BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Konsumtif 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Swastha dan Handoko (1987) perilaku konsumen merupakan kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Ada dua elemen penting dari arti perilaku konsumen itu : 1) proses pengambilan keputusan, dan 2) kegiatan phisik, yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa ekonomis. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Antara kebutuhan dan keinginan terdapat suatu perbedaan. Kebutuhan bersifat naluriah. Orang yang merasa lapar, tak perlu diberitahukan bahwa ia membutuhkan makanan. Secara naluriah ia akan mencari barang-barang yang dapat dimakan. Tetapi keinginan merupakan kebutuhan buatan, yakni kebutuhan yang dibentuk oleh lingkungan hidupnya, seperti lingkungan keluarga, tempat kerja, kelompok-kelompok sosial, tetangga, dan sebagainya. Perilaku kosumtif terjadi dibanyak kalangan terutama kalangan remaja. Perilaku konsumtif sendiri adalah kegiatan yang dilakukan individu untuk mendapatkan barang atau jasa secara berlebihan tidak mengenal kebutuhan yang sebenarnya dan hanya menjalankan emosionalnya saja. 2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif Menurut Swastha dan Handoko (1987) Perilaku konsumtif yang ditampakkan konsumen pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a) Faktor lingkungan (eksternal) Perilaku konsumen dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia dilahirkan dan dibesarkan. Artinya konsumen yang berasal dari lingkungan yang berbeda akan memilih penilaian, kebutuhan dan selera yang berbeda. Variabel-variabel yang termasuk dalam faktor eksternal dan mempengaruhi perilaku konsumtif adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial dan referensi , keluarga. 1) Kebudayaan Perilaku manusia sangat ditentukan oleh kebudayaan yang melingkupinya, dan pengaruhnya akan selalu berubah setiap waktu sesuai dengan kemajuan / perkembangan jaman dari masyarakat tersebut. Dan perilaku manusia cenderung untuk menyerap adat kebiasaan kebudayaannya. 2) Kelas sosial a. Golongan atas : perusahaan kaya, pejabat tinggi b. Golongan menengah:karyawan instansi pemerintah, perusahaan menengah c. Golongan bawah : buruh pabrik. 3) Kelompok sosial dan referensi Manusia sejak ia lahir mempunyai dua keinginan yang menyebabkan mengapa ia hidup berkelompok di dalam masyarakat, yaitu keinginan untuk menjadi satu dan berinteraksi dengan manusia lain yang berada disekelilingnya, dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Kelompok referensi adalah kelompok sosial yang menjadi ukuran seseorang untuk membentuk kepribadian dan perilakunya. 4) Keluarga Sangat penting dalam perilaku membeli karena keluarga adalah pengaruh konsumsi untuk banyak produk, selain itu keluarga adalah pengaruh utama pada sikap dan perilaku individu. Peranan setiap anggota keluarga dalam membeli berbeda-beda menurut barang yang dibelinya. Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku membeli. Pengaruh itu berasal dari orangtua maupun anak-anak mereka. b) Faktor Internal (dalam diri) 1) Motivasi Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. 2) Pengamatan Pengamatan adalah suatu proses dimana konsumen menyadari, menginterpretasikan aspek lingkungannya. Pengamatan manusia dapat dipengaruhi oleh pengalaman. Pengalaman diperoleh dari semua perbuatan di masa lalu yang dipelajari. Hasil pengamatan individu akan membentuk pandangan tertentu terhadap suatu produk. 3) Belajar Belajar dapat didefinisikan perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat adanya pengalaman 4) Kepribadian dan Konsep Diri Kepribadian dapat didefinisikan sebagai pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan dan cara untuk bertingkahlaku, terutama sebagaimana tingkahlakunya dapat dijelaskan oleh orang lain dengan cara yang cukup konsisten. 5) Sikap Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah-masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsekuen. