Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan PARA RASUL DAN KEGIATAN PELAYANAN oleh Adolfina E. Koamesakh Dosen STT Paulus Medan, Pembantu Ketua I, Ka. Prodi Theologia Abstraksi Misi penyebaran Injil merupakan Amanat Agung yang diberikan Yesus kepada dua belas rasulNya sebelum Ia terangkat ke Sorga. Para rasul pada gilirannya melakukan misi tersebut dengan bantuan kuasa Roh Kudus yang memampukan mereka untuk memberitakan Injil dengan kapasitas yang dimiliki oleh masing-masing orang. Yang menarik dalam perjalanana hidup dan pelayanan para rasul adalah pada perubahan sikap mereka ketika bersama Yesus dan ketika ditinggalkan oleh Yesus. Ketakutan dan ketidakpahaman mereka tentang misi Yesus justru semakin jelas bagi mereka sesudah kedatangan Roh Kudus. Kesebelas murid Yesus, minus Yudas, menjadi pemberani dalam menyaksikan Yesus kepada orang Yahudi maupun non Yahudi, sementara mereka mulai mengorganisasikan diri lebih baik untuk melakukan misi pelayanan. Pertama Matias dipilih menggantikan Yudas, dan beberapa orang diakon untuk pelayanan diluar pemberitaan Firman. Kedua, Penyebaran Injil meluas dengan pertobatan Saul seorang Farisi yang berganti nama Paulus. Kitab para rasul mencatat ketiga perjalanan misi yang dimotori oleh Paulus dengan beberapa rasul lain untuk menjangkau dunia non Yahudi. Dan perjalanan misi Paulus tersebut memberikan bukti bahwa Injil diberitakan kepada seluruh bangsa didunia dalam berbagai bahasa. Kekeristenan mulai menyebar. Tetapi menyusul sentiment-sentimen terhadapnya. Kekristenan 1 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan diperhadapkan dengan benturan-benturan politik, budaya, dan agama. Para rasul, dan orang-orang percaya dianiaya, dan hanya yang menjadi sahid karena membela iman dan kepercayaan kepada Kristus. Masa-masa pemerintahan para kaisar para pembela iman Kristen rela memberikan hidup mereka demi Injil disebarkan. Di samping itu faktor internal dalam membangun pemahaman yang benar tentang kebenaran dalam Yesus menimbulkan konflik lain yang menyulitkan gereja pada abadabad pertama. Key words: Misi, perjalanan misi, rasul BAGIAN PERTAMA Rasul- Rasul Tuhan Mereka dikenal sebagai murid-murid Yesus Kristus yang dipersiapkan untuk melakukan pekerjaan Kristus di dunia. Sejak Hari Pentakosta mereka disebut para rasul karena mereka diutus memberitakan berita yang diberikan oleh Kristus sendiri kepada mereka ketika pertama kali para murid ini dipanggil mengikuti Dia: “Marilah, ikutlah Aku dan Aku menjadikan kamu penjala manusia” (Matius 4:19). Kata Yunani apostolos artinya orang yang diutus mengandung arti tugas yang harus dilakukan oleh seorang yang diutus pergi. Alkitab mencatat ada 12 rasul Kristus ditambah seorang rasul yang dipanggil oleh Yesus sendiri ketika Ia telah meninggalkan dunia ini. Mereka adalah: Rasul Petrus Petrus sebelum menjadi murid Kristus ia adalah seorang nelayan berasal dari Betsaida. Petrus mengenal Yesus melalui saudaranya Andreas yang membawanya kepada Guru tersebut. Ia juga menyangkali Guru dan Tuhannya itu sebelum Yesus disalibkan, akan tetapi Petrus langsung bertobat dan ‘menangis sedih’ karena perbuatannya. Tuhan menerima dia kembali. Oleh karena itu ketika Petrus menjadi rasul dia membawa banyak orang kepada Kristus. Khotbahnya di Bait Allah Yerusalem 2 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan membuat ribuan orang percaya kepada Kristus dan dengan terus terang Petrus yang sebelumnya penakut dalam memberitakan Injil mengatakan bahwa dia dan para rasul lainnya adalah saksi mata dari sang Mesias yang adalah Juruselamat dunia yang diharapkan oleh orang-orang Yahudi. Kemudian Petrus bersama Yohanes memberitakan Injil di kota Yerusalem. Tidak lama kemudian dia memutuskan untuk keluar dari Yerusalem dan pergi ke kota-kota dipinggiran pantai seperti Lida, Saron, Yope dan Kaisarea. Petrus melakukan banyak mujizat dan satu diantranya Petrus meniru Gurunya yang ia kasihi dengan membangkitakan Tabita di kota Yope. Suatu kisah dalam hidupnya yang luar biasa adalah ketika ia keluar dari penjara. Seorang malaikat Tuhan turun dan membebaskan dia dari hukuman mati oleh Herodes. Beberapa ahli sejarah mencatat bahwa menjelang akhir hidupnya, Petrus pergi ke Roma dan mengalami kemartirannya disana, yaitu mati tersalib dengan kepala ke bawah. Gereja Roma Katolik menetapkan Petrus sebagai Uskup I di Roma. Akan tetapi tidak ada bukti sejarah yang mengatakan bahwa Petrus pernah ke Roma untuk melayani. Ia kemungkinan pergi ke sana hanya dalam waktu menjalani kematian martyrnya saja. Ia dibawa ke Roma pada masa penganiayaan oleh kaisar Nero dengan permintaannya Petrus untuk disalibkan dengan kepala ke bawah. Petrus meminta cara ini sebagai ketidaklayakkannya mengikuti cara martyr Tuhan dan Gurunya sendiri. Dengan kepala ke bawah Petrus dapat memandang ke atas di mana Tuhan dan Juruselamatnya berada. Rasul Andreas Andreas adalah saudara Petrus. Ia juga adalah nelayan dari Betsaida. Menurut Eusbius, serang penulis sejarah Gereja abad keempat mengatakan bahwa Andreas pergi ke Skitia di daerah Thrace Yunani Selatan untuk memberitakan Injil. Karya Andreas yang terbesar sebagai rasul adalah Gereja Konstantinopel yang dibangunnya di Byzantium, yaitu kota kuno Yunani (sekarang ibu kota Turki). Pada abad ketiga Byzantium menjadi ibukota kekaisaran Romawi dibawah pemerintahan Konstantinus Agung. Dengan demikian, maka 3 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan kota ini pusat aktivitas dari semua gereja dan takhta suci bagi Kepatriakhan Konstantinopel. Secara otomatis rasul Andreas menjadi Patriakh Pertama yang dikenal oleh Gereja sebagai orang kudusnya. Andreas menjadi martir digantung di atas salib yang berbentuk X di kota Patra, Yunani pada tanggal 30 November tahun 60 M. Hingga kini di kota Patra terdapat sebuah gereja Katedral Hagios Andreas di tempat mana sang