae sehingga
menjadi tempat tersering tumor payudara.38
Berdasarkan tabel 4.4. didapatkan bahwa 72.8% stadium kanker
adalah pada stadium II. Hal ini sama dengan penelitian Celaya et al (2010)
menyebutkan stadium II (27.3%) merupakan stadium tersering yang terjadi
pada pasien kanker payudara.39 Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kesadaran pasien dalam melakukan pengobatan pada gejala dini atau
menyadari secara dini tentang benjolan pada payudara sudah cukup baik.
Namun, hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini Indrati
(2005) bahwa stadium III (44.3%) merupakan stadium tersering yang terjadi
pada pasien kanker payudara.15 Dari data rekam medis RS.Kanker Dharmais
tahun 2010 juga menyatakan hampir 85% pasien kanker payudara datang ke
rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut. Tingginya proporsi pada stadium
lanjut mungkin disebabkan oleh keterlambatan pasien dalam melakukan
pengobatan medis. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kesembuhan dan
prognosis pasien. Kanker payudara dapat ditemukan dalam stadium awal
dengan cara melakukan deteksi dini. Dengan melakukan deteksi dini, akan
42
mudah ditemukan massa tumor dan akan lebih cepat dilakukan tindakan
pengobatan ataupun operasi. Deteksi dini yang dapat dilakukan adalah
SADARI dan menganjurkan perempuan di bawah usia 35 tahun untuk
melakukan USG payudara dan perempuan di atas usia 35 tahun dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan mammografi satu tahun sekali.40
Pada tabel 4.4. diketahui bahwa 72.7% tindakan operasi yang
dilakukan adalah radikal mastektomi. Dari The Patient Education Institute
tahun 2011 menuliskan bahwa tujuan utama dari operasi kanker payudara
adalah untuk mengambil seluruh tumor tanpa meninggalkan sisa di daerah
payudara dan untuk memeriksa kelenjar getah bening, menentukan berapa
banyak kelenjar getah bening yang terlibat.41 Setelah operasi, akan diberikan
satu atau lebih jenis terapi lanjutan untuk membantu mencegah timbulnya
kanker. Terapi lanjutan tersebut adalah terapi radiasi, terapi hormonal, dan
kemoterapi. Namun pada pasien di RSUD Serang tidak dilakukan terapi
lanjutan tersebut. Hal ini dikarenakan, RSUD Serang merupakan rumah
sakit tipe B yang tidak mempunyai pelayanan untuk radioterapi, kemoterapi,
dan hormonal terapi sehingga pasien akan di rujuk ke RS.Kanker Dharmais
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Jenis histopatologi pada tumor ganas payudara berdasarkan tabel 4.4.
diketahui bahwa 77.3% adalah karsinoma duktal invasif dan 18.2% adalah
tumor ganas filoides. Hal ini sesuai dengan penelitian Zebua JI (2010)
dengan jenis histopatologi terbanyak adalah karsinoma duktal invasif
sebanyak 151 orang (77.8%) dan terbanyak yang kedua adalah karsinoma
lobular invasif 36 orang (18.6%).8 Pada studi yang dilakukan oleh Ebughe et
al (2013) juga mendapatkan hasil jenis histopatologi yang sama yaitu
karsinoma duktal invasif (85.2%) sering ditemukan.42 Selain itu penelitian
oleh Dauda et al (2011) di Nigeria yang melakukan penelitian jenis
histopatologi berdasarkan usia menyebutkan bahwa karsinoma duktal
invasif lebih sering terjadi pada kelompok usia 60-80 tahun sedangkan
karsinoma lobular invasif lebih sering pada kelompok usia 20-40 tahun.43
Pada teori juga disebutkan bahwa karsinoma duktal invasif ini merupakan
jenis kanker tersering yaitu 80% dari semua kanker payudara.2 Karsinoma
43
duktal mempunyai prognosis lebih buruk dibandingkan dengan jenis yang
lain.1 Sedangkan pada kejadian karsinoma lobular invasif relatif lebih
berisiko meningkat dibandingkan dengan karsinoma duktal invasif terhadap
ada hubungannya dengan peningkatan pemakaian terapi pengganti
hormon.44
4.5. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai kekurangan dan keterbatasan yang bisa
mempengaruhi hasil penelitian. Pada penelitian ini menggunakan desain
penelitian cross sectional atau desain potong lintang yang hanya
menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen
sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat. Proses
pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat rekam
medik pasien dimana data anamnesisnya yang kurang lengkap, dan
beberapa tulisan sulit untuk dibaca dan dimengerti.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Prevalensi tumor jinak payudara lebih besar daripada tumor ganas
payudara di RSUD Serang tahun 2013.
