1 PARA RASUL DAN KEGIATAN PELAYANAN

advertisement
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
PARA RASUL DAN KEGIATAN PELAYANAN
oleh
Adolfina E. Koamesakh
Dosen STT Paulus Medan, Pembantu Ketua I, Ka. Prodi Theologia
Abstraksi
Misi penyebaran Injil merupakan Amanat
Agung yang diberikan Yesus kepada dua belas rasulNya sebelum Ia terangkat ke Sorga. Para rasul pada
gilirannya melakukan misi tersebut dengan bantuan
kuasa Roh Kudus yang memampukan mereka untuk
memberitakan Injil dengan kapasitas yang dimiliki
oleh masing-masing orang. Yang menarik dalam
perjalanana hidup dan pelayanan para rasul adalah
pada perubahan sikap mereka ketika bersama Yesus
dan ketika ditinggalkan oleh Yesus. Ketakutan dan
ketidakpahaman mereka tentang misi Yesus justru
semakin jelas bagi mereka sesudah kedatangan Roh
Kudus. Kesebelas murid Yesus, minus Yudas,
menjadi pemberani dalam menyaksikan Yesus
kepada orang Yahudi maupun non Yahudi,
sementara mereka mulai mengorganisasikan diri
lebih baik untuk melakukan misi pelayanan.
Pertama Matias dipilih menggantikan Yudas,
dan beberapa orang diakon untuk pelayanan diluar
pemberitaan Firman. Kedua, Penyebaran Injil
meluas dengan pertobatan Saul seorang Farisi yang
berganti nama Paulus. Kitab para rasul mencatat
ketiga perjalanan misi yang dimotori oleh Paulus
dengan beberapa rasul lain untuk menjangkau dunia
non Yahudi. Dan perjalanan misi Paulus tersebut
memberikan bukti bahwa Injil diberitakan kepada
seluruh bangsa didunia dalam berbagai bahasa.
Kekeristenan mulai menyebar. Tetapi menyusul
sentiment-sentimen
terhadapnya.
Kekristenan
1
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
diperhadapkan dengan benturan-benturan politik,
budaya, dan agama. Para rasul, dan orang-orang
percaya dianiaya, dan hanya yang menjadi sahid
karena membela iman dan kepercayaan kepada
Kristus. Masa-masa pemerintahan para kaisar para
pembela iman Kristen rela memberikan hidup
mereka demi Injil disebarkan. Di samping itu faktor
internal dalam membangun pemahaman yang benar
tentang kebenaran dalam Yesus menimbulkan
konflik lain yang menyulitkan gereja pada abadabad pertama.
Key words: Misi, perjalanan misi, rasul
BAGIAN PERTAMA
Rasul- Rasul Tuhan
Mereka dikenal sebagai murid-murid Yesus Kristus yang
dipersiapkan untuk melakukan pekerjaan Kristus di dunia. Sejak
Hari Pentakosta mereka disebut para rasul karena mereka diutus
memberitakan berita yang diberikan oleh Kristus sendiri kepada
mereka ketika pertama kali para murid ini dipanggil mengikuti
Dia: “Marilah, ikutlah Aku dan Aku menjadikan kamu penjala
manusia” (Matius 4:19). Kata Yunani apostolos artinya orang
yang diutus mengandung arti tugas yang harus dilakukan oleh
seorang yang diutus pergi. Alkitab mencatat ada 12 rasul Kristus
ditambah seorang rasul yang dipanggil oleh Yesus sendiri ketika
Ia telah meninggalkan dunia ini. Mereka adalah:
Rasul Petrus
Petrus sebelum menjadi murid Kristus ia adalah seorang
nelayan berasal dari Betsaida. Petrus mengenal Yesus melalui
saudaranya Andreas yang membawanya kepada Guru tersebut.
Ia juga menyangkali Guru dan Tuhannya itu sebelum Yesus
disalibkan, akan tetapi Petrus langsung bertobat dan ‘menangis
sedih’ karena perbuatannya. Tuhan menerima dia kembali. Oleh
karena itu ketika Petrus menjadi rasul dia membawa banyak
orang kepada Kristus. Khotbahnya di Bait Allah Yerusalem
2
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
membuat ribuan orang percaya kepada Kristus dan dengan terus
terang Petrus yang sebelumnya penakut dalam memberitakan
Injil mengatakan bahwa dia dan para rasul lainnya adalah saksi
mata dari sang Mesias yang adalah Juruselamat dunia yang
diharapkan oleh orang-orang Yahudi. Kemudian Petrus bersama
Yohanes memberitakan Injil di kota Yerusalem. Tidak lama
kemudian dia memutuskan untuk keluar dari Yerusalem dan
pergi ke kota-kota dipinggiran pantai seperti Lida, Saron, Yope
dan Kaisarea. Petrus melakukan banyak mujizat dan satu
diantranya Petrus meniru Gurunya yang ia kasihi dengan
membangkitakan Tabita di kota Yope. Suatu kisah dalam
hidupnya yang luar biasa adalah ketika ia keluar dari penjara.
Seorang malaikat Tuhan turun dan membebaskan dia dari
hukuman mati oleh Herodes.
Beberapa ahli sejarah mencatat bahwa menjelang akhir
hidupnya, Petrus pergi ke Roma dan mengalami kemartirannya
disana, yaitu mati tersalib dengan kepala ke bawah. Gereja
Roma Katolik menetapkan Petrus sebagai Uskup I di Roma.
Akan tetapi tidak ada bukti sejarah yang mengatakan bahwa
Petrus pernah ke Roma untuk melayani. Ia kemungkinan pergi
ke sana hanya dalam waktu menjalani kematian martyrnya saja.
Ia dibawa ke Roma pada masa penganiayaan oleh kaisar Nero
dengan permintaannya Petrus untuk disalibkan dengan kepala ke
bawah. Petrus meminta cara ini sebagai ketidaklayakkannya
mengikuti cara martyr Tuhan dan Gurunya sendiri. Dengan
kepala ke bawah Petrus dapat memandang ke atas di mana
Tuhan dan Juruselamatnya berada.
Rasul Andreas
Andreas adalah saudara Petrus. Ia juga adalah nelayan
dari Betsaida. Menurut Eusbius, serang penulis sejarah Gereja
abad keempat mengatakan bahwa Andreas pergi ke Skitia di
daerah Thrace Yunani Selatan untuk memberitakan Injil. Karya
Andreas yang terbesar sebagai rasul adalah Gereja
Konstantinopel yang dibangunnya di Byzantium, yaitu kota
kuno Yunani (sekarang ibu kota Turki). Pada abad ketiga
Byzantium menjadi ibukota kekaisaran Romawi dibawah
pemerintahan Konstantinus Agung. Dengan demikian, maka
3
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
kota ini pusat aktivitas dari semua gereja dan takhta suci bagi
Kepatriakhan Konstantinopel. Secara otomatis rasul Andreas
menjadi Patriakh Pertama yang dikenal oleh Gereja sebagai
orang kudusnya. Andreas menjadi martir digantung di atas salib
yang berbentuk X di kota Patra, Yunani pada tanggal 30
November tahun 60 M. Hingga kini di kota Patra terdapat
sebuah gereja Katedral Hagios Andreas di tempat mana sang
rasul dieksekusi.
