1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Berdirinya
sebuah
perusahaan
pasti memiliki tujuan. Menurut
Harjito dan Matono (2005) terdapat tiga tujuan didirikannya perusahaan.
Pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Kedua adalah ingin
memakmurkan
pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan
tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan
yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut
secara substansial sama. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh
masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan,
yang sering dikaitkan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi. Harga saham merupakan harga yang terjadi pada saat
saham diperdagangkan di pasar (Fakhrudin and Hadianto, 2001). Nilai
perusahaan dapat mencerminkan nilai asset yang dimiliki perusahaan seperti
surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat berharga yang
dikeluarkan oleh perusahaan, tinggi rendahnya harga saham banyak
dipengaruhi oleh kondisi emiten (Martono dan Agus Harjito dalam Dian,
2015) .
Seiring berkembangnya dunia usaha, semakin banyak pula perusahaan
yang muncul sehingga menimbulkan persaingan yang ketat. Salah satu sektor
1
usaha yang mengalami perkembangan yang pesat dan persaingan yang ketat
dalam usahanya adalah sektor keuangan. Sektor keuangan memegang peranan
yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Di
Indonesia, sektor keuangan digerakkan oleh dua lembaga keuangan yaitu
lembaga perbankan yang terdiri dari bank-bank umum dan lembaga non
perbankan yang terdiri dari lembaga pembiayaan, perusahaan efek, asuransi,
investment fund dan lain-lain.
Persaingan di sektor ini berlangsung cukup ketat antara perusahaan
yang satu dengan perusahaan yang lain. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
cabang perusahaan keuangan yang dibuka. Oleh karena itu, untuk
mempertahankan kegiatan usaha dan bersaing dengan perusahaan lain, banyak
hal yang dibutuhkan antara lain strategi, ide-ide baru, serta mempertahankan
dan meningkatkan kepercayaan pelanggan. Kepercayaan tersebut dapat
dibangun melalui laporan keuangan yang berkualitas yang menyajikan
informasi keuangan sedetail mungkin.
Baridwan (1992 : 17) dalam Susaningrum (2003) Laporan keuangan
adalah ringkasan dari suatu proses pencatatanyang merupakan ringkasan dari
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku
yang
bersangkutan. Dari pengertian tersebut laporan keuangan mempunyai dua
golongan besar pemakai yaitu pihak internal dan eksternal. Di pihak internal
atau manajemen laporan, keuangan digunakan untuk mengukur pencapaian
dari target yang telah ditetapkan selama periode tertentu. Sedangkan di pihak
eksternal (investor, kreditur, supplier dan pemerintah) laporan digunakan
2
untuk mengukur kinerja perusahaan selama periode tertentu. Mereka percaya
bahwa laporan keuangan tersebut telah menyajikan dan mengungkapkan
informasi yang sesungguhnya. Artinya laporan keuangan sebagai metode
pengungkapan (disclosure) harus menyajikan informasi yang sesungguhnya
agar meningkatkan kepercayaan pemakai yang nantinya laporan keuangan ini
akan meningkatkan nilai perusahaan.
Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang
dapat mempengaruhi keputusan pemakai. Agar menghasilkan laporan
keuangan yang berkualitas perusahaan harus menyusun sesuai dengan regulasi
yang telah ditetapkan. Di Indonesia regulasi yang mengatur tentang pelaporan
keuangan adalah Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) yang disusun oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Artinya perusahaan (entitas) dalam
penyusunan laporan keuangan harus mengacu dan berpedoman pada regulasi
tersebut.
Instrumen keuangan merupakan kontrak
yang mengakibatkan
timbulnya aset keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau
instrumen ekuitas bagi entitas lainnya (IAS 32). Instrumen keuangan
perusahaan terdapat pada laporan keuangan perusahaan, oleh karena itu
diperlukan adanya pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
terhadap instrumen keuangan.
