RANCANGAN PERATURAN

advertisement
PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 10/M-IND/PER/2/2006
TENTANG
PENGGUNAAN MESIN PRODUKSI DALAM NEGERI
DALAM RANGKA PEMANFAATAN FASILITAS KERINGANAN BEA
MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN UNTUK PRODUKSI
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa untuk pengembangan industri mesin dan peralatan, perlu
didorong peningkatan penggunaan mesin hasil produksi dalam
negeri;
b. bahwa industri yang melakukan pembangunan/pengembangan
dengan menggunakan mesin produksi dalam negeri dapat
diberikan tambahan fasilitas keringanan bea masuk atas barang
dan bahan untuk keperluan produksi berdasarkan Pasal 5
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 135/KMK.05/2000;
c. bahwa dalam rangka menentukan penggunaan mesin produksi
dalam negeri perlu ditetapkan Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN);
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf
a, b dan c perlu dikeluarkan Peraturan Menteri.
Mengingat
: 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang
Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan
Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986
Nomor 23, Tambahan Lembaran Neraga Republik Indonesia
Nomor 3330) ;
4. Keputusan Presiden R.I. Nomor 187/M tahun 2004 tentang
Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Keputusan Presiden R.I. Nomor 20/P Tahun
2005;
Peraturan Menteri Perindustrian R.I.
Nomor :
-2-
5. Peraturan Presiden R.I. Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden R.I. Nomor 62 Tahun 2005;
6. Keputusan Menteri Keuangan No.135/KMK.05/2000 tentang
Keringanan Bea Masuk Atas Impor Mesin, Barang dan Bahan,
Dalam Rangka Pembangunan/Pengembangan Industri/Industri
Jasa sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Keuangan No.47/PMK.04/2005;
7. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN
MENTERI
PERINDUSTRIAN
REPUBLIK
INDONESIA TENTANG PENGGUNAAN MESIN PRODUKSI
DALAM NEGERI DALAM RANGKA PEMANFAATAN FASILITAS
KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN
UNTUK PRODUKSI.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Mesin adalah setiap mesin, permesinan, alat perlengkapan
instalasi pabrik, peralatan atau perkakas, dalam keadaan
terpasang maupun terlepas yang digunakan untuk pembangunan
atau pengembangan industri/industri jasa yang terkait dengan
kegiatan industri/industri jasa, tidak termasuk suku cadang dan
komponen;
2. Mesin produksi dalam negeri adalah mesin yang diproduksi atau
dikerjakan oleh industri yang berinvestasi dan berproduksi di
Indonesia;
3. Industri adalah perusahaan yang telah mempunyai izin usaha
untuk mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah
jadi, dan/atau barang jadi, menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun
dan perekayasaan industri;
Pasal 2
Peraturan Menteri Perindustrian R.I.
Nomor :
-3-
(1) Industri yang melakukan pembangunan/pengembangan dengan
menggunakan mesin produksi dalam negeri, mendapatkan
tambahan keringanan bea masuk sebagaimana diatur dalam
Pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 135/KMK.05/2000.
(2) Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki
Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekurang-kurangnya 30
% (tiga puluh persen).
Pasal 3
(1) TKDN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dihitung
berdasarkan perbandingan antara harga keseluruhan rangkaian
mesin produksi dikurangi harga komponen buatan luar negeri
terhadap harga keseluruhan rangkaian mesin produksi.
(2) Harga keseluruhan rangkaian mesin produksi merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk membuat rangkaian mesin produksi yang
meliputi biaya untuk bahan (material) langsung, peralatan,
manajemen proyek dan perekayasaan, alat kerja/fasilitas kerja,
konstruksi dan fabrikasi serta jasa umum.
(3) Perhitungan TKDN dan contoh perhitungannya sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I dan II Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
(1) Industri yang akan memanfaatkan fasilitas tambahan keringanan
Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
mengajukan permohonan verifikasi atas TKDN penilaian sendiri
(self-assesment) kepada Direktur Jenderal Pembina industri
mesin.
(2) Permohonan verifikasi atas TKDN sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilengkapi dengan :
a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
b. Persetujuan Prinsip/Surat Persetujuan Penanaman Modal
atau Izin Usaha dari departemen/instansi terkait;
c. Daftar mesin (jumlah, jenis, spesifikasi dan harga mesin).
