BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 2.1 Perusahaan 2.1.1 Pengertian Perusahaan Menurut Badan Pusat Statistik (2014), perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan sebuah kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilakan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta orang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Perusahaan atau usaha industri dibagi menjadi emapat bagian diantaranya : 1. Industri besar, kategori usaha yang termasuk industri besar memiliki tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih 2. Industri sedang, kategori usaha yang termasuk industri sedang memiliki tenaga kerja sebanyak 20-99 orang 3. Industri kecil, kategori usaha yang termasuk industri keci memiliki tenaga kerja sebanyak 5-19 orang 4. Industri rumah tangga, kategori usaha yang termasuk industri rumah tangga memiliki tenaga kerja sebanyak 1-4 orang 2.2 Pemasaran 2.2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan sebuah proses di mana invidu atau kelompok menciptakan, menawarkan dan melakukan pertukaran produk yang memiliki sebuah nilai dengan orag lain untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan atau dapat dikatakan sebagai kegiatan penyampaian sebuah produk atau jasa dari produsen sehinggan sampai di tangan konsumen (Shinta, 2011:p2). Kotler dan Amstrong (2008: p6) berpendapat bahwa “ pemasaran merupakan proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menagkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya ”. 11 12 Sunyoto (2013: p194) pemasaran merupakan “ fungsi bisnis yang mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen yang harus dipuaskan oleh kegiatan manusia lain, yang menghasilkan alat pemuas kebutuhan, yang berupa barang maupun jasa ”. Dari keterengan-keterangan di atas dapat peneliti mengambil kesimpulan bahwa pemasaran merupakan kegiatan atau proses di mana perusahaan mengidentifikasi kebutuhan, keinginan dan permintaan pasar. Sehingga dapat menghasilkan sebuah produk yang memiliki nilai yang berguna bagi konsumen dan produk yang ditawarkan oleh konsumen dapat diterima dan dinikmati oleh konsumen. Sehingga perusahaan dapat mengambil benefit yang dapat menguntungkan bagi perusahaan. 2.2.2 Konsep Inti Pemasaran Kotler (2012: p9-10) menyatakan bahwa inti dari konsep inti pemasaran terdiri dari : • Needs, Wants, and Demands Needs (kebutuhan) merupakan kebutuhan dasar manusia, seperti air, makanan, udara, dan baju. Manusia juga memiliki kebutuhan yang kuat untuk rekreasi, pendidikan dan hiburan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi wants (keinginan) ketika keinginan tersebut diarahkan ke objek tertentu yang mungkin memenuhi kebutuhan. Sedangkan demands (permintaan) adalah keinginan untuk produk tertentu yang didukung oleh kemampuan untuk membayar. • Target Marketing, Positioning, and Segmentation Tidak semua orang mempunyai selerasa yang sama. Oleh karena itu, pemasar mulai membagi-bagi pasar ke dalam beberapa kelompok atau segmen-segmen. Pemasar mengidentifikasi berbagai kelompokkelompok berbeda yang berasal dari pembeli yang mungkin lebih atau memerlukan berbagai produk dan jasa dengan memeriksa demografis, psikografis, dan perbedaan perilaku antar pembeli. Setelah mengidentifikasi pasar, pemasar memutuskan melakukan targeting. Perusahaan menetapkan target pasar kemudian memberikan penawaran-penawaran di mana dapat memposisikan produk dan jasa yang ditawarkan di benak target pasar mereka. 13 • Offerings and Brands Pemasar memenuhi kebutuhan pelanggan dengan nempatkan proporsi nilai. Proposi nilai merupakan satu set manfaat yang memuaskan kebutuhan tersebut. Brand adalah penawaran dari sumber yang dikenal. Sebuah nama merek seperti McDonald membawa banyak asosiasi dalam pikiran orang yang membentuk citra: hamburger, kebersihan, kenyamanan, sopan layanan, dan lengkungan emas. Semua perusahaan berusaha untuk membangun citra merek dengan banyak kuat, asosiasi merek yang menguntungkan, dan unik mungkin. • Value and Satisfaction Pembeli memilih penawaran di mana dia dapat merasakan penawaran tersebut sehingga dapat pembeli dapat memberikan prespsi nilai terhadap pernawaran tersebut. Nilai merupakan konsep utama dari pemasaran, di mana merupakan kombinasi dari kualitas, pelayanan dan harga atau yang biasa disebut dengan the customer value triad. Satisfaction mencerminkan penilaian seseorang terhadap sebuah kinerja produk atau jasa yang dirasakannya di mana berhubungan dengan harapan yang diinginkannya. Apabila kinerja dari sebuah produk atau jasa tidak baik, maka pelanggan akan merasa kecewa. Sebaliknya, jika kinerja sebuah produk atau jasa dianggap baik, maka pelanggan akan merasa senang karena produk atau jasa tersebut sesuai dengan harapan yang diinginkannya. Kemudian, jika kinerja sebuah produk atau jasa melebihi harapan pelanggan, maka pelanggan akan merasa senang. • Marketing Channel Untuk mencapai target pasar yang diinginkan oleh perusahaan, pemasar menggunakan tiga macam salurah permasaran, diantaranya : a. Communication channel Communication channel (saluran komunikasi) menyampaikan dan menerima pesan dari target pembeli, meliputi surat kabar, televisi, radio, majalah, poster, brosur dan intenet. Di luar ini, perusahaan-perusahaan mengkomunikasikan melalui