Latar Belakang ini isu perubahan ikIim menjadi Dewasa masalah yang sangat memu& karena dapat mengakibatkan pemanasan global dan kenailcan p e e air laut. Sebagian besar pakar atmosfer sepakat (Houghton, 1991; PCC, 1996) bshwa, peningkatau konsentrasi COz atmosfer dan gas-gas penyerta lainnya (trace gases) serta aerosol telah menyebabkan perubahan iktim global. Perubahan iklim karena konsentrasi gas-gas aktiif-radiatii atmosfer dapat merubah distribusi -tan menurut ruang clan waktu terhadap mmbedaya air dan lahan, siklus hidrologi, kualitas air, sistem suplai dan kebutuhan air di dalam wiIayah yang berbeda (IPCC, 1990). Selanjutnya menurut Hay et al. (1993), perubahan iklim dapat merubah karakteristiik hidrobgi Daerah Aliran Sungai @AS). Iklim di bumi tidak selalu ko-, suhu clan c d hujan berbeda dari tahun ke tahun dan berfldctmsi dalam jangka waktu yang lama. Kenaikan suhu rata-rata pada 0.3 - 1992). Jika konsentrasi gas rumah kaca terus meningkat, pemanasan global akan 0.6 OC diakui secara luas telah tejrtdi selama 100 tahun terakhir (UNEP, berdarnpak luas pada fingkungan dm masyarakat man&. ini diperlukan perkiraan Untuk menilai dampak bagaimana iklim itu berubah pada tingkat lokal regional dan bagaimam perubalxm itu mempengaruhi -an dan alam dan hgkungan rnanusia tempt masyarakat memperkhuhn hidupnya. Kenailcan suhu akan menaikkan laju penguapan dari tanaman, tanah, pemndcaan air dan lautan. Ini jelas akan menaikkan curah hujan global karena prinsip apa yang naik akhbya akan turun. Namun demikian, model iklirn menunjukkan bahwa efelcny tidak akan merata, seperti yang dikemukakan oleh de Rozari et al. (1990) bahwa, di Indonesia pemanasan global yang telah diperhiturgkan di bawah iklim GISS "2X COz" akan mengakihtkan peningkatan suhu pemmkaan bumi antara 3.0 4.2 "C dari suhu udara rata-rata sebesar 26.8 "C. T i g i muka air laut akan naik sekitar satu meter, sedangkan curah hujan di beberapa wilayah pada bulan-bulan tertentu akan menurun, tetapi s e b a g i besar wilayah Indonesia akan mendapat curah hujan yang iebih besar. Seperti telah dikemukakan di atas, pembahm iklirn dapat merhgkatkan cwah hujan di beberapa daerah dan men- curah hujan di beberapa daerah lainnya. Tetapi penjngkatan laju penguapan yang disebabkan oleh naiknya suhu sebenarnya akan menyebabkan banyaknya tempat menjadi lebih kering, terutama selama musim kemarau. Di daerah-daerah rawan air, berkurangnya sumber daya air dapat meningkatkan konflik antara para penggma Di Iain tempat kenaikan volume air dapat menambah kecepatan erosi, aliran permukaan dan tingkat pencemaran air oleh bahan polutan baik dalam bentuk sedhmn maupun hara yang berasosiasi dengan aliran permukaan dan sedimen. Pertumbuhan penduduk dan pembangumm f i s i i mempunyai komekuensi logis berupa pe~bt3hanpenggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan tidak akan membawa masalah yang serius sepanjang mengikuti kaidah konservasi tanah clan air serta kelas kemampuan lahan (Sitorus, 1985). Dari aspek hidrologi, perubahan tataguna laban akan t?erpenganrh langsung terhadap karakteristik penutupan iahan sehingga akau mempengaruhi sistem tata air D M . Fenomena ini ditunjukkan oleh respon hidrologi DAS yang &pat dikenali melalui produksi air. Menurut Lee (1 980), respon hidrologi merupakau suatu indikasi tentang kondisi hidrologi suatu DAS dan dipengaruhi oleh -or iklim dan karakter fisik DAS yang bersangkutan. Secara keseluruhan Propinsi Sulawesi-Selatan didominasi oleh hutan (57.7 %), lahan perkebunan (16.3 %), dan lahan pertanian tanaman pangan (12.6 %) (BPS, 1995) dengan kepadatan penduduk relatif kecil yaitu sebesar 96 orang/km2 (BPS, 1994). Namun send& meningkatnya jumlah penduduk dan perubahan peruntukan tataguna lahan berupa pencammgan proyek-proyek irigasi dan industri diduga akan tejadi perubahan iklim baik lokal maupun regional. A k i i t lain dari perubaban tataguna lahan tersebut, air hujan akan menjadi lebih banyak menjadi alirsn pennukaan (direct runofn yang langsung menu. sung& sebaliknya air hujan yang masuk kedalam tanah (inter flav dan base flav) akan menjadi semakin berkurang. Akiitnya debit sungai menjadi sangat besar (banjiu) di musim hujan dan akan