rasul dieksekusi. Rasul Yohanes Yohnes dikenal sebagai murid yang dikasihi. Ia adalah saudara dari Yakobus dan pekerjaannya sebelum menjadi murid Kristus adalah sebagai pengusaha ikan. Ia bersama saudaranya diberi gelar ‘anak-anak guntur’ karena karakter mereka yang menggebu-gebu karena tidak sabar. Kepada Yohaneslah Yesus mempercayakan ibuNya Maria untuk dijaga, saat Ia berada di atas salib. Yohanes adalah pengarang dari Injil Yohanes, tiga surat yang menggunakan namanya sendiri dan kitab Wahyu. Dia adalah satu-satunya murid yang meninggal tanpa melalui cara martir. Sesudah kehancuran Yerusalem tahun 70 Yohanes pergi ke Efesus di Asia Kecil untuk melayani. Ia meninggal di pulau Patmos, Yunani pada waktu ia berumur 101 tahun. Hingga hari ini masih terpelihara sebuah gua yang menjadi tempat tinggal Yohanes pada waktu itu. Di tempat yang sama terbangun sebuah biara kuno yang dikenal dengan nama biara Hagios Yohanes sang Teolog, yaitu nama rasul ini sendiri. Rasul Yakobus Kisahnya sangat minim diketahui orang, termasuk aktivitas pelayanannya. Yakobus ini adalah saudara Yohanes dan orangtua mereka adalah Zebedeus dan Salome. Sumber tradisi mencatat bahwa Yakobus pergi ke Spanyol. Satu-satunya sumber Alkitab yang menyebutkan namanya adalah Kisah Para Rasul 12:1-2 “Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat. Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes dengan pedang”. 4 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan Rasul-Rasul Lain Hanya sedikit informasi tentang rasul-rasul lainnya yang mengajar dan memberitakan Injil. Matius yang mantan pemungut cukai menjadi murid Kristus dan dikemudian hari ia menulis Injil Matius. Rasul Barthlomeus yang juga disebut Natanael adalah penduduk asli Kana di Galilesa. Filipus adalah teman dekatnya. Bartolomeus menjadi martyr di Armenia. Simon melayani ke Mesir dan menjadi martyr di Persia. Thomas ke Malabar dan India untuk memberitakan Injil disana dan daerah-daerah sekitarnya. Filipus meninggal di Hierapolis di Asia Kecil. Judas disebut Thadeus, diduga meninggal di Persia. Ia bersama saudaranya Yakobus Kecil adalah anak-anak Alfeus. Beberapa orang sering bingung dengan menyamakan Yakobus Kecil dengan Yakobus saudara Tuhan yang adalah uskup Pertama Yerusalem itu. Hal ini merupakan kesalahan besar. Tidak ada yang penting yang diketahui tentang Yakobus Kecil ini. Matias adalah rasul yang mengganitkan Yudas Iskariot tetapi tidak ada informasi tentang ke mana ia melayani. Setiap rasul berjuang untuk meletakkan fondasi bagi gereja. Gereja hanya memiliki sedikit informasi tentang pelayanan mereka melalui Perjanjian Baru. Informasi yang di dapat berasal dari Tradisi Gereja dan tulisan-tulisan Kristen kuno. Namun kalau kita menyadari sungguh perubahan demi perubahan dalam pemerintahan, juga berbagai perubahan seperti bencana dan kehancuran-kehancuran fisik lainnya, maka seseorang akan takjub terhadap adanya informasi yang tinggal untuk diteruskan kepada generasi Kristen sesudahnya. Yakobus Saudara Tuhan Waktu ke waktu berganti, orang-orang yang berdedikasi mengambil alih kepemimpinan Gereja dan sesuai gilirannya mereka meneruskan pengajaran Kristus. Salah seorangnya adalah Yakobus saudara Tuhan uskup pertama Yerusalem. Ia dikenal dengan nama ‘Saudara Tuhan”. Apa yang disebutkan dalam Injil Markus 6:3 tentang ‘saudara-audara Yesus’ telah menjadi persoalan untuk berbagai kalangan Kristen. Menurut tradisi Gereja ‘saudara-saudar Yesus’ di sana adalah anak-anak 5 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan Yusuf yang ia dapati dari pernikahan Yusuf sebelum ia bertunangan dengan bunda Maria. Istri Yusuf telah meninggal dan meninggalkan anak-anak yang masih kecil sebelum Yusuf bertemu dengan bunda Maria. Tidak ada informasi kapan tepatnya Yakobus menjadi uskup di Yerusalem. Namanya pertama kali disebutkan dalam buku Kisah Para Rasul bahwa ia juga hadir pada Sinode Yerusalem. Ia memberitakan Kabar Baik di Yerusalem dan sekitarnya. Yakobus mati sebagai seorang martyr, yaitu saat ia ditarik keluar dari dalam Bait Allah dan dilempari batu hingga mati. PEMILIHAN PARA DIAKON Gereja Kristen terus berkembang dan jumlah pengikutpun bertambah banyak. Semakin luas pelayanan Gereja semakin bertambah juga kebutuhan sosial orang-orang Kristen, dan siapa yang akan melakukannya? Para rasul mengurusi pemberitaan Firman dan membangun komunitas-komunitas Kristen diberbagai wilayah. Imam-imam yang ditahbiskan oleh para rasul harus melakukan fungsi-fungsi pastoral dan Liturgis. Maka muncullah kebutuhan adanya suatu kelompok ketiga dalam pelayanan untuk memperhatikan orang sakit, para yatim piatu, para janda, dan orang-orang miskin. Mereka ini adalah Diakon-diakon. Diakon-Diakon pertama berjumlah 7 orang yang dipilih dan ditabiskan oleh para Rasul. Dua diantaranya yaitu Stefanus, Filipus menjadi contoh yang sempurna dalam hal iman dan keberanian. Diakon Stefanus Gereja memiliki Stafanus sebagai ‘martyr pertama’. Ia seorang muda yang memiliki iman yang besar. Ia adalah seorang yang bergerak keluar dari komunitas Yerusalem untuk memberikan bantuan sosial bagi kebutuhan umat yang mengandalkan mereka. Ia pertama-tama menjadi pelayan meja dan mengakhiri hidupnya sebagai seorang ‘martyr Kristen pertama”. Ia juga seorang intelektual dan pendebat Kristen yang pertama dalam menkaunter mereka yang bersebrangan dengan iman Kristen. 