Rasul Yohanes
Yohnes dikenal sebagai murid yang dikasihi. Ia adalah
saudara dari Yakobus dan pekerjaannya sebelum menjadi murid
Kristus adalah sebagai pengusaha ikan. Ia bersama saudaranya
diberi gelar ‘anak-anak guntur’ karena karakter mereka yang
menggebu-gebu karena tidak sabar. Kepada Yohaneslah Yesus
mempercayakan ibuNya Maria untuk dijaga, saat Ia berada di
atas salib. Yohanes adalah pengarang dari Injil Yohanes, tiga
surat yang menggunakan namanya sendiri dan kitab Wahyu. Dia
adalah satu-satunya murid yang meninggal tanpa melalui cara
martir. Sesudah kehancuran Yerusalem tahun 70 Yohanes pergi
ke Efesus di Asia Kecil untuk melayani. Ia meninggal di pulau
Patmos, Yunani pada waktu ia berumur 101 tahun. Hingga hari
ini masih terpelihara sebuah gua yang menjadi tempat tinggal
Yohanes pada waktu itu. Di tempat yang sama terbangun sebuah
biara kuno yang dikenal dengan nama biara Hagios Yohanes
sang Teolog, yaitu nama rasul ini sendiri.
Rasul Yakobus
Kisahnya sangat minim diketahui orang, termasuk
aktivitas pelayanannya. Yakobus ini adalah saudara Yohanes
dan orangtua mereka adalah Zebedeus dan Salome. Sumber
tradisi mencatat bahwa Yakobus pergi ke Spanyol. Satu-satunya
sumber Alkitab yang menyebutkan namanya adalah Kisah Para
Rasul 12:1-2 “Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai
bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat. Ia
menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes dengan
pedang”.
4
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
Rasul-Rasul Lain
Hanya sedikit informasi tentang rasul-rasul lainnya yang
mengajar dan memberitakan Injil. Matius yang mantan
pemungut cukai menjadi murid Kristus dan dikemudian hari ia
menulis Injil Matius. Rasul Barthlomeus yang juga disebut
Natanael adalah penduduk asli Kana di Galilesa. Filipus adalah
teman dekatnya. Bartolomeus menjadi martyr di Armenia.
Simon melayani ke Mesir dan menjadi martyr di Persia.
Thomas ke Malabar dan India untuk memberitakan Injil disana
dan daerah-daerah sekitarnya. Filipus meninggal di Hierapolis
di Asia Kecil.
Judas disebut Thadeus, diduga meninggal di Persia. Ia
bersama saudaranya Yakobus Kecil adalah anak-anak Alfeus.
Beberapa orang sering bingung dengan menyamakan Yakobus
Kecil dengan Yakobus saudara Tuhan yang adalah uskup
Pertama Yerusalem itu. Hal ini merupakan kesalahan besar.
Tidak ada yang penting yang diketahui tentang Yakobus Kecil
ini. Matias adalah rasul yang mengganitkan Yudas Iskariot
tetapi tidak ada informasi tentang ke mana ia melayani.
Setiap rasul berjuang untuk meletakkan fondasi bagi
gereja. Gereja hanya memiliki sedikit informasi tentang
pelayanan mereka melalui Perjanjian Baru. Informasi yang di
dapat berasal dari Tradisi Gereja dan tulisan-tulisan Kristen
kuno. Namun kalau kita menyadari sungguh perubahan demi
perubahan dalam pemerintahan, juga berbagai perubahan seperti
bencana dan kehancuran-kehancuran fisik lainnya, maka
seseorang akan takjub terhadap adanya informasi yang tinggal
untuk diteruskan kepada generasi Kristen sesudahnya.
Yakobus Saudara Tuhan
Waktu ke waktu berganti, orang-orang yang berdedikasi
mengambil alih kepemimpinan Gereja dan sesuai gilirannya
mereka meneruskan pengajaran Kristus. Salah seorangnya
adalah Yakobus saudara Tuhan uskup pertama Yerusalem. Ia
dikenal dengan nama ‘Saudara Tuhan”. Apa yang disebutkan
dalam Injil Markus 6:3 tentang ‘saudara-audara Yesus’ telah
menjadi persoalan untuk berbagai kalangan Kristen. Menurut
tradisi Gereja ‘saudara-saudar Yesus’ di sana adalah anak-anak
5
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
Yusuf yang ia dapati dari pernikahan Yusuf sebelum ia
bertunangan dengan bunda Maria. Istri Yusuf telah meninggal
dan meninggalkan anak-anak yang masih kecil sebelum Yusuf
bertemu dengan bunda Maria.
Tidak ada informasi kapan tepatnya Yakobus menjadi
uskup di Yerusalem. Namanya pertama kali disebutkan dalam
buku Kisah Para Rasul bahwa ia juga hadir pada Sinode
Yerusalem. Ia memberitakan Kabar Baik di Yerusalem dan
sekitarnya. Yakobus mati sebagai seorang martyr, yaitu saat ia
ditarik keluar dari dalam Bait Allah dan dilempari batu hingga
mati.
PEMILIHAN PARA DIAKON
Gereja Kristen terus berkembang dan jumlah
pengikutpun bertambah banyak. Semakin luas pelayanan Gereja
semakin bertambah juga kebutuhan sosial orang-orang Kristen,
dan siapa yang akan melakukannya? Para rasul mengurusi
pemberitaan Firman dan membangun komunitas-komunitas
Kristen diberbagai wilayah. Imam-imam yang ditahbiskan oleh
para rasul harus melakukan fungsi-fungsi pastoral dan Liturgis.
Maka muncullah kebutuhan adanya suatu kelompok ketiga
dalam pelayanan untuk memperhatikan orang sakit, para yatim
piatu, para janda, dan orang-orang miskin. Mereka ini adalah
Diakon-diakon. Diakon-Diakon pertama berjumlah 7 orang yang
dipilih dan ditabiskan oleh para Rasul. Dua diantaranya yaitu
Stefanus, Filipus menjadi contoh yang sempurna dalam hal iman
dan keberanian.
Diakon Stefanus
Gereja memiliki Stafanus sebagai ‘martyr pertama’. Ia
seorang muda yang memiliki iman yang besar. Ia adalah seorang
yang bergerak keluar dari komunitas Yerusalem untuk
memberikan bantuan sosial bagi kebutuhan umat yang
mengandalkan mereka. Ia pertama-tama menjadi pelayan meja
dan mengakhiri hidupnya sebagai seorang ‘martyr Kristen
pertama”. Ia juga seorang intelektual dan pendebat Kristen yang
pertama dalam menkaunter mereka yang bersebrangan dengan
iman Kristen.
6
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
Diakon Stefanus dicobai oleh kaum Sanhedrin. Dan
pidatonya dicatat dalam Kis. 7 yang merupakan teks klasik
tentang iman dan pengakuan. Dalam pidatonya, Stafanus
menekankan bahwa Yesus Kristus telah menggenapi
pengajaran-pengajaran Musa dan bahwa Kekristenan lebih besar
dari bangsa Israel, untuk itu tidak dapat ditemukan dalam
Yudaisme.