2. Gambaran kejadian tumor jinak payudara mayoritas terjadi pada kelompok
usia 40-49 tahun, tingkat pendidikan SMA, tidak mempunyai riwayat
pemakaian kontrasepsi oral, lokasi tumor terbanyak di kuadran lateral atas,
tindakan ekstripasi lebih sering dilakukan, dan jenis histopatologi
terbanyak adalah fibroadenoma mammae.
3. Gambaran kejadian tumor ganas payudara mayoritas terjadi pada
kelompok usia 40-49 tahun, tingkat pendidikan SD, mempunyai riwayat
pemakaian kontrasepsi oral, lokasi terbanyak di kuadran lateral atas,
stadium terbanyak adalah stadium II, tindakan simpel mastektomi lebih
sering dilakukan, dan jenis histopatologi terbanyak adalah karsinoma
duktal invasif.
5.2. Saran
1. Pada penelitian kali ini, peneliti hanya melihat gambaran kejadian tumor
payudara baik tumor jinak maupun tumor ganas berdasarkan usia, tingkat
pendidikan, riwayat kontrasepsi oral, lokasi tumor, tindakan operasi,
stadium kanker, dan jenis histopatologinya, sedangkan faktor-faktor resiko
apa saja yang mungkin dapat berhubungan dengan kejadian tumor jinak
maupun tumor ganas payudara tidak dilakukan. Sehingga diharapkan
adanya penelitian lebih lanjut yang lebih lengkap untuk dapat
menyajikannya.
2. Rekam medis sebagai sumber data penelitian sebaiknya lebih lengkap
dalam melampirkan data pasien mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, pemeriksaan histopatologi hingga terapi yang
44
45
diberikan sehingga pada penelitian selanjutnya tidak terdapat data yang
tidak diketahui.
3. Perlunya upaya pencegahan pada wanita dengan melakukan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) sehingga jika ditemukan benjolan pada
payudara
dapat
terdeteksi
sedini
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumar V, Abbas KA, Fausto N, Aster JC. The female breast. In: Schmitt
W, editor. Robbins and cotran pathologic basis of disease. 7th ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2005. p.270-80, 1120-140.
2. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R.
Payudara. Payudara. In: Haryono SJ, Chaula S, editor. Buku ajar ilmu
bedah sjamsuhidayat-de jong. Ed 3. Jakarta: EGC; 2010. h.176-77,471-97.
3. Reksoprodjo S. Kanker payudara. In: Ramli M, editor. Kumpulan kuliah
ilmu bedah. Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher; 2010. h.317, 322-41.
4. Jemal A, Bray F, Melissa M, Ferlay, Ward E, Forman D. Global cancer
statistic. Ca Cancer J Clin 2011;61(2): 69–90.
5. World Health Organization. Breast cancer prevention and control
[Internet]. World Health Organization; 2013 [cited 2013 Aug 28].
Available
from:
http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html
6. Kementerian Kesehatan RI. Panduan memperingati hari kanker sedunia di
Indonesia tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013. h.1-8.
7. Bafakeer SS, Banafa NS, Aram FO. Breast diseases in southern Yemen.
Saudi Med J 2010;31(9): 1011-14.
8. Zebua, JI. Gambaran histopatologi tumor payudara di instalasi patologi
anatomi RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2009-2010. Repository
USU 2010;1: 1-45.
