190 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY Perbandingan Teori Relativitas dan Teori Kuantum: Relevansinya dengan Pengajaran S1 Fisika Arief Hermanto Jurusan Fisika, FMIPA-UGM Sekip Utara, Yogyakarta Email: [email protected] Abstrak – Dibahas keadaan fisika saat ini yang ditandai dengan dominannya dua teori besar yaitu Teori Relativitas dan Teori Kuantum. Kedua teori itu sangat kuat dalam daerahnya masing-masing namun tidak mudah untuk digabungkan sehingga harus dilakukan studi perbandingan yang mendalam. Kesadaran akan hal ini sangat penting ditanamkan kepada para mahasiswa fisika. Kesimpulan kami adalah bahwa ternyata kontinum tetap melekat erat dalam fisika sehingga komputasi simbolik perlu digalakkan dalam pengajaran fisika. Kata kunci: Teori Relativitas, Teori Kuantum, Komputasi simbolik I. PENDAHULUAN A. Dinamika Fisika Fisika adalah ilmu yang bersifat sangat dinamis. Secara sangat sederhana kita dapat menyatakan bahwa fisika berupa himpunan pernyataan (yang berbentuk kalimat, baik verbal maupun matematis) yang berkaitan dengan gejala-gejala dalam alam semesta atau alam semesta itu sendiri. Jadi, wujud fisika adalah himpunan kalimat. Tentu saja kalimatkalimat itu tidak saling lepas, melainkan saling berkaitan secara logis [1]. Fisika bersifat sangat dinamis dalam arti kalimat-kalimat yang menjadi anggota himpunan itu cepat sekali mengalami perubahan. Ada kalimat baru yang masuk menjadi anggota himpunan dan ada kalimat lama yang tidak lagi digunakan (dan boleh dianggap keluar dari himpunan). Dinamika fisika adalah dinamika keluar-masuknya kalimat-kalimat fisis terhadap himpunan kalimat sebagai perwujudan ilmu fisika itu. Ada aspek lain dari dinamika fisika selain dari kelajuan keluar-masuknya pernyataan atau kalimat fisis terhadap himpunan atau tubuh fisika seperti yang sudah disebutkan di atas. Aspek lain itu adalah ketegangan. Kalimat-kalimat yang menjadi anggota himpunan selalu dalam keadaan tegang karena di luar himpunan itu selalu ada banyak kalimat-kalimat lain yang siap dan selalu berusaha menggantikan. B. Fisika yang Sangat Mendasar Kalimat fisika mempunyai kekuatan yang sangat besar. Fisika adalah ilmu yang sangat mendasar. Kalimatkalimatnya berkaitan dengan pandangan dunia (world view) karena kalimat-kalimat itu dimaksudkan untuk menjelaskan penyusun dan interaksi paling mendasar dari seluruh materienergi yang mengisi jagad raya. Perubahan dalam fisika membawa perubahan pandangan dunia [2]. Begitu dalamnya akibat yang ditimbulkan perubahan dalam fisika sehingga banyak yang berpendapat bahwa ketika terjadi revolusi dalam fisika (misalnya perubahan dari Mekanika Newton menjadi Teori Relativitas) para tokoh fisika penganut paham lama tetap bertahan pada posisinya. Sangatlah berat bagi mereka untuk mengubah pandangan dunia yang tentu saja sudah mendarah-daging. C. Pentingnya Pemahaman Dinamika Fisika Pengajaran S1 Fisika (yang diselenggarakan oleh Program Studi S1 Fisika) menghasilkan sarjana fisika yang sebagian di antaranya akan menjadi fisikawan dan sisanya (meskipun tidak berprofesi sebagai fisikawan) akan menjadi agen yang berpotensi sangat besar untuk membangkitkan apresiasi masyarakat terhadap fisika. Para mahasiswa dilatih untuk menguasai fisika secara teknis (yaitu memahami dan dapat menggunakan seluruh kalimat anggota himpunan sebagai perwujudan ilmu fisika). Namun yang juga tidak kalah pentingnya adalah pemahaman terhadap dinamika fisika yang sangat mendalam itu. Bagi sarjana fisika yang tidak berprofesi fisikawan, pemahaman itu merupakan suatu bentuk apresiasi yang sangat penting untuk kemudian disebarkan ke dalam masyarakat. Masyarakat sangat memerlukan apresiasi itu karena masyarakat yang modern dan global tidak dapat