6 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan Diakon Stefanus dicobai oleh kaum Sanhedrin. Dan pidatonya dicatat dalam Kis. 7 yang merupakan teks klasik tentang iman dan pengakuan. Dalam pidatonya, Stafanus menekankan bahwa Yesus Kristus telah menggenapi pengajaran-pengajaran Musa dan bahwa Kekristenan lebih besar dari bangsa Israel, untuk itu tidak dapat ditemukan dalam Yudaisme. Pada dasarnya, ketika ia menyerang akar utama dari latar belakang nasionaliti Yahudi serta keimanan mereka, Stefanus menyulut kemarahan mereka dan melemparkan mahkota mereka kepadanya. Orang-orang Yahudi merasa Stafanus adalah penghujat. Lalu mereka menarik dia keluar tembok kota dan melempari dia dengan batu sampai mati. Cara kematian seperti ini biasanya diperuntukkan kepada orang kafir dan mereka yang melakukan dosa-dosa besar. Ketika Stefanus dilempari batu ia berdoa: “Ampunilah dosa mereka …..Tuhan Yesus, terimalah rohku (Kis.7:60). Seorang anak muda yang menyaksikan pelemparan batu telah membantu memegang jubah-jubah mereka yang melempari Stefanus. Ia adalah seoarng muda Yahudi yang fanatik dengan keagamaannya, bernama Saul. Saul adalah penganiaya orangorang Kristen tetapi kemudian menjadi rasul Paulus. Diakon Filipus Sesudah Stefanus mati, para pemimpin Kristen terpaksa memberitakan Injil dengan bergerilya dan tersembunyi. Beberapa pergi ke kota-kota lain bahkan negara lain. Filipus salah seorang diakon pergi ke Samaria. Di kemudian hari ia mengarah ke bagian Selatan melalui belantara. Ketika ia berjalan ia bertemu dengan sebuah kereta kerajaan. Penumpangnya adalah seorang pangeran Etiopia, sedang membaca buku Yesaya dalam Perjanjian Lama. Filipus bertanya kepadanya, “apakah engkau mengetahui apa yang sedang engkau baca?”. Lalu pangeran Etiopia itu menjawab: “Bagaimana saya mengerti jika tidak ada orang yang menjelaskannya kepadaku?” (Kis 8:30). Filipus menemukan seseorang yang sedang mencari pengetahuan tentang Allah yang nyata itu. Pangeran Etiopia 7 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan bukanlah seorang Yahudi; ia baru saja mengunjungi Yerusalem dan dalam perjalanan pulang ke negaranya. Kemungkinan ketika ia di kota ia membeli foto copy Kitab Yahudi dan berusaha untuk membacanya. Filipus kemudian berbicara kepadanya tentang Yesus Kristus. Kemudian mereka bersama-sama turun dari kereta menuju sungai dan Filipus membaptis dia dalam nama Tuhan Yesus Kristus. BAGIAN KEDUA Pelayanan Para Rasul: Kekristenan Menyebar Ke Seluruh Dunia A. Kepada Orang-orang Yahudi Kekristenan pertama-tama tersebar ditengah-tengah orang Yahudi, umat Allah, karena Yesus Kristus lahir sebagai orang Yahudi dan di daerah Yahudi. Para rasul memakai sinagog-sinagog untuk memberitakan Tuhan Yesus. Melalui merekalah para rasul melakukan kontak dan memberitakan “Berita Sukacita” tentang keselamatan dalam Kristus. Banyak orang Yahudi yang tinggal di pusat kota siap menerima pengajaran Kristus sebagai satu langkah untuk lebih dekat kepada kesempurnaan dalam Allah. Jadi kepada orang-orang Yahudi, para rasul pertama-tama menyampaikan berita Tuhan Yesus. Orang-orang Kristen tidak terlalu berambisi menginjili orang-orang Yahudi, khususnya yang tinggal di Palestina. Sebagai contoh disebutkan bahwa ada beberapa grup di Palestina yang bertobat dan memegang teguh iman akan Yesus Kristus. Kelompok-kelompok ini seperti: 1. Ahli-ahli Torat. Mereka adalah sarjana dan guru-guru professional. Tugas mereka dalah menafsirkan Kitab Suci dan hukum-hukum Yahudi. Mereka memelihara teguh “tulisan-tulisan hukum torat’ dan memiliki pengaruh kuat atas Yudaisme di Palestina. Tuhan Yesus sering kali menyindir mereka karena membuat distorsi dalam menginterpretasi Kitab Suci. 2. Kaum Saduki. Mereka adalah kelompok Yahudi yang berkuasa. Mereka kaum elite politik yang mengawasi 8 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan Bait di Yerusalem. Mereka menolak perubahan dalam cara berpikir dan juga perubahan tugas-tugas mereka. Mereka sangat kuat dalam mengerti Hukum Torat secara harafiah. Mereka juga menolak ide tentang kebangkitan orang mati serta penghakiman akhir sesudah kematian, termasuk menolak adanya setan dan malaikat. Mereka bertentangan dengan Kekristenan bahkan melawan orang-orang Kristen sebab tidak dapat menerima doktrin dasar Kristen yaitu Kebangkitan Kristus. 3. Kaum Farisi. Ini adalah golongan yang paling sukar dihadapi orang-orang Kristen dan tidak gampang menghadapi kelompok ini. Kaum Farisi bertendensi memelihara warisan iman Yahudi yang murni agar terhindar dari kontaminasi yang buruk. Mereka terkenal dengan tugas mereka mengamati hukum Torat. Tetapi tidak sama dengan kaum Saduki, kaum Farisi percaya adanya kehidupan sesudah kematian, dan ada pahala dan penghukuman. Dengan orang-orang Farisi inilah Tuhan Yesus serta orang-orang Kristen mula-mula sering bertentangan dengan para pemimpinnya. Menurut Kitab Suci, mereka adalah otak dari pengkhianatan Yudas terhadap Yesus serta berada dibalik dari pengadilan dan kematian Yesus. Mereka mengambil bagian dalam kematian Stefanus dan orang-orang Kristen mula-mula. Paulus adalah salah satu anggota kaum Farisi sebelum ia menjadi rasul Kristus. Yudaisme menolak Kekristenan. Kekristenan berpengaruh kuat dalam pemikiran orang pada masa itu. Akan tetapi selalu rentan menghadapi konflik dengan Yudaisme. Suatu contoh klasik yaitu debat antar Stefanus sang Martyr dengan Majelis Sanhedrin. Orang Yahudi beranggapan bahwa mereka adalah umat pilihan Allah dan mereka adalah kaum yang inklusif. Oleh karena itu mereka menjadi berang ketika Stefanus mengatakan bahwa kepenuhan dari Yudaisme itu ada dalam diri Yesus Kristus. Kematian tragis dari Stefanus memberikan bukti kuat bahwa Kekristenan tidak sejalan dan berada di luar dari batasan-batasan Yudaisme. 