BAB 1 PENDAHULUAN Keratitis infektif merupakan penyakit yang

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
Keratitis infektif merupakan penyakit yang mengancam penglihatan dan disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme infektif seperti bakteri, jamur, virus, dan protozoa.1 Penyakit
ini merupakan penyebab kebutaan terbanyak di negara berkembang maupun negara
maju.1, 2
Kornea dilindungi oleh lapisan palpebra, air mata, flora normal di mata dan epitel.1
Sebagian besar mikroorganisme tidak dapat menembus lapisan epitel kornea yang intak,
kecuali Neisseria, Corynebacteria, Shigella dan Listeria.1 Defek epitel akan
memungkinkan terjadinya adhesi patogen yang selanjutnya akan melakukan penetrasi
lebih dalam. Oleh karena itu, trauma okular, penggunaan lensa kontak, riwayat operasi
mata sebelumnya merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya keratitis infektif.1
Ulkus superfisial dapat memburuk dengan adanya infiltrasi stromal lebih dalam, reaksi
radang di bilik mata depan, bahkan perforasi.1 Diagnosis dini dan penatalaksanaan yang
tepat sangat dibutuhkan untuk mencapai prognosis yang baik. Identifikasi patogen dan
obat yang akurat harus dilakukan dengan analisis laboratorium.1 Pemahaman
epidemiologi keratitis infektif menjadi penting karena penyakit ini dapat dicegah ataupun
ditangani.2
Keratitis infektif merupakan epidemi pada negara berkembang. Gonzales et al.
melaporkan insiden ulkus kornea di Distrik Madurai di India Selatan sebesar 113 per
100000 orang per tahun, yaitu sekitar 10 kali lebih besar daripada insiden di negara maju.
Dengan menerapkan angka insidensi tersebut, diperkirakan terdapat 840000 orang yang
Universitas Sumatera Utara
mengalami ulkus kornea setiap tahunnya di India. Dengan menerapkan ekstrapolasi
angka tersebut kepada benua Asia dan Afrika, didapatkan angka insidensi keratitis
infektif di negara berkembang sebesar 1,5 sampai 2 juta kasus.3, 4 Andhra Pradesh Eye
Disease Study (APEDS) yang dilaksanakan di LV Prasad Eye Institute, Hyderabad,
memperkirakan angka prevalensi kebutaan kornea pada satu mata atau lebih sebesar
0,66% (CI, 0,49-0,86). Penyebab terbanyak adalah keratitis di masa kanak-kanak
(36,7%), trauma (28,6%), dan keratitis di masa dewasa (17,7%).5
Selain tingginya insidensi, biaya terapi keratitis infektif relatif mahal dengan
pemulihan tajam penglihatan yang rendah. Bahkan pada banyak negara berkembang
obat-obat keratitis sulit didapatkan. Dengan besarnya dampak yang ditimbulkan oleh
keratitis infektif, solusi utama di masyarakat adalah strategi preventif.3
Masalah
Rumah Sakit Haji Adam Malik (RSHAM) di Medan merupakan rumah sakit pelayanan
tersier di pulau Sumatera. Secara geografis, kota Medan memiliki iklim udara tropis yang
mendukung berkembangnya mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus dan protozoa.
Selain itu daerah ini juga memiliki kelembaban dengan tingkat yang tinggi. Pasien yang
datang ke divisi infeksi dan imunologi RSHAM sebagai pusat pelayanan kesehatan
tersier memiliki beberapa variasi dalam karakteristik demografi, temuan klinis dan
pilihan terapi. Di Poliklinik Mata RSHAM belum ada data tertulis mengenai karakteristik
klinis pasien keratitis infektif. Bagaimana karakteristik klinis pasien keratitis infektif
yang datang ke Poliklinik Mata RSHAM? Bagaimana pola terapi yang diberikan
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik keratitis infektif miopia tinggi di RSUP.
Haji Adam Malik Medan periode 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2011.
Tujuan Khusus
1.
Mengetahui proporsi penderita keratitis infektif berdasarkan umur.
2.
Mengetahui proporsi penderita keratitis infektif berdasarkan jenis kelamin.
3.
Mengetahui proporsi penderita keratitis infektif berdasarkan pekerjaan.
4.
Mengetahui proporsi penderita keratitis infektif berdasarkan diagnosis klinis.
5.
Mengetahui proporsi penatalaksanaan pada penderita keratitis infektif.
Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai profil keratitis infektif
pada pasien RSHAM sehingga dapat memberikan sumbangan data epidemiologi bagi
angka kebutaan di Sumatera Utara.
Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang gambaran usia, jenis kelamin,
pekerjaan, penatalaksanaan penderita keratitis infektif di RSUP H. Adam Malik dan
sebagai bahan pengembangan keilmuan maupun penelitian selanjutnya di bidang Ilmu
Kesehatan Mata.
Universitas Sumatera Utara
Download