Regulasi yang mengatur tentang instrumen keuangan adalah PSAK
No. 50, 55 dan 60. Terhitung PSAK tentang instrumen keuangan ini sudah
mengalami tiga kali revisi yaitu pada tahun 2006, 2010 dan 2014. Revisi
3
tersebut
dilakukan
karena
standar
akuntansi
indonesia
mangadobsi
Internationals Financial Reporting Standars (IFRS) untuk meningkatkan
kualitas pelaporan. Yang direvisi adalah PSAK No.50 (revisi 2006) yang
sebelumnya mengatur mengenai penyajian dan pengungkapan dalam
instrumen keuangan. Pada tahun 2010, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
melakukan pemisahan antara standar akuntansi yang mengatur antara
penyajian dan pengungkapan atas instrumen keuangan, yang dipisah kedalam
PSAK No.50 tentang penyajian instrumen keuangan dan PSAK No.60 tentang
pengungkapan instrumen keuangan dan pada tahun 2014 IAI merevisi PSAK
No. 60 disahkan pada 29 April 2014.
Informasi yang terdapat pada nilai-nilai instrumen keuangan yang
disajikan merupakan bagian yang penting sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan ekonomi, sehingga pada proses penyajian dan pengungkapan
instrumen keuangan harus sesuai dengan standar-standar akuntansi yang
berlaku yaitu PSAK No.50 tentang penyajian instrumen keuangan dan PSAK
No.60 tentang pengungkapan instrumen keuangan (Dian, 2015).
Instrumen
keuangan
ini
dipakai
oleh
perusahan
untuk
mengidentifikasi dan mengklasifikasi struktur modalnya melalui keputusan
pendanaan. Keputusan
pendanaan
merupakan
suatu
tindakan dimana
perusahaan memanfaatkan liabilitas sebagai sumber dana untuk mencapai
laba dan nilai perusahaan yang optimum. Dalam hal ini, liabilitas jangka
pendek dan jangka panjang merupakan salah satu sumber dana yang
terpenting dalam setiap jenis usaha. Perusahaan memilih menggunakan
4
liabilitas sebagai sumber dana karena pada umumnya
bunga yang
dibayarkan oleh perusahaan dapat digunakan untuk mengurangi pajak
penghasilan, sehingga pajak penghasilan yang harus dibayarkan oleh
perusahaan
lebih
kecil.
Selain
itu, liabilitas jangka
panjang
yang
digunakan perusahaan dapat dijadikan modal bagi perusahaan untuk
melakukan ekspansi.
Untuk menyajikan liabilitas instrumen keuangan tersebut kedalam
laporan keuangan secara benar. Maka perusahaan harus berpedoman pada
PSAK No 50. Setelah itu liabilitas instrumen keuangan tersebut harus dilihat
ketaatan dalam pengungkapannya dengan berpedoman pada PSAK No.60.
Penerapan kedua PSAK tersebut tersebut merupakan isu hangat bagi dunia
akuntansi Indonesia. Oleh sebab itu penulis ingin membahas mengenai
pengaruh
liabilitas instrumen keuangan PSAK No. 50 dan ketaatan
perusahaan dalam menerapkan PSAK 60 pengungkapan instrument keuangan
terhadap nilai perusahaan pada industri jasa keuangan. Peneliti melihat bahwa
dengan adanya penerapan standar yang baru terhadap perlakuan standar
akuntansi yang telah dikonvergensi dengan IFRS pada kedua PSAK tersebut
pada perusahaan yang memiliki instrumen keuangan nantinya dapat
memberikan pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Dian Yusuf Arinantyo yang berjudul “Pengaruh Ketaatan
Pengungkapan Aset dan Liabilitas Instrumen Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan”. Akan tetapi penelitian berbeda dengan penelitian sebelumnya
5
oleh Dian Yusuf Arinantyo karena penelitian ini memiliki variabel yang
berbeda yaitu menambahkan variabel liabilatas instrumen keuangan dan hanya
menguji ketaatan pengungkapan liabilitas instrumen keuangan. Selain itu
tahun pengamatan juga berbeda dimana penelitian sebelumnya sektor jasa
keuangan tahun 2012 sementara pada penelitian ini periode pengamatan tahun
2011-2014.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang
akan diteliti adalah pengaruh penerapan PSAK No. 50 dan 60 pada perusahaan
industri keuangan yang listing pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 20112014. Oleh karena itu peneliti mengambil penelitian
“PENGARUH
KETAATAN
LIABILITAS
INSTRUMEN
PENGUNGKAPANNYA
dengan judul:
KEUANGAN
TERHADAP
DAN
NILAI
PERUSAHAAN”
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, terdapat dua
permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Masalah-masalah tersebut terdiri
dari:
1. Apakah liabilitas instrumen keuangan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah ketaatan pengungkapan liabilitas instrumen keuangan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan ?