lepas dari teknologi canggih dan pandangan dunia yang beragam. Fisika merupakan dasar dan sarana fundamental untuk menghadapinya. Bagi sarjana fisika yang berprofesi sebagai fisikawan, dia akan berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan pengembangan ilmu fisika. Pengembangan fisika berkaitan erat dengan dinamika fisika. Pembahasan dinamika fisika dari sudut pandang di luar fisika dilakukan dalam filsafat fisika, sedangkan pembahasan dari dalam dilakukan biasanya oleh para fisikawan sendiri dan sering disebut juga filsafat fisika, meskipun penggunaan istilah fisika filsafati mungkin lebih tepat. D. Tujuan Makalah ini Makalah ini membahas keadaan fisika saat ini dalam kaitannya dengan dinamika fisika dan relevansinya dengan pengajaran filsafat fisika atau fisika filsafati dalam Program Studi S1 Fisika. Seperti halnya bidang-bidang lain yang sejenis (misalnya geofisika, astrofisika) di mana istilahnya menyangkut dua ilmu dasar, filsafat fisika dapat dianggap sebagai cabang dari filsafat (yaitu bagian dari filsafat ilmu) atau cabang dari fisika (yang [mungkin] boleh disebut sebagai fisika filsafati). Kami membaca literatur dalam filsafat fisika untuk membahas keadaan fisika saat ini dalam kaitannya dengan dinamika fisika. Fisika saat ini dapat dicirikan dengan ISSN 0853-0823 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 191 dominannya dua teori besar yaitu Teori Relativitas dan Teori Kuantum. Kedua teori itu sangat kuat dalam daerahnya masingmasing, yaitu Teori Relativitas dalam dunia makro (kecepatan tinggi dan gravitasi kuat) dan Teori Kuantum dalam dunia mikro (ukuran kecil) [3]. Kedua teori ini nampaknya mengangkat kembali pertentangan yang sudah ada sejak jaman Yunani Kuno, yaitu antara kontinum dan diskret (atau atomistik). Teori Relativitas bertumpu pada ruang-waktu yang kontinum sedangkan Teori Kuantum bercirikan pada besaran-besaran fisika yang diskret (berkaitan dengan istilah kuantum). Ketika kita membahas gejala yang harus menggabungkan kedua teori itu (misalnya lubang hitam mikro yang melibatkan ukuran kecil dan gravitasi sangat kuat) ternyata kedua teori itu tidak mudah untuk digabungkan. Gravitasi kuantum yang sudah cukup lama digeluti para fisikawan ternyata tidak kunjung sampai pada perumusan yang memuaskan. Ketidak-rukunan dua teori besar tentu saja tidak mudah untuk diatasi. Kesadaran akan hal ini perlu ditanamkan kepada para mahasiswa fisika [4]. Mata kuliah Filsafat Fisika merupakan salah satu mata kuliah wajib dalam Program Studi S1 Fisika di UGM. Dalam makalah ini kami juga akan menyampaikan pengalaman ketika mengajarkannya dalam periode 20052011. II. TEORI RELATIVITAS DAN KUANTUM A. Diskret dan Kontinum Pengertian diskret dan kontinum dirasakan lebih mudah untuk dipahami jika dihubungkan dengan himpunan. Suatu himpunan disebut diskret (atau bersifat diskret) jika anggota-anggota himpunan itu dapat dikawankan satu-satu dengan anggota-anggota himpunan bilangan alam. Jadi, himpunan bilangan alam, demikian pula himpunan bilangan cacah bersifat diskret. Ternyata himpunan bilangan rasional juga bersifat diskret. Sebuah himpunan disebut suatu kontinum (atau bersifat kontinyu) jika anggota-anggota himpunan itu dapat dikawankan satu-satu dengan anggota-anggota himpunan bilangan real. Jika anggota-anggota himpunan bilangan alam dicoba untuk dikawankan dengan anggota-anggota himpunan bilangan real, maka ternyata ada tak berhingga banyak bilangan real yang tidak mempunyai pasangan. Itu berarti bahwa tingkat ketak-berhinggaan himpunan bilangan real lebih tinggi dari pada himpunan bilangan alam. Kita tak pernah bisa mengetahui apakah ada ketakberhinggaan lain di antara bilangan alam dan bilangan real. Asumsi bahwa hal itu