TINGKAT KONFORMITAS MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING STKIP PGRI SUMATERA BARAT Oleh: Yelni Susri Fitria Kasih Weni Yulastri Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Observations result through, students force themselves to follow trends such as: often change the handphone, exaggerated dress, lingerie model, students with a speaking style that candidates should not educators or guidance counselor. Also found students more obedient to the friends group, so that they can be accepted in the group. This research is a descriptive study attempted to describe the situation as it is. The study population was all students of Force Guidance and Counseling, 2009, 2010 and 2011 STKIP PGRI West Sumatra, a population of as many as 846 people. Samples were selected by proportional stratified random sampling technique, sampling of members of the population at random and stratified proportionally. Sample was 89 students guidance and counseling, using questionnaire data collection, statistical analysis used is descriptive by using a percentage formula. The results showed: 1) The level of conformity blind student guidance and counseling STKIP PGRI West Sumatra can categorized as high, 2) The level of conformity internalization Guidance and Counselling students STKIP PGRI West Sumatra in general can be categorized as high, and 3) The level of conformity internalization of student guidance and counseling STKIP PGRI West Sumatra is generally categorized as high. Observations result through could see that the level of conformity student guidance and counseling, including high and should be reduced for the foreseeable future Key word: Level, Conformity, student satu sarana pembangunan yang telah I. Pendahuluan Dalam era globalisasi dibutuhkan dilaksanakan pemerintah maupun manusia yang terampil dan berwawasan masyarakat dalam rangka peningkatan luas pembangunan sumber daya manusia. Seiring dengan nasional. Pendidikan merupakan salah laju pembangunan di segala bidang, untuk kemajuan sektor pendidikan dituntut lebih maju dan berkembang. Berbicara masalah tersebut untuk melatih agar mahasiswa pendidikan tidak akan terlepas dari calon persoalan tenaga kependidikannya, baik berpenampilan dari segi kuantitas maupun kualitas. pendidik nantinya, Pendidikan merupakan alat yang dapat melatih mahasiswa melahirkan pembimbing agar terbiasa berpakaian manusia keterampilan dan yang memiliki wawasan yang berkembang untuk membangun. dan guru pembimbing dapat layaknya selain sebagai itu calon berpenampilan rapi agar juga guru bisa menjadi contoh dan teladan bagi peserta Salah satu program studi yang didik nantinya, karena pada dasarnya ada di STKIP PGRI Sumatera Barat guru pembimbing adalah seseorang yang adalah Konseling. akan menjadi contoh yang akan ditiru Program studi Bimbingan dan Konseling oleh semua peserta didik sehingga sebagai salah satu program studi yang sebagai calon guru pembimbing harus mempersiapkan tenaga terampil dengan memiliki sikap dan pribadi layaknya cara untuk sebagai guru pembimbing. Selanjutnya, pelayanan mahasiswa juga tidak boleh memakai bimbingan dan konseling. Dalam proses barang-barang yang mencolok seperti pembelajaran mahasiswa program studi emas yang berlebihan karena akan Bimbingan juga menimbulkan kecemburuan sosial dan diwajibkan untuk mematuhi peraturan dapat mengundang kejahatan sehingga yang ada di STKIP PGRI Sumatera dapat membahayakan diri sendiri. Bimbingan melatih dan mahasiswa melaksanakan proses dan Konseling Barat. Disisi lain, dalam kehidupan Program studi Bimbingan dan sehari-hari, mahasiswa akan Konseling telah menetapkan peraturan bersosialisasi dengan orang lain di bahwasanya, perempuan lingkungan diwajibkan memakai rok, dan baju lingkungan kemeja, mahasiswa laki-laki diwajibkan teman-teman, memakai celana dasar dan baju kemeja, berbicara, peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh perilaku sangat berpengaruh pada diri program studi bimbingan dan konseling mahasiswa. mahasiswa kampus luar maupun kampus. seperti: minat, di Pengaruh sikap, cara penampilan dan Jadi, seseorang menampilkan konformitas agar mereka