tampilan toko ritel, situs web dan media lainnya. pemasar semakin memperluas salurannya dengan menggunakan e-mail, blog, 14 dan nomor bebas pulsa serta menggunakan iklan untuk mengkomunikasikan produk atau jasa perusahaan b. Distribution channel Para pemasar menggunakan distribution channel (saluran distribusi) untuk menampilkan, menjual atau memberikan produk fisik atau jasa kepada pembeli. Saluran ini dibagi menjadi dua, yaitu secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dilakukan melalui internet, e-mail dan telpon atau telpon seluler. Sedangkan secara tidak langsung memalui grosir, pengecer atau agen perantara. c. Service chancel Untuk melakukan transaksi dengan pembeli yang potensial perusahaan menggunakan service channel (saluran layanan) yang mencakup gudang, perusahaan transportasi, bank, dan perusahaan asuransi. • Supply Chain Supply chain (rantai pasokan) merupakan sebuah saluran yang panjang di mana dimulai dari komponen bahan baku sampai dengan tahap akhir di mana produk yang sudah jadi dibawa ke pembeli akhir. • Competition Competition (persaingan) merupakan sebuah penawarkan yang diberikan oleh pesaing lain yang menawarkan produk serupa kepada pembeli. Sehinggan dapat membuat pembeli melakukan pertimbangan dalam pembeliannya. • Marketing Environment Marketing envirioment (lingkungan pemasaran) dibagi menjadi dua bagian yaitu the task environment dan the broad environment. The task environment meliputi siapa-siapa saja yang terlibat dalam kegiatan memproduksi, mendistribusi dan mempromisi sebuah penawaran. Sedangkan the broad environment teridiri dari lingkungan 15 demografis, lingkungan ekonomi, lingkungan sosial-budaya, lingkungan alam, lingkungan teknologi dan lingkungan politik. Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan sebuah perusahaan dalam melakukan kegiatan pemasaran harus melakukan analisis terhadap apa yang menjadi kebutuhan konsumen dan apa yang diinginkan oleh konsumen. Hal yang terpenting dalam suatu kegiatan pemasaran adalah bagaimana sebuah perusahaan dapat meyakinkan konsumen untuk memilih produk dam jasa yang ditawarkan oleh perusahaan dibandingan pesaing. Hal ini dapat di atasi apabila perusahaan memiliki saluran-saluran distribusi di mana saluran-saluran ini berfungsi untuk mempromosikan produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. 2.2.3 Perbedaan Konsep Pemasaran dan Penjualan Shinta (2011: p13) menyatakan bahwa “ konsep penjualan berbeda dengan konsep pemasaran. Kon sep penjualan merupakan falsafah bahwa konsumen tidak akan membeli produk organisasi dalam jumlah yang cukup kecuali organisasi mengadakan usaha penjualan dan promosi berskala besar. Konsep ini biasanya dilakukan pada barang yang tidak dicari, yaitu barang yang mungkin tidak terpikirkan untuk dibeli oleh konsumen, contoh: ensiklopedia, asuransi, dan lain-lain. Industri ini harus mahir dalam melacak calon pelanggan dan menjual manfaat produk kepada konsumen. Tujuannya adalah menjual yang perusahaan buat, bukan produk apa yang dibutuhkan masyarakat konsumen. Sedangkan konsep pemasaran merupakan falsafah yang berkeyakinan bahwa pencapaian sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan didambakan itu lebih efektif dan efisien daripada pesaing ”. Berikut adalah perbandingan antara konsep penjualan dan konsep pemsaran. 16 Gambar 2.1 Perbandingan Konsep Penjualan dan Konsep Pemasaran Sumber: Agustina Shinta, 2011 Berdasarkan penelitian di atas mengambil kesimpulan bahwa konsep pemasaran lebih mengutamakan dan berfokus kepada kebutuhan pelanggan, sehinggan dalam membuat produk atau jasa perusahan melihat terlebih dahulu apa yang dibutuhkan oleh pelanggan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian konsep pemasaran juga lebih mengutamakan kepuasan pelanggan di mana kepuasaan tersebut akan meningkatkan pendapatan yang didapat oleh perushaan. Sedangkan pada konsep penjualan, perusahaan menciptkan atau membuat sebuah produk tidak didasari oleh kebutuhan pelanggan dan perusahaan lebih fokus kepada bagaimana peningkatan volume penjualan. 2.2.4 Bauran Pemasaran Kotler dan Amstrong (2012; p51) menyatakan bahwa bauaran pemasaran merupakan sekumpulan alat-alat pemasaran taktis yang di mana perusahaan memadukan alat-alat tersebut untuk menghasilkan respon yang diinginkan dari sasaran pasar perusahaan (). Alat- alat tersebut disebut dengan 4P, yaitu diantaranya : a. Produk (Product) Produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen b. Harga (Price) Harga adalah jumalah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk c. Temapt (Place) Tempat (place) meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedai bagi target pelanggan d. Promosi (Promotion) 17 Promsi merupakan aktivitas yang menyamapaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan membelinya. 