1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Babi

advertisement
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Babi merupakan salah satu dari banyak hewan produksi yang memiliki
berbagai keunggulan. Tingginya tingkat produksi dan populasi babi di beberapa
negara tropis menjadikan ternak babi sebagai penghasil keuntungan yang besar
dan relatif lebih cepat (Williamson dan Payne, 1978). Keunggulan ternak babi
dibanding ternak lain adalah babi dijadikan sebagai tabungan hidup yang mudah
diatur untuk memenuhi pendapatan bagi peternak, pertumbuhan babi sendiri
relatif cepat antara 0,5 – 0,7 kg per hari, babi merupakan ternak prolifik tinggi
karena menghasilkan banyak anak dan melahirkan dua kali dalam setahun,
adaptasinya terhadap usaha tani responsif, dan kulitnya berguna untuk bahan
industri kerajinan (Aritonang, 1993). Selain itu, tujuan pemeliharaan babi lainnya
adalah untuk melestarikan tradisi dalam suatu keluarga, untuk memenuhi corak
kehidupan desa dimana babi berperan sebagai materi kebudayaan dalam berbagai
upacara adat istiadat, dan untuk berpartisipasi aktif dalam pengadaan pangan
nasional maupun internasional (Sihombing, 2006).
Pengembangan produksi daging babi diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan daging dalam negeri maupun luar negeri (Sudiana,2002). Namun di
masa sekarang, masih juga terdapat kebutuhan konsumsi daging yang belum
terpenuhi. Belum dapat terpenuhinya kebutuhan konsumsi daging tersebut
2
dikarenakan masih terdapatnya kendala di dalam usaha peningkatan
produksi babi (Dharmawan et al, 2013). Kendala yang sering dihadapi dalam
meningkatan produksi daging babi antara lain tipe atau pola usaha yang
dijalankan oleh peternakan tidak terkendali, kondisi dan kemampuan sumber daya
produksi yang tidak stabil, permintaan konsumen yang terus meningkat, selera
atau preferensi masyarakat akan tipe produk yang dihasilkan, kondisi ekonomi,
serta sering terjadinya wabah penyakit yang banyak menyebabkan kematian pada
ternak babi (Aritonang, 1993). Salah satu dari risiko tersebut yang dapat
menimbulkan kerugian ekonomi sangat besar bagi peternak babi adalah kematian
babi yang disebabkan karena serangan penyakit (Dharmawan et al, 2013).
Penyakit yang sering menyerang babi adalah Classical Swine Fever (CSF)
atau hog cholera (HC). Hog cholera adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
yang sangat infektif yang termasuk dalam genus pestvirus famili flavifiridae
(Fenner, 1993). Penyakit HC ini menyerang di segala umur, bersifat akut, sub
akut, kronis ataupun subklinis. Virus HC ini memiliki hubungan antigenik yang
sangat dekat dengan Bovine Viral Diarrhea Virus (BVDV) dan Border Disease
(Szent, 1997). Hog cholera memiliki ukuran 40-50 nm, dengan nukleokapsid
berukuran 29 nm, merupakan virus RNA yang sifatnya single stranded, bersifat
infeksius, dan memiliki dua macam glikoprotein yang terletak pada selubung
virus (Subronto, 2003). Kasus penyakit HC memiliki tingkat morbiditas dan
mortaliltas yang tinggi. Masa inkubasinya berkisar antara 2-6 hari, dengan gejala
klinis berupa demam tinggi 41-42oC, hilangnya nafsu makan, radang selaput
lendir mata, disertai leleran air mata dan leleran air hidung, diare berwarna
3
kekuningan, timbul bercak-bercak keunguan di daerah abdomen dan telinga, dan
kematian biasanya terjadi antara 10-20 hari, tetapi apabila hewan bertahan lebih
dari 30 hari maka jalan penyakitnya akan menjadi kronik (Musser, 2006).
Penularan HC dapat terjadi melalui kontak secara langsung, disebarkan melalui
cairan mulut, hidung, mata, kemih, dan tinja. Penularan secara mekanis juga bisa
di dapat dari kunjungan seseorang yang membawa virus dari kandang lain, sepatu,
truk, atau alat-alat lain yang tercemar (Subronto, 2003).
Hog cholera dapat ditemukan diberbagai bagian dunia seperti di negaranegara Afrika Timur, Afrika Tengah, Cina, Asia Timur, Asia Selatan, Asia
tenggara, Mexico, dan Amerika Selatan (DAFF, 2008). Beberapa penyakit yang
menimbulkan kerugian yang besar pada ternak babi adalah hog cholera (HC),
Porcine Reproductive and Respiratoriy Syndrome (PRRS) dan Swine Influenza
Virus (SIV). Penyakit virus merupakan golongan penyakit yang tingkat jangkauan
dan serangannya sangat luas dan cepat sehingga menimbulkan kerugian ekonomi
yang sangat besar bagi peternak. Berdasarkan klasifikasi OIE hog cholera
termasuk daftar list A (Diarmita, 2011). Selain itu penyakit ini termasuk dalam 12
jenis penyakit menular strategis di Indonesia yang mendapat prioritas
pengendalian dan pemberantasan utama secara nasional (Dirjennak, 2007).
Daerah wabah hog cholera di Indonesia yang telah ditetapkan berdasarkan SK.
Mentan No. 888/ Kpts/TN. 560/9/97 adalah Provinsi Sumatera Utara, Riau,
Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi
Utara, Sulawesi Selatan dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (Utami, 2009).
4
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor
yang berasosiasi dengan kejadian seropositive hog cholera pada Babi di
Kabupaten Sukoharjo, sebagai upaya pencegahan dan pengendalian terjadinya
infeksi hog cholera.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang prevalensi
seropositif hog cholera pada babi di Kabupaten Sukoharjo. Faktor-faktor yang
berasosiasi dengan kejadian ini dapat digunakan dalam pengawasan hog cholera
di Kabupaten Sukoharjo.
Download