Oleh Dr. La Ode Hasiara, S.E., M.M., M.Pd.,Ph.D., Ak.,CA. Pendidikan merupakan hal yang tidak pernah habis untuk dibahas, dibicarakan bahkan diseminarkan diberbagai kesempatan di negara kita. Tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan UUD 1945 Pasal 31 masih jauh dari harapan. Kekecewaan-kekecewaan muncul dari segala arah di kalangan masyarakat Bila dibandingkan dengan Negara tetangga maka pendidikan Indonesia sangat jauh tertinggal, hal ini bisa dilihat dari Indek Pembangunan Manusia (Human Development Index) dimana HDI Indonesia =0,629 menempati urutan ke-21 dari 187 negara. Masih berada di bawah Malaysia ,Singapura.bahkan Thailand. Beberapa ahli berpendapat bahwa pengangguran merupakan produk gagal dari pendidikan, karena pendidikan menghasilkan lulusan yang tidak siap pakai tidak ada kesesuaian dengan kebutuhan dunia industry. Tiga pihak yg memiliki konstribusi di bidang pendidikan yaitu orangtua, sekolah & pemerintah/masyarakat, tdk.maksimal melakukan peran masing-masing. Pemerintah yg menurut UUD 1945 pasal 31 harus bertanggung jawab terhadap pendidikan. Hal ini belum mampu melaksanakan kewajibannya bahkan cenderung membuat regulasi yang membingungkan dan tidak berkesinambungan, orangtua siswa yang diharapkan berkewajiban mendidik karakter bagi anak. Sekolah juga tdk.banyak memberikan hasil maksimal karena terkendala oleh peraturan yang mengekang kebebasan sekolah. Beberapa pakar mendefinisikan kualitas dengan berbagai ragam pengertian, Edward Sallis (2006) dalam bukunya “ Total Quality Management in Education” merekomendasikan 3 nama yang sangat berpengaruh dalam manajemen mutu. Juran (1962), mendefinisikan kualitas “Quality is the fitness for use or benefit "ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna,kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya. Juran menyatakan bahwa banyak produk atau jasa yang sudah memenuhi spesifikasinya namun belum memberikan manfaat bagi pelanggannya atau tidak mencapai tujuannya. Lebih jauh Juran mengemukakan lima dimensi kualitas yaitu. 1. Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk. 2. Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud desain dengan penyampaian produk actual. 3. Ketersediaan (availability), mencakup aspek kepercayaan, serta ketahanan. 4. Dan produk itu tersedia bagi konsumen untuk digunakan. 5. Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen. Hal ini digunakan sebagai bahan praktis (field use), kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan pada penggunaannya oleh consume. Menurut Fatah (2012:2) mutu adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan atau harapan dan kepuasan pelanggan. Berbicara mengenai kualitas pendidikan maka kita perlu mengetahui produk dari Pendidikan. Para pelanggan pendidikan. Pelanggan dalam pendidikan dapat berupa masyarakat, perusahaan pengguna alumni industry pemerintah atau orangtua mahasiswa dan mahasiswa itu sendiri. Menurut Fatah (2012:2) mutu adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan atau harapan dan kepuasan pelanggan. Berbicara mengenai kualitas pendidikan maka kita perlu mengetahui produk dari Pendidikan. Para pelanggan pendidikan. Pelanggan dalam pendidikan dapat berupa masyarakat, perusahaan pengguna alumni industry pemerintah atau orangtua murid,dan siswa itu sendiri. Istilah manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan terjemahan dari “school-based management”. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Menurut Edmond yg dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yg lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Nurcholis menyatakan MBS adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan. Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Mulyasa (2012:l 25) menjelaskan tujuan MBS adalah : 1. meningkatkan mutu pendidikan melalui fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas serta meningkatkan profesionalisme guru; 2. Meningkatkan efisiensi melalui keleluasaan mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dengan mengurangi atau penyederhanaan birokrasi; 3. meningkatkan pemerataan melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan Pemerintah berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Prinsip Ekuifinalitas (Principal of Prinsip Desentralisasi (Principal of Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri Equifinality, Decentralization), (Principal of Self Managing System) Prinsip Inisiatif Manusia (Principal of Human Initiative), Komponen-Komponen Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Komponen-komponen dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah : 1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran 2. Manajemen Tenaga Kependidikan 3. Manajemen Kesiswaan 4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan 5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan 6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 7. Manajemen Layanan Khusus Manajemen Perpustakaan 1. 2. Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik akan menunjang perkembangan peserta didik dalam hal perkembangan pengetahuan. Disamping itu juga memungkinkan bagi guru untuk mengembangkan pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode bervariasi, misalnya belajar individual. Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan pengetahuan saja, tetapi juga harus meningkatkan jasmani dan rohani siswa Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut, maka di sekolah diadakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan pendirian tempat ibadah. Sekolah mengatur keamanan di lingkungan sekolah dengan tujuan memberikan rasa tenang dan nyaman dalam mengikuti proses belajar dan mengajar bagi komponen sekolah. Menurut Nurkholis (2003: 115-128) pihak-pihak yang berkepentingan dalam manajemen berbasis sekolah adalah. Guru. Guru adalah komponen utama dan terpenting dalam proses pendidikan, persoalan guru bukan hanya semata-mata tentang ketersediaan tenaga guru (kuantitas) tetapi yang penting adalah pembinaan kualitas guru. Kepala Sekolah. Kepala Sekolah adalah seseorang yang memimpin sebuah sekolah, selain mengajar sebagai pimpinan tunggal ia harus mengatur, memanage proses belajar mengajar di sekolahnya, ia harus mengkoordinir sejumlah guru dan tenaga administrasi untuk saling bahu-membahu dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Kepala Sekolah yang professional berdampak kepada kemajuan sekolahnya, dampak tersebut menurut E Mulyasa ditengarai antara lain: 1. Efektifitas proses pendidikan di sekolah. 2. Tumbuhnya kepemimpinan sekolah yang kuat. 3. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. 4. Terwujudnya budaya mutu. 5. Teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis. 6. Kemandirian. 7. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat. 8. Transparansi manajemen. 9. Kemauan untuk berubah. 10.Evaluasi dan perbaikan yang berkelanjutan. 11.Tanggap terhadap kebutuhan. 12.Akuntabilitas. 13.Sustainabilitas. Dewan Sekolah. Dewan Sekolah merupakan suatu lembaga atau badan non politis dan non profit dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholder pendidikan di tingkat sekolah (Fattah, 2012). Pengawas Sekolah. Pengawas berperan dalam membina para Kepala Sekolah menjadi professional antara lain memberikan motivasi, membina dan tentu saja mengawasi kinerja para kepala sekolah. Kantor Dinas Pendidikan. Peran dan fungsi Departemen Pendidikan di Indoensia di era otonomi daerah sesuai dengan PP No.25 thn 2000, antara lain menyebutkan bahwa tugas pemerintah pusat antara lain menetapkan standar kompetensi siswa dan warga, peraturan kurikulum nasional dan sistem penilaian hasil belajar, penetapan pedoman pelaksanaan pendidikan, penetapan pedoman pembiayaan pedidikan, penetapan persyaratan, perpindahan, sertifikasi siswa, Tenaga Administrasi. Peran administrator sekolah dalam MBS adalah pengembang dan pemimpin dalam mencapai tujuan. Peran Orangtua Dan Masyarakat. Karakteristik yang paling menonjol dalam konsep MBS adalah pemberdayaan partisipasi para orang tua dan masyarakat. Peran orang tua dan masyarakat secara kelembagaan adalah dalam dewan sekolah atau komite sekolah. Filosofi yang menjadi landasan adalah bahwa pendidikan yang pertama dan utama adalah dalam keluarga (orang tua) dan masyarakat adalah pelanggan pendidikan yang perkembangannya dipengaruhi oleh kualitas para lulusan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ( performance ) sekolah adalah. 1. Kurikulum. 2. Proses belajar mengajar. 