tidak ada disebut Aksioma Pilihan (Axiom of Choice). B. Pengertian Teori dalam Fisika Di muka sudah disebutkan bahwa fisika adalah himpunan pernyataan atau kalimat yang berkaitan secara logis. Kaitan antara berbagai kalimat itu tidaklah sama kuatnya sehingga kalimat-kalimat anggota himpunan bisa dikelompokkan dalam beberapa kelompok yang disebut teori. Kalimat-kalimat atau pernyataan-pernyataan dalam teori berkaitan sangat erat. Setiap kalimat dapat dijabarkan secara logis dari beberapa kalimat yang lain. Dengan kata lain, setiap kalimat merupakan kesimpulan dari suatu argumentasi dengan premis yang berasal dari teori itu sendiri. Ada satu pengecualian dalam hal ini yaitu adanya beberapa kalimat yang merupakan pangkal dari semua penjabaran. Kalimat-kalimat ini disebut postulat. Teori yang mapan mempunyai struktur logis yang cukup ketat seperti itu. Teori Relativitas Khusus mempunyai dua postulat yang sangat terkenal yaitu postulat tentang invariansi kelajuan cahaya dalam hampa dan postulat tentang kovariansi hukum-hukum fisika. Teori Kuantum juga mempunyai beberapa postulat. Dalam postulat Teori Relativitas kontinum masuk secara implisit lewat konsep kelajuan yang berkaitan dengan gerak dalam ruang-waktu yang kontinum. Dalam postulat Teori Kuantum diskret masuk lewat nilai-eigen yang cenderung bersifat diskret. Sebuah pernyataan dalam teori disebut benar dan bisa diterima jika memenuhi dua syarat. Pertama, kalimat itu harus dapat dijabarkan secara deduktif dari postulat-postulat teori itu. Kedua, kalimat itu harus cocok dengan kenyataan dalam alam yang diperoleh lewat eksperimen. Beberapa kalimat yang penting sering disebut hukum. Kalimat dalam teori dapat dinyatakan secara verbal maupun secara matematis. Sebagai contoh adalah persamaan yang sangat terkenal dalam abad 20, yaitu yang menyatakan kesetaraan antara energi dan massa bagi benda yang diam E = m0 c 2 . (1) Persamaan (1) di atas sebenarnya adalah sebuah pernyataan atau kalimat. Kebenarannya sudah dibuktikan secara deduktif dalam Teori Relativitas Khusus dan juga sudah terbukti secara eksperimen dengan sangat meyakinkan. C. Penggabungan Relativitas dan Kuantum Ketika bertemu dengan suatu gejala di mana beberapa aspek dari gejala itu memerlukan teori yang berbeda, maka dilakukanlah penggabungan dua teori atau lebih. Sebagai contoh adalah ketika berhadapan dengan gejala elektron yang bergerak dalam atom. Elektron itu bermuatan listrik dan bergerak dengan kecepatan tinggi. Aspek muatan elektron itu memerlukan Teori Elektromagnetika sedangkan aspek kecepatan yang sangat tinggi memerlukan Teori Relativitas. Penggabungan keduanya menghasilkan Teori Elektrodinamika. Karena elektron berukuran sangat kecil, maka memerlukan Teori Kuantum dan penggabungannya dengan Elektrodinamika menghasilkan Elektrodinamika Kuantum. Salah satu hasil perhitungan dalam Elektrodinamika Kuantum adalah momen magnet elektron. Perhitungan ini melibatkan integral yang nilainya tak-berhingga. Dengan menggunakan prosedur yang disebut renormalisasi, dari ketak-berhinggaan itu dapat diekstrak nilai yang berhingga. Hasil perhitungan ini sangat sukses karena kecocokannya dengan hasil eksperimen ternyata paling tinggi dibandingkan dengan pencocokan lain antara teori dan eksperimen, sehingga Elektrodinamika Kuantum merupakan salah satu teori terbaik dalam fisika. Keberhasilan Elektrodinamika Kuantum disusul dengan penggabungannya dengan gabungan Relativitas Khusus dan Teori Kuantum yang digunakan untuk menangani interaksi nuklir kuat dan interaksi nuklir lemah. Ketiga interaksi (nuklir kuat, nuklir lemah dan elektromagnet) sudah berhasil digabungkan. Tinggal satu langkah lagi dengan ISSN 0853-0823 192 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY penggabungan interaksi gravitasi (yang identik dengan Relativitas Umum). Namun penggabungan Relativitas (Umum) dengan Kuantum yang biasa disebut (Teori) Gravitasi Kuantum ternyata tidak mudah. Kita bertemu dengan integral takberhingga yang tidak dapat direnormalisasikan. Kita bertemu dengan ketak-berhinggaan yang tak-tereduksi. Jika ada dua teori yang sangat kuat menolak untuk digabungkan, maka telaah penyebabnya harus dilakukan sampai ke dasar yang sangat dalam, dengan kata lain harus bersifat filsafati. D. Perbandingan Relativitas dan Kuantum Perbedaan atau kontras antara Relativitas dan Kuantum meliputi berbagai hal. Di antaranya ada beberapa hal yang utama sebagai berikut [5]. Teori Relativitas bersifat deterministik. Pengamat berada di luar sistem dan dapat melakukan observasi yang pada prinsipnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga bisa diperoleh informasi akurat tentang sistem dalam keadaan tanpa pengamat. Relativitas adalah teori terakhir dalam deretan teori-teori klasik. Probabilitas yang kadang muncul di sini bukanlah berasal dari postulat dan hanya menggambarkan ketidak-tahuan pengamat. Probabilitas klasik bersifat dapat direduksi. Jika kita melempar dadu dan mengatakan bahwa keluarnya nilai tertentu dari mata dadu bersifat probabilistik, maka itu adalah karena kita tidak ingin membahas dinamika gerakan dadu itu dengan lebih rinci. Jika kita mempunyai waktu dan sarana komputasi yang cukup, maka probabilitas dalam pelemparan dadu itu akan dapat dihilangkan. Teori Kuantum bersifat non-determininistik. Probabilitas masuk lewat postulat dan melibatkan pengamat. Salah satu postulat menyatakan bahwa sebuah sistem kuantum yang berada dalam keadaan tertentu akan meloncat menuju ke salah satu keadaan-eigen secara probabilistik dan hal ini terjadi atas aksi pengamat terhadap sistem. Pengamat tidak bisa dipisahkan dari sistem. Pengamat tidak mungkin lagi mendapatkan informasi tentang keadaan sistem tanpa pengamat. Keadaan sistem tanpa pengamat tidak mempunyai arti dalam Teori Kuantum. Probabilitas dalam Kuantum bersifat fundamental dan tidak bisa direduksi. Perlu dicatat di sini bahwa ada beberapa interpretasi dalam Teori Kuantum. Relativitas seperti halnya teori-teori klasik lainnya tidak mempunyai masalah dalam interpretasi. Relativitas disebut sebagai bagian dari Fisika Modern hanya karena munculnya adalah pada abad 20, sedangkan pada hakikatnya dia adalah teori klasik. Interpretasi Kuantum yang dibahas di sini adalah Interpretasi Copenhagen. Interpretasi ini sebenarnya menjadi kurang populer akhir-akhir ini karena persaingan dengan interpretasi yang lain (misalnya Interpretasi Banyak Dunia atau Many World Interpretation). Namun di sini digunakan interpretasi ini untuk memperlihatkan kontras antara Kuantum dengan Relativitas secara lebih jelas. Dalam Relativitas pengamat berlaku sebagai penonton sedangkan dalam Kuantum pengamat harus ikut menjadi partisipan dalam tarian alam semesta. Relativitas bersifat lokal artinya jika ada dua peristiwa yang berhubungan secara kausal maka antara penyebab dan akibatnya harus terhubung dengan suatu sinyal dan sinyal yang paling cepat adalah gelombang elektromagnetik atau cahaya. Hubungan kausal ini bersifat invarian. Teori Kuantum bersifat non-lokal artinya antara dua peristiwa bisa terjadi korelasi yang sifatnya melebihi cahaya atau superluminal. Kedua kontras itu bersifat saling menetralkan. Kedua teori itu bisa hidup berdampingan (tanpa kerja sama) secara damai. Pelanggaran kausalitas diimbangi dengan nondeterminisme. Korelasi super-luminal yang bersifat probabilistik masih dapat diterima. Kedua kontras ini tidak menimbulkan masalah yang berwujud matematis. Kontras ini bersifat