Pada dasarnya, ketika ia menyerang akar utama dari latar
belakang nasionaliti Yahudi serta keimanan mereka, Stefanus
menyulut kemarahan mereka dan melemparkan mahkota mereka
kepadanya. Orang-orang Yahudi merasa Stafanus adalah
penghujat. Lalu mereka menarik dia keluar tembok kota dan
melempari dia dengan batu sampai mati. Cara kematian seperti
ini biasanya diperuntukkan kepada orang kafir dan mereka yang
melakukan dosa-dosa besar.
Ketika Stefanus dilempari batu ia berdoa: “Ampunilah
dosa mereka …..Tuhan Yesus, terimalah rohku (Kis.7:60).
Seorang anak muda yang menyaksikan pelemparan batu telah
membantu memegang jubah-jubah mereka yang melempari
Stefanus. Ia adalah seoarng muda Yahudi yang fanatik dengan
keagamaannya, bernama Saul. Saul adalah penganiaya orangorang Kristen tetapi kemudian menjadi rasul Paulus.
Diakon Filipus
Sesudah Stefanus mati, para pemimpin Kristen terpaksa
memberitakan Injil dengan bergerilya dan tersembunyi.
Beberapa pergi ke kota-kota lain bahkan negara lain. Filipus
salah seorang diakon pergi ke Samaria. Di kemudian hari ia
mengarah ke bagian Selatan melalui belantara. Ketika ia
berjalan ia bertemu dengan sebuah kereta kerajaan.
Penumpangnya adalah seorang pangeran Etiopia, sedang
membaca buku Yesaya dalam Perjanjian Lama. Filipus bertanya
kepadanya, “apakah engkau mengetahui apa yang sedang
engkau baca?”. Lalu pangeran Etiopia itu menjawab:
“Bagaimana saya mengerti jika tidak ada orang yang
menjelaskannya kepadaku?” (Kis 8:30).
Filipus menemukan seseorang yang sedang mencari
pengetahuan tentang Allah yang nyata itu. Pangeran Etiopia
7
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
bukanlah seorang Yahudi; ia baru saja mengunjungi Yerusalem
dan dalam perjalanan pulang ke negaranya. Kemungkinan ketika
ia di kota ia membeli foto copy Kitab Yahudi dan berusaha
untuk membacanya. Filipus kemudian berbicara kepadanya
tentang Yesus Kristus. Kemudian mereka bersama-sama turun
dari kereta menuju sungai dan Filipus membaptis dia dalam
nama Tuhan Yesus Kristus.
BAGIAN KEDUA
Pelayanan Para Rasul: Kekristenan Menyebar
Ke Seluruh Dunia
A. Kepada Orang-orang Yahudi
Kekristenan pertama-tama tersebar ditengah-tengah
orang Yahudi, umat Allah, karena Yesus Kristus lahir sebagai
orang Yahudi dan di daerah Yahudi. Para rasul memakai
sinagog-sinagog untuk memberitakan Tuhan Yesus. Melalui
merekalah para rasul melakukan kontak dan memberitakan
“Berita Sukacita” tentang keselamatan dalam Kristus. Banyak
orang Yahudi yang tinggal di pusat kota siap menerima
pengajaran Kristus sebagai satu langkah untuk lebih dekat
kepada kesempurnaan dalam Allah. Jadi kepada orang-orang
Yahudi, para rasul pertama-tama menyampaikan berita Tuhan
Yesus.
Orang-orang Kristen tidak terlalu berambisi menginjili
orang-orang Yahudi, khususnya yang tinggal di Palestina.
Sebagai contoh disebutkan bahwa ada beberapa grup di
Palestina yang bertobat dan memegang teguh iman akan Yesus
Kristus. Kelompok-kelompok ini seperti:
1. Ahli-ahli Torat. Mereka adalah sarjana dan guru-guru
professional. Tugas mereka dalah menafsirkan Kitab
Suci dan hukum-hukum Yahudi. Mereka memelihara
teguh “tulisan-tulisan hukum torat’ dan memiliki
pengaruh kuat atas Yudaisme di Palestina. Tuhan Yesus
sering kali menyindir mereka karena membuat distorsi
dalam menginterpretasi Kitab Suci.
2. Kaum Saduki. Mereka adalah kelompok Yahudi yang
berkuasa. Mereka kaum elite politik yang mengawasi
8
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
Bait di Yerusalem. Mereka menolak perubahan dalam
cara berpikir dan juga perubahan tugas-tugas mereka.
Mereka sangat kuat dalam mengerti Hukum Torat secara
harafiah. Mereka juga menolak ide tentang kebangkitan
orang mati serta penghakiman akhir sesudah kematian,
termasuk menolak adanya setan dan malaikat. Mereka
bertentangan dengan Kekristenan bahkan melawan
orang-orang Kristen sebab tidak dapat menerima doktrin
dasar Kristen yaitu Kebangkitan Kristus.
3. Kaum Farisi. Ini adalah golongan yang paling sukar
dihadapi orang-orang Kristen dan tidak gampang
menghadapi kelompok ini. Kaum Farisi bertendensi
memelihara warisan iman Yahudi yang murni agar
terhindar dari kontaminasi yang buruk. Mereka terkenal
dengan tugas mereka mengamati hukum Torat. Tetapi
tidak sama dengan kaum Saduki, kaum Farisi percaya
adanya kehidupan sesudah kematian, dan ada pahala dan
penghukuman.
Dengan orang-orang Farisi inilah Tuhan Yesus serta
orang-orang Kristen mula-mula sering bertentangan dengan para
pemimpinnya. Menurut Kitab Suci, mereka adalah otak dari
pengkhianatan Yudas terhadap Yesus serta berada dibalik dari
pengadilan dan kematian Yesus. Mereka mengambil bagian
dalam kematian Stefanus dan orang-orang Kristen mula-mula.
Paulus adalah salah satu anggota kaum Farisi sebelum ia
menjadi rasul Kristus.
Yudaisme menolak Kekristenan.
Kekristenan berpengaruh kuat dalam pemikiran orang
pada masa itu. Akan tetapi selalu rentan menghadapi konflik
dengan Yudaisme. Suatu contoh klasik yaitu debat antar
Stefanus sang Martyr dengan Majelis Sanhedrin. Orang Yahudi
beranggapan bahwa mereka adalah umat pilihan Allah dan
mereka adalah kaum yang inklusif. Oleh karena itu mereka
menjadi berang ketika Stefanus mengatakan bahwa kepenuhan
dari Yudaisme itu ada dalam diri Yesus Kristus. Kematian tragis
dari Stefanus memberikan bukti kuat bahwa Kekristenan tidak
sejalan dan berada di luar dari batasan-batasan Yudaisme.
9
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
Orang-orang Kristen terpaksa mengungsi keluar
Yerusalem. Mereka menginjili di daerah-daerah Samaria,
Antiokia dan negara-negara tetangga lainnya. Satu hal yang
terpenting dalam sejarah Gereja adalah ketika pengajaranpengajaran Kristus menjangkau dunia Yunani yang rela dan
bersedia membuka tangan menyambut kedatangan berita Injil.
Inilah kemenangan Kekristenan di luar Palestina.
Pemisahan tegas antara kekristenan dan Yudaisme
menjadi tegas, dan tidak dapat lagi disamakan. Para pemimpin
Kristen dan guru-gurunya menggunakan jaringan atau hubungan
lalulintas serta kesatuan Kekaisaran untuk bepergian dari satu
tempat ke tempat lainnya. Kemana saja mereka pergi, mereka
meninggalkan jejak kasih dan iman akan Kristus.