2.2.5 Relationship Marketing 2.2.5.1 Pengertian Relationship Marketing Berikut pengertian relationship marketing menurut beberapa ahli : Tabel 2.1 Definisi Relationship Marketing Menurut Para Ahli No. Nama Ahli Definisi Relationship marketing sebagai 1. Berry dalam Jesri, et al (2013) strategi untuk menarik, mempertahankan dan menigkatkan hubungan dengan pelanggan Relationship marketing adalah untuk mengidentifikasi dan menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan, dan bila diperlukan untuk mengakhiri 2. Gro¨nroos dalam Taleghani, et al (2011) hubungan dengan pelanggan dan stakeholders lainnya yang berujung pada keuntungan untung masingmasing pihak, sehingga tujuan dari semua pihak dapat terpenuhi. Hal ini dapat dilakukan dengan saling tukar dan pemenuhan janji Tabel 2.2 Definisi Relationship Marketing Menurut Para Ahli No. Nama Ahli Definisi Inti dari relationship marketing merupakan mempertahankan 3. Chung (2012) pelanggan yang ada dengan memperkuat hubungan dan menjaga loyalitas pelanggan 18 No. Nama Ahli Definisi Relationship marketing merupakan 4. Gro¨nroos dalam Tengilimoğlu, et al (2012) upaya untuk mengatur hubungan jangka panjang dengan pelanggan untuk mencapai tujuan, untuk menjaga dan meningkatkan hubungan Relationship marketing dimaksudkan untuk membangun hubungan jangka 5. Kotler dan Keller (2012: p20) panjang yang saling memuaskan dengan konstitusi-konstitusi utama dalam rangka untuk mempertahankan dan mendapatkan bisnis mereka Relationship Marketing merupakan sebuah proses menciptakan, 6. Shinta (2011: p11) memelihara, dan meningkatkan hubungan erat yang semakin bernilai dengan pelanggan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya Relationship marketing adalah salah 7. Berry dan Parasuraman dalam satu strategi pemasaran kontemporer Velnamphy dan Sivesan untuk semua perusahaan dalam (2012) memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Tabel 2.3 Definisi Relationship Marketing Menurut Para Ahli No. Nama Ahli Definisi Relationship marketing adalah kemampuan perusahaan untuk 8. Arnett dan Badrinarayanan dalam Alrubaiee dan Al-Nazer mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengelola hubungan kerjasama dengan pelanggan utama ditandai dengan kepercayaan, komitmen hubungan, dan komunikasi. 19 “Relationship marketing is the ongoing process of engaging in collaborative and cooperative 9. activities, programmers with Shet dan Parvitiyar dalam immediate and end user consumers to Baswira (2014: p8) create and enhance mutual economic value and reduced cost. The emphasis is on the words ongoing and collaborative” Sumber: Hasil pengelolaan dari berbagai sumber Dari definisi-definisi di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa relationship marketing adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menciptakan, meningkatkan dan mempertahankan hubungan perusahaan dengan pelanggan. Di mana dari hubungan tersebut akan memberikan keuntungan bagi masingmasing pihak yang terkait. 2.2.5.2 Relationship Marketing Levels Menurut Philip dan Amstrong (2012: p15) sebuah perusahaan dapat membangun hubungan dengan pelanggan-pelanggannya di berbagai tingkatan, tergantung pada sifat dari target pasar perusahaan. Tingkatan tersebut di antaranya dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Basic relationship Basic relationship merupakan tingkatan hubungan pemasaran yang dilakukan sebuah perusahaan di mana perusahaan memiliki margin pelanggan yang rendah 2. Full partnership Full partnership merupakan tingkatan hubungan pemasaran yang dilakukakn sebuah perusahaan di mana perusahan memiliki margin pelanggan yang tinggi, dan perusahaan ini melakukan kemitraan penuh dengan pelanggan utama mereka 20 2.2.5.3 Dimensi Relationship Marketing Ndubisi et al dalam Gilanina et al (2011) kompenen dari hubungan pemasaran (relationship marketing) terdiri dari variabelvariabel berikut : 1. Trust Wong dan Shoal dalam Jesri et al (2013) menyatakan bahwa: “ Trust indicates that each person of relationship, to what extent can considered other person promise and is defined as the willingness to trust and reliance to audience ” Jika diartikan trust (kepercayaan) mengindikasikan sejauh mana hubungan sesorang dengan orang lain yang dapat dianggap seperti sebuah janji dan didefinisikan sebagai kesediaan untuk percaya. Chattananom dan Trimetsoontorn dalam Taleghani et al (2011) menyatakan dalam kontek relationship marketing, trust didefinisikan sebagai dimensi dari hubungan yang menentukan tingkat masing-masing pihak merasa mereka dapat mengandalkan integritas janji yang ditawarkan oleh yang lain. Pemenuhan janji yang diberikan sama pentingnya sebagai sarana untuk mencapai kepusaan pelanggan, mempertahankan basis pelanggan, dan mengamanan keutnungan jangka panjang (Taleghani et al , 2011). Trust diukur oleh faktor-faktor seperti keamanan, kualitas pelayanan, keandalan janji yang diberikan, perilaku karywan perusahaan dan komitmen perusahaan terhadap pelanggan (Jesri et al, 2013). 2. Commitment Rashid dalam Jesri et al (2013) mengemukakan bahwa commitment adalah niat melanjutkan dan mempertahankan hubungan dengan pihak lain. Telaghani et al (2011) berpendapat bahwa commitment adalah penentu penting dari kekuatan pemasaran, dan berguna untuk mengukur kemungkinan loyalitas pelanggan dan memprediksi frekuensi 21 pembelian ulang di masa yang akan datang. Hocutt dalam Telaghani et al (2011) memandang komitmen sebagai sebuah niat untuk melanjutkan tindakan atau kegiatan serta keinginan untuk menjaga hubungan. Commitment diukur dengan konsistensi dan fleksibilitas layanan perusahaan dengan kebutuhan pelanggan (Jesri et al, 2013). 