9. American Cancer Society. Breast cancer facts & figures 2013-2014.
Atlanta: American Cancer Society Inc; 2013. p.1-40.
46
47
10. Price SA. Gangguan sistem reproduksi. In: Hartanto H, editor.
Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed 6. Vol 2. Jakarta:
EGC; 2005. h.303.
11. Tortora GJ, Derrickson B. The reproductive systems. In: Roesch B, editor.
Principles of anatomy and physiology. 12th ed. United States of America:
John Wiley & Sons; 2009. p.1110-12.
12. Drake RL, Vogl W, Mitchel AWM. Gray’s anatomy for student. Spain:
Churcill Livingstone Elsevier; 2007. p.115-16.
13. Snell RS. Dinding dada, rongga dada, paru, dan rongga pleura. In:
Suwahjo A, Yohanes AL, editor. Anatomi klinis berdasarkan sistem.
Jakarta : EGC; 2012. h.89-91.
14. Apreliasari H. Risiko riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal terhadap
kejadian kanker payudara di RSUD dr.Moewardi Surakarta. Digital
Library Universitas Sebelas Maret 2009;1: 1-55.
15. Indrati R. Faktor-faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker
payudara wanita. eprints Universitas Dipenogoro 2005;1: 1-8.
16. Rianti E, Tirtawati GA, Novita H. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
risiko kanker payudara wanita. J Health Quality 2012;3(1): 10-23.
17. Kujiper A, Mommers ECM, Elsken, van Diest PJ. Histopathology of
fibroadenoma of the breast. Am J Clin Pathol 2001;115: 736-42.
18. Radosavljevic Z, Elek, Dimic S. Juvenile giant fibroadenoma mammae case report . Acta Med Medianae 2010;49(4): 49-51.
48
19. Mishra SP, Tiwary SK, Mishra M, Khanna AK. Phylloides tumor of
breast: a review article. Hindawi Publishing Corporation 2013;1: 1-11.
20. Sahu SK, Singh PK, Singh BS, Bhushan S, Aeron K, Sinha M, et al.
Breast intraductal papilloma. Jurnalul de Chirurgie (Iaşi) 2012;8(2): 18992.
21. Salemis NS, Gemenetzis G, Karagkiouzis G, Seretis C, Sapounas K, et al.
Tubular adenoma of the breast: a rare presentation and review of the
literature. J Clin Med Res 2011;4(1) : 64-67.
22. Wahyuni AS. Hubungan jenis histologi dengan ketahanan hidup 5 tahun
penderita kanker payudara. Maj Kedokteran Nusantara 2006;39(1): 7-11.
23. Persatuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI). Protokol
PERABOI. Jakarta: PERABOI; 2003. h.2-15.
24. John Hopkins Medicine. Breast cancer & breast pathology [Internet].
United States: John Hopkins University; 2012 [cited 2014 Jul 9].
Available from: http://pathology.jhu.edu/breast/grade.php/
25. Kresnawan T. Mengatur makanan untuk pencegahan dan terapi kanker
payudara [Internet]. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2012 [cited 2013
Aug
31].
Available
from:
http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2012/05/MENGATUR-MAKANAN-KANKERPAYUDARA.pdf
26. Yanhua C, Geater, You J, Li L, Shaoqiang Z, Chongsuvivatwong S, et al.
Reproductive variables and risk of breast malignant and benign tumours
in Yunnan Province China. Asian Pacific J Cancer Perv 2012;13(5): 217984.
49
27. Sirait AM, Oemiati R, Indrawati L. Hubungan kontrasepsi pil dengan
tumor/kanker payudara di Indonesia. Maj Kedokt Indon 2009;59(8): 34856.
28. Goehring C, Morabia A. Epidemiology of benign breast disease with
special attention histologic types. Epidemiol Rev 2011;19(2): 310-27.