filsafati. Relativitas bertumpu pada ruang-waktu yang kontinyu sedangkan Kuantum bermaksud mendiskretkan semua besaran fisika. Dalam sejarah sifat diskretisasi dari Kuantum inilah yang menandai kelahirannya. Pengamatan terhadap gejala pancaran radiasi benda hitam mengharuskan adanya kuantisasi terhadap energi. Ketika disusun formalisme yang bisa menghasilkan kuantisasi ternyata formalisme itu juga memunculkan probabilitas dan non-lokalitas. Kontras inilah (antara kontinyu dan diskret) yang muncul dalam wujud matematis, yaitu ketika formalisme pengkuantuman diterapkan terhadap relativitas, maka ruangwaktu yang bersifat kontinyu itu menyebabkan ketakberhinggaan yang tak bisa direduksi dengan prosedur renormalisasi. III. KONTINUM Aristoteles berpendapat bahwa alam semesta membenci keadaan vakum. Jika benda bersifat diskret yaitu tersusun atas atom-atom maka di antara atom-atom itu akan terjadi kevakuman. Karena hal itu harus dihindari maka ruang alam semesta harus terisi suatu kontinum yaitu eter. Pencocokan antara sebuah kalimat sebagai hasil deduksi dengan hasil eksperimen dilakukan dengan menggunakan bilangan. Dari teori dilakukan komputasi yang menghasilkan bilangan real sebagai nilai besaran fisis. Hasil pengukuran dalam eksperimen juga menghasilkan bilangan real. Kedua bilangan itu kemudian dibandingkan dan jika selisihnya masih di dalam toleransi kesalahan eksperimental maka kebenaran pernyataan itu dikuatkan. Komputer bersifat diskret sehingga pada dasarnya dia hanya bisa menghasilkan bilangan rasional. Jika komputer itu harus berhadapan dengan kontinum, maka kadang bertemu dengan bilangan yang tidak komputabel. Dalam pencocokan antara teori dengan eksperimen hal itu tidak menimbulkan masalah karena hasil eksperimen juga dibatasi oleh ketelitian alat sehingga hasil eksperimen sebenarnya juga bilangan rasional. Bilangan yang tidak komputabel hanya ada dalam simbol matematik dan ketika harus diwujudkan dengan komputer akan diaproksimasi dengan bilangan rasional. Aproksimasi ini pada prinsipnya dapat dilakukan sampai sejauh mungkin sesuai dengan ketelitian yang diperlukan sesuai dengan ketelitian alat eksperimental (yang bergantung pada kemajuan teknologi pada saat itu). Selain jalur aproksimasi yang ditempuh dalam komputasi numerik, komputer dapat menempuh jalur lain yaitu komputasi simbolik. Ketak-berhinggaan yang berkaitan dengan kontinum kadang tidak dapat diwujudkan dalam bentuk bilangan rasional, namun dapat dinyatakan dalam bentuk simbol matematik. ISSN 0853-0823 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 193 Bahasa matematik dapat digunakan untuk membahas ketak-berhinggaan dan simbol-simbol yang digunakan hanya mencapai ketak-berhinggaan bilangan alam sehingga dalam komputasi simbolik komputer melakukan pengolahan terhadap simbol matematik dan dalam hal ini komputer dapat mengikuti bahasa matematik secara ketat. Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini sebuah pembuktian bentuk persamaan elips dalam sistem koordinat polar. Dalam sistem koordinat Kartesian persamaan elips berbentuk ( x − c) 2 + y2 =1 (2) a2 b2 yang kemudian berubah bentuk menjadi A . (3) r= 1 + B cosθ Pembuktian bahwa kedua bentuk persamaan (2) dan (3) identik dengan menggunakan komputasi numerik tidak akan pernah konklusif karena melibatkan himpunan bilangan real. Kita harus memeriksa bahwa setiap pasangan nilai bilangan real yang memenuhi persamaan (2) juga memenuhi persamaan (3). Akan tetapi dengan menggunakan bahasa matematik dan dengan bantuan komputasi simbolik maka pembuktian itu bisa konklusif karena hanya melibatkan simbol-simbol matematik yang diskret. V. KESIMPULAN Kontinum (yang salah satu perwujudannya adalah himpunan bilangan real) nampaknya