atau bisa lingkungannya. ditemukan mahasiswa yang lebih patuh Sebagaimana David. O. Sears (2005:80) pada teman kelompoknya, agar mereka mengemukakan bisa diterima dalam kelompok tersebut. diterima menampilkan oleh bahwa orang konformitas karena guru pembimbing. Selain itu Tujuan yang ingin dicapai dalam mereka menggunakan informasi yang penelitian mereka peroleh dari orang lain, mereka mendeskripsikan:1) tingkat konformitas mempercayai orang lain dan karena membabi buta mereka bimbingan konseling takut menjadi orang yang menyimpang. ini adalah: pada untuk mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat, 2) tingkat konformitas Berdasarkan observasi penulis identifikasi pada mahasiswa bimbingan selama lebih kurang 6 bulan (Januari- konseling STKIP PGRI Sumatera Barat Juni mahasiswa dan 3) tingkat konformitas internalisasi bimbingan konseling (BK) angkatan pada mahasiswa bimbingan konseling 2009, 2010 dan 2011 di STKIP PGRI STKIP PGRI Sumatera Barat. 2011) terhadap Sumatera Barat, adanya kecenderungan mahasiswa BK angkatan 2009, 2010 dan 2011, dimana mahasiswa memakai II. Metode Penelitian Metode penelitian yang model pakaian yang banyak dipakai oleh digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa penelitian pada umumnya, seperti: yaitu penelitian yang memakai baju kaos ketat, memakai dilakukan untuk memberikan gambaran celana jeans, mahasiswa yang lebih detail mengenai suatu gejala memakai model pakaian yang tidak menyesuaikan dengan lingkungan yang atau fenomena. ditempati, Teknik penarikan sampel dalam mahasiswa memakai pakaian seperti menelitian ini adalah teknik proportional pakaian artis, mahasiswa memaksakan stratified random sampling. Menurut diri mengikuti trend seperti: ganti-ganti Riduwan handphone, berdandan berlebihan, model stratified pakaian, mahasiswa dengan gaya bicara pengambilan yang tidak selayaknya calon pendidik populasi secara acak dan berstrata secara (2010:58) random “proportional sampling sampel dari adalah anggota proporsional, sampling ini dilakukan Konseling STKIP PGRI Sumatera apabila anggota populasinya heterogen Barat dapat dikategorikan tinggi (tidak yaitu sejenis) sehingga sampel dengan persentase sebesar berjumlah 89 terdiri dari angkatan 2009 82,02%, yang artinya 73 dari 89 adalah 22 orang, jumlah responden orang angkatan 2010 adalah 28 orang dan konformitas membabi buta dalam jumlah responden angkatan 2011 adalah pergaulan 39 orang. kurang untuk mahasiswa itu sendiri. Pengelolahan data dilakukan mahasiswa di memiliki kampus, sehingga Hal ini sesuai dengan pendapat setelah data terkumpul melalui angket. Prayitno (2008:107-110) Data diolah dengan rumus persentase mengemukakan yang dikemukan oleh dikemukakan oleh membabi Yusuf (2003:365). tradisional dan primitif. Konformitas buta Konformitas bersifat vulgar, ini diwarnai oleh sikap masa bodoh, III. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada pembahasan ini akan dalam arti meniru atau mengikuti apa yang menjadi kemauan orang lain dikemukakan pembahasan berdasarkan tanpa analisis dan penafsiran data temuan penghayatan, tanpa pertimbangan, penelitian mengenai tingkat konformitas pemikiran atau perasaan, apalagi mahasiswa Bimbingan dan Konseling keyakinan STKIP PGRI Sumatera Barat yang ataupun kesahihan dari sesuatu yang meliputi: konformitas membabi buta, diikutinya itu. konformitas identifikasi dan konformitas konformitas tingkat internalisasi. biasanya disertai rasa takut akan 1. Tingkat Konformitas Membabi Buta saksi yang diancamkan terhadap Mahasiswa Bimbingan dan pemahaman mereka tentang yang ataupun kebenaran Lebih pertama tidak mau berkonformitas. Barat mereka yang berkonformitas primitif buta mahasiswa Bimbingan dan ini banyak mengharapkan di sisi ini Konseling STKIP PGRI Sumatera Tingkat konformitas membabi Pada jauh, antaranya imbalan lain, yang atas kepatuhannya itu. Rasa takut dan dekat, harapan akan imbalan merupakan menanamkan kebenaran, ilmu dan dua sisi yang sepertinya berjauhan pengetahuan, dan lain sebagainya tetapi saling kepada peserta didik dan 3) Situasi bersangkutpaut dalam konformitas pendidikan yang tercipta membius tradisional. peserta didik ke arah genggaman sebenarnya 2. Tingkat Konformitas Mahasiswa Identifikasi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2) erat Pendidik pendidik menghambat kharismatik yang bisa kedirian dan kemandirian peserta didik. 