3. Communication Communication (komunikasi) didefinisikan sebagai presepsi konsumen dari sejauh mana perusahaan berinteraksi dengan pelanggan dalam cara yang hangat dan pribadi (Telaghani et al, 2011). Naoui dan Zaiem dalam Teleghani et al (2011) menyatakan: “ Such an interaction is reflected in the feelings of familiarity and friendship, personal knowledge, and the use of the client s family name and/or first name on the sales spot ”. Artinya interaksi seperti ini tercemin pada perasaan keakraban dan persahabatan, serta pengetahuan pribadi. Sin et al dalam Telaghani at al (2011) berpendapat bahwa komunikasi juga didefinisikan sebagai pertukaran infromasi formal atau informal yang bermakna dan tepat waktu antara penjual dan pembeli. Komunikasi dalam relationship marketing berarti menjaga hubungan dengan pelanggan yang berharga, memberikan informasi yang tepat waktu dan dapat dipercaya pada layanan yang ada dan pada perubahan pelayanan, dan berkomunikasi secara proaktif jika masalah pengiriman terjadi. Ini adalah tugas komunikator dalam tahap awal untuk membangun kesadaran, mengembangkan preferensi konsumen (dengan mempromosikan nilai, kinerja dan fitur lainnya), meyakinan pembeli tertarik, dan mendorong mereka membuat keputusan pembelian (Teleghani et al, 2011). Ndubisi dalam Teleghani et al (2011) berpendapat komunikasi juga memberitahukan apakah pelanggan merasa tidak puas dengan apa yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga perusahaan dapat memperbaiki penyebab dari 22 ketidakkepuasaan pelanggan. Ketika ada komunikasi yang efektif antara perusahaan dengan pelanggan, hubungan yang lebih baik akan menghasilkan pelanggan yang loyal. Communication diukur dengan faktor-faktor seperti informasi yang tepat waktu dan dapat diandalkan, memberikan informasi mengenai layanan baru dan akurasi informasi (Jesri et al, 2013). 4. Conflict handling Ndubisi dan Wah dalam Jesri et al (2013) conflict handling didefinisikan sebagai pemasok kooperatif dalam meminimalkan hasil negatif dari keterlibatan yang signifikan. Naoui dan Zaiem dalam Teleghani et al (2011) berpendapat bahwa konflik telah didefinisikan sebagai ketegangan dan frustasi di antara dua atau lebih entitas sosial yang timbul dari ketidakcocokan aktual dan yang mengiginkan tanggapan, hal ini menjadi kesempatan perusahaan untuk menunjukkan keterlibatannya terhadap klien melalui upaya untuk menyelesaikan konflik dan kesediaanya untuk mendiskusikan alasan dan solusi yang memuaskan secara terbuka. Conflict handling diukur dengan faktor-faktor seperti untuk menghindari konflik, mencoba memecahkan masalah sebelum terjadi, dan kemampuan untuk memecahkan masalah (Jesri et al, 2013). 2.2.5.4 Manfaat Relationship Marketing Gwinner et al dalam Al-Hersh (2014), mengemukakan beberapa manfaat dari relationship marketing dilihat dari sisi konsumen, di antaranya: 1. Confidence Relationship marketing dapat menguranagi kecemasan dan meningkat kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan 2. Social Benefits Relationship marketing membuat pelanggan merasa akrab dengan karyawan perusahaan 23 3. Special Treatments Relationship marketing memberikan pelanggan layanan tambahan, harga khusus dan memprioritaskan pelanggan tersebut dibandingkan orang lain. Dilihat dari sisi perusahaan, relationship marketing yaitu dapat emungkinkan perusahaan untuk memperluas bisnisnya dan Meningkatkan keuntungan serta menurunkan biaya akuisisi. Sedangkan menurut Buhler dan Nufer (2010: p36) manfaat dari relationship marketing dari prespektif perusahaan, di antaranya: a. Increased Profitability Dari sisi pandang perusahaan, relationship marketing memberikan dampak pada peningkatan profit jangka panjang perusahaan. Peningkatan profit ditandai dengan berkurangnya biaya-biaya, peningkatan penjualan, word of mouth yang positif, loyalitas merek, persaingan kompetitif dan kepuasaan karyawan b. Cost reduction Relationship marketing dapat menurunkan biaya-biaya yang dikelurkan oleh perusahaan seperti, biaya untuk menarik pelanggan baru. Hal ini karena, relationship marketing bertujuan untuk mempertahankan pelanggan yang ada dengan menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan. Sehinggan perusahaan dapat menghemat biaya dalam mencari pelanggan yang baru c. Increased sales Relationship marketing juga berkontribusi pada peningkatan penjualan di perusahan. Hal ini disebabkan karena, relationship marketing menghasilkan pelanggan yang loyal di mana mereka tidak sensitif terhadap perubahan harga yang terjadi di perusahaan d. Positive word of mouth Pelanggan yang loyal dan puas akan menyebabkan promsi word of mouth yang kuat, sehinggan perusahaan 24 mendapatkan keuntungan-keuntungan sesuai dengan tujuan perusahaan Kemudian manfaat relationship marketing dari prespektif pelanggan, di antaranya: a. Confidence Relationship marketing memberikan pelanggan rasa percaya terhadap perusahaan, sehingga pelanggan tidak perlu khawatir dengan resiko, ketidakpastian dan ketidaknyamanan menganai hubungan antara pelanggan dengan perusahaan b. Addtinional costs Dengan menjalin hubungan dengan perusahaan, konsumen akan mendapatkan harga-harga spesial yang diberikan oleh perusahaan. Hal ini dilakukan oleh perusahaan sebagai startegi untuk meningkatkan presepsi nilai perusahaan di mata pelanggannya. c. Different treatment of customers Hubungan jangka panjang yang dimiliki antara pelanggan dengan perusahaan. memberikan dampak yang positif kepada pelanggan. Hal ini karena, perusahaan akan memberikan perlakuan yang lebih baik untuk pelanggan yang paling menguntungkan bagi perusahaan. 