Ternyata Allah membalikkan peristwa tragedi bagi
orang-orang Kristen kepada berkat yang tersembunyi. Ketika
para pemimpin Kristen terpaksa keluar dari Yerusalem, mereka
sedang masuk dalam gerakan memperluas iman kepada Allah
yang hidup yang akan tinggal tetap selama-lamanya.
B. Kepada Dunia Kafir
Rasul Paulus, Rasul Bangsa-Bangsa Kafir (non Yahudi)
Paulus yang sebelumnya bernama Saul itu adalah salah
seorang yang berkarakter dinamis dalam Gereja Kristen. Saul
lahir di kota Tarsus, Sisilia. Bahasa Yunani adalah bahasa yang
dipakai di kota ini, dan penduduknya diberi hak istimewa
menjadi warga Kerajaan Romawi. Orangtua Saul berdarah
Yahudi dengan latar belakang Farisi. Mereka hidup diantara
orang-orang Yahudi di Tarsus.
Hal-hal penting yang perlu diketahui dari kehidupan
Paulus adalah kebangsaan Yahudinya, pendidikan Yunaninya,
serta kewarganegaraan Romawinya memberikan kontribusi
penting dalam kehidupan Paulus termasuk pekerjaan
pelayanannya. Ketika Saul berumur 15 tahun, ia disekolahkan
ke Yerusalem di sekolah Bait Allah. Ia dibawah supervisi Rabi
Gameliel, seorang bijak sebgaimana yang dicatat Kis 5:33-39.
Ketika berakhir masa studinya, Saulus terikat lebih erat dengan
tradisi keyahudiannya dalam hidupnya sehari-hari.
10
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
Sementara itu, pada masa yang sama diantara perbukitan
Galilea, seorang anak laki-laki muda sedang bertumbuh menjadi
seorang laki-laki dewasa namanya Yesus Kristus. Karena latar
belakang Farisi, Saul bertumbuh dalam sentiment yang besar
terhadap Yesus dan murid-murid-Nya serta para pengikut
Yesus. Saulus menghimpun seluruh kekuatannya untuk
menganiaya pengikut Kristus yang disebut Mesias, yang
menurut Saul adalah “Mesias palsu”. Saul menyaksikan
pelemparan batu terhadap Stefanus hingga matinya, bahkan ia
sendiri yang memegang jubah orang-orang yang melempari batu
kepada Stefanus.
Di kemudian hari Saul diutus ke Damaskus untuk
memburu beberapa rasul yang berada disana, karena kegiatan
penganiayaan orang Kristen sedang dimulai. Akan tetapi pada
perjalanannya terjadi peristiwa yang mengherankan dan
dramatis bahkan merubah hidup si penganiaya ini untuk
memohon ampun atas dosa-dosanya kepada Dia yang ia aniaya.
Dan itulah cerita tentang Saul yang bertobat sebagaimana dicatat
oleh Kis 9:3-9. “Ketika ia sedang berjalan menuju Damaskus,
tiba-tiba suatu cahaya dari langit bercahaya didepannya. Ia jatuh
ke tanah dan mendengar suatu suara berteriak: Saul, Saul,
mengapa engkau menganiaya Aku?. Dan ia menjawab
“Siapakah Engkau, Tuhan?” lalu Ia berkata: “Aku adalah Yesus
yang sedang engkau aniaya: tapi bangkitlah dan masuklah ke
kota, dan engkau akan tahu apa yang harus engkau lakukan.”
Orang-orang yang bersama pergi dengan Saul tidak
dapat bicara apa-apa, ia mendengar suara itu tapi tidak melihat
siapa yang berbicara. Saul bangkit berdiri dan ketika membuka
matanya ia tidak melihat apa-apa; lalu orang-orang
membawanya ke kota Damaskus. Ia menjadi buta selama tiga
hari, juga tanpa makan dan minum.”
Terdapat sebuah
keyakinan bahwa segera sesudah mujizat ini terjadi, Paulus
langsung memulai perjalanan misinya. Meskipun demikian
perubahan hidup yang dalam tidak demikian cepat dan mudah
terjadi begitu saja. Pertama-tama, Paulus terikat dengan
tuntutan-tuntutan Hukum Torat Yahudi dan nurani
keyahudiannya; ia berada diantara lingkungan di mana telah
membentuk kepribadiannya serta apa yang harus dia lakukan;
11
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
antara agama nenek moyangnya serta berita penebusan oleh
Yesus Kristus.
Meskipun dengan semua persoalan ini, Paulus
menyelidiki hatinya sendri untuk menentukan sebuah keputusan
sebelum ia melakukan suatu perubahan. Kristus yang ia lihat
diperjalanan ke Damaskus sangat kuat mengarahkan seluruh
pola hidupnya dan memperbaharui kekuatannya. Ketika pikiran
dan perbuatannya berubah Paulus menjadi salah seorang dari
pekerja-pekerja terbesar Kristus.
Paulus Menyiapkan Misinya
Sesudah Paulus menjadi buta, ia dituntun ke Damaskus.
Seorang bernama Ananias diperintahkan oleh Roh Kudus untuk
menemui Paulus. Ananias meletakkan tangannya ke mata
Paulus, lalu dia melihat kembali. Ketika Paulus tinggal disana
untuk berdoa, bermeditasi dan belajar. Ia butuh waktu untuk
mengerti Kitab-Kitab Suci, untuk mengkoordinasi antara
kepercayaan lamanya dengan yang baru ia ketahui. Dua belas
rasul juga butuh waktu untuk menerima Paulus. Ini dikarenakan
Para rasul tahu benar bahwa Paulus ke Damaskus untuk
menangkap mereka dan membawa kembali mereka ke
Yerusalem untuk di hukum. Paulus tinggal disana kira-kira tiga
setengah tahun.
PERJALANAN MISI PAULUS
Paulus meninggalkan Damaskus dan kembali ke
Yerusalen. Ia bertemu dengan para rasul bahkan untuk beberapa
waktu ia tinggal bersama mereka, kemudian kembali ke tempat
kelahirannya di Tarsus. Dari sinilah, Paulus memulai perjalanan
misinya yang terkenal itu. Dari Kisah Para Rasul diketahui
bahwa Barnabas seorang wakil dari komunitas Kristen di
Yerusalem datang meminta kepada Paulus untuk mendampingi
dalam kegiatan komunitas Kristen di Antiokhia. Sesudah
pertemuannya dengan Barnabas, keduanya mulai melakukan
perjalanan misi Apostolik yang Pertama (Kis. 13: 13-14:28)
sebagai berikut:
Perjalanan Misi Pertama ( 45-51 )
12
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
Paulus meninggalkan Tarsus dan bersama Barnabas
pergi ke Antiokia di Siria. Mereka bersama-sama ke Siprus dan
beberapa waktu berada di sana. Kemudian Paulus meninggalkan
Siprus dan pergi ke Pergia di Pamvilia, Antiokia di Pisidia,
Ikonium, Lystra dan Derbe, serta beberapa kota di Asia Kecil.
Dari sini Paulus kembali ke Antiokia Siria, kota di mana ia
memulai perjalanan misinya.