3. Lingkungan sekolah. 4. SDM dan sumberdaya lain. 5. Standarisasi pengajaran dan evaluasi. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik sec. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari difinisai menurut UU No. 20 mengenai Sisdiknas tersebut pendidikan diarahkan untuk mengembangkan potesnti masyarakat bukan sekadar mengajarkan wawasan dan keterampilan, tetapi juga memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk mengembangkan potesni masing-masing sesuai dengan situasi dan kondisi dimana masyarakat tersebut berada Peningkatan Mutu.Peran dan persyaratan pemimpin dalam mencapai peningkatan mutu adalah. 1. 2. 3. 4. 5. Memiliki visi. Mempunyai komitmen. Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas. Menganggap peserta didik sebagai pusat perhatian. Memperhatikan kegiatan dan kebijakan memperhatikan pada pelanggan (orang tua, siswa, masyarakat). 6. Mengembangkan staf. 7. Bertanggung jawab dan tidak menyalahkan pihak lain. 8. Melakukan inovasi. 9. Menjamin struktur organisasi yang menjabarkan peran dan tugas yang jelas. 10. Membangun tim kerja yang baik. 11. Melakukan monitoring dan evaluasi. Kenyataan yang harus dihadapi oleh kita bersama adalah buruknya pelayanan pendidikan di negara kita. Sebagaimana dijabarkan dalam latar belakang bahwa 3 pilar pendidikan diemban oleh 3 komponen yaitu orang tua, sekolah , dan masyarakat. Maka proses pembenahannya pun harus melibatkan kontribusi bersama. Masalah umum keadaan pendidikan Indonesia yang terpuruk ini adalah pada manajerial yang tidak optimal. Seringkali kebijakan yang baik tidak dapat diaplikasikan dengan baik di lapangan sehingga kebijakan yang normative itu hanya menjadi anganangan belaka. Namun, dari paparan makalah ini dapat kami simpulkan sebagai berikut. 1. Kualitas merupakan kemampuan yang dimiliki suatu produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan, di dalam pendidikan dikenal dua macam pelanggan yaitu pelanggan internal yaitu peserta didik sedangkan pelanggan eksternal adalah orangtua siswa, masyarakat dan sektor industri. 2. Pendidikan merupakan suatu system yang terdiri dari tiga sub system yaitu INPUT (masukan), Process ( proses) dan Output (keluaran) yang melibatkan pihak-pihak terkait (stakeholder) yaitu institusi pendidikan, pemerintah, peserta didik, orang tua, perusahaan pengguna alumni. 3. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dengan melibatkan masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional MBS merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah, dan merupakan bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan. Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah adalah : (a) meningkatkan mutu pendidikan melalui fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas serta meningkatkan profesionalisme guru (b) Meningkatkan efisiensi melalui keleluasaan mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dengan mengurangi atau penyederhanaan birokrasi. (c) meningkatkan pemerataan melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam pendidikan. Pihak-pihak yang terkait dan berperan dalam Manajemen Berbasis Sekolah adalah (a) Guru (b) Kepala Sekolah (c) Pengawas Sekolah (d) Dewan Sekolah (e) Kantor Dinas Pendidikan (f) Tenaga adminsitrasi Sekolah (g) Orangtua dan masyarakat. MBS hendaknya dimanfaatkan pemerintah daerah untuk mengembangkan pendidikan yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan daerah. Sekolah hendaknya melibatkan Dinas Pendidikan setempat serta masyarakat untuk merancang muatan kurikulum lokal (daerah) yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah. Manajemen sekolah perlu memberikan perhatian pada pelajaran budi pekerti, etika dan kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik dan benar sehingga lulusan yang dihasilkan akan menjadi manusia yang cerdas, profesional di bidangnya dan berperilaku yang baik dan benar. Perlu ada kurikulum nasional yang dirancang secara cermat dan merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dalam jangka panjang (25 tahun) ke depan, dan harus dipatuhi oleh segenap jajaran pemerintahan yang berkuasa. TERIMA KASIH Dr. Drs. La Ode Hasiara, S.E, M.M., M.Pd.,Ak., CA., Ph.D. HP. 085 33 44 11 262 atau 08 12 49 999 262