9 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan Orang-orang Kristen terpaksa mengungsi keluar Yerusalem. Mereka menginjili di daerah-daerah Samaria, Antiokia dan negara-negara tetangga lainnya. Satu hal yang terpenting dalam sejarah Gereja adalah ketika pengajaranpengajaran Kristus menjangkau dunia Yunani yang rela dan bersedia membuka tangan menyambut kedatangan berita Injil. Inilah kemenangan Kekristenan di luar Palestina. Pemisahan tegas antara kekristenan dan Yudaisme menjadi tegas, dan tidak dapat lagi disamakan. Para pemimpin Kristen dan guru-gurunya menggunakan jaringan atau hubungan lalulintas serta kesatuan Kekaisaran untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya. Kemana saja mereka pergi, mereka meninggalkan jejak kasih dan iman akan Kristus. Ternyata Allah membalikkan peristwa tragedi bagi orang-orang Kristen kepada berkat yang tersembunyi. Ketika para pemimpin Kristen terpaksa keluar dari Yerusalem, mereka sedang masuk dalam gerakan memperluas iman kepada Allah yang hidup yang akan tinggal tetap selama-lamanya. B. Kepada Dunia Kafir Rasul Paulus, Rasul Bangsa-Bangsa Kafir (non Yahudi) Paulus yang sebelumnya bernama Saul itu adalah salah seorang yang berkarakter dinamis dalam Gereja Kristen. Saul lahir di kota Tarsus, Sisilia. Bahasa Yunani adalah bahasa yang dipakai di kota ini, dan penduduknya diberi hak istimewa menjadi warga Kerajaan Romawi. Orangtua Saul berdarah Yahudi dengan latar belakang Farisi. Mereka hidup diantara orang-orang Yahudi di Tarsus. Hal-hal penting yang perlu diketahui dari kehidupan Paulus adalah kebangsaan Yahudinya, pendidikan Yunaninya, serta kewarganegaraan Romawinya memberikan kontribusi penting dalam kehidupan Paulus termasuk pekerjaan pelayanannya. Ketika Saul berumur 15 tahun, ia disekolahkan ke Yerusalem di sekolah Bait Allah. Ia dibawah supervisi Rabi Gameliel, seorang bijak sebgaimana yang dicatat Kis 5:33-39. Ketika berakhir masa studinya, Saulus terikat lebih erat dengan tradisi keyahudiannya dalam hidupnya sehari-hari. 10 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan Sementara itu, pada masa yang sama diantara perbukitan Galilea, seorang anak laki-laki muda sedang bertumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa namanya Yesus Kristus. Karena latar belakang Farisi, Saul bertumbuh dalam sentiment yang besar terhadap Yesus dan murid-murid-Nya serta para pengikut Yesus. Saulus menghimpun seluruh kekuatannya untuk menganiaya pengikut Kristus yang disebut Mesias, yang menurut Saul adalah “Mesias palsu”. Saul menyaksikan pelemparan batu terhadap Stefanus hingga matinya, bahkan ia sendiri yang memegang jubah orang-orang yang melempari batu kepada Stefanus. Di kemudian hari Saul diutus ke Damaskus untuk memburu beberapa rasul yang berada disana, karena kegiatan penganiayaan orang Kristen sedang dimulai. Akan tetapi pada perjalanannya terjadi peristiwa yang mengherankan dan dramatis bahkan merubah hidup si penganiaya ini untuk memohon ampun atas dosa-dosanya kepada Dia yang ia aniaya. Dan itulah cerita tentang Saul yang bertobat sebagaimana dicatat oleh Kis 9:3-9. “Ketika ia sedang berjalan menuju Damaskus, tiba-tiba suatu cahaya dari langit bercahaya didepannya. Ia jatuh ke tanah dan mendengar suatu suara berteriak: Saul, Saul, mengapa engkau menganiaya Aku?. Dan ia menjawab “Siapakah Engkau, Tuhan?” lalu Ia berkata: “Aku adalah Yesus yang sedang engkau aniaya: tapi bangkitlah dan masuklah ke kota, dan engkau akan tahu apa yang harus engkau lakukan.” Orang-orang yang bersama pergi dengan Saul tidak dapat bicara apa-apa, ia mendengar suara itu tapi tidak melihat siapa yang berbicara. Saul bangkit berdiri dan ketika membuka matanya ia tidak melihat apa-apa; lalu orang-orang membawanya ke kota Damaskus. Ia menjadi buta selama tiga hari, juga tanpa makan dan minum.” Terdapat sebuah keyakinan bahwa segera sesudah mujizat ini terjadi, Paulus langsung memulai perjalanan misinya. Meskipun demikian perubahan hidup yang dalam tidak demikian cepat dan mudah terjadi begitu saja. Pertama-tama, Paulus terikat dengan tuntutan-tuntutan Hukum Torat Yahudi dan nurani keyahudiannya; ia berada diantara lingkungan di mana telah membentuk kepribadiannya serta apa yang harus dia lakukan; 11 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan antara agama nenek moyangnya serta berita penebusan oleh Yesus Kristus. Meskipun dengan semua persoalan ini, Paulus menyelidiki hatinya sendri untuk menentukan sebuah keputusan sebelum ia melakukan suatu perubahan. Kristus yang ia lihat diperjalanan ke Damaskus sangat kuat mengarahkan seluruh pola hidupnya dan memperbaharui kekuatannya. Ketika pikiran dan perbuatannya berubah Paulus menjadi salah seorang dari pekerja-pekerja terbesar Kristus. Paulus Menyiapkan Misinya Sesudah Paulus menjadi buta, ia dituntun ke Damaskus. Seorang bernama Ananias diperintahkan oleh Roh Kudus untuk menemui Paulus. Ananias meletakkan tangannya ke mata Paulus, lalu dia melihat kembali. Ketika Paulus tinggal disana untuk berdoa, bermeditasi dan belajar. Ia butuh waktu untuk mengerti Kitab-Kitab Suci, untuk mengkoordinasi antara kepercayaan lamanya dengan yang baru ia ketahui. Dua belas rasul juga butuh waktu untuk menerima Paulus. Ini dikarenakan Para rasul tahu benar bahwa Paulus ke Damaskus untuk menangkap mereka dan membawa kembali mereka ke Yerusalem untuk di hukum. Paulus tinggal disana kira-kira tiga setengah tahun. PERJALANAN MISI PAULUS Paulus meninggalkan Damaskus dan kembali ke Yerusalen. Ia bertemu dengan para rasul bahkan untuk beberapa waktu ia tinggal bersama mereka, kemudian kembali ke tempat kelahirannya di Tarsus. Dari sinilah, Paulus memulai perjalanan misinya yang terkenal itu. Dari Kisah Para Rasul diketahui bahwa Barnabas seorang wakil dari komunitas Kristen di Yerusalem datang meminta kepada Paulus untuk mendampingi dalam kegiatan komunitas Kristen di Antiokhia. Sesudah pertemuannya dengan Barnabas, keduanya mulai melakukan perjalanan misi Apostolik yang Pertama (Kis. 13: 13-14:28) sebagai berikut: Perjalanan Misi Pertama ( 45-51 ) 12 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan Paulus meninggalkan Tarsus dan bersama Barnabas pergi ke Antiokia di Siria. Mereka bersama-sama ke Siprus dan beberapa waktu berada di sana. Kemudian Paulus meninggalkan Siprus dan pergi ke Pergia di Pamvilia, Antiokia di Pisidia, Ikonium, Lystra dan Derbe, serta beberapa kota di Asia Kecil. Dari sini Paulus kembali