Antiokia adalah salah satu kota terpenting dan terbesar
dalam Kekaisaran Roma di Asia Kecil. Di kota inilah orangorang kafir menyebut pengikut Kristus sebagai orang-orang
“Kristen”. Pengajaran Kristus tidak lagi terbatas dan cenderung
menjadi universal. Paulus menjadikan Antiokia menjadi awal
mula dan sentral dari seluruh perjalanan misinya.
Perjalanan misi yang pertama adalah pada jantung Asia
Kecil di mana kebudayaan Yunani sangat dominan. Perjalanan
Pertama ini sangat signifikan karena meskipun Paulus
mengunjungi orang-orang Yahudi di setiap kota yang ia pergi,
Paulus juga memperkenalkan kekristenan kepada orang-orang
kafir (bangsa-bangsa non Yahudi). Dan ketika ia kembali ke
Antiokia, ia dengan serius memperhitungkan persoalan yang
timbul dengan orang-orang Yahudi di sana.
Orang-orang Yahudi menganggap bahwa bangsa-bangsa
kafir wajib menerima dan menyelidiki hukum-hukum serta adatistiadat yang diberikan oleh Musa kepada orang-orang Ibrani.
Untuk menyelesaikan isu ini Paulus dan Barnabas terpaksa ke
Yerusalem untuk berdiskusi dengan para rasul lainya.
Pertemuan dengan semua Rasul di Yerusalem ini dikenal
dengan nama “Sinode Apostolik” dilakukan pada tahun 50 M.
Ketika itu Yakobus adalah uskup Agung Yerusalem dan hadir
dalam sidang ini juga adalah Petrus dan Yohanes serta rasulrasul lainnya. Paulus dan Barnabas berhasil dalam meyakinkan
para rasul dan peserta sidang bahwa orang-orang Kristen non
Yahudi tidak harus menjalankan hukum-hukum ritual Yahudi.
Sinode Rasuliah ini menghasilkan keputusan-keputusan
dan disosialisasi kepada gereja-geraja lokal. Keputusankeputusan ini sangat penting karena Gereja Kristen menjadi
Gereja universal dan secara resmi misinya bukan saja terbatas
13
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
pada kaum Yahudi tetapi juga menjangkau bangsa-bangsa
lainnya.
Perjalanan Kedua (53-55)
Kisah Para Rasl 15:1-8 mencatat Perjalanan ini.
Perjalanan kedua ini bertujuan sebagai kunjungan dan penguatan
terhadap komunitas-komuntas Kristen yang telah dibangun pada
perjalanan misi Pertama. Paulus mengunjungi kembali berbagai
wilayah di Asia Kecil kemudian ia berangkat ke Troas. Troas
adalah wilayah terjauh di Asia Kecil, dari sana ia berlayar
menuju benua Eropa.
Paulus dan Barnabas adalah kawan seperjalanan tetapi
pada titik ini namanya tidak lagi disebutkan. Sekarang, Silas dan
Timotius menemani Paulus, termasuk Lukas, penulis Injil dan
Kisah Para Rasul. Ketka di Troas, dalam mimpinya, Paulus
berlayar menyeberang ke Eropa. Dan kemudian ia bersama
teman-teman perjalanan yang baru itu mendarat di Thrace,
Yunani. Inilah pertama kali Paulus berada di benua yang baru.
Ia mendirikan gereja-gereja baru di Filipi, Amfipolis, Apolonia,
Tesalonika, Berea, Athena, dan Korintus. Di Filipi Paulus dan
Silas dipenjarakan dan dibelenggu. Ketika berada dalam penjara,
terjadilah gempa bumi yang dahsyat sehingga rantai-rantai yang
membelenggu mereka terbuka. Pintu-pintu penjara terbuka.
Penjaga penjara terheran-heran akan keajaiban Allah, kemudian
bersama keluarganya percaya kepada Allah dan menjadi
Kristen.
Setelah dari Filipi, Paulus pergi ke Tesalonika, Berea
dan Athena. Di Athena ia naik ke bukit Mars, tempat di mana
para orator dan pengajar besar Yunani mengajar dan berbicara.
Paulus berbicara kepada orang-orang Athena tentang “Allah
yang Tak Dikenal” yang kepadanya mereka telah membangun
altar dan menyembahnya bersama para dewa lainnya. Ia katakan
kepada mereka bahwa “Allah yang tak dikenal’ itu adalah Yesus
Kristus, yang telah datang ke Bumi, disalib, bangkit dan
menyelematkan umat manusia.
Dengan kegiatan ini, Injil Kristus secara resmi di
sebarkan ke jantung dunia Helenistik. Salah seorang yang
mendengar Paulus secara serius adalah Dionisius Areopagitis,
14
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
yang kemudian hari menjadi uskup pertama bagi gereja Athena.
Dari sini Paulus pergi ke Korintus dan dari sana ia kembali ke
Antiokia, meski sebelumnya untuk waktu yang singkat ia
mengunjungi Efesus, Kaisarea di Palestina dan Yerusalem.
Perjalanan Ketiga Tahun 56-59
Rasul Paulus memulai perjalanan barunya dalam
mendirikan komunitas Kristen yang baru. Pada Perjalanan misi
sebelumnya, ia mengunjungi Efesus, kemudian ke Yunani. Ia
kembali melalui rute yang berbeda melalui pulau-pulau kecil di
Mytilini, Xios, Samos, Miletos, Kos,dan Rodes. Tempat-tempat
baru yang di kunjunginya ini Paulus, berkhotbah, dan
membentuk komunitas-komunitas baru. Ia kembali ke
Yerusalem, melalui Kaisarea di Palestina.
Perjalanan misi ketiga di mulai dari Efesus, sebuah kota
utama di Asia Kecil. Kota Efesus merupakan sentral perniagaan
dan di sana terdapat sebuah kuil yang diperuntukkan untuk Dewi
Artemis (Diana). Di sana Paulus mendapat suatu pengalaman
pahit. Beberapa pengrajin perak di kota itu memperdagangkan
beberapa benda untuk kuil Artemis, merasa bahwa Paulus dan
orang-orang Kristen telah merugikan bisnis mereka. Kemudian
menghasut penduduk kota untuk menentang tim Rasul Paulus.
Suatu demonstrasi besar dilakukan sehingga wakil wali negeri
menghentikan kekerasan yang terjadi saat itu (Kis 18:23-1).
Perjalanan Keempat Tahun 59-64
Orang-orang Yahudi tidak pernah diam menganiaya.
Mereka melihat bahwa Paulus adalah pengkhianat agama
mereka. Berulang kali Paulus dimasukkan ke penjara. Akhirnya
Paulus harus menggunakan haknya sebagai penduduk Romawi
bagi perlindungan dirinya. Tujuannya adalah membebaskan dia
dari hukuman di Pengadilan Roma, dan agar terbebas dari
hukuman keji seperti pemancungan kepala atau disalib. Tujuan
lain adalah menuntut kepada Kaisar. Sesudah menunggu dua
tahun lamanya, Paulus menuntut haknya ke Kaisar, kemudian ia
diutus ke Roma pada tahun 62.
