ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERKEBUNAN INDEKS LQ45 DI BEI NINDI YUSDARIANI PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan Indeks LQ45 Di BEI adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016 Nindi Yusdariani NIM H24144069 ii ABSTRAK NINDI YUSDARIANI. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan Indeks LQ45 Di BEI. Dibimbing oleh H MUSA HUBEIS. Pertumbuhan global perkebunan sawit terus meningkat, namun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sektor agribisnis melemah dari tahun 2013 hingga tahun 2015, walaupun pada tahun 2014 kembali pulih dan naik. Hal ini menjadi pertimbangan investor untuk melakukan investasi di perusahaan perkebunan dilihat dari kinerja keuangannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja keuangan perusahaan perkebunan berdasarkan pendekatan metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA), serta memberikan referensi bagi investor dalam berinvestasi pada saham perusahaan perkebunan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode EVA dan MVA. Data penelitian bersifat kuantitatif yang menggunakan data sekunder selama periode 2013-2015. Hasil analisis kinerja keuangan menunjukkan bahwa PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Eagle High Plantations Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk secara keseluruhan memiliki nilai EVA lebih dari 0 atau perusahaan mampu memberi nilai tambah ekonomi bagi investor. Selain itu, MVA ketiga perusahaan menunjukkan nilai lebih dari 0, berarti perusahaan mampu menambah kekayaan pemilik perusahaan. Kata Kunci: analisis kinerja keuangan, perusahaan perkebunan, indeks LQ45 ABSTRACT NINDI YUSDARIANI. Financial Performance Analysis on Plantation Companies LQ45 in BEI. Supervised by H MUSA HUBEIS. Global growth of palm oil continues to increase, but Composite Stock Price Index (CSPI) agribusiness sector fell from 2013 until 2015, although in 2014 rebounded and climbeb up. This becomes factor that investors consider investing in companies views from its financial performance. This study aimed to analyze the financial performance of plantations with the approach of using method of Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA), and provide reference for investors in investing in stocks of plantation companies. This study uses EVA and MVA method. The type of data used are quantitative secondary data during period 2013-2015. Research indicates that PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Eagle High Plantations Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, and PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk more than 0 or in other words the company is able to provide economic added value for investors. In addition, the three companies showed the value of MVA more than 0, means the company is able to add value to the wealth of company owners. Keywords: financial performance analysis, LQ45, plantation companies ii ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERKEBUNAN INDEKS LQ45 DI BEI NINDI YUSDARIANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 ii ii PRAKATA Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan Indeks LQ45 Di BEI. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan yang mulia Rasulullah SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya. Tulisan ini merupakan hasil kegiatan penelitian di Bursa Efek Indonesia yang dilaksanakan mulai Maret-Juni 2016. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS, Dipl Ing, DEA selaku pembimbing atas saran dan motivasinya, orang tua dan keluarga penulis yang senantiasa memberikan dukungan, doa dan kasih sayangnya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini, serta temanteman satu perjuangan dari Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Angkatan 12. Penulis sangat menyadari betul bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari harapan dan masih banyak kekurangannya. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang mendatang. Bogor, September 2016 Nindi Yusdariani ii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Laporan Keuangan Metode EVA Metode MVA Penelitian Terdahulu METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data Metode Pengambilan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Kondisi Keuangan AALI Kondisi Keuangan BWPT Kondisi Keuangan LSIP Kinerja Keuangan SSMS Perhitungan EVA Perhitungan MVA Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP vi vi vi 1 1 3 3 3 4 4 4 4 4 5 6 6 6 7 7 8 8 10 10 11 12 13 14 15 19 21 22 23 25 35 vi DAFTAR TABEL 1 Produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia menurut status pengusahaannya tahun 2013-2015 (dalam Ton) 2 Daftar perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di BEI tahun 2016 3 Gambaran umum perusahaan perkebunan yang terdaftar pada Indeks LQ45 periode 2013-2015 1 2 11 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran Penelitian 2 Laporan neraca dan laba/rugi AALI 3 Laporan neraca dan laba/rugi BWPT 4 Laporan neraca dan laba/rugi LSIP 5 Laporan neraca dan laba/rugi SSMS 6 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT AALI Tbk 7 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT BWPT Tbk 8 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT LSIP Tbk 9 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT SSMS Tbk 10 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT AALI Tbk 11 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT BWPT Tbk 12 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT LSIP Tbk 13 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT SSMS Tbk 7 12 13 13 14 17 17 18 18 19 20 20 21 DAFTAR LAMPIRAN 1 Ringkasan laporan keuangan PT AALI Tbk Periode 2013-2015 2 Ringkasan laporan keuangan PT BWPT Tbk Periode 2013-2015 3 Ringkasan laporan keuangan PT LSIP Tbk Periode 2013-2015 4 Ringkasan laporan keuangan PT SSMS Tbk Periode 2013-2015 5 Perhitungan tingkat pengembalian saham periode 2013-2015 6 Perhitungan tingkat pengembalian pasar periode 2013-2015 7 Perhitungan tingkat rata-rata SBI (Rf) 8 Perhitungan beta (β) dan biaya modal saham (Ke) 9 Perhitungan biaya hutang (Kd*) 10 Perhitungan proporsi hutang (Wd) dan proporsi ekuitas (We) 11 Perhitungan WACC 12 Perhitungan IC 13 Perhitungan NOPAT 14 Perhitungan COC 15 Perhitungan EVA 16 Perhitungan MVA 26 27 28 29 26 31 31 32 32 32 33 33 33 33 33 34 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor petanian merupakan sektor yang memiliki peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) cukup besar yaitu sekitar 13.25 persen pada tahun 2015. Sektor pertanian cukup kuat menghadapi goncangan ekonomi pada saat krisis ekonomi dan dapat diandalkan dalam pemulihan perekonoman nasional. Selain itu, subsektor perkebunan adalah salah satu subsektor yang cukup besar potensinya karena berperan sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri, penyerap tenaga kerja, dan penghasil devisa. Kontribusinya dalam PDB yaitu 3.75 persen pada tahun 2015 (BPS 2016). Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar di dunia. Kelapa sawit adalah tumbuhan hasil perkebunan penghasil minyak dan paling banyak diproduksi dan dikonsumsi dari seluruh dunia. Komoditi ini berperan sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Perkebunan kelapa sawit sejauh ini telah mengalami pertumbuhan global. Hal itu terlihat dari produksi minyak sawit yang terus meningkat selama tiga tahun terakhir dengan laju peningkatan 5.39 persen dan 6.85 persen untuk tahun 2014 dan 2015. Berikut adalah produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia menurut status pengusahaannya tahun 2013-2015 (dalam Ton) Tahun Perkebunan Rakyat 2013 10.010.728 2014 10.205.395 2015 10.668.425 Sumber: BPS (2016) Perkebunan Besar Negara 2.144.651 2.229.336 2.287.077 Status Pengusahaan Perkebunan Produksi Besar Swasta Minyak Sawit 15.626.625 27.782.004 16.843.458 29.278.189 18.328.804 31.284.306 Produksi Inti Sawit 5.556.401 5.855.638 6.256.861 Konsumsi global yang tinggi juga telah mendorong budidaya kelapa sawit lebih ditingkatkan serta banyak pengusaha sawit yang bermunculan. Hingga tahun 2015, jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit sebanyak 1599 perusahaan, yang terdiri dari 156 perusahaan perkebunan negara dan 1443 perusahaan perkebunan swasta. Selain itu, terdapat enam belas perusahaan perkebunan kelapa sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Tabel 2. Pertumbuhan global perkebunan sawit terus meningkat, namun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sektor agribisnis melemah dari tahun 2013 hingga tahun 2015, walaupun pada tahun 2014 kembali pulih dan naik. IHSG sektor agribisnis turun 13 persen sepanjang tahun 2013, dampak dari harga Crude Palm Oil (CPO) yang melemah (Melani 2013). Sementara itu, IHSG sektor agribisnis dan pertambangan merupakan yang paling terburuk sepanjang tahun 2015. Indeks saham sektor agribisnis menurun sekitar 30.30 persen dalam satu tahun, khususnya untuk sub sektor perkebunan. Hal ini dikarenakan jatuhnya 2 harga komoditas internasional, ekspor ke China melambat, dan adanya sentimen dari devaluasi Yuan (Toflen 2015). Tabel 2 Daftar perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di BEI tahun 2016 Kode Nama Emiten Saham 1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk 2 ANJT PT Austindo Nusantara Jaya Tbk 3 BWPT PT Eagle High Plantations Tbk 4 DNSG PT Darma Satya Nusantara Tbk 5 GOLL PT Golden Plantation Tbk 6 GZCO PT Gozco Plantation Tbk 7 JAWA PT Jaya Agra Wattie Tbk 8 LSIP PT PP London Sumatera Indonesia Tbk 9 MAGP PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk 10 PALM PT Provident Agro Tbk 11 SGRO PT Sampoerna Agro Tbk 12 SIMP PT Salim Ivomas Pratama Tbk 13 SMAR PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk 14 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk 15 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 16 UNSP PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Sumber: BEI (2016) No Tanggal IPO 9 Desember 1997 10 Mei 2013 27 Oktober 2009 14 Juni 2013 23 Desember 2014 15 Mei 2008 30 Mei 2011 5 Juli 1996 16 Januari 2013 18 Oktober 2012 18 Juni 2007 9 Juni 2011 20 November 1992 12 Desember 2013 14 Februari 2000 6 Maret 1990 Dengan kondisi turunnya IHSG sub sektor perkebunan, masih ada perusahaan perkebunan yang masuk ke dalam indeks saham LQ45. Pada periode 2013 sampai tahun 2015, terdapat empat perusahaan yang masuk jajaran indeks LQ45, yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Eagle High Plantations Tbk, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. Indeks LQ45 adalah indeks likuiditas empat puluh lima buah perusahaan yang selama ini dianggap memiliki kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan serta memenuhi kriteria sesuai dengan yang disyaratkan oleh manajemen ILQ45. Indeks LQ45 merupakan kelompok saham yang paling diminati dan menjadi fokus perhatian investor karena memiliki kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, kapitalisasi pasar dan likuiditas cukup tinggi (wikipedia 2016). Hal ini menjadi pertimbangan investor yang berminat untuk menanamkan modal pada perusahaan perkebunan. Selain itu, terdapat faktor penting yang dipertimbangkan investor dalam berinvestasi yaitu, prospek usaha yang menjanjikan dan sisi keuangan yang terus meningkat (Fahmi 2014). Salah satunya adalah dengan mengevaluasi atau mengukur kinerja keuangan perusahaan. Dengan mengukur kinerja keuangan, perusahaan dapat mengambil keputusan tindak lanjut yang sesuai dengan keadaan dan permasalahan di dalam perusahaan. Kinerja perusahaan dilihat melalui interpretasi laporan keuangan menggunakan suatu pendekatan tertentu. Salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh investor dalam melakukan penilaian kinerja keuangan adalah rasio keuangan. Namun, seiring dengan perkembangannya, rasio keuangan kurang menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya secara menyeluruh. Alat analisis lain yang dikembangkan adalah EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value Added). Penggunaan metode EVA dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan manajemen dan lebih memfokuskan perhatian pada usaha penciptaan nilai 3 perusahaan yaitu, sebagai nilai daya guna yang dinikmati oleh stakeholder. Pemegang saham dapat mengetahui apakah ada atau tidak tingkat pengembalian yang ia peroleh sesuai dengan biaya modal yang telah dikeluarkan. Metode MVA memberikan informasi bagaimana perusahaan memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan pengalokasian dana yang tepat. Jadi, EVA dan MVA merupakan indikator penciptaan nilai dari investasi dalam suatu perusahaan. Hubungan antara EVA dan MVA sangat penting di masa depan, karena untuk mengelola nilai bagi pemegang saham memerlukan kenaikan MVA. MVA merupakan nilai sekarang dari seluruh EVA masa depan atas kelangsungan hidup perusahaan. Dengan mengelola perusahaan dengan cara meningkatkan EVA secara umum akan menimbulkan MVA yang lebih tinggi (Keown et al. 2008). Oleh karena itu, dilakukan penelitian berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perkebunan Indeks LQ45 Di BEI”. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dibuat perumusan masalah berikut: 1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan perkebunan indeks LQ45 berdasarkan pendekatan metode EVA? 2. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan perkebunan indeks LQ45 berdasarkan pendekatan metode MVA? 3. Apakah menarik atau tidak berinvestasi pada perusahaan perkebunan yang tercatat dalam indeks saham LQ45 bagi investor? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkan, maka penelitian adalah: 1. Menganalisis kinerja keuangan perusahaan perkebunan indeks berdasarkan pendekatan metode EVA. 2. Menganalisis kinerja keuangan perusahaan perkebunan indeks berdasarkan pendekatan metode MVA. 3. Memberikan referensi bagi investor dalam berinvestasi pada perusahaan perkebunan. tujuan LQ45 LQ45 saham Manfaat Penelitian Manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat memberikan informasi alat pengukuran untuk menilai kinerja perusahaan. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan kontribusi pada dunia pendidikan di Indonesia. 4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian difokuskan pada kinerja keuangan perusahaan perkebunan yang tercatat dalam indeks LQ45 yaitu, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) berdasarkan pendekatan metode EVA dan MVA selama periode tiga tahun (2013-2015). Sementara itu, untuk PT SSMS Tbk menggunakan batasan penelitian periode dua tahun (2014-2015), dikarenakan perusahaan yang baru terdaftar di BEI pada 12 Desember 2013. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, karena berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat diketahui ukuran keberhasilan perusahaan selama satu periode tertentu (Sugiyarso 2005). Bagi perusahaan, hasil analisis berguna untuk memperbaiki kegiatan operasionalnya, sehingga dapat meningkatkan daya saing dan mencapai tujuannya. Bagi investor, berguna untuk memperkirakan apakah akan melakukan maupun mempertahankan investasi atau tidak di suatu perusahaan. Laporan Keuangan Laporan keuangan dalam pengertian sederhana adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu (Kasmir 2010). Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam Fahmi (2014) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan, yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dalam menganalisis kinerja keuangan, komponen laporan keuangan yang diperlukan adalah laporan laba rugi dan posisi keuangan perusahaan. Metode EVA Menurut Iramani dan Febrian (2005), metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart dan Stern seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart and Co pada tahun 1993. EVA dalam pengertian keuangan, mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal (Young dan O’Bryne 2001). EVA merupakan “laba ekonomis” dan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Tanpa prospek laba ekonomis, tidak akan ada penciptaan kekayaan bagi investor. Oleh karenanya, 5 EVA didapat dari selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of Capital). NOPAT merupakan laba operasi setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh dari operasi berjalan. Biaya modal perusahaan keseluruhan akan mencerminkan kombinasi biaya dari semua sumber keuangan yang digunakan perusahaan, yang disebut biaya modal rataan tertimbang (Weight Average Cost of Capital atau WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal yaitu utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham dan ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar (Young dan O’Bryne 2001). Keunggulan EVA menurut Iramani dan Erie (2005) adalah memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungan beban sebagai konsekuensi investasi. Perhitungan EVA dapat dipergunakan tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri sebagai konsep penilaian. Pengaplikasian EVA mudah dihitung dan digunakan, sehingga menjadi pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis. Kelemahan EVA menurut Mirza dalam Paisal (2011), yaitu dalam perhitungan biaya modalnya EVA relatif sulit, karena memerlukan data yang lebih banyak dan dianalisa secara lebih mendalam. Secara tidak langsung mendorong para pemegang saham untuk berpikir dan bertindak, yaitu memilih tingkat investasi yang meningkatkan tingkat return dan meminimumkan tingkat biaya modal (cost of capital), sehingga nilai perusahaan dapat maksimum. Metode MVA Menurut Young dan O’Byrne (2001), MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan hutang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Nilai pasar adalah nilai perusahaan, yakni jumlah nilai pasar dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu. Sederhananya, jumlah nilai pasar dari utang dan ekuitas. Modal yang diinvestasikan adalah jumlah modal yang disediakan penyedia dana pada tanggal yang sama. Kelebihan MVA adalah mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer yang sukses meningkatkan kinerja perusahaan dengan menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan kepadanya. Sementara itu, kelemahan MVA adalah: (1) MVA mengabaikan kesempatan biaya modal yang diinvestasikan dalam perusahaan; (2) Pengukuran MVA gagal memperhitungkan pengembalian uang kas pada masa lalu kepada pemegang saham; (3) MVA merupakan pengukuran kekayaan periodik pemegang saham, sehingga tidak dapat mengukur kinerja pada tingkat divisi; dan (4) Pada periode waktu tertentu, tidak memberikan solusi peningkatan penciptaan kekayaan pemegang saham (Young dan O’Byrne 2001). 6 Penelitian Terdahulu Penelitian Kartikasari (2014), berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Berbasis Economic Value Added Pada Perusahaan Sektor Industri Otomotif di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis kinerja keuangan dari tiga perusahaan pada periode 2009-2013 menggunakan metode EVA dimana ketiga perusahaan selalu menghasilkan nilai EVA positif, yaitu PT ASII dan PT GJTL dan PT IMAS. Perusahaan yang menghasilkan nilai EVA positif dikatakan memiliki manajemen yang mampu memberikan nilai lebih kepada perusahaan. Penelitian Ningrum (2008), berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Go Public dengan Metode Economic Value Added. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis EVA dari lima perusahaan, ada satu perusahaan yang memiliki kinerja keuangan baik, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Sedangkan PT Indosat menjadi urutan kedua setelah PT Telkom dan tiga perusahaan lainnya, yaitu PT Excelcomindo Pratama Tbk, PT Bakrie Telecom dan PT Mobile-8 kurang baik untuk berinvestasi, karena memiliki nilai EVA negatif, sehingga disimpulkan bahwa ketiga perusahaan belum dapat memberikan nilai lebih bagi pemegang saham. Penelitian Paisal (2011), berjudul “Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode Economic Value Added pada PT Bank Central Asia, Tbk Tahun 2007Tahun 2009”. Hasil penelitian menunjukkan perhitungan metode EVA pada PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tahun 2007-2009 didapatkan nilai cenderung meningkat dan mencerminkan kinerja keuangan yang dapat dikatakan baik. Hal ini juga berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank, dengan kecenderungan meningkatnya nilai EVA tiap tahunnya, PT BCA Tbk memiliki tingkat kesehatan bank yang baik. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis kinerja keuangan perusahaan perkebunan didasarkan pada laporan keuangannya. Upaya dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan go public dapat menggunakan rasio keuangan, metode EVA dan MVA, serta laporan keuangan perusahaan dan nilai saham yang dipublikasikan di BEI. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan perkebunan yang tercatat dalam indeks LQ45 menggunakan metode EVA dan MVA. Metode EVA menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi. Sedangkan metode MVA memberikan ukuran kinerja pasar, yaitu bagaimana perusahaan memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan alokasi sumber dana yang sesuai. Nilai EVA dan MVA ini biasanya menjadi referensi bagi beberapa pihak yang berkepentingan seperti investor, stakeholder lainnya untuk mengambil keputusan berinvestasi. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1. 7 Perusahaan Perkebunan yang tercatat pada Indeks LQ45 Pasar Modal Analisis Kinerja Keuangan 1. 2. Laporan Keuangan Laporan Laba Rugi Neraca Keuangan NOPAT Cost Of Capital Nilai Ekuitas EVA Nilai Saham MVA Kinerja Keuangan Perusahaan Tingkat Kesehatan dan Kelangsungan Usaha Ketertarikan Investor Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di BEI untuk mendapatkan data keuangan perusahaan dengan cara diunduh, yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Eagle High Plantations Tbk, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2016. Pengumpulan Data Jenis data penelitan adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan (laporan laba rugi dan posisi keuangan) selama tiga periode (2013-2015), profil perusahaan, data historis harga saham perusahaan disadur dari internet dan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku, internet, jurnal dan artikel yang berhubungan dengan penelitian ini. 8 Metode Pengambilan Sampel Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling, dengan teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penarikan sampel yang digunakan dengan kriteria-kriteria tertentu. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan yang tergabung dalam sub sektor perkebunan yang berjumlah 19 emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diambil adalah sebanyak empat emiten dengan kriteria penentuan sampel yaitu, perusahaan termasuk dalam sub sektor perkebunan go public dalam indeks LQ45 serta ketersediaan dan kelengkapan data selama periode penelitian. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan Microsoft Office Excel. Pengolahan data secara kualitatif menggunakan metode deskriptif seperti penguraian aspek profil perusahaan perkebunan indeks LQ45. Metode analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kinerja keuangan perusahaan dengan perhitungan metode EVA dan MVA. Analisis EVA Langkah-langkah dalam analisis EVA adalah: 1. Menghitung tingkat pengembalian dari masing-masing saham (rataan dari keuntungan modal) yaitu selisih antara harga saham bulan ini dengan harga saham bulan sebelumnya (Keown et al. 2008). ……………………………………….............................(1) R = Keterangan: R : tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t P : harga saham perusahaan per lembar bulan ke-t P : harga saham perusahaan per lembar bulan ke-t-1 D : dividen pada bulan ke-t 2. Menghitung tingkat pengembalian pasar bulanan dan tingkat pengembalian rataan pasar (Keown et al. 2008). R ………………...…………………..............................(2) = E(R ) = ∑ …………..……...………………………...........................(3) Keterangan: R : tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t IHSG : indeks harga saham gabungan bulan ke-t IHSG : indeks harga saham gabungan bulan ke-t-1 E(R ) : tingkat pengembalian rataan pasar yang diharapkan dalam satu tahun N : jumlah pengamatan dalam satu tahun (N=12) 9 3. Menghitung risiko masing-masing saham yang ditunjukkan oleh beta usaha ( ), menurut Keown et al. (2008). ………………...……………………..………….............................(4) i= im = ∑ ………………..........…….............................(5) ∑ m= ..………………………….........……...........................(6) Keterangan: im : Peragam tingkat pengembalian saham I dengan tingkat pengembalian pasar m : Ragam tingkat pengembalian pasar 4. Menentukan tingkat bunga bebas risiko (Rf), yaitu tingkat suku bunga investasi yang dapat diperoleh investor tanpa menanggung risiko. Tingkat bunga bebas risiko yang digunakan adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). 5. Menghitung biaya ekuitas (Ke) menurut Keown et al. (2008). Ke = Rf + i MRP…………………...……………………………...…..…...(7) MRP = E( ) – Rf…………………………………..……………….....…...(8) Keterangan: E( ) : tingkat pengembalian pasar yang diharapkan Rf : tingkat bunga bebas risiko i : koefisien risiko perusahaan (beta) MRP : Market Premium Risk 6. Perhitungan biaya utang, menurut Keown et al. (2008). Kd* = Kd x (1 - t)…..………………………..……………..……..…..(9) Keterangan: Kd : biaya bunga dibagi jumlah utang jangka panjang (1 - t) : faktor koreksi 7. Menghitung biaya atas modal, yang dilakukan dengan metode WACC (Keown et al. 2008). WACC = Kd* Wd + Ke We……………………………..……………..…..(10) Keterangan: Wd : proporsi utang dalam struktur modal We : proporsi saham dalam struktur modal Kd* : biaya hutang Ke : biaya modal saham 8. Perhitungan EVA (Young dan O’Byrne 2001). EVA = NOPAT – biaya modal……………………………………………..(11) Keterangan : NOPAT = Laba operasi perusahaan setelah pajak Biaya modal = WACC x Modal yang diinvestasikan 10 Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interpretasi hasil berikut: a. Jika EVA positif (> 0), menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomi bagi perusahaan. b. Jika EVA negatif (< 0), menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomi bagi perusahaan. c. Jika EVA (= 0), menunjukkan posisi impas, karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana, baik kreditur maupun pemegang saham. Analisis MVA Langkah-langkah dalam analisis MVA menurut Young dan O’Byrne (2001) adalah: MVA = Market Value of Equity – Book Value of Equity......................................(1) (nilai pasar saham – nilai total ekuitas) Keterangan: MVE : Jumlah saham yang beredar x Harga pasar saham BVE : Total Ekuitas atau modal perusahaan Ketentuan atau tolak ukur dari MVA sebagai berikut: a. Jika MVA positif (> 0), artinya pihak manajemen telah mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang saham bertambah. b. Jika MVA negatif (< 0), artinya pihak manajemen telah menurunkan kekayaan perusahaan dan pemegang saham berkurang. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan yang memenuhi kriteria dari teknik sampling yang digunakan adalah empat perusahaan dari sub sektor perkebunan. Perusahaan yang terpilih adalah perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 selama tiga periode, yaitu dalam kurun waktu 2013-2015. Indeks LQ45 merupakan kelompok saham yang paling diminati dan menjadi fokus perhatian investor, dengan kriteria kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, kapitalisasi pasar dan likuiditas cukup tinggi. Berikut adalah gambaran umum perusahaan perkebunan yang terdaftar pada Indeks LQ45 periode 2013-2015 yaitu, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) pada Tabel 3. 11 Tabel 3 Gambaran umum perusahaan perkebunan yang terdaftar pada Indeks LQ45 periode 2013-2015 Sejarah Tanggal pendirian Tanggal IPO Kepemilikan saham publik Poduk Perusahaan Luas Areal Perkebunan Cakupan Lokasi Perkebunan AALI Anak perusahaan PT Astra International Tbk yang bergerak di bidang pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan produksi minyak kelapa sawit 3 Oktober 1988 9 Desember 1997 Hingga saat ini mencapai 20.32 persen Minyak kelapa sawit, karet, teh, kakao, dan minyak goreng 297.579 hektar perkebunan Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Jumlah 36.214 karyawan Pekerja tetap Sumber: data diolah (2016) BWPT Perusahaan yang mengelola kelapa sawit dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2004 6 November 2000 27 Oktober 2009 LSIP Berawal di tahun 1906 melalui inisiatif Harrisons & Crosfield Plc, perusahaan perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London 18 Desember 1962 5 Juli 1996 SSMS Berasal dari perkebunan pribadi dengan minat yang tinggi terhadap budidaya kelapa sawit dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2005 22 November 1995 12 Desember 2013 Hingga saat ini mencapai 15.82 persen Minyak kelapa sawit Hingga saat ini mencapai 31.40 persen Minyak kelapa sawit Hingga saat ini mencapai 40.52 persen Minyak kelapa sawit, karet, kakao, dan teh 134.311 hektar perkebunan Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. 1.082 karyawan tetap 114.107 hektar perkebunan Sumatera, Jawa dan Sulawesi. 