2.3 Perilaku Konsumen 2.3.1 Pengertian Perilaku Pemasaran Menurut Peter dan Olson dalam Sunyoto (2013: p2) 3 ide penting dalam perilaku konsumen, yaitu : 1. Perilaku konsumen adalah dinamis Perilaku konsumen itu dinamis menyatakan bahwa seorang konsumen, grup konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku konsumen, demikian pula dengan pada pengembangan strategi pemasaran. Dalam hal studi perilaku konsumen, salah satu implikasinya adalah generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas 25 untuk satu jangka waktu tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu. Dengan demikian para mahasiswa perilaku konsumen harus berhati-hati utuk tidak terlalu men-generalisasi teori ataupun temaun riset. Dalam hal pengembangan strategi, sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa suatu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama di sepanjang waktu, pasar, dan industry. Walaupun hal ini tampak sederhana, namun banyak perusahaan yang gagal menyadari bahwa kebutuhan untuk mengadaptasi strategi pemasaran di pasar yang berbeda. 2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi anatara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian sekitar. Hal ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang mereka pikirkam (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa serta di mana (kejadian di sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruh oleh apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh konsumen. Di sini kita tidak boleh hanya menganalisis dampak kejadian di sekitar terhadap pengaruh, kognisi, atau perilaku seperti yang biasanya dilakukan dalam riset dasar. Tetapi apakah kita sedang mengevaluasi seorang konsumen, target pasar atau keseluruhan masyarakat, analisi ketiga dari elemen tersebut sangat berguna untuk memahami dan mengembangkan strategi pemasaran. 3. Perilaku konsumen melibatkan pertukan di antara individu. Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan pertukaran. Kenyatannya peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan strategi. Dari pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah interakasi yang terjadi melalui afektif (perasaan), kognitif (pemikiram), dan perilaku manusia serta lingkungan yang dapat 26 mempengaruhi manusia dalam melakukan sebuah pertukaran. Perilaku konsumen bersifat dinamis, yang artinya bahwa perilaku konsosumen selalu mengelami perubahan, sehinggan pemasar harus peka terhadap berubahan tersebut sehingga dapat membuat sebuah strategi pemasaran yang dapat menarik perhatian dari konsumen. 2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan untuk mempengaruhi konsumen untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, agar dapat mempengaruhi konsumen melakukakn pembelian, perusahaan harus mempengaruhi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembelian. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembelian di antaranya sebagai berikut (Kotler dan Amstrong, 2008: p159): a. Faktor budaya Faktor budaya memiliki peran dalam mempengaruhi perilaku konsumen secara luas. Budaya merupakan sebuah nilai dasar, presepsi dan perilaku yang dipelajari oleh seseorang dari keluarganya. Setiap konsumen tidak memiliki kesamaan terhadap budaya yang mereka pelajari, oleh karena itu pemasar harus dapat memahami budaya dari masing-masing konsumen agar dapat menciptakan sebuah produk yang sesui dengtan budaya setiap konsumen. b. Faktor sosial Faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen seperti, kelompok, kelurga, serta peran dan status sosial konsumen. c. Faktor pribadi Faktor-fakor pribadi yang dapat mempemgaruhi perilaku konsumen di antarnya seperti usia, tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian 27 2.3.3 Customer Satisfaction 2.3.3.1 Pengertian Customer Satisfaction Customer Satisfcation dilakukan oleh perusahaan agar dapat membuat pelanggannya merasa diperhatikan, dengan begitu pelanggan tersebut akan merasa bahwa perusahaan peduli dengannya. Sehingga menghasilkan kepuasan tersendiri bagi pelanggannya. Berikut akan dijelaskan beberapa pengertian mengenai customer satisfaction (kepuasaan pelanggan) menurut beberapa ahli, di antaranya: Tabel 2.4 Definisi Customer Satisfaction Menutu Para Ahli No. Nama Ahli Definisi Customer Satisfcation (kepuasaan pelanggan) didefinisi kan sebagai 1. Sunyoto (2013: p115) evaluasi pasca konsumsi bahawa suatu alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan Customer satisfaction adalah dasar 2. Awara dan Amechi yang digunakan oleh perusahaan untuk (2014) mempertahankan konsumen yang sudah ada Customer satisfaction adalah tingkat di mana kinerja anggapan produk sesuai dengan ekspektasi pembeli. Jika kinerja 3. Kotler dan Amstrong produk tidak memenuhi ekspektasi, (2008: p16) pelanggan kecewa. Jika kinerja produk sesuai dengan ekspektasi, pelanggan akan puas. Jika melebihi ekspektasi, pelanggan sangat puas Customer satisfaction adalah persaaan 4. Kotler dan Keller (2006: p144) senang atau kecewa seseorang yang dihasilkan dari membandingkan kinerja dari sebuah produk atau jasa dengan harapannya. 