Bagian akhir dari kehidupan rasul Paulus ini diceritakan
di dalam delapan fasal terakhir buku Kisah Para Rasul. Sudah
15
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
menjadi kerinduan besar Paulus untuk pergi ke Roma, dan
kerinduannya itu terwujud, tetapi melalui jalan yang tak pernah
didesain sebelumnya oleh Paulus sendiri. Ketika ia pergi ke
Yerusalem setelah perjalanan ketiganya, orang-orang Yahudi
yang fanatik menuduh Paulus menggangu keamanan
pemerintahan dan menajiskan Bait. Paulus ditahan dan
dimasukkan ke dalam penjara di Kaisarea demi keselamatannya.
Ia diperhadapkan kepada Feliks yang adalah seorang penindas
kaum Yahudi, tetapi kasus ini tertunda-tunda selama dua tahun.
Setelah itu Festus menggantikan Feliks dan sekali lagi Paulus
diadili kembali.
Festus baru saja memangku jabatannya dan ia tidak mau
dituduh berseberangan dengan orang-orang Yahudi. Maka
sewaktu ia dituntut untuk menggelar suatu sidang di Yerusalem,
ia mengabulkan permohonan tersebut. Paulus tahu persis bahwa
keputusannya berujung hukuman mati, oleh karena itu ia
menggunakan haknya kepada seorang Kaisar Roma. Festus
meminta nasihat raja Agripa di Yudea, sehingga mereka
berkeputusan untuk mendengarkan pembelaannya.
Peristiwa ini sangat berkesan dalam sejarah. Paulus
berdiri di hadapan Festus, penguasa Roma dan penyiksanya
serta raja Agripa lalu ia bercerita tentang kehidupannya, dan
kemuliaan Tuhan Yesus Kristus, yang ia layani sekarang ini.
Agrippa takjub dengan ceritanya sehingga ia berkata “engkau
hampir membuatku percaya dan menjadi menjadi Kristen.”
Paulus kemudian dikirim ke Roma. Sekali lagi ia mengalami
kesukaran dengan tenggelamnya kapal dalam pelayarannya, lalu
dia mendapat kesempatan memberitakan Injil di pulau Kreta dan
Malta. Ketika berada di Roma ia diijinkan tinggal di sebuah
rumah selama 2 tahun. Ia juga diijinkan memberitakan Injil dan
menerima tamu serta menulis surat. Kemudian ketika Nero
menjadi Kaisar, penganiayaan dimulai. Pada tahun 64 Paulus di
sidang dan dijatuhi hukuman mati sebagai seorang martir
Kristus yang ia kasih dan layani (Kis 22-28).
BAGIAN KETIGA
Gereja Berkembang
16
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
Para rasul dan pengganti mereka terus melayani dan
memberitakan Injil di seluruh Palestina dan daerah lainnya yang
mereka kunjungi. Mereka berkhotbah dan membaptis setiap
murid baru dan menahbiskan orang-orang Kristen yang
terpanggil melayani. Para pemimpin Yahudi makin bertambah
waspada. Guru rasul Paulus yaitu Gameliel pernah mengatakan;
“Jika ini adalah rencana dan pekerjaan manusia, maka akan
gagal; tetapi jika ini adalah pekerjaan Allah maka kalian tidak
akan dapat menghentikannya, bahkan engkau akan melawan
Allah” (Kis. 5:38-39).
Orang-Orang Kristen Memiliki Ibadah Sendiri
Pada awalnya, orang-orang Kristen beribadah di
Sinagog-Sinagog. Mereka menjalankan ibadah sore, yang
dikenal dengan “Perayaan Kasih” atau “Perjamuan Kudus”.
Perjamuan Kudus diperintahkan oleh Tuhan Yesus sendiri
ketika Ia mengadakan Perjamuan Terakhir dengan mengatakan
kepada para muridNya: “Lakukanlah sebagai peringatan akan
Aku.”
Setelalah para pemimpin Yahudi melarang orang-orang
Kristen masuk ke dalam sinagoge-sinagoge, maka ibadah
Kristen dilakukan di rumah-rumah pribadi. Beberapa waktu
kemudian Perjamuan Kudus dilakukan pada pagi hari Minggu
yang di sebut Hari Tuhan. Perjamuan Kudus adalah Liturgi Suci
pada zaman ini dilakukan, khususnya di Gereja Timur ditulis
oleh St. Yohanes Chrysostomos dan St. Vasilius Agung.
Gereja Mua-Mula tidak membangun gedung-gedung
khusus. Mereka hanya menggunakan fasilitas gedung atau
rumah yang ada tersedia. Selama masa penganiayaan terhadap
orang-orang Kristen, pelayanan ibadah dilakukan di dalam
katekombe-katekombe, kuburan, ruang bawah tanah, tempattempat yang terisolasi atau tersembunyi mengingat masa
penganiayaan yang maha dahsyat itu.
Liturgi Kudus mempresentasikan fase-fase dalam
kehidupan Kristus:
1. Kelahiran Kristus
2. Pelayanan Publik Yesus
3. Perjamuan Terakhir
17
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
4. Korban di atas Salib
5. Kebangkitan Kristus
6. Perjamuan Kudus
Ibadah di mulai dengan mazmur-mazmur dan pujian
serta pembacaan Perjanjian Lama. Pada masa itu Perjanjian
Baru belum ditulis, akan tetapi mijizat dan pengajaran Kristus
disampaikan dalam bentuk sermon, atau khotbah.
Justinus Martyr, seorang kudus yang juga seorang filsuf
yang hidup pada abad kedua menguraikan Liturgi Suci pada
zamannya sebagai berikut:
“pada hari Minggu semua orang yang tinggal di kota dan
di mana saja berkumpul dan membaca surat-surat para rasul,
dan nabi-nabi sepanjang waktu mengijinkan untuk dibaca.
Ketika pembaca berhenti membaca, imam (presbyter)
mengomentari serta memberikan instruksi-instuksi dan
himbauan untuk meniru hal-hal yang baik dari teladan
pendahulu mereka. Kemudian jemaat berdiri dan menaikkan
doa-doa mereka secara bersama. Kemudian ketika selesai
berdoa, roti, anggur dan air dibawa dan presbyter mengucap
syukur dan jemaat menyambutnya dengan kata ‘amin’.
Unsur-unsur Perjamuan Kudus dibagikan kepada mereka
yang hadir maupun mereka yang tidak hadir. Kepada yang
tidak hadir dikirim melalui pelayanan para diakon.”
Suatu kutipan yang lebih klasik yaitu ditulis pada awal
abad kedua sesudah Kritus yaitu dari dokumen yang dikenal
dengan “Pengajaran Para Rasul” (Didache) yang mengaakan:
“pada saat Ekaristi kami menaikkan syukur terimakasih
dengan berbagai cara. Pertama: Syukur Cawan: Kami
bersyukur kepadaMu, ya Bapa kami, Pokok Anggur Kudus
dari Daud. HambaMu yang kami kenal melalui Yesus
Kirstus. Kemuliaan bagiMu. Kedua Syukur atas Roti: Kami
mengucap Syukur kepadaMu Bapa kami, bagi kehidupan
dan pengetahuan karena kami telah mengenalmu melalui
Yesus. Segala Kemuliaan bagiMU. Karena hanya
bagiMulah kemuliaan dan kuasa Melalui Tuhan Yesus
Kristus selama-lamannya.”