297.579 hektar perkebunan Kalimantan Tengah 15.472 karyawan tetap 4.947 karyawan tetap Kondisi Keuangan AALI AALI dilihat dari sisi aktiva yang dimiliki, selalu mengalami penambahan aktiva dikarenakan meningkatnya jumlah aktiva lancar dan aktiva tetap setiap tahunnya. Penambahan aktiva tertinggi adalah pada tahun 2014 sebesar 19.37 persen dan untuk tahun 2015 sebesar 13.73 persen. Hal itu disebabkan oleh naiknya persediaan minyak sawit mentah dan turunannya, serta inti sawit dan turunannya di setiap tahun. Total kewajiban perusahaan selalu meningkat setiap tahun. Laju peningkatan tahun 2014 sebesar 30.10 persen dan ikuti tahun 2015 dengan proporsi kewajiban naik 31.47 persen, dikarenakan perusahaan memperoleh pinjaman untuk kebutuhan modal kerja. Total ekuitas dari tahun 2013 ke 2014 meningkat nyata sesuai kinerja perusahaan dengan laju peningkatan 13.27 persen atau setara Rp1.570.424 juta. Proporsi ekuitas tahun 2015 sedikit menurun dari tahun sebelumnya 1.15 persen, karena adanya beban-beban seperti beban bunga dari utang perusahaan. 12 Laba bersih tahun berjalan yang dihasilkan perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 25.09 persen, dikarenakan hasil penjualan CPO sangatlah tinggi. Pada tahun 2015, laba menurun tajam (Rp1.895.242) juta dengan laju penurunan 274.91 persen. Penyebabnya adalah rugi kurs karena depresiasi rupiah dan harga CPO di pasaran yang menyusut. Kondisi neraca dan laba/rugi perusahaan tahun 2013-2015 dapat dilihat pada Gambar 2. dalam jutaan Rupiah AALI 25.000.000 20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000 21.512.371 18.559.354 Total Aktiva 14.964.431 11.833.778 10.263.354 11.698.787 9.813.584 Total Kewajiban 6.725.576 4.701.077 1.936.250 2.584.645 689.403 Total Ekuitas 0 2013 2014 2015 Tahun Laba/rugi tahun berjalan Gambar 2 Laporan neraca dan laba/rugi AALI Sumber: BEI (2013-2015) Kondisi Keuangan BWPT Setiap tahunnya, total aktiva BWPT mengalami peningkatan dengan proporsi 57.13 persen dan 7.24 persen untuk tahun 2014 dan 2015. Pada tahun 2014, peningkatan aktiva didominasi oleh naiknya jumlah tanaman perkebunan dan aset tetap perusahaan. Sementara untuk tahun 2015, aktiva lancar seperti kas dan piutang perkebunana plasma lebih banyak mengalami kenaikan. Peningkatan pun terjadi setiap tahunnya pada total kewajiban perusahaan dengan laju 49.23 persen di tahun 2014, karena adanya fasilitas kredit dari bank, utang usaha, dan utaang pajak yang melonjak dari tahun 2013. Pada tahun 2015, kewajiban naik 14.29 persen atau setara Rp1.572.773 juta yang didominasi oleh utang bank seperti kredit investasi dan kredit modal kerja untuk perkebunan kelapa sawit. Total ekuitas dari tahun 2013 ke tahun 2014 meningkat nyata dengan laju 67.86 persen, karena perusahaan konsistensi menggunakan modal sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Tahun 2015, total ekuitas sedikit menurun sebesar (Rp293.776) juta. Hal ini disebabkan perusahaan merugi di tahun tersebut. Laba bersih tahun berjalan yang dihasilkan perusahaan pada tahun 2014 meningkat pesat dengan laju 114.49 persen dari tahun sebelumnya yang merugi. Hal ini dikarenakan permintaan minyak sawit yang tinggi dan memicu pembelian CPO perusahaan tinggi. Tetapi, perusahaan kembali merugi sebesar (Rp376.038) juta di tahun 2015. Penurunan laba memang dipengaruhi harga CPO yang turun dan melemahnya nilai Rupiah terhadap Dollar, selain dari turunnya angka penjualan CPO. Kondisi neraca dan laba/rugi perusahaan tahun 2013-2015 dapat dilihat pada Gambar 3. 13 BWPT dalam jutaan Rupiah 20.000.000 16.379.840 17.658.837 15.000.000 9.433.149 6.946.691 10.000.000 7.021.492 5.000.000 Total Aktiva 11.005.922 4.789.012 2.232.480 6.652.915 Total Kewajiban Total Ekuitas 194.638 0 -5.000.000 (28.209) 2013 (181.400) 2015 2014 Tahun Laba/rugi tahun berjalan Gambar 3 Laporan neraca dan laba/rugi BWPT Sumber: BEI (2013-2015) Kondisi Keuangan LSIP Total aktiva LSIP meningkat secara signifikan setiap tahun sesuai dengan kinerja perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan sebesar 7.74 persen dan 1.53 persen untuk tahun 2014 dan 2015. Peningkatan setiap tahunnya yang konsisten yaitu naiknya persediaan minyak sawit, aktiva tetap, dan tanaman perkebunan. Total kewajiban perusahaan meningkat pada tahun 2014 dengan proporsi 3.77 persen atau setara Rp64.449 juta. Hal ini dikarenakan meningkatnya utang kepada kontraktor, seperti jasa transportasi pengangkutan minyak kelapa sawit ke tangki perusahaan. Pada tahun 2015, kewajiban menurun 13.21 persen, salah satunya karena beban imbalan kerja jangka panjang untuk karyawan tetap dan buruh perkebunan menurun. Kondisi neraca dan laba/rugi perusahaan tahun 20132015 dapat dilihat pada Gambar 4. dalam jutaan Rupiah LSIP 10.000.000 8.000.000 8.038.792 8.713.074 6.392.899 8.848.792 7.002.732 7.337.978 6.000.000 Total Aktiva Total Kewajiban 4.000.000 2.000.000 1.710.342 1.645.893 1.510.814 923.552 788.003 689.704 Total Ekuitas 0 2013 2014 2015 Tahun Laba/rugi tahun berjalan Gambar 4 Laporan neraca dan laba/rugi LSIP Sumber: BEI (2013-2015) 14 Total ekuitas dari tahun 2013 hingga 2015 meningkat nyata dengan laju peningkatan 8.71 persen dan 4.57 persen di tahun 2014 dan 2015. Peningkatan terjadi karena proporsi ekuitas dalam penggunaan modal tiap tahun tetap terjaga seiring dengan meningkatnya kinerja perusahaan. Laba bersih tahun berjalan yang dihasilkan perusahaan berfluktualif dari tahun 2013 sampai 2015. Peningkatan laba perusahaan di tahun 2014 sebesar 14.68 persen, karena volume penjualan minyak kelapa sawit meningkat. Laba pada tahun 2015 menyusut dengan laju 33.91 persen, penurunan laba memang terjadi pada industri perkebunan kelapa sawit dikarenakan faktor eksternal yaitu harga CPO yang turun dan melemahnya nilai Rupiah terhadap Dollar. Kinerja Keuangan SSMS Kenaikan total aktiva SSMS tiap tahun dikarenakan meningkatnya jumlah aktiva tetap seperti bertambahnya tanaman perkebunan baik yang menghasilkan ataupun belum menghasilkan. Laju total aktiva pada tahun 2014 dan tahun 2015 sebesar 14.61 persen dan 2.99 persen, seiring meningkatnya kapasitas produksi perusahaan. Tahun 2014, kewajiban meningkat Rp395.217 juta atau setara 9.94 persen dikarenakan perusahaan meningkatkan nilai investasi seperti pengadaan sarana dan prasaran untuk aktivitas perkebunan. Penurunan ditunjukkan pada tahun 2015 dengan proporsi kewajiban menurun 0.94 persen. Hal ini dikarenakan turunnya utang bank seperti pinjaman modal kerja serta utang lainnya seperti dana untuk pembelian bahan baku, pupuk, jasa kontraktor, dll. Peningkatan total ekuitas signifikan setiap tahunnya sesuai dengan kinerja perusahaan sebesar 21.27 persen di tahun 2014 dan 8.09 persen di tahun 2015. Proporsi ekuitas dalam penggunaan modal tiap tahun juga tetap terjaga agar beban bunga dari utang tidak terlalu membebani perusahaan. Kondisi neraca dan laba/rugi perusahaan tahun 2013-2015 dapat dilihat pada Gambar 5. dalam jutaan Rupiah SSMS 8.000.000 6.000.000 4.000.000 6.765.234 3.581.503 2.195.448 2.000.000 6.973.851 5.776.951 631.669 3.976.720 2.788.514 665.325 3.939.799 3.034.052 587.144 Total Aktiva Total Kewajiban Total Ekuitas 0 2013 2014 2015 Tahun Laba/rugi tahun berjalan Gambar 5 Laporan neraca dan laba/rugi SSMS Sumber: BEI (2013-2015) 15 Laba bersih yang dihasilkan perusahaan di akhir tahun 2014 meningkat 5.06 persen dikarenakan volume penjualan CPO yang meningkat dibanding tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2015, total laba bersih menurun 13.32 persen atau setara (Rp78.181) juta yang disebabkan oleh turunnya penjualan CPO diikuti turunnya harga CPO serta rugi kurs. Perhitungan EVA EVA merupakan suatu metode pengukuran kinerja perusahaan yang membantu pemegang saham dalam megetahui peningkatan atau penurunan laba ekonomi yang tercipta dari perusahaan. Nilai EVA suatu perusahaan dapat diketahui dari pengurangan NOPAT terhadap COC. Analisis NOPAT Nilai NOPAT perusahaan perkebunan pada tahun 2013-2015 berfluktiatif, karena NOPAT dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan untuk masing-masing perusahaan. Sementara diakhir tahun 2015, nilai NOPAT mengalami penurunan. Perhitungan nilai NOPAT secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 13. Lampiran 13 memperlihatkan nilai NOPAT AALI pada tahun 2014 mengalami peningkatan 27.29 persen atau setara Rp741.854 juta dari tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut dikarenakan meningkatnya volume penjualan CPO sehingga meningkatkan jumlah laba. Pada tahun 2015, nilai NOPAT AALI menyusut tajam (Rp1.896.959) juta dengan laju penurunan 231 persen. Hal ini dikarenakan laba perusahaan menurun disebabkan oleh menurunnya harga jual produk utama perusahaan yaitu CPO. Nilai NOPAT milik BWPT naik 77.79 persen dari tahun 2013 ke tahun 2014. Peningkatan laba perusahaan yang tinggi membantu naiknya nilai NOPAT, walaupun nilai pajak perusahaan juga mengalami kenaikan yang tinggi. Sementara untuk tahun 2015, nilai NOPAT mengalami penurunan sebesar (Rp91.691) juta dikarenakan permintaan CPO turun sehingga volume penjualan menurun. Nilai NOPAT LSIP dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami peningkatan cukup baik dengan proporsi 21.85 persen. Nilai EBIT untuk dua tahun tersebut mengalami kenaikan yang jauh lebih besar dibanding kenaikan nilai pajak. Nilai NOPAT untuk tahun 2015 menurun (Rp314.257) juta. Penyebab penurunan NOPAT adalah turunnya penjualan dari CPO, sehingga mengurangi laba perusahaan. Nilai NOPAT yang diperoleh SSMS dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan Rp75.941 juta dengan proporsi penurunan 9.57 persen. Hal ini disebabkan oleh penurunan EBIT perusahaan, walaupun biaya bunga semakin meningkat seiring total kewajiban perusahaan yang juga terus meningkat. Nilai NOPAT yang menurun pada tahun 2015 memang terjadi pada seluruh perusahaan perkebunan karena adanya rugi kurs, harga CPO yang melemah dan permintaan produk yang menurun. 