ke Antiokia Siria, kota di mana ia memulai perjalanan misinya. Antiokia adalah salah satu kota terpenting dan terbesar dalam Kekaisaran Roma di Asia Kecil. Di kota inilah orangorang kafir menyebut pengikut Kristus sebagai orang-orang “Kristen”. Pengajaran Kristus tidak lagi terbatas dan cenderung menjadi universal. Paulus menjadikan Antiokia menjadi awal mula dan sentral dari seluruh perjalanan misinya. Perjalanan misi yang pertama adalah pada jantung Asia Kecil di mana kebudayaan Yunani sangat dominan. Perjalanan Pertama ini sangat signifikan karena meskipun Paulus mengunjungi orang-orang Yahudi di setiap kota yang ia pergi, Paulus juga memperkenalkan kekristenan kepada orang-orang kafir (bangsa-bangsa non Yahudi). Dan ketika ia kembali ke Antiokia, ia dengan serius memperhitungkan persoalan yang timbul dengan orang-orang Yahudi di sana. Orang-orang Yahudi menganggap bahwa bangsa-bangsa kafir wajib menerima dan menyelidiki hukum-hukum serta adatistiadat yang diberikan oleh Musa kepada orang-orang Ibrani. Untuk menyelesaikan isu ini Paulus dan Barnabas terpaksa ke Yerusalem untuk berdiskusi dengan para rasul lainya. Pertemuan dengan semua Rasul di Yerusalem ini dikenal dengan nama “Sinode Apostolik” dilakukan pada tahun 50 M. Ketika itu Yakobus adalah uskup Agung Yerusalem dan hadir dalam sidang ini juga adalah Petrus dan Yohanes serta rasulrasul lainnya. Paulus dan Barnabas berhasil dalam meyakinkan para rasul dan peserta sidang bahwa orang-orang Kristen non Yahudi tidak harus menjalankan hukum-hukum ritual Yahudi. Sinode Rasuliah ini menghasilkan keputusan-keputusan dan disosialisasi kepada gereja-geraja lokal. Keputusankeputusan ini sangat penting karena Gereja Kristen menjadi Gereja universal dan secara resmi misinya bukan saja terbatas 13 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan pada kaum Yahudi tetapi juga menjangkau bangsa-bangsa lainnya. Perjalanan Kedua (53-55) Kisah Para Rasl 15:1-8 mencatat Perjalanan ini. Perjalanan kedua ini bertujuan sebagai kunjungan dan penguatan terhadap komunitas-komuntas Kristen yang telah dibangun pada perjalanan misi Pertama. Paulus mengunjungi kembali berbagai wilayah di Asia Kecil kemudian ia berangkat ke Troas. Troas adalah wilayah terjauh di Asia Kecil, dari sana ia berlayar menuju benua Eropa. Paulus dan Barnabas adalah kawan seperjalanan tetapi pada titik ini namanya tidak lagi disebutkan. Sekarang, Silas dan Timotius menemani Paulus, termasuk Lukas, penulis Injil dan Kisah Para Rasul. Ketka di Troas, dalam mimpinya, Paulus berlayar menyeberang ke Eropa. Dan kemudian ia bersama teman-teman perjalanan yang baru itu mendarat di Thrace, Yunani. Inilah pertama kali Paulus berada di benua yang baru. Ia mendirikan gereja-gereja baru di Filipi, Amfipolis, Apolonia, Tesalonika, Berea, Athena, dan Korintus. Di Filipi Paulus dan Silas dipenjarakan dan dibelenggu. Ketika berada dalam penjara, terjadilah gempa bumi yang dahsyat sehingga rantai-rantai yang membelenggu mereka terbuka. Pintu-pintu penjara terbuka. Penjaga penjara terheran-heran akan keajaiban Allah, kemudian bersama keluarganya percaya kepada Allah dan menjadi Kristen. Setelah dari Filipi, Paulus pergi ke Tesalonika, Berea dan Athena. Di Athena ia naik ke bukit Mars, tempat di mana para orator dan pengajar besar Yunani mengajar dan berbicara. Paulus berbicara kepada orang-orang Athena tentang “Allah yang Tak Dikenal” yang kepadanya mereka telah membangun altar dan menyembahnya bersama para dewa lainnya. Ia katakan kepada mereka bahwa “Allah yang tak dikenal’ itu adalah Yesus Kristus, yang telah datang ke Bumi, disalib, bangkit dan menyelematkan umat manusia. Dengan kegiatan ini, Injil Kristus secara resmi di sebarkan ke jantung dunia Helenistik. Salah seorang yang mendengar Paulus secara serius adalah Dionisius Areopagitis, 14 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan yang kemudian hari menjadi uskup pertama bagi gereja Athena. Dari sini Paulus pergi ke Korintus dan dari sana ia kembali ke Antiokia, meski sebelumnya untuk waktu yang singkat ia mengunjungi Efesus, Kaisarea di Palestina dan Yerusalem. Perjalanan Ketiga Tahun 56-59 Rasul Paulus memulai perjalanan barunya dalam mendirikan komunitas Kristen yang baru. Pada Perjalanan misi sebelumnya, ia mengunjungi Efesus, kemudian ke Yunani. Ia kembali melalui rute yang berbeda melalui pulau-pulau kecil di Mytilini, Xios, Samos, Miletos, Kos,dan Rodes. Tempat-tempat baru yang di kunjunginya ini Paulus, berkhotbah, dan membentuk komunitas-komunitas baru. Ia kembali ke Yerusalem, melalui Kaisarea di Palestina. Perjalanan misi ketiga di mulai dari Efesus, sebuah kota utama di Asia Kecil. Kota Efesus merupakan sentral perniagaan dan di sana terdapat sebuah kuil yang diperuntukkan untuk Dewi Artemis (Diana). Di sana Paulus mendapat suatu pengalaman pahit. Beberapa pengrajin perak di kota itu memperdagangkan beberapa benda untuk kuil Artemis, merasa bahwa Paulus dan orang-orang Kristen telah merugikan bisnis mereka. Kemudian menghasut penduduk kota untuk menentang tim Rasul Paulus. Suatu demonstrasi besar dilakukan sehingga wakil wali negeri menghentikan kekerasan yang terjadi saat itu (Kis 18:23-1). Perjalanan Keempat Tahun 59-64 Orang-orang Yahudi tidak pernah diam menganiaya. Mereka melihat bahwa Paulus adalah pengkhianat agama mereka. Berulang kali Paulus dimasukkan ke penjara. Akhirnya Paulus harus menggunakan haknya sebagai penduduk Romawi bagi perlindungan dirinya. Tujuannya adalah membebaskan dia dari hukuman di Pengadilan Roma, dan agar terbebas dari hukuman keji seperti pemancungan kepala atau disalib. Tujuan lain adalah menuntut kepada Kaisar. Sesudah menunggu dua tahun lamanya, Paulus menuntut haknya ke Kaisar, kemudian ia diutus ke Roma pada tahun 62. Bagian akhir dari kehidupan rasul Paulus ini diceritakan di dalam delapan fasal terakhir buku Kisah Para