kecil (kekeringan) pada musim kemarau serta menurunnya tinggi muka air tanah. Propinsi Suiawesi Selatan me& pola atau tipe hujan sangat beragam. Hasil penelitian tipe hujan yang dilakukan oleh Boeremrt (1926) dart diperbaharui oleh Badan Meteorologi dan Geofjsika dengan 1961 - data selama periode 1990 rnenuujukkan bahwa, di Sulawesi-Selatan terdapat 7 t i p hujan. Berdasarkan ke tujuh tipe hujan tersebut dan %or yang mengenddikamya, maka pola hujan di Sulawesi-Selatan secara garis besar dapat dibagi dalam tiga pola, yaitu (1) pola ekuatorial, (2) pola monsun dan (3) pola lokal (Gambar I). Pada penelitian ini, DAS yang digunakan sebagai studi kasus adalah DAS Saddang (pola ekuatorial) dan DAS Walanae (pola lokal). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perubahan iklim dan tataguna lahan akan memberi dampak terhadap sumber daya air DAS di Sulawesi-Selatan. Untuk memprediksi besarnya dampak yang ditimbulkan akibat perubahan iklim dan tataguna lahan diperiukan suatu model analisis yang berbasis komputer. Gambar 1. Polaltipe hujan ketiga DAS (Jeneberang, Walanae dan Saddang) di Sulawesi Selatan. Model-model sirkulasi urnurn atau d i k e d dengan General Circulation Models (GSMs) adalah salah satu model komputer yang kompleks yang digunakan untuk mensimulasii efek perubahan konsentrasi gas rumah kaca terhadap iklim bumi. Apa yang dihasilkau model tersebut amat bergantung pada p e r m emisi gas nunafikaca dimasa yang akan datang, sebagai dasar penentuau Di Indonesia, model-model sikulasi umum seperti GISS, GFDL, UKMO dan CCCM teiah digunakan wtuk menilai dampak peruhhm iklim, seperti studi yang dilakukan de Rozari et al. (1991), Amien et al. (1996), Boer et al. (1999) dan studistudi lain yang dikoordinir oIeh Komite Nasionai Perubahnn Iklim. Narnun di Indonesia, luaran GCMs yang digunakan sebagai penilai dampak terhadap berbagai aspek (pertaniaq kehutanan, hidrologi, kesehatan dan lain-lain) belum divalidasi. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan membandjngkan luaran dari model-model sirkdasi urnurn (GISS, GFDL, UKMO, DAN CCCM) berupa peubah-peubah iklim dengan data pengamataa Penelit'm ini juga mengkaji sejauh mana dampak perubrthan iklim dan tataguna lahan di dalam sistem DAS di Sulawesi-Selatan dihubungkan dengan komponen neraca air DAS. Dalarn penelitian ini dilakukan analisii dampak dengan menggunakan model evapoklimatonorni. Model ini &pat mensimulasi berdasarkan perubahan yang tejadi pada komponenkomponen iklim terutama radiasi dan curah hujan serta terhadap tejadinya perubahan tataguna lahan. Dengan membandingkan hasil simulasi antara DAS pa& kondisi sekarang dan kondisi 1 X C02 dengan kondisi saat terjadi perubahan iklim dan perubabm tataguna lahan, maka dapat diketahui seberapa besar pengaruh terjadinya perubahan komponen lingkungan terhadap keseimhngan air wilayah, khususnya debit aliran sungai. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: (1) menguji luaran lima model GCM (CCCM, GFDL, GISS, -0 dan CSIR09); (2) menduga nilai parameter karakteristik fisik DAS Walanae Hulu dan DAS Saddang yang berlaku saat ini; (3) mengevaluasi keseimbangan air wilayah @AS Walane Hdu d m DAS Saddang) saat ini; dan (4) mengkaji perubahan keseimbangan air wilayah @AS Walane Hulu dan DAS Saddang) saat tejadinya perubahan iklim dan tatagma lahan. Kontribusi Penelitian penelitian ini diharapkan memperoleh model sirkulasi u m u m yang representatif clan sesuai diterapkan di Indonesia untuk menilai dampak perulmhan iklirn secara umum dan khususnya dampak terhadap komponen neraca air DAS. Model evapoklimatonomi yaug dihasiIkan dbuapkan dapat digunakan untuk menduga potensi air wilayah DAS Sulawesi Selatan serta kapasitas menyimpan air dalam bentuk lengas tanah. Formulasi matematika model ini juga memperkgas hubungan fungsional sebab-akibat antara komponen-komponen neraca air DAS Sulawesi Selatan. Informasi ini sangat penting dalam p e n g e l o h suatu DAS dalam usaha memperoleh kestdaan tata air clan -an fisik yang optimaL Lebih jauh hasil penelitian ini dapat digumkm bagi para pembuat kebijakan dalam proyeksi kc depan bagi usaha-usaha penanganan DAS & i t perubaban iklim dan tataguna lahan.