16 Analisis COC COC merupakan pengembalian minimum atas modal yang diinvestasikan untuk mengganti pinjaman dan ekuitas pemegang saham. Nilai COC diperoleh dari perkalian IC dan WACC. Dalam perhitungan EVA nilai COC diharapkan lebih rendah daripada NOPAT agar dapat menghasilkan EVA positif. Penggunaan COC pada AALI mengalami kenaikan dari tahun 2013 ke 2014 sebesar Rp140.748 juta atau setara 15.64 persen. Hal ini dikarenakan IC yang meningkat pada tahun 2014 dapat diartikan perusahaan mengalami perbaikan kinerja dalam pengelolaan aset yang dimiliki, sehingga modal yang diinvestasikan mengalami peningkatan walaupun nilai WACC mengalami penurunan. Berbanding terbalik dengan nilai COC pada tahun 2015 yang mengalami penurunan dengan proporsi 63.31 persen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai WACC menurun, dikarenakan nilai biaya ekuitas rendah dibanding tahun 2013 dan 2014, dipengaruhi oleh tingkat pengembalian pasar yang diharapkan yang anjlok di tahun 2015 untuk subsektor perkebunan. BWPT memiliki nilai COC yang meningkat dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebesar Rp92.663 juta. Hal ini terkait perusahaan yang mampu meningkatkan modal yang diinvetasikan dengan proporsi 56.53 persen, walaupun nilai WACC menurun. Pada tahun 2015, nilai COC naik dengan laju 62.92 persen dikarenakan nilai WACC yang meningkat tiga kali lipat, dipengaruhi biaya ekuitas yang meningkat pesat, serta nilai IC yang juga meningkat. Nilai COC LSIP pada tahun 2013 cukuplah besar dengan nilai Rp1.470.549 juta dikarenakan nilai WACC yang tinggi dengan proporsi 20.32 persen, pengaruh dari nilai biaya ekuitas perusahaan yang besar pada tahun tersebut. Pada tahun 2014, nilai COC menurun drastis menjadi (Rp77.040) juta. Hal ini ditunjukkan dari niai WACC yang menurun drastis hingga mencapai negatif 0.97 persen. Nilai WACC yang kecil dipengaruhi oleh nilai biaya ekuitas yang memiliki proporsi negatif 1.24 persen. Selain itu, nilai beta usaha tahun 2014 lebih dari 1 yang artinya, pergerakan return portofolio pasar akan berpengaruh besar terhadap return sekuritas perusahaan. Nilai COC perusahaan di tahun 2015 mengalami kenaikan dengan laju 115.26 persen, dikarenakan WACC perusahaan kembali normal bahkan nilai rasio utang terhadap aset menurun. Nilai COC yang diperoleh SSMS dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan (Rp219.785) juta dari Rp230.810 juta menjadi Rp11.025 juta. Penyebab penurunannya adalah nilai WACC yang menyusut sebesar 0.19 persen berbanding dengan nilai IC yang naik dari tahun sebelumnya. Perhitungan nilai COC secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 14. Analisis EVA Nilai tambah ekonomi terjadi jika perusahaan mampu menciptakan keuntungan diatas biaya modal perusahaan. Perhitungan nilai EVA secara lengkap untuk perusahaan perkebunan dapat dilihat pada Lampiran 15. Hasil perhitungan EVA AALI pada Gambar 6 memiliki nilai yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 hingga 2014, nilai EVA mengalami peningkatan positif 33.06 persen atau setara Rp601.106 juta. Peningkatan terjadi karena perusahaan mampu menggunakan modal secara optimal, sehingga NOPAT yang dihasilkan bisa digunakan dengan baik untuk menghasilkan nilai EVA yang baik. Pada tahun 2015, EVA perusahaan menurun 17 drastis Rp263.920 juta dengan nilai positif atau lebih dari nol, walaupun jauh sangat rendah dari tahun sebelumnya. Penurunan tersebut dikarenakan rendahnya harga CPO dan turunnya penjualan CPO yang berpengaruh pada menurunnya nilai NOPAT. Nilai EVA yang positif menunjukkan bahwa pada tahun bersangkutan, manajemen telah mampu menjaga kinerja keuangannya dan dapat menciptakan nilai tambah bagi investor. AALI 3.000.000 2.000.000 1.000.000 0 NOPAT NOPAT 2013 2014 2015 1.976.298 2.718.152 821.193 COC 759.093 899.841 550.992 EVA 1.217.205 1.818.311 270.201 COC EVA Gambar 6 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT AALI Tbk Sumber: data diolah (2013-2015) Nilai EVA yang dihasilkan BWPT pada tahun 2013 sebesar (Rp152.603) juta, dikarenakan nilai biaya modal yang dikeluarkan lebih besar dari pengembalian, yaitu nilai NOPAT yang kecil, artinya tidak ada nilai tambah bagi investor. Pada tahun 2014, perusahaan mengalami perbaikan nilai EVA sebesar Rp14.232 juta dengan nilai NOPAT menang tipis dari nilai COC. Perusahaan dapat dikatakan telah menggunakan modal dengan baik dan memberi nilai tambah ekonomi untuk investor. Nilai EVA untuk tahun 2015 kembali negatif yaitu Rp(619.319) juta dikarenakan nilai COC yang membengkak yang dapat dilihat pada Gambar 7. Pada tahun tersebut, perusahaan memiliki kinerja keuangan yang tidak sehat, yang artinya tidak ada nilai tambah ekonomi bagi investor. BWPT 1.000.000 500.000 0 (500.000) (1.000.000) NOPAT 2013 2014 2015 NOPAT 74.089 333.587 241.896 COC 226.692 319.355 861.215 EVA (152.603) 14.232 (619.319) COC EVA Gambar 7 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT BWPT Tbk Sumber: data diolah (2013-2015) Nilai EVA LSIP yang tertera di Gambar 8 pada tahun 2013 memiliki nilai EVA negatif Rp(728.888) juta. Hal ini dikarenakan perusahaan menghasilkan 18 NOPAT yang lebih rendah dibanding COC, yang berarti perusahaan belum dapat menggunakan modalnya dengan optimal. Nilai EVA negatif artinya perusahaan memiliki kinerja keuangan tidak sehat, sehingga belum dapat memenuhi harapan investor dan tidak ada nilai tambah ekonomi. Pada tahun 2014 dan 2015, nilai EVA dari LSIP masing-masing memiliki nilai positif Rp1.026.027 juta dan Rp129.862 juta. Peningkatan nilai EVA pada tahun 2014 dikarenakan naiknya nilai NOPAT dan turunnya nilai COC yang sangat tajam dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2015, nilai EVA mengalami penurunan (Rp896.165) juta. Hal itu dikarenakan nilai NOPAT yang menurun akibat dari harga CPO yang melemah. LSIP 2.000.000 1.000.000 0 (1.000.000) NOPAT 2013 2014 2015 741.661 948.987 634.730 COC 1.470.549 (77.040) 504.868 EVA (728.888) 1.026.027 129.862 NOPAT COC EVA Gambar 8 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT LSIP Tbk Sumber: data diolah (2013-2015) Gambar 9 menunjukkan nilai EVA SSMS pada tahun 2014 dan 2015 mengalami peningkatan dan bernilai positif dengan proporsi 18.26 persen. Pada tahun 2014, nilai EVA yang dihasilkan Rp638.366 juta dikarenakan nilai NOPAT lebih tinggi dari nilai COC, artinya perusahaan memberi nilai tambah ekonomi bagi investor dan perusahaan. Nilai EVA pada tahun 2015 sebesar Rp782.210 juta. Peningkatan ini sangat dipengaruhi oleh nilai COC yang turun dari tahun sebelumnya, artinya SMSS telah menggunakan modal sangat optimal. Disisi lain, nilai turunnya NOPAT dan rendahnya harga komoditas pada tahun tersebut tidak menjadikan nilai EVA menurun. SSMS dari tahun ke tahun telah menjaga kinerja keuangan dengan baik dan memberi nilai tambah ekonomi bagi investor. SSMS 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 0 NOPAT 2014 2015 NOPAT 869.176 793.235 COC 230.810 11.025 EVA 638.366 782.210 COC EVA Gambar 9 Grafik NOPAT, COC dan EVA PT SSMS Tbk Sumber: data diolah (2013-2015) 19 Perhitungan MVA MVA merupakan perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah total ekuitas investor dalam perusahaan. Perhitungan nilai MVA secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16. Nilai MVA AALI turun dari tahun 2013 sampai tahun 2015 terlihat pada Gambar 10. Penyebabnya adalah penurunan harga saham AALI dari tahun ke tahun, dikarenakan melemahnya nilai jual CPO yang merupakan produk utama AALI. Nilai MVA tahun 2013 merupakan nilai MVA terbesar periode 2013-2015 sebesar Rp29.262.746 juta karena harga saham AALI masih tinggi. Pada tahun 2014, nilai MVA menurun dengan laju 11.04 persen atau setara (Rp2.908.957) juta. Penurunan nilai MVA yang cukup drastis terjadi pada tahun 2015 sebesar (Rp13.092.867) juta, dikarenakan harga saham AALI pada tahun tersebut Rp15.850/lembar yang notabene harga saham paling rendah. Secara keseluruhan, perusahaan mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan juga investor selama periode 2013-2015. AALI 50.000.000 40.000.000 30.000.000 20.000.000 10.000.000 0 MVE MVE 2013 2014 2015 39.526.100 38.187.566 24.959.708 Total Ekuitas 10.263.354 11.833.778 11.698.787 MVA Total Ekuitas MVA 29.262.746 26.353.788 13.260.921 Gambar 10 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT AALI Tbk Sumber: data diolah (2013-2015) Hasil perhitungan dari nilai MVA BWPT pada tahun 2013 sebesar Rp2.711.128 juta. Nilai ini tergolong kecil di tahun 2013 dibandingkan perusahaan perkebunan lainnya, karena harga saham BWPT merupakan nilai yang paling kecil. Pada tahun 2014, nilai MVA yang dihasilkan meningkat sebesar Rp5.663.425 juta dengan proporsi kenaikan 52.13 persen dikarenakan volume saham dan total ekuitas perusahaan meningkat. Dua tahun berturut-turut, perusahaan telah mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan kekayaan investor. Namun untuk tahun 2015, nilai MVA yang dihasilkan perusahaan bernilai negatif yaitu (Rp2.491.577) juta. Penyebabnya adalah adanya sedikit penurunan pada ekuitas milik perusahaan serta harga saham yang menurun tajam sebesar Rp132/lembar. Pada tahun tersebut, perusahaan telah menurunkan kekayaan yang dimiliki dan berdampak pada kekayaan investor yang berkurang. Perkembangan nilai MVA perusahaan dapat dilihat pada Gambar 11. 