Rasul. Sudah 15 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan menjadi kerinduan besar Paulus untuk pergi ke Roma, dan kerinduannya itu terwujud, tetapi melalui jalan yang tak pernah didesain sebelumnya oleh Paulus sendiri. Ketika ia pergi ke Yerusalem setelah perjalanan ketiganya, orang-orang Yahudi yang fanatik menuduh Paulus menggangu keamanan pemerintahan dan menajiskan Bait. Paulus ditahan dan dimasukkan ke dalam penjara di Kaisarea demi keselamatannya. Ia diperhadapkan kepada Feliks yang adalah seorang penindas kaum Yahudi, tetapi kasus ini tertunda-tunda selama dua tahun. Setelah itu Festus menggantikan Feliks dan sekali lagi Paulus diadili kembali. Festus baru saja memangku jabatannya dan ia tidak mau dituduh berseberangan dengan orang-orang Yahudi. Maka sewaktu ia dituntut untuk menggelar suatu sidang di Yerusalem, ia mengabulkan permohonan tersebut. Paulus tahu persis bahwa keputusannya berujung hukuman mati, oleh karena itu ia menggunakan haknya kepada seorang Kaisar Roma. Festus meminta nasihat raja Agripa di Yudea, sehingga mereka berkeputusan untuk mendengarkan pembelaannya. Peristiwa ini sangat berkesan dalam sejarah. Paulus berdiri di hadapan Festus, penguasa Roma dan penyiksanya serta raja Agripa lalu ia bercerita tentang kehidupannya, dan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus, yang ia layani sekarang ini. Agrippa takjub dengan ceritanya sehingga ia berkata “engkau hampir membuatku percaya dan menjadi menjadi Kristen.” Paulus kemudian dikirim ke Roma. Sekali lagi ia mengalami kesukaran dengan tenggelamnya kapal dalam pelayarannya, lalu dia mendapat kesempatan memberitakan Injil di pulau Kreta dan Malta. Ketika berada di Roma ia diijinkan tinggal di sebuah rumah selama 2 tahun. Ia juga diijinkan memberitakan Injil dan menerima tamu serta menulis surat. Kemudian ketika Nero menjadi Kaisar, penganiayaan dimulai. Pada tahun 64 Paulus di sidang dan dijatuhi hukuman mati sebagai seorang martir Kristus yang ia kasih dan layani (Kis 22-28). BAGIAN KETIGA Gereja Berkembang 16 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan Para rasul dan pengganti mereka terus melayani dan memberitakan Injil di seluruh Palestina dan daerah lainnya yang mereka kunjungi. Mereka berkhotbah dan membaptis setiap murid baru dan menahbiskan orang-orang Kristen yang terpanggil melayani. Para pemimpin Yahudi makin bertambah waspada. Guru rasul Paulus yaitu Gameliel pernah mengatakan; “Jika ini adalah rencana dan pekerjaan manusia, maka akan gagal; tetapi jika ini adalah pekerjaan Allah maka kalian tidak akan dapat menghentikannya, bahkan engkau akan melawan Allah” (Kis. 5:38-39). Orang-Orang Kristen Memiliki Ibadah Sendiri Pada awalnya, orang-orang Kristen beribadah di Sinagog-Sinagog. Mereka menjalankan ibadah sore, yang dikenal dengan “Perayaan Kasih” atau “Perjamuan Kudus”. Perjamuan Kudus diperintahkan oleh Tuhan Yesus sendiri ketika Ia mengadakan Perjamuan Terakhir dengan mengatakan kepada para muridNya: “Lakukanlah sebagai peringatan akan Aku.” Setelalah para pemimpin Yahudi melarang orang-orang Kristen masuk ke dalam sinagoge-sinagoge, maka ibadah Kristen dilakukan di rumah-rumah pribadi. Beberapa waktu kemudian Perjamuan Kudus dilakukan pada pagi hari Minggu yang di sebut Hari Tuhan. Perjamuan Kudus adalah Liturgi Suci pada zaman ini dilakukan, khususnya di Gereja Timur ditulis oleh St. Yohanes Chrysostomos dan St. Vasilius Agung. Gereja Mua-Mula tidak membangun gedung-gedung khusus. Mereka hanya menggunakan fasilitas gedung atau rumah yang ada tersedia. Selama masa penganiayaan terhadap orang-orang Kristen, pelayanan ibadah dilakukan di dalam katekombe-katekombe, kuburan, ruang bawah tanah, tempattempat yang terisolasi atau tersembunyi mengingat masa penganiayaan yang maha dahsyat itu. Liturgi Kudus mempresentasikan fase-fase dalam kehidupan Kristus: 1. Kelahiran Kristus 2. Pelayanan Publik Yesus 3. Perjamuan Terakhir 17 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan 4. Korban di atas Salib 5. Kebangkitan Kristus 6. Perjamuan Kudus Ibadah di mulai dengan mazmur-mazmur dan pujian serta pembacaan Perjanjian Lama. Pada masa itu Perjanjian Baru belum ditulis, akan tetapi mijizat dan pengajaran Kristus disampaikan dalam bentuk sermon, atau khotbah. Justinus Martyr, seorang kudus yang juga seorang filsuf yang hidup pada abad kedua menguraikan Liturgi Suci pada zamannya sebagai berikut: “pada hari Minggu semua orang yang tinggal di kota dan di mana saja berkumpul dan membaca surat-surat para rasul, dan nabi-nabi sepanjang waktu mengijinkan untuk dibaca. Ketika pembaca berhenti membaca, imam (presbyter) mengomentari serta memberikan instruksi-instuksi dan himbauan untuk meniru hal-hal yang baik dari teladan pendahulu mereka. Kemudian jemaat berdiri dan menaikkan doa-doa mereka secara bersama. Kemudian ketika selesai berdoa, roti, anggur dan air dibawa dan presbyter mengucap syukur dan jemaat menyambutnya dengan kata ‘amin’. Unsur-unsur Perjamuan Kudus dibagikan kepada mereka yang hadir maupun mereka yang tidak hadir. Kepada yang tidak hadir dikirim melalui pelayanan para diakon.” Suatu kutipan yang lebih klasik yaitu ditulis pada awal abad kedua sesudah Kritus yaitu dari dokumen yang dikenal dengan “Pengajaran Para Rasul” (Didache) yang mengaakan: “pada saat Ekaristi kami menaikkan syukur terimakasih dengan berbagai cara. Pertama: Syukur Cawan: Kami bersyukur kepadaMu, ya Bapa kami, Pokok Anggur Kudus dari Daud. HambaMu yang kami kenal melalui Yesus Kirstus. Kemuliaan bagiMu. Kedua Syukur atas Roti: Kami mengucap Syukur kepadaMu Bapa kami, bagi kehidupan dan pengetahuan karena kami telah mengenalmu melalui Yesus. Segala Kemuliaan bagiMU. Karena hanya bagiMulah kemuliaan dan kuasa Melalui Tuhan Yesus Kristus selama-lamannya.” Literatur Kristen yang Pertama 18 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan Perjanjian Baru belum ditulis hingga pertengahan akhir abad pertama sesudah Kristus. Orang-orang Kristen pada awalnya hanya membaca Perjanjian Lama. Kemudian ketika para rasul melembagakan gereja-gereja, mereka berkomunikasi dengan gereja-gereja yang telah didirikan itu melalui surat-surat yang mereka kirimkan, meski pada awal pelayanan mreka mengajar secara lisan. Surat rasul Paulus kepada orang-orang Tesalonika diyakini sebagai surat Perjanjian Baru yang pertama ditulis yaitu antara tahun 61-63 M. Penulisan keseluruhan 27 buku PB ini memakan waktu hampir 100 tahun. Kemudian bersama dengan 49 buku PL disatukan dan membentuk Buku yang disebut Kitab Suci bagi orang-orang Orthodox maupun Roma Katolik. Tradisi Kudus Alkitab tidak ditulis seperti suatu ensklopedia yang berisikan pngajaran-pengajaran Allah, tidak juga merupakan suatu teksbook dengan jawaban-jawaban terhadap semua persoalan. Para penulis menulis surat-surat mereka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memberikan nasehatnasehat khusus yang dibutuhkan jemaat. Para rasul sendiri pada awalnya mengajar secara lisan; kemudian beberapa di antara mereka mulai menyusun ide-ide mereka dalam tulisan. Pengajaran yang tertulis itu kemudian disebut Tulisan-Tulisan Kudus (Kitab Suci), dan pengajaran yang lisan atau verbal di sebut Tradisi Suci. Tradisi Suci adalah Pengajaran Yesus yang tidak tertulis yang disampaikan melalui khotbah-khotbah dan surat-surat yang ditulis oleh para uskup dan imam pada tiga abad pertama Masehi. Sebagai contoh, Rasul Paulus menulis surat kepada orang-orang Korintus “Karena apa yang saya berikan kepadamu adalah juga apa yang telah aku terima. I Kor. 15:13”. Juga dalam suratnya kepada orang-orang Tesalonika, Paulus menulis: “Oleh karena itu saudara-saudara, berdirilah teguh, dan peganglah tradisi-tradisi yang telah diajarkan kepadamu, baik secara lisan (kata-kata) maupun melalui surat-surat kami. II Tes. 2:15”. 19 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan Yohanes Penulis Injil dan Rasul Kritus menulis: “Aku memliki banyak hal yang hendak kutuliskan kepadamu, tetapi aku tidak menulis dengan tinta dan kertas; melainkan aku berharap datang kepadamu, dan berbicara langsung, supaya sukacita kami menjadi penuh. 3 Yoh. 1:13). Ia kemudian menyimpulkan Injil dengan pernyataan: “ Masih banyak lagi hal-hal yang telah dilakukan Yesus, tetapi apabila semuanya ditulis, maka dunia ini sendiri tidak dapat memuat semua buku yang ditulis itu.” (Terjemahan bebas) Yoh. 21:25. Agios Vasilis seorang Uskup Agung abad keempat, dan juga seorang teolog dan pakar dari Kaesarea, di Kapadokia, Asia Kecil menulis perasaannya berhubungan dengan Tradisi suci dengan caranya sendiri: “dari doktrin-doktrin yang dipelihara Gereja, beberapa diantaranya kita tahu dari instruksi-instruksi tertulis, tetapi lainnya kita terima dari tradisi Rasuliah yang diturunkan secara khusus. Kedua-duanya memiliki dorongan yang sama untuk mencapai kesalehan, dan tidak seorangpun merasa kontradiksi meskipun hanya memiliki pengetahuan yang hanya sedikit tentang apa yang telah ditetapkan Gereja. Sebagai kesimpulan, bahwa Tradisi Suci harus mencerminkan tiga kualitas sebelum dapat diterima sebagai pengajaran asli dari Gereja: 1) Keapostolikkan (Apostolicity). Tradisi adalah yang telah diajarkan oleh para Rasul, yang mereka sendiri sebelumnya telah terima dari Tuhan Yesus. 2) Keuniversalan (Catholicity). Dengan kata lain ‘kekatolikkan’, artinya pada hakekatnya tradisi itu memiliki kualitas yang general, natural, atau universal. Kata Katolik di sini tidak ada hubungannya dengan Roma Katolik. Artinya bahwa tradisi itu diterima dan dipraktekkan oleh seluruh gereja dan bukan satu gereja lokal saja. 3) Kecocokkan (Conformity) artinya pengajaran dan prakateknya harus sesuai degan pengajaran umum Gereja. Dengan kata lain, tradisi itu tidak boleh bertentangan dengan Alkitab atau doktrin-doktrin Kristen. Artinya baik Alkitab maupun tradisi dapat mendukung satu sama lainnya. 20 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan KEKRISTENAN MENYEBAR MESIKIPUN MENUAI KONFLIK Konflik Internal Tuhan Yesus pernah berkata kepada para muridNya: “didunia kamu mengalami kesengsaraan; tetapi janganlah takut, karena Aku telah mengalahkan dunia ini” (Yoh. 16:33). Konflik awal dalam Gereja adalah dengan Yudaisme berkenaan dengan penerimaan orang-orang non Yahudi (kafir) dalam Gereja. Konflik lain adalah ketika Berita Baik dari Tuhan Yesus itu menjangkau seluruh dunia. Beberapa kalangan mencoba untuk mengidentikkan pengajaran Kristen dengan ajaran filsafat, aliran keagamaan lainnya, dan adat istiadat yang dianut. Usaha-usaha semacam ini adalah pemicu utama yang menciptakan iritasi dan skandal bagi Gereja secara meluas. Teori-teori seperti Gnostisisme, Marcionisme, Manichisme, dan Montanisme, adalah cotoh-contoh ajaran sesat, karena tidak sesuai dengan ajaran-ajaran dasar tentang Allah berkenaan dengan penciptaan, kejatuhan manusia, keselamatan dan Kerajaan Allah. Gereja merasa penting untuk melawan bidat-bidat ini dengan suatu garis besar doktrin dan pengajaran yang sistematis. Untuk itu Gereja menggunakan tiga tradisinya melawan ajaran bidat dan pencetusnya, sebagai berikut: 1) Suksesi Rasuliah. Artinya otoritas keuskupan diterus sampaikan (turunkan dari generasi ke generasi, orang per orang) melalui pentabisan. Jika Gereja itu dikatakan benar, maka gereja tersebut harus memiliki garis hubungan dengan Kristus dan Para rasul. Artinya dari Yesus kepada para Rasul dan diturunkan kepada para uskup. Uskup-uskup adalah pilar dan pembela kebenaran iman Kristen. Yustinus Martyr mengatakan: “Dimana ada bishop, di situ ada Gereja”. 