akan selalu melekat dalam fisika. Teori Kuantum yang pada awalnya bermaksud mendiskretkan besaran fisika (dengan menggunakan formalisme kuantisasi) ternyata juga tidak bisa melepaskan diri dari kontinum. Salah satu interpretasi yang sekarang cukup populer adalah Interpretasi Banyak Dunia. Dalam interpretasi ini kita berhadapan dengan banyak dunia. Dalam setiap dunia, semua besaran fisika bersifat diskret, namun banyaknya dunia ternyata membentuk himpunan bilangan real. Kita kembali berhadapan dengan kontinum. PUSTAKA [1] J. Losee, A Historical Introduction to The Philosophy of Science, Fourth Edition, Oxford: Clarendon, 2001, pp. 158-176. [2] E. Marquit, Philosophy of physics in general physics courses, Am. J. Phys., vol. 46, pp.784-788, August 1978. [3] M. Longair, Theoretical Concepts in Physics, Cambridge: Cambridge, 2003, pp. 431-471. [4] M. Eger, Hermeneutics as an approach to science, Science & Education, vol. 2, pp. 303-328, 1993. [5] M. Sachs, Concepts of Modern Physics, London: Imperial College, 2007, pp. 106-115. TANYA JAWAB > restart; > prop01:=((x-c)^2/(a^2))+(y^2/(b^2))=1; > x:=r*cos(theta);y:=r*sin(theta); > prop01; > simplify(%,trig); > r:=1/u; > prop02:=%%; > b:=sqrt(a^2-c^2);c:=epsilon*a;prop02; > u:=solve(prop02,u); > r:=1/(u[2]); Yuli E. ? Apa yang diajarkan dalam filsafat fisika ? Anonim @ Yang dipelajari dalam filsafat fisika (atau fisika filsafati) adalah fisika (mekanika, listrik-magnet, dan lain-lain) tapi yang ditanyakan adalah hal-hal yang belum terliput oleh pendekatan empiris. Alex Humam I (SMKN 2 PWK) ? Bagaimana caranya mengajar teori relativitas agar dapat diterima dengan mudah, mengingat materi ini abstrak? Gambar 1. Contoh penggunaan komputasi simbolik. Pada Gambar 1 disajikan contoh penggunaan komputasi simbolik dalam masalah pembuktian bentuk persamaan elips dalam sistem koordinat polar. Biasanya bahasa komputasi simbolik juga mencakup komputasi numerik secara terbatas dan lebih lambat. IV. PENGAJARAN FILSAFAT FISIKA Dalam kurikulum yang diberlakukan mulai 2005 Program Studi S1 Fisika di UGM memasang mata kuliah Filsafat Fisika sebagai wajib di semester 1. Bahan yang diajarkan meliputi logika secara singkat, pengertian teori dalam fisika dan sejarah perkembangan pemikiran mekanika mulai dari Aristoteles sampai Einstein. Dengan kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pemahaman tentang teori dalam fisika dan dinamikanya (dalam hal ini pertumbuhan dalam teori mekanika). Setelah mengajar dalam kurun waktu 2005-2011 ini kami berkesimpulan bahwa mata kuliah ini dapat memberikan perspektif (meskipun mungkin masih agak samar) kepada mahasiswa bahwa fisika sebenarnya bersifat sangat dinamis. Namun dirasa bahwa efektivitas akan bertambah jika mata kuliah ini diberikan lebih belakangan ketika mahasiswa sudah lebih matang. Arif Hermanto @ Fisika adalah ilmu yang sudah dewasa sehingga mempunyai aspek matematis yang lanjut. Jangan dilupakan bahwa fisika masih tetap mempunyai aspek naratif atau deskriptif seperti biologi. Misalnya supaya mudah relativitas mula-mula bisa diajarkan secara naratif dulu. Disinilah studi sejarah dan filosofi tentang relativitas dapat berperan. Sandi S (UAD Yogyakarta) ? Apakah filsafat fisika tidak bertentangan dengan fisika yang berdasarkan eksperimen? Arief Hermanto @ Fisika adalah ilmu yang sangat mendasar. Ketika alat-alat eksperimen makin canggih maka pertanyaan yang harus dijawab oleh fisika juga makin dalam. Pertanyaan yang harus dijawab oleh fisika menjadi pertanyaan yang filosofis. Untuk menjawab pertanyaan ini fisika lalu bersinergi dengan filsafat, bukan bertentangan. Kalaupun ada pertentangan, itu sebenarnya adalah ketegangan dinamik yang menuju sintesis yang sinergis. ISSN 0853-0823