(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Direktur Jenderal Pembina industri mesin dapat menunjuk
Surveyor untuk melakukan verifikasi.
(4) Biaya yang timbul atas pelaksanaan verifikasi dapat dibebankan
kepada industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Peraturan Menteri Perindustrian R.I.
Nomor :
-4-
(5) Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan
dalam bentuk Laporan Verifikasi TKDN.
(6) Direktur Jenderal Pembina Industri terkait menerbitkan
Pengakuan TKDN atas Laporan Verifikasi TKDN sebagaimana
dimaksud ayat (5).
Pasal 5
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
MENTERI PERINDUSTRIAN R.I.
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretariat Jenderal
Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
Peraturan Menteri Perindustrian R.I.
Nomor :
-5-
Lampiran I Peraturan Menteri Perindustrian R.I
Nomor :
/M-IND/PER/2/2006
Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Dalam Rangka Investasi
Nilai Investasi ( US$ )
TOTAL
LN
DN
US$
%
Uraian Pekerjaan
(1)
TKDN
% KDN
US$
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(1A)
(2A)
(3A)
(1B)
(2B)
(3B)
(1C)
(2C)
(3C)
(1D)
(2D)
(3D)
(1E)
(2E)
(3E)
(1F)
(2F)
(3F)
(1G)
(2G)
(3G)
(4A)
(4B)
(4C)
(4D)
(4E)
(4F)
(4G)
(5A)
(6A)
(7A)
(8A)
(9A)
(5B)
(6B)
(7B)
(8B)
(9B)
(5C)
(6C)
(7C)
(8C)
(9C)
(5D)
(6D)
(7D)
(8D)
(9D)
(5E)
(6E)
(7E)
(8E)
(9E)
(5F)
(6F)
(7F)
(8F)
(9F)
(5G)
(6G)
(7G)
(8G)
(9G)
Barang
I. Bahan (Material) Langsung
II. Peralatan
A. Sub Total Barang
Jasa
III. Manajemen Proyek (Project Management) da
Perekayasaan (Engineering)
IV Alat Kerja / Fasilitas Kerja
V. Konstruksi dan Fabrikasi
VI. Jasa Umum
B. Sub Total Jasa
C. TOTAL Biaya ( A + B )
Catatan :
(1)
Nilai Investasi adalah keseluruhan investasi untuk rangkaian mesin
keuntungan dan Overhead Perusahaan
(2)
Biaya KDN adalah Biaya Komponen yang di beli dari dalam negeri
(3)
Biaya KLN adalah Biaya Komponen yang berasal dari luar negeri
(4)
Formulasi Perhitungan
% TKDN Gabungan Barang
dan Jasa
=
produksi, tidak
termasuk
Biaya Barang (3C) - Biaya Barang Komponen Luar Negeri (3A)
Biaya Gabungan Barang dan Jasa (9C)
Biaya Jasa (8C) - Biaya Jasa Komponen Luar Negeri (8A)
Biaya Gabungan Barang dan Jasa (9C)
(5)
Rincian masing-masing biaya dilengkapi dengan :
- Untuk Manajemen dan Engineering dilengkapi dengan Jabatan, Kualifikasi, Kewarganegaraan,
Jumlah dan gaji per bulan
- Untuk Alat Kerja harus dilengkapi dengan nama mesin, spesifikasi, Jumlah mesin dan nilai
depresiasi
- Untuk Konstruksi/Fabrikasi dilengkapi dengan Jabatan, Kualifikasi, Kewarganegaraan, Jumlah dan
gaji per bulan
- Untuk Jasa Umum dilengkapi dengan Pemasok, Jumlah, Biaya pengurusan perbulan
- Untuk bahan (material) dilengkapi dengan Spesifikasi, satuan material, negara asal, pemasok,
jumlah pemakaian
- Untuk Peralatan dilengkapi dengan Spesifikasi, satuan material, negara asal, pemasok, jumlah
pemakaian
Peraturan Menteri Perindustrian R.I.
Nomor :
-6-
(6)
Kriteria Pengelompokan KDN dan KLN
- Untuk Personil berdasarkan pada Kewarganegaraan
- Untuk Alat Kerja berdasarkan Kepemilikan
- Untuk bahan (material) berdasarkan Negara Asal Barang (Country of Origin)
MENTERI PERINDUSTRIAN R.I.
ttd
FAHMI IDRIS
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretariat Jenderal
Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
Peraturan Menteri Perindustrian R.I.