6
1.3.Batasan Masalah
Batasan dalam penelitian ini bertujuan untuk membatasi cakupan
penelitian, yaitu:
1. Liabilitas dalam penelitian ini adalah liabilitas instrumen keuangan
sesuai PSAK No.50 dan pengungkapan dalam penlitian ini adalah
pengungkapan dari liabilitas instrument keuangan. variabel
independen
sedangkan
nilai
perusahaandiukur
dengan
menggunakan return saham.
2. Objek penelitian ini adalah perusahaan jasa keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011 samapai
2014 dan melaporkan laporan keuangan selama periode tersebut.
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi hanya empat
tahun saja yaitu pada tahun 2011 sampai tahun 2014.
1.4.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh liabilitas instrumen keuangan terhadap nilai
perusahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh ketaatan pengungkapan liabilitas instrumen
terhadap nilai perusahaan.
1.5.Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini
memberikan manfaat sebagai berikut:
7
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pengaruh liabilitas
keuangan dan ketaatan pengungkapan terhadap nilai perusahaan.
b. Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya
di masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi entitas memberikan pengetahuan mengenai tingkat liabilitas
yang mampu menaikkan nilai perusahaan dan tingkat liabilitas yang
ternyata dapat menurunkan nilai perusahaan. Serta mengetahui
minimum disclosure agar informasi-informasi yang disajikan juga
dapat menambah nilai perusahaan dan bermanfaat bagi pemakai.
b. Bagi BAPEPAM dan Komite Penyusunan Standar Akuntansi
Kuangan (SAK) membantu regulator dalam mengevaluasi regulasiregulasi dan atau standar akuntansi di masa yang akan datang terutama
PSAK No 50, 55 dan 60 yang membahas instrumen keuangan.
c. Bagi profesi akuntansi (akuntan publik dan akuntan manajemen)
menyajikan informasi-informasi yang perlu diungkap dalam laporan
keuangan tahunan dan membantu menciptakan pasar modal yang
efisien.
d. Bagi investor memberikan masukan dalam rangka pengambilan
keputusan investasi atau divestasi atas saham-saham yang tercatat dan
diperdagangkan dengan cara melihat nilai perusahaannya.
8
e. Bagi mahasiswa dan masyarakat dapat menjadi bahan bacaan yang
bermanfaat untuk menambah pengetahuan.
1.6.Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan laporan adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas landasan teori yang diantaranya berupa tinjauan pustaka
dilanjutkan dengan penelitian terdahulu yang dikembangkan (hipotesis) pada
akhirnya membentuk model penelitian (kerangka teoritis).
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini berisi desain penelitian; populasi, sampel, dan teknik sampling;
pengukuran variabel; instrumen penelitian; sumber data; metode pengumpulan
data; serta metode analisis data.
BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai data yang digunakan, pengolahan data tersebut
dengan alat analisis yang diperlukan dan hasil dari analisis data.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data yang telah
dilakukan, saran-saran yang diajukan dari hasil penelitian, dan rekomendasi
bagi penelitian selanjutnya.
9
Download