28 Tabel 2.5 Definisi Customer Satisfaction Menutu Para Ahli No. Nama Ahli Definisi “ Customer satisfaction is the feeling 5. Velnamphy dan Sivesan or attitude of a customer towards a (2012) product or service after it has been used ” “ Customer satisfaction is an affective 6. Simona dan Mihalea construct that is based on feelings and (2013) emotions, and a dynamic construct that develops over a period of time ” Sumber: Hasil pengelolaan berbagai sumber Dari definisi-definisi diatas peneliti mengemabil kesimpulan bahwa customer satisfaction (kepuasaan pelanggan) merupakan perasaan pelanggan terhadap kinerja sebuah produk atau jasa yang digunakannya, apakah produk atau jasa tersebut sesuai dengan yang diharapkannya. Jika kinerja sebuah produk atau jasa yang dirasakan oleh konsumen tidak bagus, maka konsumen akan merasa kecewa. Sebaliknya, jika kinerja produk atau jasa tersebut bagus, maka konsumen akan senang karena produk atau jasa tersebut sesuai dengan ekspekasinya. 2.3.3.2 Dimensi Customer Satisfaction Rangkuti (2006; p29-30) menyatakan bahwa customer satisfaction (kepuasan pelanggan) didefinisikan sebagai respon pelanggan terhadap ketidakssesuain anatara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah pemakaian. salah satu faktor yang menentukan tingkat kepuasan pelanggan adalah presepsi pelanggan terhadap kualitas jasa yang berfokus pada lima dimensi, diantaranya : a. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan untuk menolong pelanggan pelanggan dengan baik. dan ketersedian untuk melayani 29 b. Reability (keandalan), yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan sesaui yang dijanjikan dengan segara, akurat, dan memuaskan. c. Emphaty (empati), yaitu rasa peduli untuk memberikan perhatian secara individual kepada pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan, serta kemudahan untuk dihubungi. d. Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan, kesopanam petugas serta sifatnya dapat dipercaya sehingga pelanggan terbebas dari resiko. e. Tangibles (bukti langsung), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan karyawan, dan sarana komunikasi. 2.3.3.3 Metode Mengukur Customer Satisfaction Shinta (2010; p25-26) menyatakan bahwa pelanggan merupakan pihak yang memaksimumkan nilai, para pemasar harus menentukan jumlah nilai bagi pelanggan dan jumlah biaya yang ditawarkan setiap pesaing untuk mengetahui bagaiman posisi penawar mereka sendiri. Kepuasaan pelanggan (customer satisfaction) merupakan fungsi dari pandangan kinerja produk dan harapan pembeli. Metodemetode yang digunakan untuk mengukur kepuasaan pelanggan adalah : a. Sistem Keluhan dan Saran, contohnya seperti menyediakan kotak saran dan keluhan, kartu komentar, customer hot lines b. Survey Kepuasaan Pelanggan, contohnya seperti membuat sebuah kuisioner, kemudian kuisioner tesebut dikirimkan kepada konsumen lewat pos atau diberikan kepada pelanggan pada saat pelanggan berada ditempat kejadian, yang biasa disebut dengan wawancara langsung c. Lost Customer Analysis merupakan sebuah metode di mana perusahaan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli dari perusahaan atau mereka yang beralih ke pesaing 30 d. Ghost Shopper nerupakan sebuah metode di mana perusahaan menggunakan ghost shopper untuk mengamati kekuatan dan kelemahan produk serta pelayanan perusahaan dan pesaing e. Sales Related Methode merupakan kepuasaan pelanggan diukur dengan kriteria pertumbuhan penjualan, pangsa pasar dan rasio pembelian ulang f. Customer Panel merupakan sebuah metode di mana perusahaan membentuk panel pelanggan yang nantinya dijadikan sample secara berkala untuk mengetahui apa yang mereka rasakan dari perusahaan dan pelayanan perusahaan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan metode survey kepuasan pelanggan dengan menggunakan kuisioner, di mana kuisioner tersebut akan diberikan kepada pelanggan dari PT. RAPI LANCAR WISESA. 2.3.3.4 Alasan Mengukur Customer Satisfaction Motorola dan Dutka dalam Grigoroudi dan Siskos (2010: p2) berpendapat bahwa ada beberapa alasan mengapa harus mengukur customer satisfaction, di antaranya sebagai berikut: • Customer satisfactiom merupakan sebuah informasi pasar yang paling dapat diandalkan. Cara ini digunakan oleh organisasi bisnis untuk mengevaluasi posisi mereka saat ini terhadap pesaing, serta digunakan untuk mendesain rencana masa depan • Sejumlah besar pelanggan menghindari mengungkapkan keluhan mereka atau ketidakpuasan mereka untuk penyedia produk atau jasa, baik karena sikap tertentu atau karena mereka tidak yakin bahwa perusahaan akan melakukan tindakan perbaikan • Pengukuran customer satisfaction digunakan untuk mengidentifikasi peluang pasar yang potensial • Pengukuran customer satisfaction membantuk organisasi bisnis dalam memahami perilaku konsumen, mengidentifikasi ekspektasi-ekspektasi, kebutuhan-kebutuhan, dan keinginankeinginan konsumen. 