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku konsumtif ada banyak faktor, dari faktor internal maupun faktor eksternal. Dari banyak faktor itu salah satunya dipengaruhi oleh konsep diri, ini sesuai dengan apa yang akan diteliti penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2.1.3 Aspek-Aspek Perilaku Konsumtif Swastha (1998) menyatakan bahwa aspek perilaku konsumtif adalah : a. Pengenalan kebutuhan Pengambilan keputusan membeli barang dengan mempertimbangkan banyak hal, seperti faktor harga, faktor kualitas, faktor manfaat, dan faktor merek. Pengambilan keputusan membeli secara rasional biasanya memanfaatkan informasi yang ada serta mempertimbangkan implikasi dari tindakan yang dibuat sebelum memutuskan untuk membeli. b. Emosional Motif pembelian barang berkaitan dengan emosi seseorang. Biasanya konsumen membeli barang hanya karena pertimbangan kesenangan indera dan ikut-ikutan. Aspek yang mempengaruhi perilaku konsumtif juga ada beberapa yaitu pengenalan kebutuhan dan emosional, kedua aspek ini menandakan seseorang akan berperilaku konsumtif atau tidak, apakah bisa membedakan antara mengenal kebutuhan yang penting dan yang tidak, memiih barang atau jasa secara emosional saja atau tidak. 2.2 Konsep diri 2.2.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri merupakan sebuah konstruk psikologis yang telah lama menjadi pembahasan dalam ranah ilmu-ilmu sosial (Marsh & Craven, 2008). Marsh mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran mental diri sendiri yang terdiri atas pengetahuan, harapan dan penilaian tentang diri sendiri. Pengetahuan ialah informasi yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri, harapan ialah gagasan tentang kemungkinan apa yang individu inginkan dalam hidup ini, penilaian ialah pengukuran diri atas kondisi ideal yang seharusnya terjadi pada diri sendiri. Pengetahuan meliputi informasi yang dimiliki seputar dirinya seperti “saya adalah orang yang cukup menarik, baik penampilan dan kepribadiannya.” Harapan meliputi gagasan tentang yang diinginkan individu dalam hidup ini, seperti adanya keinginan untuk tampil sebagai pribadi yang menyenangkan, sehingga mudah dalam bergaul. Sedangkan penilaian meliputi pengukuran diri atas kondisi ideal yang seharusnya terjadi pada diri sendiri, penilaian tersebut bagi remaja seperti remaja menilai dirinya serba kurang dibandingakan teman-temannya yang jauh lebih menarik. KONSEP DIRI UMUM Kemampu an Fisik Penampi lan Fisik Teman Sebaya Orang tua Mem baca Men ulis Matem atika Konsep Diri Lainnya Gambar 2.1 Struktur Konsep Diri Marsh & Shavelson (1985) Dalam pola ini Marsh & Shavelson tidak membentuk pola hierarkial. Namun lebih kepada pola multifacet dari general konsep diri kepada banyak jenis konsep diri seperti konsep diri penampilan fisik, hubungan dengan orangtua, akademis, problem-solving, spiritual, hubungan teman sebaya baik yang sejenis maupun lawan jenis, kejujuran, emosional dan lain-lain. Konsep diri menurut penulis adalah gambaran diri individu dimana didalam diri individu tersebut ada penilaian tentang diri sendiri. Seseorang yang sudah matang dalam pengenalan akan konsep dirinya pasti tidak akan terpengaruh akan orang lain, begitu sebaliknya apabila seseorang belum matang dalam pengenalan konsep dirinya pasti akan mudah terpengaruh oleh orang lain. 2.2.2 Faktor-Faktor Konsep Diri Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (Marsh, 2003; Burger, 2008). Faktor internal tersebut diantaranya adalah : 1. Intelegensi, motivasi dan emosi : karakter siswa. 2. Kompetensi personal : kemampuan dan keterampilan tertentu yang dimiliki oleh siswa. 3. Episode keberhasilan dan kegagalan : pengalaman dalam memanfaatkan peluang, misalnya pengalaman berorganisasi. 4. Episode dalam kehidupan : pengalaman mahasiswa yang berpengaruh besar dalam hidup, seperti masa sekolah. 5. Keberhasilan personal : pengalaman berprestasi 6. Status kesehatan : riwayat kesehatan siswa 7. Kondisi dan penampilan fisik: kepercayaan diri mahasiswa terhadap penampilannya 8. Persepsi individu tentang kegagalan : pengalaman kegagalan di masa lalu 9. Aktualisasi diri : misalnya hobi siswa 10. Religiusitas 11. Tingkat stres seseorang 12. Usia 13. Jenis kelamin Faktor eksternal tersebut diantaranya adalah: 1. Lingkungan keluarga : hubungan dengan orangtua, termasuk tempat tinggal individu 2. Teman sebaya : misalnya teman bermain,teman sekolah, dan lain lain 3. Peran pendidik : misalnya peran guru disekolah, guru les, dan lain-lain 4. Kebudayaan : misalnya suku, agama, adat istiadat, dan lain-lain. 5. Status sosial : misalnya status pendidikan orangtua, pendapatan orangtua, 6. Pengalaman interpersonal:misalnya riwayat pembinaan yang pernah dilakukan Faktor yang mempengaruhi konsep diri ada banyak faktor, dari faktor internal maupun faktor eksternal. Dari banyak faktor itu bisa menandakan kematangan seseorang dalam pengenalan akan konsep dirinya. Konsep diri seseorang ada yang positif dan negatif. 2.2.3 Aspek-Aspek Konsep Diri Menurut Marsh (Pasaribu, 2004) aspek konsep diri terdiri dari 11 aspek yang terbagi menjadi 3 aspek konsep diri akademik, 7 aspek konsep diri non akademik, dan 1 aspek konsep diri secara umum. Aspek konsep diri akademik meliputi : 1. Aspek matematika Aspek matematika dalam konsep diri adalah untuk mengetahui kemampuan, kesukaan, dan keterkaitannya terhadap mata pelajaran disekolah. 