20 BWPT 15.000.000 10.000.000 5.000.000 0 (5.000.000) MVE MVE 2013 2014 2015 4.943.608 12.610.116 4.161.338 Total Ekuitas 2.232.480 6.946.691 MVA 5.663.425 (2.491.577 2.711.128 Total Ekuitas MVA 6.652.915 Gambar 11 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT BWPT Tbk Sumber: data diolah (2013-2015) Gambar 12 menunjukkan nilai MVA LSIP sama halnya dengan AALI, mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Nilai MVA pada tahun 2013 merupakan nilai terbesar, yaitu Rp6.772.971 juta. Pada tahun 2014, nilai MVA menurun dengan proporsi negatif 15.05 persen karena nilai pasar yang terus menurun dengan nilai Rp5.887.000 juta. Begitupun pada tahun 2015, nilai MVA menurun (Rp4.220.342) juta dari Rp5.887.000 menjadi Rp1.666.658 juta. Penurunan tajam tersebut disebabkan harga saham menurun secara nyata, walaupun nilai ekuitas terus meningkat. Selama tiga periode ini, artinya kekayaan perusahaan dan kekayaan investor mampu ditingkatkan oleh pihak manajemen. LSIP 15.000.000 10.000.000 5.000.000 0 MVE MVE 2013 2014 2015 13.165.870 12.889.732 9.004.636 Total Ekuitas 6.392.899 7.002.732 7.337.978 MVA 5.887.000 1.666.658 6.772.971 Total Ekuitas MVA Gambar 12 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT LSIP Tbk Sumber: data diolah (2013-2015) Berbeda dengan perusahaan perkebunan lainnya, nilai MVA SSMS dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami peningkatan. Hal tersebut dikarenakan harga saham SSMS yang naik, sebesar Rp1.665 di tahun 2014 menjadi Rp1.950 di tahun 2015. Pada tahun 2014, nilai MVA SSMS Rp13.070.611 juta. Selanjutnya, di tahun 2015 nilai MVA naik dengan proporsi 15.89 persen menjadi Rp15.539.698 juta dikarenakan nilai pasar dari perusahaan meningkat yaitu meningkatnya harga saham. Hal itu berarti di tahun 2014 dan tahun 2015, perusahaan dapat meningkatkan kekayaan perusahaan dan investor. Perkembangan nilai MVA perusahaan dapat dilihat pada Gambar 13. 21 SSMS 20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000 0 MVE 2014 2015 MVE 15.859.125 18.573.750 Total Ekuitas 2.788.514 3.034.052 MVA 13.070.611 15.539.698 Total Ekuitas MVA Gambar 13 Grafik MVE, Total Ekuitas dan MVA PT SSMS Tbk Sumber: data diolah (2013-2015) Implikasi Manajerial Hasil perhitungan analisis EVA dan MVA perusahaan perkebunan selama periode tahun 2013-2015 dapat dijadikan salah satu alternatif perusahaan dalam memperbaiki kinerja keuangannya dan pertimbangan bagi investor. Penjelasan lebih rinci adalah sebagai berikut: 1. AALI Analisis EVA menunjukkan AALI memiliki kinerja keuangan yang baik. Perusahaan telah memberi nilai tambah ekonomi, karena mampu mengoptimalkan penggunaan modal seperti menekan penggunaan utang dan beban perusahaan, terlihat dari biaya modal yang menurun dari tahun ke tahun, sehingga menghasilkan laba optimal bagi perusahaan. Untuk ke depannya, AALI diharapkan mampu menciptakan nilai tambah ekonomi yang lebih baik bagi investor dengan meningkatkan laba. Sementara untuk analisis MVA, AALI telah mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang saham. Untuk ke depannya, karena nilai MVA AALI yang menurun dari tahun ke tahun, perusahaan harus meningkatkan nilai tambah lebih di pasar seperti diversifikasi produk dari CPO dan lebih meyakinkan investor untuk menanamkan modal di perusahaan. Bagi calon investor, AALI dapat dijadikan pilihan untuk berinvestasi karena kinerja keuangan perusahaan cukup konsisten dan dapat memberikan return yang baik bagi investor. 2. BWPT Pada BWPT, kinerja keuangan yang baik hanya di tahun 2014 berdasarkan analisis EVA. Pada tahun 2013 dan tahun 2015 kinerja keuangan perusahaan dinilai kurang baik. Hal itu dikarenakan biaya modal perusahaan yang jauh lebih tinggi daripada NOPAT. Maka, untuk memperbaiki kinerjanya adalah dengan menekan biaya-biaya operasional sehingga NOPAT dapat terus meningkat. Analisis MVA perusahaan menunjukkan kinerja yang baik pada tahun 2013-2014. Tetapi tahun 2015, nilai MVA yang dihasilkan negatif. Hal tersebut disebabkan oleh nilai pasar perusahaan yang turun. Kedepannya, agar nilai MVA perusahaan terus naik, maka perusahaan harus memperkuat posisi tawar menawar dan laba yang akan meningkatkan permintaan saham di pasar, yang berdampak pada kenaikan harga saham, sehingga berimplikasi pada kenaikan nilai MVA. Bagi calon investor, BWPT dapat dijadkan pilihan terakhir untuk berinvestasi diantara 22 ketiga perusahaan perkebunan yang lain. Hal ini dikarenakan, BWPT memperlihatkan kinerja keuangan yang kurang baik dan dikhawatirkan tidak dapat memberikan return bagi investor yang berinvestasi. 3. LSIP Kinerja keuangan LSIP berdasarkan analisis EVA memberi nilai tambah ekonomi yang baik bagi investor. Walaupun begitu, nilai EVA yang dihasilkan perusahan kurang optimal dan berfluktuatif, dikarenakan penggunaan biaya modal tidak menentu. Pada tahun 2013, perusahaan menunjukkan kinerja kurang baik. Hal tersebut disebabkan tingginya biaya modal sebagai akibat dari tingginya WACC, sedangkan nilai NOPAT lebih rendah. Sebaiknya, perusahaan harus memperbaiki manajemen penggunaan modal agar lebih optimal, seperti menekan biaya-biaya operasional dan mengurangi utang jangka panjang. Berdasarkan analisis MVA, perusahaan telah meningkatkan kekayaan perusahaan dan pemegang saham. Hal tersebut didukung oleh nilai ekuitas perusahaan yang terus naik. Bagi calon investor, dilihat dari kinerja keuangan perusahaan pada periode 2013-2015, dapat dipertimbangkan untuk berinvestasi di LSIP karena nilai laba perusahaan cukup baik, walaupun kinerja keuangan perusahaan kurang konsisten, tetapi dapat memberikan return bagi investor. 4. SSMS Pada SSMS, kinerja keuangan tergolong baik dilihat dari analisis EVA dikarenakan nilai EVA meningkat. Peningkatan EVA terjadi karena perusahaan dalam menggunakan modal optimal terlihat dari nilai biaya modal yang cukup menurun jauh dari tahun 2014 ke 2015, walaupun nilai NOPAT mengalami penurunan. Ke depannya, perusahaan diharapkan mampu menjaga konsistensi penggunaan modal optimal dan dapat meningkatkan laba, agar nilai EVA terus meningkat. Berdasarkan analisis MVA, perusahaan menghasilkan nilai MVA yang terus naik, sehingga meningkatkan kekayaan perusahaan dan investor. Nilai MVA yang baik bagi SSMS menunjukan bagaimana saham SSMS menarik bagi investor. Untuk prospek masa depan, perusahaan harus tetap menjaga harapan investor dan juga meningkatkan mutu produknya sehingga lebih meningkatkan ketertarikan investor dalam pasar modal. Bagi calon investor, SSMS merupakan rekomendasi terbaik sebagai pilihan untuk berinvestasi karena kinerja keuangan perusahaan konsisten dan dapat memberikan return yang baik bagi investor. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis kinerja keuangan dengan metode EVA dan MVA dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Keempat perusahaan berdasarkan metode EVA, mampu memberi nilai tambah ekonomi dan membayar seluruh kewajibannya kepada investor dan kreditur, serta pemerintah dalam bentuk pajak. Pada tahun 2013 nilai EVA AALI mengungguli BWPT dan LSIP. Hal ini dikarenakan BWPT dan LSIP memiliki nilai EVA negatif, artinya tidak ada nilai tambah ekonomi bagi 23 perusahaan. Pada tahun 2014, AALI konsisten unggul dari BWPT, LSIP dan SSMS. Sementara untuk tahun 2015, nilai EVA SSMS meningkat dan berhasil unggul dari tiga perusahaan lainnya. AALI dan LSIP mengalami penurunan nilai EVA, begitupun BWPT menghasilkan nilai EVA negatif. 2. Secara keseluruhan, keempat perusahaan mampu meningkatkan nilai kekayaan pemilik perusahaan berbasis metode MVA. Pada tahun 2013 nilai MVA AALI unggul dari nilai MVA BWPT dan LSIP. Pada tahun 2014, nilai MVA AALI masih unggul, walaupun mengalami penurunan, disusul oleh SSMS, LSIP, dan BWPT. Sementara untuk tahun 2015, nilai SSMS meningkat dan memimpin dibanding perusahaan perkebunana lainnya. Nilai MVA AALI dan LSIP yang terus menurun, dikarenakan harga saham perusahan terus menurun. Sedangkan nilai MVA BWPT negatif, artinya tidak memberikan kekayaan bagi perusahaan dan kekayaan investor berkurang. 3. Melihat dari data historis perusahaan, AALI dan SSMS merupakan perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik sehingga dapat menarik dimata para investor. Jauh lebih baik dibandingkan dengan BWPT dan LSIP yang memiliki kinerja keuangan yang tidak konsisten. Saran Perusahaan subsektor perkebunan yang terdaftar dalam indeks LQ45 diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan kinerja keuangannya untuk menghasilkan nilai EVA dan MVA positif. Hal ini cenderung akan dilihat bagi para investor, ketika akan menanamkan modalnya di perusahaan yang akan dituju. Untuk itu, perusahaan harus lebih baik dalam penggunaan modal, agar tingkat pengembalian yang diharapkan investor dan perusahaan dapat terpenuhi, disamping perusahaan dapat melakukan diversifikasi dari produk CPO untuk meningkatkan laba perusahaannya. DAFTAR PUSTAKA [BEI] Bursa Efek Indonesia. 2016. Annual Report Perusahaan Perkebunan 20132015. [Internet]. [diunduh 2016 Mei 03]. Tersedia pada: http://www.idx.co.id/. [BI] Bank Indonesia. 2016. Lelang Sertifikat BI. [Internet]. [diunduh 2016 April 14]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. [Internet]. [Diunduh 2016 April 14]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/. Fahmi, Irham. 2014. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab. Bandung (ID): ALFABETA. Iramani Rr, Febrian E. 2005. Financial Value Added: Suatu Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja Dan Nilai Tambah Perusahaan. Surabaya (ID). Universitas Kristen Petra. Jurnal Akuntansi dan Keuangan [Internet]. 24 [diunduh 2016 April 14]; 7(2005):1-10. Tersedia pada: http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/. Kartikasari, AF. 2014. Analisis Kinerja Keuangan Berbasis Economic Value Added Pada Perusahaan Sektor Industri Otomotif di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta (ID): Rajawali Pers. Keown AJ, Martin JD, Petty JW, Scott JR DF. 2008. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Aplikasi Jilid 1. Jakarta (ID): PT. Indeks Kelompok Gramedia. Melani, Agustina. 