Literatur Kristen yang Pertama
18
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
Perjanjian Baru belum ditulis hingga pertengahan akhir
abad pertama sesudah Kristus. Orang-orang Kristen pada
awalnya hanya membaca Perjanjian Lama. Kemudian ketika
para rasul melembagakan gereja-gereja, mereka berkomunikasi
dengan gereja-gereja yang telah didirikan itu melalui surat-surat
yang mereka kirimkan, meski pada awal pelayanan mreka
mengajar secara lisan. Surat rasul Paulus kepada orang-orang
Tesalonika diyakini sebagai surat Perjanjian Baru yang pertama
ditulis yaitu antara tahun 61-63 M. Penulisan keseluruhan 27
buku PB ini memakan waktu hampir 100 tahun. Kemudian
bersama dengan 49 buku PL disatukan dan membentuk Buku
yang disebut Kitab Suci bagi orang-orang Orthodox maupun
Roma Katolik.
Tradisi Kudus
Alkitab tidak ditulis seperti suatu ensklopedia yang
berisikan pngajaran-pengajaran Allah, tidak juga merupakan
suatu teksbook dengan jawaban-jawaban terhadap semua
persoalan. Para penulis menulis surat-surat mereka untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memberikan nasehatnasehat khusus yang dibutuhkan jemaat. Para rasul sendiri pada
awalnya mengajar secara lisan; kemudian beberapa di antara
mereka mulai menyusun ide-ide mereka dalam tulisan.
Pengajaran yang tertulis itu kemudian disebut Tulisan-Tulisan
Kudus (Kitab Suci), dan pengajaran yang lisan atau verbal di
sebut Tradisi Suci.
Tradisi Suci adalah Pengajaran Yesus yang tidak tertulis
yang disampaikan melalui khotbah-khotbah dan surat-surat yang
ditulis oleh para uskup dan imam pada tiga abad pertama
Masehi. Sebagai contoh, Rasul Paulus menulis surat kepada
orang-orang Korintus “Karena apa yang saya berikan kepadamu
adalah juga apa yang telah aku terima. I Kor. 15:13”. Juga
dalam suratnya kepada orang-orang Tesalonika, Paulus menulis:
“Oleh karena itu saudara-saudara, berdirilah teguh, dan
peganglah tradisi-tradisi yang telah diajarkan kepadamu, baik
secara lisan (kata-kata) maupun melalui surat-surat kami. II Tes.
2:15”.
19
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
Yohanes Penulis Injil dan Rasul Kritus menulis: “Aku
memliki banyak hal yang hendak kutuliskan kepadamu, tetapi
aku tidak menulis dengan tinta dan kertas; melainkan aku
berharap datang kepadamu, dan berbicara langsung, supaya
sukacita kami menjadi penuh. 3 Yoh. 1:13). Ia kemudian
menyimpulkan Injil dengan pernyataan: “ Masih banyak lagi
hal-hal yang telah dilakukan Yesus, tetapi apabila semuanya
ditulis, maka dunia ini sendiri tidak dapat memuat semua buku
yang ditulis itu.” (Terjemahan bebas) Yoh. 21:25.
Agios Vasilis seorang Uskup Agung abad keempat, dan
juga seorang teolog dan pakar dari Kaesarea, di Kapadokia, Asia
Kecil menulis perasaannya berhubungan dengan Tradisi suci
dengan caranya sendiri: “dari doktrin-doktrin yang dipelihara
Gereja, beberapa diantaranya kita tahu dari instruksi-instruksi
tertulis, tetapi lainnya kita terima dari tradisi Rasuliah yang
diturunkan secara khusus. Kedua-duanya memiliki dorongan
yang sama untuk mencapai kesalehan, dan tidak seorangpun
merasa kontradiksi meskipun hanya memiliki pengetahuan yang
hanya sedikit tentang apa yang telah ditetapkan Gereja.
Sebagai kesimpulan, bahwa Tradisi Suci harus
mencerminkan tiga kualitas sebelum dapat diterima sebagai
pengajaran asli dari Gereja:
1) Keapostolikkan (Apostolicity). Tradisi adalah yang telah
diajarkan oleh para Rasul, yang mereka sendiri
sebelumnya telah terima dari Tuhan Yesus.
2) Keuniversalan (Catholicity). Dengan kata lain
‘kekatolikkan’, artinya pada hakekatnya tradisi itu
memiliki kualitas yang general, natural, atau universal.
Kata Katolik di sini tidak ada hubungannya dengan
Roma Katolik. Artinya bahwa tradisi itu diterima dan
dipraktekkan oleh seluruh gereja dan bukan satu gereja
lokal saja.
3) Kecocokkan (Conformity) artinya pengajaran dan
prakateknya harus sesuai degan pengajaran umum
Gereja. Dengan kata lain, tradisi itu tidak boleh
bertentangan dengan Alkitab atau doktrin-doktrin
Kristen. Artinya baik Alkitab maupun tradisi dapat
mendukung satu sama lainnya.
20
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
KEKRISTENAN MENYEBAR MESIKIPUN MENUAI
KONFLIK
Konflik Internal
Tuhan Yesus pernah berkata kepada para muridNya:
“didunia kamu mengalami kesengsaraan; tetapi janganlah takut,
karena Aku telah mengalahkan dunia ini” (Yoh. 16:33). Konflik
awal dalam Gereja adalah dengan Yudaisme berkenaan dengan
penerimaan orang-orang non Yahudi (kafir) dalam Gereja.
Konflik lain adalah ketika Berita Baik dari Tuhan Yesus itu
menjangkau seluruh dunia. Beberapa kalangan mencoba untuk
mengidentikkan pengajaran Kristen dengan ajaran filsafat, aliran
keagamaan lainnya, dan adat istiadat yang dianut. Usaha-usaha
semacam ini adalah pemicu utama yang menciptakan iritasi dan
skandal bagi Gereja secara meluas.
Teori-teori
seperti
Gnostisisme,
Marcionisme,
Manichisme, dan Montanisme, adalah cotoh-contoh ajaran sesat,
karena tidak sesuai dengan ajaran-ajaran dasar tentang Allah
berkenaan dengan penciptaan, kejatuhan manusia, keselamatan
dan Kerajaan Allah. Gereja merasa penting untuk melawan
bidat-bidat ini dengan suatu garis besar doktrin dan pengajaran
yang sistematis. Untuk itu Gereja menggunakan tiga tradisinya
melawan ajaran bidat dan pencetusnya, sebagai berikut:
1) Suksesi Rasuliah. Artinya otoritas keuskupan diterus
sampaikan (turunkan dari generasi ke generasi, orang
per orang) melalui pentabisan. Jika Gereja itu
dikatakan benar, maka gereja tersebut harus memiliki
garis hubungan dengan Kristus dan Para rasul.
Artinya dari Yesus kepada para Rasul dan diturunkan
kepada para uskup. Uskup-uskup adalah pilar dan
pembela kebenaran iman Kristen. Yustinus Martyr
mengatakan: “Dimana ada bishop, di situ ada
Gereja”.
2) Pengakuan Rasuliah. Pengakuan ini diturunkan dari
suksesi rasuliah dan diucapkan dalam baptisan. Ini
adalah Pengakuan Iman dan butir-butirnya berisikan
kebenaran doktrin yang dipergunakan untuk
melawan Gnostisisme. Agios Ireneus menyebutkan
21
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
‘Pengkauan Rasuliah’ sebagai “Kanon Kebenaran”
dan Agios Tertullian menyebutnya sebagai “Kanon
Iman.”