2. Aspek bahasa Aspek bahasa dalam konsep diri untuk mengetahui sejauh mana penguasaan, dan kesenangan terhadap mata pelajaran bahasa indonesia. Baik dalam hal membaca dan bertutur kata dengan orang lain. Aspek sekolah secara umum Aspek sekolah secara umum dalam konsep diri untuk mengetahui bagaimana sikap, tingkah laku dan penyesuaian diri terhadap guru, teman, pelajaran dan lingkungan sekolah itu sendiri. Aspek konsep diri yang non akademik meliputi: 1. Aspek penampilan fisik Aspek penampilan fisik dalam konsep diri untuk mengetahui bagaimana siswa menilai penampilan fisik dirinya, serta kelebihan dan kekurangan dari penampilan fisik. 2. Aspek kejujuran dan kepercayaan Aspek kejujuran dan kepercayaan dalam konsep diri untuk mengetahui bagaimana kejujuran dan kepercayaan siswa terhadap orang lain, dan juga terhadap dirinya sendiri dalam hal apapun. 3. Aspek kemampuan fisik Aspek kemampuan fisik dalam konsep diri untuk mengetahui kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan seperti olahraga dan menari. 4. Aspek stabilitas emosional Aspek stabilitas emosional dalam konsep diri untuk mengetahui bagaimana siswa mengenai, mengendalikan, dan menunjukkan emosinya dalam keadaan apapun. 5. Aspek hubungan dengan orangtua Aspek hubungan dengan orangtua dalam konsep diri untuk mengetahui interaksi yang terjalin, terutama jalinan komunikasinya. 6. Aspek hubungan dengan teman sejenis kelamin Aspek hubungan dengan teman sejenis kelamin dalam konsep diri untuk mengetahui keeratan hubungan emosional dengan teman berjenis kelamin sama, baik disekolah ataupun diluar sekolah. 7. Aspek hubungan dengan teman lawan jenis kelamin. 8. Aspek hubungan dengan teman lawan jenis kelamin unutk mengetahui hubungan emosional dengan teman lawan jenis kelamin, yang sebenarnya merupakan bentuk perbandingan dengan teman sejenis kelamin. Aspek konsep diri secara umum: Adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran umum siswa yang bersangkutan, kepercayaan dan kepuasan terhadap diri sendiri, serta meliputi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki siswa tersebut. Aspek yang mempengaruhi konsep diri ada beberapa yaitu aspek akademik, aspek non akademik, dan aspek konsep diri secara umum. Aspek-aspek ini dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri seseorang. Tiap orang berbeda dalam pembentukan konsep dirinya, tergantung aspek mana yang lebih dominan dalam pembentukan itu, sehingga dapt terbentuk konsep diri yang positif maupun yang negatif. 2.3 Kajian Yang Berhubungan antara Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif Menurut Marsh (Pasaribu, 2004) mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran mental diri sendiri yang terdiri atas pengetahuan, harapan dan penilaian tentang diri sendiri. Keadaan fisik yang kurang ideal membentuk konsep diri yang negatif dan itulah yang menyebabkan banyak remaja untuk berperilaku konsumtif untuk menutupi kekurangannya. Perilaku konsumtif terjadi karena remaja belum sepenuhnya memahami prioritas kebutuhannya, disamping belum mengenal secara mendalam akan konsep diri yang sebenarnya. Bila remaja mampu menerima keadaan dirinya dengan kelemahan dan kelebihannya, maka dapat menerima orang lain, tidak perlu merasa tidak percaya diri sehingga merasa tidak berharga dalam hidup ini (Calhoun, 1995). Tambunan (2001) perilaku konsumtif salah satunya dipengaruhi oleh konsep diri, yang berarti perilaku konsumtif mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan konsep diri seseorang. Remaja suka mencoba-coba sesuatu yang baru, remaja juga akan berusaha melakukan berbagai cara untuk menjaga atau memperbaiki apa yang menurut mereka kurang menarik, sehingga membuat remaja untuk berperilaku konsumtif dan tidak lagi hidup dalam kesederhanaan. Penelitian yang telah dilakukan Andari (2004) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa adanya hubungan negatif signifikan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri. Sedangkan Harnani (2004) dalam penelitiannya menemukan hasil yang berbeda, yaitu tidak ada hubungan signifikan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada siswa kelas XI SMA Ronggolawe Semarang. 2.4 Hipotesis Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian, maka disusun hipotesis penelitian yaitu “ada hubungan negatif dan signifikan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif ”.