3. Tingkat Konformitas Internalisasi Tingkat konformitas Mahasiswa Bimbingan dan identifikasi mahasiswa Bimbingan Konseling STKIP PGRI Sumatera dan Barat Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat dikategorikan tinggi Tingkat konformitas dengan persentase sebesar 85,39%, internalisasi mahasiswa bimbingan yang artinya 76 dari 89 orang dan mahasiswa Sumatera Barat secara umum dapat memiliki tingkat konseling STKIP konformitas identifikasi tinggi dan dikategorikan termasuk persentase sebesar 73,03%, yang baik sehingga perlu ditingkatkan. Hal dengan artinya 65 dari 89 orang mahasiswa ini pendapat senada Prayitno menjelaskan identifikasi meliputi: tinggi PGRI dalam 1) dengan memiliki tingkat (2008) internalisasi tinggi dan konformitas termasuk konformitas baik sehingga harus dipertahankan pendidikan agar dapat mengembangkan diri. Pendidik yang Hal ini senada dengan Prayitno kharismatik memungkinkan tercipta (2008) menjelaskan konformitas suasana pendidikan yang diterima internalisasi meliputi: 1) Pendidik oleh peserta didik. Mereka senang, bersifat merasa diterima dan diayomi dan menekankan hubungan keduanya dapat makin internalisasi bagi peserta didiknya, humanis-demokratik konformitas 2) Pendidikan mendorong dikategorikan tinggi berkembangnya kemampuan yang persentase sebesar 85,39%, yang ada pada diri peserta didik. Situasi artinya pendidikan mahasiswa mendorong menyerahkan pengembangan dan kesempatan kedirian peserta 76 dari orang memiliki tingkat konformitas identifikasi tinggi. 3. Tingkat konformitas internalisasi mahasiswa 3) Konseling STKIP PGRI Sumatera Pengembangan dengan kebebasan pertimbangan Barat Bimbingan secara dan umum tinggi dapat rasional, perasaan, nilai dan sikap, dikategorikan ketrampilan dan pengalaman diri persentase sebesar 73,05%, yang peserta didik artinya 65 dari mahasiswa IV. Kesimpulan dan Saran 89 orang memiliki tingkat Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Tingkat dengan konformitas internalisasi tinggi. Kesimpulan 2. 89 didik kepada peserta didik sendiri, disertai 1. dengan konformitas 1. Diharapkan kepada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan membabi Konseling untuk dapat buta mahasiswa Bimbingan dan menghindari Konseling STKIP PGRI Sumatera membabi Barat dapat dikategorikan tinggi seluruhnya yaitu dengan persentase sebesar dijalankan 82,02%, yang artinya 73 dari 89 untuk orang memiliki memilih konformitas identifikasi, konformitas membabi buta dalam karena tidak seluruhnya tingkah pergaulan di kampus. laku Tingkat konformitas identifikasi diidentifikasi mahasiswa sendiri, mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat secara umum dapat konformitas buta, karena tidak konformitas yang berdampak itu mahasiswa teman mahasiswa positif, dapat yang dapat menjadi dan dapat diri diharapkan memilih konformitas internalisasi agar dapat bermanfaat bagi orang lain. 2. Diharapkan kepada program studi Bimbingan dan Konseling Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Soemanto Wasty, 2009. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara agar lebih memperhatikan tingkat konformitas yang terjadi pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling agar dapat menghindari dampak-dampak negatif akibat konformitas yang terjadi pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling di STKIP PGRI Sumatera Barat. 3. Peneliti selanjutnya agar dapat menjadi untuk bahan pertimbangan penelitian selanjutnya terkait dengan penelitian tentang tingkat konformitas. Kepustakaan Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Miftahul. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Prayitno. 2008. Dasar Teori dan Praktis Pendidikan. Padang: UNP. Sears, David O. dkk. 1985. Psikologi Sosial (Edisi kelima/jilid 2). Jakatra: Erlangga. Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Yusuf, A. Muri. 2003. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press