2) Pengakuan Rasuliah. Pengakuan ini diturunkan dari suksesi rasuliah dan diucapkan dalam baptisan. Ini adalah Pengakuan Iman dan butir-butirnya berisikan kebenaran doktrin yang dipergunakan untuk melawan Gnostisisme. Agios Ireneus menyebutkan 21 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan ‘Pengkauan Rasuliah’ sebagai “Kanon Kebenaran” dan Agios Tertullian menyebutnya sebagai “Kanon Iman.” 3) Kanon Perjanjian Baru dikenal luas semenjak abad kedua dan ketiga. Walaupun banyak buku-buku bermunculan dan mengklaim memiliki otoritas kerasulan, tetapi hanya 27 buku yang diterima sebagai buku-buku yang otentik dalam Perjanjian Baru. Di luar dari 27 buku PB itu dikategorikan sebagai ‘pseudographa’ artinya ‘pengajaran dan tulisan yang salah’. Hingga masa ini tulisan-tulisan PB sudah dpergunakan hanya sebagai bacaan yang inspiratif dan penuntun iman. Dari sinilah tulisantulisan ini menjadi senjata tertulis untuk menyerang ajaran sesat. Konflik Lain Konflik internal yang begitu sulit dihadapi oleh orangorang Kristen adalah ketika umat Kristen mula-mula menafsirkan kata-kata Yesus secara literal. Sebagai contoh ketika Yesus mengatakan: “Tuhan sudah dekat.” Mereka memahami perkataan ini sebagai akhirnya dunia ini sudah dekat. Oleh karena itu banyak di antara mereka yang tidak mau lagi bekerja dan duduk lipat tangan sambil dengan semangat menanti kedatangan Tuhan. Gereja menegingatkan kelompok yang demikian bahwa tidak ada seorangpun yang tahu kapan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Oleh karena itu mereka harus bertanggungjawab untuk bekerja untuk menafkai keluarga mereka sambil terus berdoa hingga hari Kedatangan Tuhan. Konflik mulai terjadi, Gereja mulai berhati-hati dalam mengerjakan tugas dan panggilannya. Hanya orang-orang yang ditetapkan secara resmi yang diijinkan untuk menjalankan pekerjaan misi, memberitakan Injil dan melayani. Mereka yang diberi sangsi tidak diperkenankan dalam ibadah karena kesesatan atau dosa-dosa besar hanya dapat diijinkan kembali sesudah melewati suatu periode pertobatan. Ibadah Kristen berkembang secara perlahan dalam format yang lebih resmi, 22 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan ketika Gereja menjadi lebih formal dalam menjalankan fungsinya. Hal-hal ini semakin terlengkapi dengan adanya orang-orang kudus dan setia memegang doktrin-doktrin Kristus secara benar. Martyr Efimia. Efimia adalah seorang wanita kudus yang mengherankan. Ia hidup pada masa di mana ajaran sesat Monofisit muncul. Ia lahir di Kalkedon di Afrika Utara. Ia hidup pada tahun 303 M, menjalani suatu kehidupan yang berdedikasi kepada Allah. Karena pelayanan kekristenannya ia dibakar hidup karena menolak untuk menyangkali Kristus. Nyala api tidak menghancurkan tubuhnya secara utuh oleh karena itu ia dimakamkan di kapel Kalsedon yang kemudian kapel tersebut memakai nama St. Efimia. Kapel tersebut menjadi rumah doa bagi banyak orang. Para peziarah yang sakit datang dari berbagai tempat dalam Kerajaan Byzantium disembuhkan dan yang lainnya merasakan mujizat yang berbeda-beda. Pada tahun 451 Sinode Raya keempat dilakukan di Kalsedon, di mana semua uskup berkumpul dan berdiskusi tentang persoalan yang diciptakan oleh para bidat. Ajaran Monofisit yang mengatakan bahwa Yesus hanya memiliki satu hakekat yaitu Ilahi. Teori ini bertentangan dengan konsep yang diajarkan Gereja bahwa Kristus memiliki dua tabiat yaitu kemanusian dan keilahian. Ia adalah Allah dan manusia. Pada masa itu banyak imam menerima ajaran sesat itu sehingg menimbulkan pertentangan dalam Gereja. Oleh karena itu para uskup berkumpul untuk berdialog. Kubu-kubu yang bertikai menampilkan kebenaran mereka, sehingga sidang menjadi sulit untuk memberi keputusan. Kemudian Patriakh meminta kedua belah pihak memberikan copy dari isu permasalahan beserta pendangan-pandangan mereka. Kemudian copy-copy ajaran kedua belah pihak diletakkan diatas peti mayat dari agia Efimia untuk melihat mujizat apa yang hendak terjadi. Peti tersebut terbuka dan kedua macam dokumen itu diletakkan ditangannya. Mereka menutup kembali peti dan berdoa untuk mencari bimbingan untuk membuat keputusan. Kemudian mereka membuka kembali peti tersebut dan apa yang mereka 23 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan lihat adalah bahwa dokumen berisikan Tabiat Yesus hanya itu terletak dikaki orang kudus ini sedangkan dokumen yang mengajarkan dua tabiat Yesus berada ditangan. Melihat hal ini tidak seorangpun dari mereka yang meragukan akan manifestasi ilahi melalui orang kudusNya. Inilah cara di mana Bapa-Bapa Gereja saat itu mencari solusi atas persoalan yang diciptakan oleh para bidat. Gereja merayakan peringatan Efimia pada setiap tanggal 11 Juli. KESIMPULAN Dua belas murid Yesus memiliki beragam latar belakang kehidupan. Beberapa di antara mereka memiliki hubungan dekat sebagai sauadara kandung, dan lainnya memilki hubungan sebagai teman, maupun memiliki profesi yang sama. Latar belakang pendidikan, bahasa, dan ekonomi juga berbeda, namun Yesus memilih mereka menjadi pilar-pilar dasar bagi sejarah kekristenan di dunia ini. Dengan adanya petobatan Paulus, disusul dengan kegiatannya yang tak kenal lelah dalam menyebarkan Injil, membuat jangkauan Injil dengan strategi yang dinamis mampu menjangkau dunia non Yahudi, di luar Palestina. Injil telah menyebar semasa para rasul memenuhi bumi. Konflik, tantangan, penyiksaan hingga kemartiran pejuang-pejuang pekabar Injil adalah bagian yang tak terpisahkan dalam sejarah Gereja mula-mula. Gereja mempersembahkan putra-putri terbaiknya sebagai benih untuk tumbuh berlipat kali ganda pada abad-abad sesudahnya. 24 Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan KEPUSTAKAAN Berkhoff & Enklar. Sejarah Gereja. BPK Gunung Mulia Khul Dietrich. Gereja Mula-Mula Jilid I. Yayasan Pekabaran Injil Indonsia Timothy Ware. Mari Mengenal Kekeristenan Timur. Terjemahan Indonesia. Van den End. Harta dalam Bejana. BPK Gunung Mulia Daun Paulus. Bidat-Bidat Kriten dari Masa ke Masa. Yayasan Daun Family Tony Lane: Runtut Pijar. BPK Gunung Mulia 25