31 2.3.4 Customer Loyalty 2.3.4.1 Pengertian Customer Loyalty Perusahaan berusaha meningkatkan kepuasaan pelanggannya, agar perusahaan dapat menghasilkan loyalitas dari setiap pelanggan. Berikut adalah definisi mengenai customer loyalty (loyalitas pelanggan) menurut pandangan dari beberapa ahli: Tabel 2.6 Definisi Customer Loyalty Menurut Para Ahli No. 1. Nama Ahli Jones et al dalam Aminu (2012) Definisi “ Customer loyalty is customer repeating purchase intention to some specific products or services in the future ” Customer loyalty merupakan pembelian ulang atau penggunaan secara konsisten 2. Dick & Bansu dalam yang dihasilkan dari Gonc¸alves & Sampaio ketertarikan psikologis untuk (2012) merek dan faktor situasional, seperti upaya pemasaran yang dapat menyebabkan perubahan perilaku 3. 4. Tengilimoğlu et al (2010) “ Customer loyalty can be defined as a willingness to take various services from the same organization regularly and to recommend that organization to other customers ” Oliver dalam Kotler dan Keller (2006: p143) "A deeply held commitment to re-buy or re-patronize a preferred product or service in the future despite situational influences and marketing efforts having the potential to cause switching behavior” 32 Sumber: Hasil pengelolaan berbagai sumber Dari definisi-definisi di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa customer loyalty dapat didefinisikan sebagai pembelian ulang yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan di masa yang akan datang. Kemudian pelanggan tersebut merekomendasikan produk atau jasa yang digunakannya kepada orang lain (teman atau kerabat). 2.3.4.2 Tingkatan Customer Loyalty Menurut Rangkuti (2006: p61) loyalitas pelanggan memiliki sebuah tingkatan di mana seperti yang diperlihatkan pada diagram di bawah ini: Gambar 2.2 Diagram Customer Loyalty Sumber: Freddy Rangkuti (2006) Berdasarkan piramida di atas dapat dijelasan bahwa : • Tingkat loyalitas yang paling dasar menyatakan pembeli tidak loyal atau sama sekali tidak tertarik dengan merek-merek apapun yang ditawarkan. Dengan demikian, merek memainkan peran 33 yang kecil dalam keputusan pembelian. Pada umumnya, tipe konsumen yang seperti ini suka berpindah-pindah merek atau yang biasa disebut dengan tipe konsumen switcher atau price buyer (konsumen yang suka memperhatikan harga dalam melakukan pembelian). • Tingkat loyalitas kedua ialah para pembeli merasa puas dengan produk yang diguna kannya, minimal konsumen tersebut tidak kekecewaan. merasa Pada kecewa dasarnya, atau tidak tidak mengalami terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup memadai untuk mendorong suatu perubahan, terutam apabila pergantian ke merek lain memerlukan suatu tambahan biaya. Para pembeli tipe ini disebut juga habitual buyer (tipe kebiasaan). • Tingkat yang ketiga berisi para pembeli yang merasa puas, namun mereka mimikul biaya peralihan (switching cost), baik beruapa waktu, uang atau resiko yang berhubungan dengan upaya untuk melakukan pergantian ke merek lain. Tipe konsumen seperti ini disebut juga sebagai konsumen loyal yang merasakan adanya suatu pengorbanan apabila ia melakukan pergantian ke merek yang lain. Para pembeli ini disebut dengan satisfied buyer. • Tingkat keempat adalah konsumen yang benar-benar menyukai merek tersebut. Pilihan mereka terhadap suatu merek diandasi pada asosiasi, seperti simbol, rangakain pengalaman dalam menggunakannya, atau kesan kualitas yang tinggi. Para pembeli pada tingkat ini disebut sebagai sahabat merek, karena terdapat pesan emosional dalam menyukai merek. • Tingkat teratas adalah para pelanggan setia. Mereka mempunyai suatu kebanggan dalam menentukan atau menjadi pengguna satu merek. Merek tersebut sangat penting bagi mereka baik dari segi fungsinya, maupun sebagai ekspresi siapa mereka sebenarnya. 34 Berdasarkan pengertian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa tingkat loyalitas yang paling dasar terdiri dari para pembeli yang tidak loyal, suka berpindah-pindah dalam penggunaannya terhadap sebuah produk atau jasa. Hal ini karena tipe konsumen sepertinya peka terhadap harga yang mengalami perubahan. Sebaliknya untuk tingkat loyalitas yang paling atas, terdiri dari orangorang yang setia dengan merek yang digunakannya. 2.3.4.3 Tahap-tahap Customer Loyalty Griffin et al dalam Grigorous dan Siskos (2010: p88) menyatakan tahap-tahap dari customer loyalty di antaranya: • Suspect Bagian ini termasuk semua pembeli produk atau jasa dalam pemasaran, jadi suspects adalah menyadari akan produk atau jasa perusahaan atau tidak mempunyai kecenderungan terhadap pembelian. • Prospect Prospects adalah pelanggan potensial yang mempunyai daya tarik terhadap perusahaan tetapi belum mengambil langkah untuk melakukan bisnis dengan perusahaan. • Fist-time customer Pelanggan yang membeli untuk yang pertama kalinya, mereka masih menjadi pelanggan yang baru. • Repeat customer Yaitu pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak 2 kali atau lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas produk yang sama sebanyak 2 kali atau membeli dua macam produk yang berbeda dalam 2 kesempatan yang berbeda pula • Client Membeli semua produk atau jasa yang ditawarkan yang mereka butuhkan, mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah kuat dan 35 berlangsung lama yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh tarikan pesaing produk lain • Advocates Seperti layaknya klien, advocates membeli seluruh produk atau jasa yang ditawarkan yang ia butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur sebagai tambahan mereka mendorong teman-teman mereka yang lain agar membeli produk