3) Kanon Perjanjian Baru dikenal luas semenjak abad
kedua dan ketiga. Walaupun banyak buku-buku
bermunculan dan mengklaim memiliki otoritas
kerasulan, tetapi hanya 27 buku yang diterima
sebagai buku-buku yang otentik dalam Perjanjian
Baru. Di luar dari 27 buku PB itu dikategorikan
sebagai ‘pseudographa’ artinya ‘pengajaran dan
tulisan yang salah’. Hingga masa ini tulisan-tulisan
PB sudah dpergunakan hanya sebagai bacaan yang
inspiratif dan penuntun iman. Dari sinilah tulisantulisan ini menjadi senjata tertulis untuk menyerang
ajaran sesat.
Konflik Lain
Konflik internal yang begitu sulit dihadapi oleh orangorang Kristen adalah ketika umat Kristen mula-mula
menafsirkan kata-kata Yesus secara literal. Sebagai contoh
ketika Yesus mengatakan: “Tuhan sudah dekat.” Mereka
memahami perkataan ini sebagai akhirnya dunia ini sudah dekat.
Oleh karena itu banyak di antara mereka yang tidak mau lagi
bekerja dan duduk lipat tangan sambil dengan semangat menanti
kedatangan Tuhan.
Gereja menegingatkan kelompok yang demikian bahwa
tidak ada seorangpun yang tahu kapan kedatangan Tuhan Yesus
yang kedua kali. Oleh karena itu mereka harus
bertanggungjawab untuk bekerja untuk menafkai keluarga
mereka sambil terus berdoa hingga hari Kedatangan Tuhan.
Konflik mulai terjadi, Gereja mulai berhati-hati dalam
mengerjakan tugas dan panggilannya. Hanya orang-orang yang
ditetapkan secara resmi yang diijinkan untuk menjalankan
pekerjaan misi, memberitakan Injil dan melayani. Mereka yang
diberi sangsi tidak diperkenankan dalam ibadah karena
kesesatan atau dosa-dosa besar hanya dapat diijinkan kembali
sesudah melewati suatu periode pertobatan. Ibadah Kristen
berkembang secara perlahan dalam format yang lebih resmi,
22
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
ketika Gereja menjadi lebih formal dalam menjalankan
fungsinya. Hal-hal ini semakin terlengkapi dengan adanya
orang-orang kudus dan setia memegang doktrin-doktrin Kristus
secara benar.
Martyr Efimia.
Efimia
adalah
seorang
wanita
kudus
yang
mengherankan. Ia hidup pada masa di mana ajaran sesat
Monofisit muncul. Ia lahir di Kalkedon di Afrika Utara. Ia hidup
pada tahun 303 M, menjalani suatu kehidupan yang berdedikasi
kepada Allah. Karena pelayanan kekristenannya ia dibakar
hidup karena menolak untuk menyangkali Kristus. Nyala api
tidak menghancurkan tubuhnya secara utuh oleh karena itu ia
dimakamkan di kapel Kalsedon yang kemudian kapel tersebut
memakai nama St. Efimia. Kapel tersebut menjadi rumah doa
bagi banyak orang. Para peziarah yang sakit datang dari
berbagai tempat dalam Kerajaan Byzantium disembuhkan dan
yang lainnya merasakan mujizat yang berbeda-beda.
Pada tahun 451 Sinode Raya keempat dilakukan di
Kalsedon, di mana semua uskup berkumpul dan berdiskusi
tentang persoalan yang diciptakan oleh para bidat. Ajaran
Monofisit yang mengatakan bahwa Yesus hanya memiliki satu
hakekat yaitu Ilahi. Teori ini bertentangan dengan konsep yang
diajarkan Gereja bahwa Kristus memiliki dua tabiat yaitu
kemanusian dan keilahian. Ia adalah Allah dan manusia.
Pada masa itu banyak imam menerima ajaran sesat itu
sehingg menimbulkan pertentangan dalam Gereja. Oleh karena
itu para uskup berkumpul untuk berdialog. Kubu-kubu yang
bertikai menampilkan kebenaran mereka, sehingga sidang
menjadi sulit untuk memberi keputusan. Kemudian Patriakh
meminta kedua belah pihak memberikan copy dari isu
permasalahan beserta pendangan-pandangan mereka. Kemudian
copy-copy ajaran kedua belah pihak diletakkan diatas peti mayat
dari agia Efimia untuk melihat mujizat apa yang hendak terjadi.
Peti tersebut terbuka dan kedua macam dokumen itu diletakkan
ditangannya. Mereka menutup kembali peti dan berdoa untuk
mencari bimbingan untuk membuat keputusan. Kemudian
mereka membuka kembali peti tersebut dan apa yang mereka
23
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
lihat adalah bahwa dokumen berisikan Tabiat Yesus hanya itu
terletak dikaki orang kudus ini sedangkan dokumen yang
mengajarkan dua tabiat Yesus berada ditangan. Melihat hal ini
tidak seorangpun dari mereka yang meragukan akan manifestasi
ilahi melalui orang kudusNya. Inilah cara di mana Bapa-Bapa
Gereja saat itu mencari solusi atas persoalan yang diciptakan
oleh para bidat. Gereja merayakan peringatan Efimia pada setiap
tanggal 11 Juli.
KESIMPULAN
Dua belas murid Yesus memiliki beragam latar belakang
kehidupan. Beberapa di antara mereka memiliki hubungan dekat
sebagai sauadara kandung, dan lainnya memilki hubungan
sebagai teman, maupun memiliki profesi yang sama. Latar
belakang pendidikan, bahasa, dan ekonomi juga berbeda, namun
Yesus memilih mereka menjadi pilar-pilar dasar bagi sejarah
kekristenan di dunia ini. Dengan adanya petobatan Paulus,
disusul dengan kegiatannya yang tak kenal lelah dalam
menyebarkan Injil, membuat jangkauan Injil dengan strategi
yang dinamis mampu menjangkau dunia non Yahudi, di luar
Palestina. Injil telah menyebar semasa para rasul memenuhi
bumi. Konflik, tantangan, penyiksaan hingga kemartiran
pejuang-pejuang pekabar Injil adalah bagian yang tak
terpisahkan dalam sejarah Gereja mula-mula. Gereja
mempersembahkan putra-putri terbaiknya sebagai benih untuk
tumbuh berlipat kali ganda pada abad-abad sesudahnya.
24
Adolfina E. Koamesakh – Para Rasul dan Kegiatan Pelayanan
KEPUSTAKAAN
Berkhoff & Enklar. Sejarah Gereja. BPK Gunung Mulia
Khul Dietrich. Gereja Mula-Mula Jilid I. Yayasan Pekabaran
Injil Indonsia
Timothy Ware. Mari Mengenal Kekeristenan Timur.
Terjemahan Indonesia.
Van den End. Harta dalam Bejana. BPK Gunung Mulia
Daun Paulus. Bidat-Bidat Kriten dari Masa ke Masa. Yayasan
Daun Family
Tony Lane: Runtut Pijar. BPK Gunung Mulia
25
Download