2013. 2013, Masa Suram Bagi Emiten Perkebunan [Internet]. [diunduh pada 2016 Feb 29]. Tersedia pada: http://www.liputan6.com/bisnis/read/734790/2013-masa-suram-bagiemiten-perkebunan/. Ningrum, AP. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Go Public dengan Metode Economic Value Added (EVA) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Paisal, Pani A. 2011. Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode Economic value Added pada PT. Bank Central Asia, Tbk Tahun 2007-Tahun 2009 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sugiyarso G, Winarni F. 2005. Manajemen Keuangan: Pemahaman Laporan Keuangan, Pengelolaan Aktiva, Kewajiban, dan Modal, serta Pengukuran Kinerja Perusahaan. Yogyakarta (ID): Media Pressindo. Toflen, Aflin. 2015. Indeks Sektor Pertambangan dan Agribisnis Terbenam Paling Dalam pada 2015 [Internet]. [diunduh pada 2016 Feb 29]. Tersedia pada: http://www.bareksa.com/id/text/2015/12/22/indeks-sektor-pertambangandan-agribisnis-terbenam-paling-dalam-pada-2015/12257/news/. Wikipedia. 2016. LQ-45 [Internet]. [diunduh pada 2016 Feb 29]. Tersedia pada: http//en.wikipedia.org/wiki/LQ-45/. Young SD, O’Byrne SF. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai: Panduan Praktis Untuk Implementasi. Jakarta (ID): Salemba Empat. 25 LAMPIRAN 26 Lampiran 1 Ringkasan laporan keuangan PT AALI Tbk Periode 2013-2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Neraca (dalam Jutaan Rupiah) Komponen 2013 Aktiva lancar 1,691,694 Aktiva tidak lancar 13,272,737 Total aktiva (1+2) 14,964,431 Kewajiban lancar 3,759,265 Kewajiban tidak lancar 941,812 Total kewajiban (4+5) 4,701,077 Ekuitas 9,890,227 Hak minoritas 373,127 Total ekuitas (7+8) 10,263,354 Total ekuitas dan kewajiban (6+9) 14,964,431 Laporan Laba Rugi (dalam Jutaan Rupiah) Komponen 2013 Pendapatan bersih 12,674,999 Beban pokok pendapatan (8,592,003) Laba kotor (1-2) 4,082,996 Beban usaha (1,484,383) Laba/rugi sebelum pajak penghasilan (3-4) 2,598,613 Beban pajak penghasilan (694,729) Laba tahun berjalan (5-6) 1,903,884 Laba/rugi tahun berjalan, yang diatribusikan kepada: a. Pemilik entitas induk 1,802,193 b. Kepentingan non pengendali 101,691 Total laba/rugi tahun berjalan (8a+8b) 1,903,884 Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan setelah pajak 33,162 Laba/rugi komprehensif tahun berjalan, yang diatribusikan kepada: a. Pemilik entitas induk 1,834,662 b. Kepentingan non pengendali 102,384 Total laba/rugi komprehensif tahun berjalan (11a+11b) 1,937,046 Laba bersih per saham (dalam satuan rupiah) 1,144 Sumber: BEI (2016) 2014 2,403,615 16,155,739 18,559,354 4,110,955 2,614,621 6,725,576 11,415,804 417,974 11,833,778 18,559,354 2015 2,814,123 18,698,248 21,512,371 3,522,133 6,291,451 9,813,584 11,284,816 413,971 11,698,787 21,512,371 2014 16,305,831 (11,352,975) 4,952,856 (1,271,019) 3,681,837 (1,059,765) 2,622,072 2015 13,059,216 (9,977,118) 3,082,098 (1,906,585) 1,175,513 (479,829) 695,684 2,504,467 117,605 2,622,072 (36,630) 619,107 76,577 695,684 (6,281) 2,468,849 116,593 612,292 77,111 2,585,442 689,403 1,590 393 27 Lampiran 2 Ringkasan laporan keuangan PT BWPT Tbk Periode 2013-2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Neraca (dalam Jutaan Rupiah) Komponen 2013 Aktiva lancar 1,250,013 Aktiva tidak lancar 5,771,479 Total aktiva (1+2) 7,021,492 Kewajiban lancar 1,251,482 Kewajiban tidak lancar 3,537,530 Total kewajiban (4+5) 4,789,012 Ekuitas 2,008,854 Hak minoritas 223,626 Total ekuitas (7+8) 2,232,480 Total ekuitas dan kewajiban (6+9) 7,021,492 Laporan Laba Rugi (dalam Jutaan Rupiah) Komponen 2013 Pendapatan bersih 1,730,531 Beban pokok pendapatan 1,302,436 Laba kotor (1-2) 428,095 Beban usaha 444,934 Laba/rugi sebelum pajak penghasilan (3-4) (16,839) Beban pajak penghasilan 11,370 Laba tahun berjalan (5-6) (28,209) Laba/rugi tahun berjalan, yang diatribusikan kepada: a. Pemilik entitas induk (17,063) b. Kepentingan non pengendali (11,146) Total laba/rugi tahun berjalan (8a+8b) (28,209) Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan setelah pajak Laba/rugi komprehensif tahun berjalan, yang diatribusikan kepada: a. Pemilik entitas induk (159,617) b. Kepentingan non pengendali (11,146) Total laba/rugi komprehensif tahun berjalan (11a+11b) (170,763) Laba bersih per saham (dalam satuan rupiah) (0.83) Sumber: BEI (2016) 2014 1,615,006 14,764,834 16,379,840 3,105,061 6,328,088 9,433,149 6,827,516 119,175 6,946,691 16,379,840 2015 2,796,883 14,861,954 17,658,837 3,955,212 7,050,710 11,005,922 6,532,028 120,887 6,652,915 17,658,837 2014 2,264,396 1,635,264 629,132 354,658 274,474 (79,836) 194,638 2015 2,674,271 2,100,500 573,771 777,393 (203,622) 22,222 (181,400) 189,470 5,168 194,638 (179,737) (1,663) (181,400) 185,468 5,168 (295,488) (1,663) 190,636 (297,151) 9.08 (5.70) 28 Lampiran 3 Ringkasan laporan keuangan PT LSIP Tbk Periode 2013-2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Neraca (dalam Jutaan Rupiah) Komponen 2013 Aktiva lancar 1,999,126 Aktiva tidak lancar 6,039,666 Total aktiva (1+2) 8,038,792 Kewajiban lancar 802,905 Kewajiban tidak lancar 842,988 Total kewajiban (4+5) 1,645,893 Ekuitas 6,392,958 Hak minoritas (59) Total ekuitas (7+8) 6,392,899 Total ekuitas dan kewajiban (6+9) 8,038,792 Laporan Laba Rugi (dalam Jutaan Rupiah) Komponen 2013 Pendapatan bersih 4,133,679 Beban pokok pendapatan (2,880,220) Laba kotor (1-2) 1,253,459 Beban usaha (286,468) Laba/rugi sebelum pajak penghasilan (3-4) 966,991 Beban pajak penghasilan (198,366) Laba tahun berjalan (5-6) 768,625 Laba/rugi tahun berjalan, yang diatribusikan kepada: a. Pemilik entitas induk 769,493 b. Kepentingan non pengendali (868) Total laba/rugi tahun berjalan (8a+8b) 768,625 Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan setelah pajak 0 Laba/rugi komprehensif tahun berjalan, yang diatribusikan kepada: a. Pemilik entitas induk 788,871 b. Kepentingan non pengendali (868) Total laba/rugi komprehensif tahun berjalan (11a+11b) 788,003 Laba bersih per saham (dalam satuan rupiah) 113 Sumber: BEI (2016) 2014 1,863,506 6,849,568 8,713,074 746,520 963,822 1,710,342 7,002,800 (68) 7,002,732 8,713,074 2015 1,268,557 7,580,235 8,848,792 571,162 939,652 1,510,814 7,331,049 6,929 7,337,978 8,848,792 2014 2015 4,726,539 4,189,615 (3,190,502) (3,073,774) 1,536,037 1,115,841 (314,085) (287,959) 1,221,952 827,882 (292,547) (204,573) 929,405 623,309 929,414 (9) 929,405 (5,853) 623,312 (3) 623,309 66,395 923,561 (9) 689,707 (3) 923,552 689,704 136 91 29 Lampiran 4 Ringkasan laporan keuangan PT SSMS Tbk Periode 2013-2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Neraca (dalam Jutaan Rupiah) Komponen 2013 Aktiva lancar 2,187,401 Aktiva tidak lancar 3,589,549 Total aktiva (1+2) 5,776,950 Kewajiban lancar 2,093,876 Kewajiban tidak lancar 1,487,627 Total kewajiban (4+5) 3,581,503 Ekuitas 2,160,362 Hak minoritas 35,085 Total ekuitas (7+8) 2,195,447 Total ekuitas dan kewajiban (6+9) 5,776,950 2014 2,742,376 4,022,859 6,765,235 2,611,834 1,364,886 3,976,720 2,740,275 48,240 2,788,515 6,765,235 2015 1,732,968 5,420,883 7,153,851 1,302,633 2,637,166 3,939,799 3,034,052 0 3,034,052 6,973,851 Laporan Laba Rugi (dalam Jutaan Rupiah) Komponen 2013 2014 2015 Pendapatan bersih 1,962,435 2,616,365 2,371,878 Beban pokok pendapatan (949,458) (1,296,794) (1,123,966) Laba kotor (1-2) 1,012,977 1,319,571 1,247,912 Beban usaha (159,558) (400,744) (472,463) Laba/rugi sebelum pajak penghasilan (3-4) 853,419 918,827 775,449 Beban pajak penghasilan (221,750) (253,502) (188,305) Laba tahun berjalan (5-6) 631,669 665,325 587,144 Laba/rugi tahun berjalan, yang diatribusikan kepada: a. Pemilik entitas induk 576,824 722,683 560,912 b. Kepentingan non pengendali 54,845 13,569 (1,943) Total laba/rugi tahun berjalan (8a+8b) 631,669 736,252 562,855 Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan setelah pajak 0 (13,129) 12,479 Laba/rugi komprehensif tahun berjalan, yang diatribusikan kepada: a. Pemilik entitas induk 576,824 711,035 574,987 b. Kepentingan non pengendali 54,845 18,875 (3,912) Total laba/rugi komprehensif tahun berjalan (11a+11b) 631,669 729,910 571,075 Laba bersih per saham (dalam satuan rupiah) 91 76 59 Sumber: BEI (2016) 26 Lampiran 5 Perhitungan tingkat pengembalian saham periode 2013-2015 Tahun 2014 Bulan Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rataan (Rt) Tahun 2015 Bulan Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rataan (Rt) Pit 18,850 18,450 18,500 17,700 19,500 19,700 15,550 19,750 19,500 18,600 22,250 25,100 AALI Pit-1 Dt 19,100 18,850 18,450 18,500 17,700 455 19,500 19,700 15,550 19,750 19,500 160 18,600 22,250 Pit 21,475 25,500 26,000 29,400 27,325 28,175 26,700 25,500 23,000 23,500 24,000 24,250 AALI Pit-1 Dt 25,100 21,475 25,500 26,000 29,400 355 27,325 28,175 26,700 25,500 23,000 244 23,500 24,000 Pit 23,250 24,650 24,300 20,350 24,800 22,950 20,075 17,125 18,125 19,900 16,950 15,850 AALI Pit-1 Dt 24,250 23,250 24,650 24,300 472 20,350 24,800 22,950 20,075 17,125 18,125 19,900 16,950 Rit (0.0131) (0.0212) 0.0027 (0.0432) 0.1274 0.0103 (0.2107) 0.2701 (0.0127) (0.0379) 0.1962 0.1281 0.3960 0.0330 Pit 1,072 1,131 1,106 757 906 798 607 757 665 773 1,064 1,106 BWPT Pit-1 Dt 1,147 1,072 1,131 1,106 757 906 798 607 757 665 773 1,064 12 Rit (0.1444) 0.1874 0.0196 0.1308 (0.0585) 0.0311 (0.0524) (0.0449) (0.0980) 0.0323 0.0213 0.0104 0.0347 0.0029 Pit 1,047 1,135 1,093 1,168 1,072 1,023 960 856 461 453 382 400 BWPT Pit-1 Dt 1,106 1,047 1,135 1,093 1,168 1,072 1,023 960 856 461 453 6 382 Rit (0.0412) 0.0602 (0.0142) (0.1431) 0.2187 (0.0746) (0.1253) (0.1469) 0.0584 0.0979 (0.1482) (0.0649) (0.3233) (0.0269) Pit 355 366 338 252 401 411 390 258 202 235 141 132 BWPT Pit-1 Dt 400 355 366 338 252 401 411 390 258 202 235 141 Rit (0.0652) 0.0543 (0.0221) (0.3158) 0.1978 (0.1193) (0.2396) 0.2466 (0.1209) 0.1625 0.3763 0.0503 0.2050 0.0171 Pit 2,075 1,930 1,520 1,920 1,720 1,120 1,490 1,270 1,600 1,840 1,930 1,930 LSIP Pit-1 Dt 2,200 2,075 1,930 1,520 1,920 1,720 66 1,120 1,490 1,270 1,600 1,840 1,930 Rit (0.0526) 0.0833 (0.0366) 0.0684 (0.0818) (0.0465) (0.0610) (0.1082) (0.4612) (0.0180) (0.1427) 0.0460 (0.8110) (0.0676) Pit 1,655 2,070 2,210 2,450 2,310 2,315 2,100 1,870 1,900 1,945 1,985 1,890 LSIP Pit-1 Dt 1,930 1,655 2,070 2,210 2,450 2,310 46 2,315 2,100 1,870 1,900 1,945 1,985 Rit (0.1125) 0.0310 (0.0765) (0.2544) 0.5913 0.0249 (0.0511) (0.3385) (0.2171) 0.1634 (0.4000) (0.0638) (0.7033) (0.0586) Pit 1,840 1,880 1,730 1,425 1,665 1,555 1,355 1,080 1,385 1,550 1,200 1,320 LSIP Pit-1 Dt 1,890 1,840 1,880 1,730 1,425 53 1,665 1,555 1,355 1,080 1,385 1,550 1,200 30 Tahun 2013 Bulan Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rataan (Rt) Rit (0.0568) (0.0699) (0.2124) 0.2632 (0.1042) (0.3105) 0.3304 (0.1477) 0.2598 0.1500 0.0489 0.0000 0.1509 0.0126 Rit (0.1425) 0.2508 0.0676 0.1086 (0.0571) 0.0221 (0.0929) (0.1095) 0.0160 0.0237 0.0206 (0.0479) 0.0595 0.0050 Pit 840 995 1,035 1,200 1,245 1,245 1,265 1,305 1,265 1,245 1,460 1,665 SSMS Pit-1 Dt 820 840 995 1,035 1,200 5.1969 1,245 1,245 1,265 1,305 1,265 1,245 1,460 Rit (0.0265) 0.0217 (0.0798) (0.1763) 0.2056 (0.0661) (0.1286) (0.2030) 0.2824 0.1191 (0.2258) 0.1000 (0.1771) (0.0148) Pit 1,650 1,985 1,990 1,900 2,350 1,845 1,965 1,615 1,615 1,900 1,580 1,950 SSMS Pit-1 Dt 1,665 1,650 1,985 1,990 22.65 1,900 2,350 1,845 1,965 1,615 1,615 1,900 1,580 Rit 0.0244 0.1845 0.0402 0.1594 0.0418 0.0000 0.0161 0.0316 (0.0307) (0.0158) 0.1727 0.1404 0.7647 0.0637 Rit (0.0090) 0.2030 0.0025 (0.0338) 0.2368 (0.2149) 0.0650 (0.1781) 0.0000 0.1765 (0.1684) 0.2342 0.3138 0.0261 31 Lampiran 6 Perhitungan tingkat pengembalian pasar periode 2013-2015 Tahun Bulan Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rata-rata E(Rm) IHSGt 4453.70 4795.79 4940.99 5034.07 5068.63 4818.90 4610.38 4195.09 4316.18 4510.63 4256.44 4274.18 2013 IHSGt-1 4316.69 4453.70 4795.79 4940.99 5034.07 5068.63 4818.90 4610.38 4195.09 4316.18 4510.63 4256.44 Rmt 0.0317 0.0768 0.0303 0.0188 0.0069 (0.0493) (0.0433) (0.0901) 0.0289 0.0451 (0.0564) 0.0042 0.0036 0.0003 IHSGt 4418.76 4620.22 4768.28 4840.15 4893.91 4878.58 5088.80 5136.86 5137.58 5089.55 5149.89 5226.95 2014 IHSGt-1 4274.18 4418.76 4620.22 4768.28 4840.15 4893.91 4878.58 5088.80 5136.86 5137.58 5089.55 5149.89 Rmt 0.0338 0.0456 0.0320 0.0151 0.0111 (0.0031) 0.0431 0.0094 0.0001 (0.0093) 0.0119 0.0150 0.2047 0.0171 IHSGt 5289.4 5450.29 5518.67 5086.42 5216.38 4910.66 4802.53 4509.61 4223.91 4455.18 4446.46 4593.01 2015 IHSGt-1 5226.95 5289.40 5450.29 5518.67 5086.42 5216.38 4910.66 4802.53 4509.61 4223.91 4455.18 4446.46 Rmt 0.0119 0.0304 0.0125 (0.0783) 0.0255 (0.0586) (0.0220) (0.0610) (0.0634) 0.0548 (0.0020) 0.0330 (0.1171) (0.0098) Lampiran 7 Perhitungan tingkat rata-rata SBI (Rf) Bulan 2013 2014 2015 SBI SBI SBI Januari 5.75% 7.50% 7.75% Febuari 5.75% 7.50% 7.50% Maret 5.75% 7.50% 7.50% April 5.75% 7.50% 7.50% Mei 5.75% 7.50% 7.50% Juni 6.00% 7.50% 7.50% Juli 6.50% 7.50% 7.50% Agustus 6.75% 7.50% 7.50% September 7.25% 7.50% 7.50% Oktober 7.25% 7.50% 7.50% November 7.50% 7.63% 7.50% Desember 7.50% 7.75% 7.50% Jumlah 77.50% 90.38% 90.25% Rataan Sumber: BI (2016) 6.46% 7.53% 7.52% 32 Lampiran 8 Perhitungan beta (β) dan biaya modal saham (Ke) AALI 2013 2014 Kov (a) (0.00039) (0.00004) Var (b) 0.00086 0.00015 Beta (a/b) (0.45) (0.28) E(R)/Rm (c) 0.03% 1.71% Rf (d) 6.46% 7.53% MRP (c-d) -6.43% -5.83% Ke 9.36% 9.19% 2015 0.00034 0.00113 0.30 -0.98% 7.52% -8.50% 5.00% 2013 0.00024 0.00086 0.28 0.03% 6.46% -6.43% 4.68% BWPT 2014 2015 0.00012 (0.00018) 0.00015 0.00113 0.76 (0.16) 1.71% -0.98% 7.53% 7.52% -5.83% -8.50% 3.09% 8.88% LSIP 2013 2014 2015 (0.00254) 0.00023 0.00002 0.00086 0.00015 0.00113 (2.97) 1.51 0.02 0.03% 1.71% -0.98% 6.46% 90.38% 90.25% -6.43% -88.67% -91.23% 25.52% -1.24% 7.33% 2013 SSMS 2014 2015 (0.00002) 0.00163 0.00015 0.00113 (0.11) 1.44 1.71% -0.98% 7.53% 7.52% -5.83% -8.50% 8.19% -4.70% Lampiran 9 Perhitungan biaya hutang (Kd*) 2013 72,414 AALI 2014 96,080 2015 125,509 2013 102,298 BWPT 2014 138,949 2015 467,740 2013 3,036 LSIP 2014 3,537 2015 1,944 2013 Biaya Bunga (a) Kewajiban Jangka Panjang 941,812 2,614,621 6,291,451 3,537,530 6,328,088 7,050,710 842,988 963,822 939,652 (b) Kd (c)=(a/b) 0.0769 0.0367 0.0199 0.0289 0.0220 0.0663 0.0036 0.0037 0.0021 Beban Pajak (d) 694,729 1,059,765 479,829 11,370 (79,836) 22,222 228,366 276,502 195,096 Laba Sebelum 2,598,613 3,681,837 1,175,513 (16,839) 274,474 (203,622) 996,991 1,221,952 827,882 Pajak (e) Pajak Penghasilan 0.2673 0.2878 0.4082 (0.6752) (0.2909) (0.1091) 0.2291 0.2263 0.2357 (T), (f)=(d/e) (1-T) 0.7327 0.7122 0.5918 1.6752 1.2909 1.1091 0.7709 0.7737 0.7643 Kd* (c x (1-T)) 5.63% 2.62% 1.18% 4.84% 2.83% 7.36% 0.28% 0.28% 0.16% Tahun 2014 203,851 2015 206,091 1,364,886 2,637,166 0.1494 253,502 0.0781 188,305 918,827 775,449 0.2759 0.2428 0.7241 10.81% 0.7572 5.92% Lampiran 10 Perhitungan proporsi hutang (Wd) dan proporsi ekuitas (We) 2013 AALI 2014 2015 2013 BWPT 2014 2015 Kewajiban Jangka Panjang 941,812 2,614,621 6,291,451 3,537,530 6,328,088 7,050,710 (a) Total Ekuitas (b) 10,263,354 11,833,778 11,698,787 2,232,480 6,946,691 6,652,915 Total Kewajiban 14,964,431 18,559,354 21,512,371 7,021,492 16,379,840 17,658,837 dan Ekuitas (c) Wd (a/c) We (b/c) 6.29% 68.58% 14.09% 63.76% 29.25% 54.38% 50.38% 31.79% 38.63% 42.41% 39.93% 37.67% 2013 LSIP 2014 2015 842,988 963,822 939,652 1,364,886 2,637,166 6,392,899 7,002,732 7,337,978 2,788,514 3,034,052 8,038,792 8,713,074 8,848,792 6,765,234 6,973,851 10.49% 79.53% 11.06% 80.37% 10.62% 82.93% 2013 SSMS 2014 20.18% 41.22% 2015 37.82% 43.51% 33 Lampiran 11 Perhitungan WACC 2013 Wd (a) 6.29% We (b) 68.58% Kd* (c) 5.63% Ke (d) 9.36% axc=e 0.35% bxd=f 6.42% WACC (e+f) 6.77% AALI 2014 14.09% 63.76% 2.62% 9.19% 0.37% 5.86% 6.23% 2015 29.25% 54.38% 1.18% 5.00% 0.35% 2.72% 3.06% 2013 50.38% 31.79% 4.84% 4.68% 2.44% 1.49% 3.93% BWPT 2014 38.63% 42.41% 2.83% 3.09% 1.10% 1.31% 2.41% 2015 39.93% 37.67% 7.36% 8.88% 2.94% 3.35% 6.28% 2013 10.49% 79.53% 0.28% 25.52% 0.03% 20.29% 20.32% LSIP 2014 11.06% 80.37% 0.28% -1.24% 0.03% -1.00% -0.97% 2015 10.62% 82.93% 0.16% 7.33% 0.02% 6.08% 6.10% 2013 SSMS 2014 20.18% 41.22% 10.81% 8.19% 2.18% 3.38% 5.56% 2015 37.82% 43.51% 5.92% -4.70% 2.24% -2.04% 0.19% SSMS 2014 2015 Lampiran 12 Perhitungan IC AALI 2014 BWPT 2014 LSIP 2014 2013 2015 2013 2015 2013 2015 Total Kewajiban 14,964,431 18,559,354 21,512,371 7,021,492 16,379,840 17,658,837 8,038,792 8,713,074 8,848,792 dan Ekuitas Kewajiban Jangka Pendek 3,759,265 4,110,955 3,522,133 1,251,482 3,105,061 3,955,212 802,905 746,520 571,162 Non Bunga IC 11,205,166 14,448,399 17,990,238 5,770,010 13,274,779 13,703,625 7,235,887 7,966,554 8,277,630 2013 6,765,234 6,973,851 2,611,834 1,302,633 4,153,400 5,671,218 Lampiran 13 Perhitungan NOPAT AALI BWPT EBIT Pajak NOPAT EBIT Pajak 2013 2,671,027 694,729 1,976,298 85,459 11,370 2014 3,777,917 1,059,765 2,718,152 413,423 79,836 2015 1,301,022 479,829 821,193 264,118 22,222 Tahun NOPAT 74,089 333,587 241,896 LSIP EBIT Pajak 970,027 228,366 1,225,489 276,502 829,826 195,096 SSMS Pajak NOPAT NOPAT EBIT 741,661 948,987 1,122,678 253,502 869,176 634,730 981,540 188,305 793,235 Lampiran 14 Perhitungan COC Tahun 2013 2014 2015 WACC 6.77% 6.23% 3.06% AALI BWPT LSIP SSMS IC COC WACC IC COC WACC IC COC WACC IC COC 11,205,166 759,093 3.93% 5,770,010 226,692 20.32% 7,235,887 1,470,549 14,448,399 899,841 2.41% 13,274,779 319,355 -0.97% 7,966,554 (77,040) 5.56% 4,153,400 230,810 17,990,238 550,992 6.28% 13,703,625 861,215 6.10% 8,277,630 504,868 0.19% 5,671,218 11,025 Lampiran 15 Perhitungan EVA AALI BWPT LSIP NOPAT COC EVA NOPAT COC EVA NOPAT COC EVA NOPAT 2013 1,976,298 759,093 1,217,205 74,089 226,692 (152,603) 741,661 1,470,549 (728,888) 2014 2,718,152 899,841 1,818,311 333,587 319,355 14,232 948,987 (77,040) 1,026,027 869,176 2015 821,193 550,992 270,201 241,896 861,215 (619,319) 634,730 504,868 129,862 793,235 Tahun SSMS COC EVA 230,810 638,366 11,025 782,210 34 Lampiran 16 Perhitungan MVA Harga saham Volume saham MVE Total ekuitas MVA 2013 25,100 1,574.745 39,526,100 10,263,354 29,262,746 AALI 2014 24,250 1,574.745 38,187,566 11,833,778 26,353,788 2015 15,850 1,574.745 24,959,708 11,698,787 13,260,921 BWPT LSIP 2013 2014 2015 2013 2014 2015 1,106 400 132 1,930 1,890 1,320 4,471.183 31,525.291 31,525.291 6,821.694 6,819.964 6,819.964 4,943,608 12,610,116 4,161,338 13,165,870 12,889,732 9,004,636 2,232,480 6,946,691 6,652,915 6,392,899 7,002,732 7,337,978 2,711,128 5,663,425 (2,491,577) 6,772,971 5,887,000 1,666,658 SSMS 2013 2014 2015 1,665 1,950 9,525 9,525 15,859,125 18,573,750 2,788,514 3,034,052 13,070,611 15,539,698 35 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 19 Desember 1993 sebagai anak dari Bapak Yusuf (alm) dan Ibu Linda Dahliawati dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman kanakkanak Pertiwi pada tahun 1999. Selanjutnya, penulis mengawali pendidikan formal di SDN 1 Cigombong Centre dari tahun 1999-2005. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan SMPN 1 Cigombong dan lulus tahun 2008. Pada tahun 2008-2011, penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Cigombong. Penulis diterima di Program Diploma IPB pada Program Keahlian Manajemen Agribisnis melalui melalui jalur masuk regular tahun 2011. Kemudian pada tahun 2014, melanjutkan pendidikan kembali di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Prestasi akademik penulis selama masa kemahasiswaan di Program Diploma adalah lulusan terbaik Program Keahlian Manajemen Agribisnis, IPB.