Nomor :
-7-
Lampiran II Peraturan Menteri Perindustrian R.I
Nomor :
/M-IND/PER/2/2006
Contoh Komponen-Komponen Biaya Dalam Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Dalam Rangka Investasi
Nilai Investasi
Biaya KDN
I
Bahan (Material) Langsung
1
Harga beli bahan langsung yang dipakai
2
Procurement Cost (LC Charges dan Bank Charges)
3
Pengiriman (freight)
4
Bea masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI)
5
Bongkar muat
6
Sewa gudang di pelabuhan
7
Handling dan Transportasi
8
Asuransi Bahan Langsung
Biaya Penerimaan dan Pemeriksaan (Receiving & Inspection Cost)
9
- Biaya proses inspeksi
- Biaya Barang Rusak (rejected material)
10
Royalti
Sub Total Bahan (Material) Langsung
II
Peralatan
1
Harga beli Boiler, Genset, Pressure Vessel, Pump, mesin-mesin lainnya
2
Pengiriman (freight)
3
Bea masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI)
4
Bongkar muat
5
Sewa gudang di pelabuhan
6
Handling and Transprotasi
7
Asuransi Peralatan
Biaya Penerimaan dan Pemeriksaan (Receiving & Inspection Cost)
8
- Biaya proses inspeksi
- Biaya Barang Rusak (rejected material)
Sub Total Peralatan
III.A
Manajemen Proyek (Project Management)
1
Tenaga Kerja
2
Fasilitas Kerja
3
Biaya Bahan Habis Pakai (Consumable)
4
Biaya Tidak Langsung Proyek (Over Head)
Biaya KLN
Total Biaya
Peraturan Menteri Perindustrian R.I.
Nomor :
-8-
Nilai Investasi
Biaya KDN
Sub Total Manajemen Proyek (Project Management)
III.B
1
Perekayasaan (Engineering)
Tenaga Kerja
2
Fasilitas Kerja
3
Biaya Habis Pakai (Consumable)
4
Biaya Tidak Langsung Proyek (Overhead Project)
Sub Total Perekayasaan (Engineering)
IV
Alat Kerja/Fasilitas Kerja
1
Sewa Peralatan (Crane, Forklift, dsb)
2
Peralatan Pabrik
3
Bangunan-Tanah Pabrik
Sub Total Alat Kerja/Fasilitas Kerja
V.A
1
2
3
4
5
6
V. B
1
2
3
Konstruksi
Penempatan Mobilisasi / Demobilisasi
Tenaga kerja
Marine Spread
Biaya Habis Pakai (Consumable)
Peralatan Kerja (Portable)
Biaya Tidak Langsung Proyek (Over Head)
Sub Total Kontruksi
Fabrikasi
Upah (Wages)
Penempatan/Mobilisasi/Demobilisasi
Bahan Tidak Langsung
- Gas
- Solar
- Pelumas
- Air proses
- Pendingin (Coolant)
- Minyak Hidrolik (Hydraulic Fluid)
- Gemuk (Grease)
- Sand Blasting/ Painting/ Coating Material
Sub Total Fabrikasi
VI
Jasa Umum
1
Asuransi
2
Lisensi dan Paten (Licence and Patent)
3
4
Utilities (Listrik, Air, Telekomunikasi)
Perawatan, Perbaikan dan Suku Cadang (Maintenance, Repair & Spare
Part)
5
6
Penjaminan Mutu (Quality Assurance)
Keselamatan, Keamanan dan Kesehatan Lingkungan (HSE)
7
Biaya Tidak langsung Pabrik (Factory Overhead)
Sub Total Biaya Jasa Umum
TOTAL
%TKDN
Biaya KLN
Total Biaya
Peraturan Menteri Perindustrian R.I.
Nomor :
-9-
Catatan :
Contoh komponen-komponen biaya tersebut di atas dapat disesuaikan dengan kondisi yang terdapat pada
masing-masing penyedia barang dan jasa atau lingkup pekerjaan
MENTERI PERINDUSTRIAN R.I.
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretriat Jenderal
Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan
Organisasi
PRAYONO
ttd
FAHMI IDRIS
Download