atau jasa tersebut. Ia membicarakan tentang produk atau jasa tersebut, melakukan pemasaran untuk perusahaan tersebut dan membawa pelanggan untuk perusahaan tersebut. • Partners Partners adalah hubungan yang sangat erat antara konsumen dengan supplier yang keduanya saling memperlihatkan keuntungan 2.3.4.4 Dimensi Customer Loyalty Pelanggan yang loyal merupakan aset yang penting bagi perusahaan, hal ini dapat dillihat dari karakteristik yang dimilikinya. Menurut Griffin (2005:33) loyalitas pelanggan memiliki karakteristik sebagai berikut : • Melakukan pembelian secara teratur (makes regular repeat purchases/ Repetition) Pelanggan melakukan pembelian produk secara berulang. • Membeli diluar lini produk atau jasa (purchases across product and service lines/ Referral). Pelanggan tidak hanya membeli produk atau jasa utama dari sebuah perusahaan tetapi juga membeli lini produk yang ditawarkan perusahaan. • Mereferensikan produk perusahaan kepada orang lain (Refers other). Dalam hal ini pelanggan melakukakn komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth) kepada orang lain atau kerabatnya, di mana pelanggan membicarakan mengenai produk atau jasa yang digunakannya. 36 • Menunjukan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing (Demonstrates an immunity to the full of the competition/ Retention). Pelanggan menolak untuk menggunakan produk atau jasa serupa yang ditawarkan oleh pesaing. 2.4 Hipotesis Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut : 1. T-1 Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan relationship marketing terhadap customer satisfaction pada PT. Rapi Lancar Wisesa. H1: Relationship marketing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap customer satisfaction pada PT. Rapi Lancar Wisesa. 2. T-2 Untuk mengetahui pengaruh yang signifkan relationship marketing terhadap customer loyalty pada PT. Rapi Lancar Wisesa. H2: Relationship marketing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap customer loyalty pada PT. Rapi Lancar Wisesa. 3. T-3 Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan customer satisfaction terhadap customer loyalty pada PT. Rapi Lancar Wisesa. H3: Customer satisfaction memiliki pengaruh yang signifikan terhadap customer loyalty pada PT. Rapi Lancar Wisesa. 4. T-4 Untuk mengatahui pengaruh yang positif dan signifikan relationship marketing terhadap customer satisfaction dan dampaknya terhadap customer loyalty pada PT. Rapi Lancar Wisesa. . H4: Relationship marketing memilik pengruh yang signifikan terhadap terhadap customer loyalty melalui customer satisfaction pada PT. Rapi Lancar Wisesa. 37 2.5 Kerangka Pemikira Customer Satisfaction • Responsiveness • Tangible • Reliability • Empathy • Ansurance Relationship Marketing • • • • Trust Commitment Communication Conflict Handling Customer Loyalty • Repetition • Refers other • Retention Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Sumber: Peneliti, 2014 2.6 Hubungan Antar Variabel • Hubungan antara variabel relationship marketing dengan customer satisfaction Gro¨nroos dalam Astuti dan Nagase (2014) mendefinisikan relationship marketing termasuk bagaimana sebuah perusahaan berhubungan dengan pelanggan dan dengan melibatkan lebih dari sekedar komunikasi. Menurut Astuti dan Nagese (2014), hubungan antara pelanggan dengan perusahaan akan bertahan lama ketika perusahaan fokus pada pelanggan sebagai pusat kegiatan mereka. Sebuah hubungan yang baik anatara pelanggan dengan perusahaan akan menghasilkan customer satisfaction (kepuasaan pelanggan). • Hubungan antara variabel relationship marketing dengan customer loyalty Evans dan Laskin, 1994; Peliter dan Westfall, 2000; and Wulf, Schroder dan Lacobucci, 2001 dalam Aminu (2012) mengemukakan bahwa: “ The purpose of relationship marketing is to build customer loyalty in order to obtain customer values through building long-term relationships ” 38 Artinya bahwa tujuan dari melakukakn relationship marketing adalah untuk membangun customer loyalty untuk mendapatkan nilai-nilai pelanggan melalui membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Relationship marketing adalah cara yang dilakukan oleh suatu perusahaan menjalin hubungan yang baik dengan pelanggannya, agar pelanggan melakukan pembelian kembali secara terus menerus produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Sedangkan customer loyalty digambarkan sebagai tingkat kesetiaan konsumen terhadap suatu produk atau jasa sehingga melakukan pembelian secara berulang-ulang. Semakin baik relationship marketing yang dilakukan oleh sebuah perusahaan maka semakin besar loyalitas yang diberikan oleh konsumen. Ravald dan Gronroos dalam Blythe (2012: p9) menyatakan bahwa “ The key elements in relationship marketing are the creation of customer loyalty ”. Jika diartikan, elemen-elemen kunci dari relationship marketing menciptakan customer loyalty. • Hubungan antara variabel customer satisfaction dengan customer loyalty Menurut Simina dan Mihaela (2013) pada jurnal yang berjudul “ The Influence of Overall Customer Satisfaction on Trust and Customer Loyalty ”, agar dapat memastikan customer loyalty dari waktu ke waktu, perusahaan harus membangun dan memelihara customer satisfaction pada setiap interaksi yang dilakukan pelanggan dengan perusahaan. 39