29. Sari K. Profil penderita tumor payudara yang dilakukan tindakan biopsi
aspirasi jarum halus di laboratorium sentra diagnostik patologi anatomi
fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara Januari 2009 – Mei 2011.
Repository USU 2011;1: 1-37.
30. Santen JR, Mansel R. Benign breast disorders. N Engl J med 2005;353:
275-85.
31. Bagale P, NV Dravid, Bagale S, Ahire. Clinicopathological study of
benign breast diseases. Int J Health Sci Res 2013;3(2): 47-54.
32. M Ajitha, Srinivasan, Shivaswamy BS, Abhishek V. A systematic study
on fibroadenoma of the breast. IJBAR [Internet]. 2012 [cited 2014 Jul 15];
03(12):891-95.
Available
from:
ijbar.ssjournals.com/index.php/journal/article/view/208
33. Azamris. Analisis faktor risiko pada pasien kanker payudara di rumah
sakit Dr. M. Djamil Padang. Maj Cermin Dunia Kedokteran 2006;152: 5356.
34. Leong BDK, Chuah JA, Kumar VK, Yip CH. Breast cancer in Sabah
Malaysia: A two year prospective study. Asian Pacific J Cancer Prev
2007;8: 525-29.
50
35. Oktaviana DN, Damayanthi E, Kardinah. Faktor risiko kanker payudara
pada pasien wanita di rumah sakit kanker “Dharmais” Jakarta. Indonesian
J Cancer 2012;6(3): 105-11.
36. Marchbank PA, McDonald JA, Wilson HG, Folger SG, Michele GM,
Daling JR, et al. Oral contraceptives and the risk of breast cancer. N Engl J
Med 2002;346(26): 2025-32.
37. Aljarrah A, Miller WR. Trends in the distribution of breast cancer over
time in the Southeast of Scotland and review of the literature. ecancer J
2014;8: 427.
38. Roger AD. Clinical anatomy of the breast. United States: OHIO
University; 2012. p.1-64.
39. Celaya MO, Berke EM, Onega TL, Gui J, Riddle BL, Cherala SS. Breast
cancer stage at diagnosis and geographic access to mammography
screening (New hampshire, 1998-2004). International J RRHH 2010;10:
1361.
40. Rumah Sakit Kanker Dharmais. Kanker payudara [Internet]. Jakarta: RS.
Kanker
Dharmais;
2010
[cited
2014
Jul
7].
Available
from:
http://www.dharmais.co.id/index.php/kanker-payudara.html
41. Breast cancer [Internet]. The Patient Education Inc; 2011 [cited 2014 Feb
14].
Available
from:
www.nlm.nih.gov/medlineplus/tutorials/breastcancer/oc139107.pdf
42. Ebughe G, Ugare GU, Nnoli MN, Bassey IA, Nwagbara VJ, Udosen JE, et
al. Histological type and tumour grade in Nigerian breast cancer:
Relationship to menarche, family history of breast cancer, parity, age at
first birth, and age at menopause. Iosrjournal 2013;7(5): 58-63.
51
43. Dauda AM, Misauno MA, Ojo EO. Histopathological types of breast
cancer in Gombe, North Eastern Nigeria: A seven-year review. Afr J
Reprod Health 2011;15(1): 107-10.
44. Eheman CR, Shaw KM, Ryerson AB, et al. The changing incidence of in
situ and invasive ductal and lobular breast carcinomas: United States,
1999-2004. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev 2009;18: 1763-69.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
52
53
Lampiran 2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
:
Helvia Septarini
Jenis Kelamin
:
Perempuan
Tempat Tanggal Lahir
:
Palembang, 22 September 1993
Agama
:
Islam
Alamat
:
Jl. Sultan Mansyur. RT/RW 02/01. No.79.
Kelurahan Bukit Lama. Palembang.
Nomor Telepon/HP
:
085273096248
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 06 Palembang (1999-2005)
2. SMP Negeri 17 Palembang (2005-2008)
3. MA Negeri 3 Palembang (2008-2011)
4. Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011 sekarang)
Download