Pendidikan Agama Katolik - Universitas Mercu Buana

advertisement
Modul ke:
14
Fakultas
Pendidikan Agama
Katolik
MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN
Psikologi
Program Studi
Psikologi
Drs. Sugeng Baskoro, M.M
• PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM
REFLEKSI IMAN KRISTIANI
Untuk apa kita diciptakan? Bukan hanya orangorang ‘galau’ yang bertanya tentang
penciptaannya. Para ilmuwan juga bertanya,
untuk apa ada penciptaan. Bagi yang malas
berfikir berkata, ngapain pusing-pusing mikir
yang tidak jelas begini. Tapi, bagi ilmuwan ini
penting
• Tema Penciptaan Dalam Kitab Suci Dan
Maknanya
Sebenarnya, kalau anda membaca Kitab Suci
dengan cermat, anda akan mendapati dua versi
penciptaan dalam Kitab Suci yang digabungkan.
Pertama adalah dari Kejadian 1 dan yang kedua
bisa dilihat dalam kejadian 2.
Kej. 1
Isi
Kej. 2
Isi
1:1-2
Pendahuluan
2:4-6
Pendahuluan
1:3-5
terang/gelap
2:7
manusia/debu
1:6-8
cakrawala di langit
2:8
taman di bumi
1:9-13
air dan tanah, tumbuhan
2:9-15
tumbuhan, air dan tanah
1:14-19
benda-benda penerang dipisahkan
2:16-17
dua pohon dipisahkan
1:20-23
penciptaan pertama binatang
2:18
persoalan pertama pendamping manusia
1:24-31
penciptaan berlanjut
2:19-22
persoalan berlanjut
2:1-3
proses berakhir
2:23-24
turut campurnya ilahi
pemisahan Sabat
pemisahan pasangan dari orang tua
pemberkatan Sabat
persatuan pasangan hidup
Kosmonogi modern juga mempengaruhi pandangan
orang terhadap tema besar, yaitu tentang penciptaan.
Tokoh-tokoh sains memberikan penjelasan tentang dunia
dan asal-usulnya secara ilmiah dan ini berbeda dari yang
selama itu dituliskan dalam alkitab. Penjelasan sains ini
semakin populer dan puncaknya adalah Zaman
pencerahan yang mengagungkan ilmu pengetahuan alam.
Pada abad ke-19, yaitu ketika teologi berinteraksi dengan
sains modern, Schleiermacher dan Harnack
mengembangkan sebuah teologi yang antroposentris, hal
ini mengakibatkan pembicaraan tentang Tuhan sebagai
Pencipta tidak lagi menarik untuk dibahas. Penciptaan
dilihat sebagai peristiwa yang sudah lewat dan tak relevan
lagi dengan kehidupan yang sekarang, dan yang paling
penting sekarang adalah keselamatan individual.
Beginilah firman Allah, TUHAN, yang menciptakan
langit dan membentangkannya, yang
menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh
di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat
manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada
mereka yang hidup di atasnya. Kesaksian Israel
tentang Allah sebagai pencipta berkenaan dengan
kekuasaan Allah yang paling pokok untuk
melakukan sesuatu yang sama sekali baru (novum),
yang mustahil terjadi atas dasar yang lain. Dalam
kesaksian ini, menurut maksud dan tindakan Allah,
dunia ini adalah tempat yang ramah dan layak
didiami, oleh karena kehendak dan kemampuan
Allah untuk memulai dan melestarikan kehidupan.
Selain dikatakan baik, ciptaan juga diperintahkan
khusus untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah direncanakan oleh Allah. Meski ciptaan
tersebut mempunyai sifat-sifatnya sendiri, Allah
berniat agar tujuanNya tercapai di dalamnya,
yaitu untuk menyatakan kemuliaanNya (Yes 6:3;
Mazmur 19). Akhirnya, meski tujuan akhir
penciptaan adalah kemuliaan Allah, tetapi
tujuannya yang segera adalah bagi manusia.
• Manusia dan Etika Ekologi
a. Manusia dan Alam
Selama ini, terutama sejak masa pencerahan
manusia hanya bergelut untuk menafsirkan apa
yang dapat dipersepsi di dalam dan di luar dirinya.
Hasil telaah akal budi inilah, yang nantinya dijadikan
landasan justifikasi atas apa yang dianggap bernilai.
Alam dipandang sebagai yang lain, dianggap
bernilai berdasarkan kalkulasi manusia. Direduksi
hanya untuk memenuhi keinginan manusia. Cara
pandang inilah yang membuat cara pandang
antroposentris semakin mengakar. Alam dipandang
sebagai sumber daya
• Prinsip-Prinsip Etika Ekologi
1. Antroposentrisme
Etika ekologi antroposentris merupakan kerangka teori
etika antroposentris ketika berhadapan dengan problem
ekologi. Sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang
sangat mendasar antara keduanya, namun etika ekologi
antroposentris lebih fokus pada problem ekologi.
Pendekatan dari teori etika ini tetap antroposentris
dengan menawarkan solusi praktis yang didasarkan atas
kalkulasi kepentingan manusia. Etika antroposentrisme
sendiri merupakan kerangka etika yang berpusat pada
manusia. Secara etimologis, antropo berarti manusia dan
sentrisme berarti pemusatan. Etika antroposentrisme
merupakan teori etika yang mengandaikan adanya
potensi kapasitas manusia seperti kebebasan,
rasionalitas, kehendak dan lainnya.
• . Etika Ekosentrisme
• Etika ekosentrisme merupakan kerangka teori etika yang
menganggap bahwa terdapat relasi etis antara manusia
dengan alam. Bertitik tolak dari kehidupan dalam segala
bentuk pada ekosistem. Secara etimologis ekosentrisme
berarti pemusatan pada ekosistem (kontribusi dari ekologi).
Selanjutnya, tentu diperlukan prinsip etis yang akan
menjamin adanya kewajiban, hak dan tanggung jawab
terhadap relasi yang terjalin. Etika ini sendiri dianggap
sebagai bentuk radikalisasi dari etika biosentrisme yang
cakupan moralnya hanya terbatas pada apa yang hidup.
Pembatasan pada etika biosentrisme-seperti yang telah
dipaparkan di halaman sebelumnya- akan mengalami debat
berkisar apa yang dimaksud dengan hidup? Pertanyaan ini
sendiri memerlukan determinannya, sehingga diperlukan
pembatasan yang jelas. Pada etika ekosentrisme,
determinasinya jelas, seluruh komunitas biotis dan biotis
sebagai bagian dari ekosistem.
• Ekologi Dalam Iman Kristiani
Karena proses penyadaran ekologi harus terjadi pada
taraf mondial atau global, maka di sini terdapat
panggilan khusus umat beriman, yang mengakui
bahwa “penguasaan yang diberikan kepada manusia
oleh Sang Pencipta bukanlah suatu kuasa mutlak,
dan juga tidak dapat dikatakan bahwa manusia
bebas menggunakan dan menyalahgunakan atau
memakai barang-barang sekehendak hatinya sendiri.
Sebab jelas sekali bahwa perkembangan dan
perencanaannya, serta cara memakai sumbersumber, tidak dapat terjadi tanpa mengindahkan
tuntutan moral” (SRS 34).
Thanks
Download