iklan sebagai media dakwah islam 1431 h / 2010 m

advertisement
IKLAN SEBAGAI MEDIA DAKWAH ISLAM
(Analisis Semiotik pada Iklan Kosmetika Wardah dalam Majalah Noor)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I)
Oleh:
Aini Nurlailly Hidayati
NIM : 103051028607
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
Agustus 2010
Aini Nurlailly Hidayati
ABSTRAK
Aini Nurlailly Hidayati
103051028607
Iklan Sebagai Media Dakwah Islam
(Analisis Semiotik pada Iklan Kosmetika Wardah dalam Majalah NooR)
Dewasa ini, kegiatan dakwah semakin berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dakwah Islam sebagai manifestasi
keimanan seorang muslim dapat disosialisasikan melalui berbagai media tanpa
mengurangi makna dan tujuan dakwah Islam. Dakwah melalui tulisan (dakwah bil
qalam) dapat dilakukan melalui media cetak, salah satunya majalah. Dengan majalah
pesan dakwah dapat diterima pembaca dalam waktu bersamaan. Majalah NooR
adalah salah satu majalah yang memuat pesan-pesan dakwah Islam, yang memiliki
segmen pembaca perempuan (muslimah).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami iklan sebagai media
dakwah Islam serta maksud tanda dan makna pada teks dan gambar dari Iklan
Kosmetika Wardah dalam Majalah NooR. Penulis akan menganalisis isi teks dan
tampilan visualisasi mengenai realitas iklan sebagai media Dakwah Islam.
Metodologi yang digunakan dalam analisis semiotik dengan metode Roland
Barthes yang meneliti denotasi dan konotasi. Denotasi menurut Barthes adalah makna
yang dikenal secara umum sedangkan konotasi adalah makna baru yang diberikan
oleh pemakai tanda sesuai dengan keinginannya, latar belakang pengetahuannya, atau
konvensi baru yang ada dalam masyarakat.
Penelitian ini mempunyai kegunaan teoritis dan praktis. Kegunaan teoritis dari
penelitian ini yaitu penulis ingin mengaplikasikan teori dan metode yang penulis
gunakan agar dapat memberikan pemahaman kepada penulis akan analisis media
massa, dalam hal ini analisis iklan media cetak dan sebagai acuan teoritis berguna
agar dapat dipelajari sekaligus memperkaya khasanah periklanan yang bermoral
sesuai unsur religi. Secara praktis, penelitian ini bertujuan memberikan masukan
kepada periklanan Indonesia untuk lebih konsisten ketika menyajikan iklan-iklan
yang ingin memasukkan unsur Dakwah Islam dalam penyajian di media massa pada
umumnya dan majalah pada khususnya.
Iklan Kosmetika Wardah termasuk dalam iklan komersil yang tidak hanya
menawarkan para wanita muslimah untuk menggunakan kosmetika yang halal namun
juga memiliki pesan-pesan dakwah Islam. Pesan dakwah Islam yang ingin
ditampilkan oleh Kosmetika Wardah yaitu agar para wanita muslimah yang berjilbab
dapat berpenampilan cantik dan menarik namun tidak melanggar syariat agama Islam.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin,
segala
puji
dan
syukur
terpanjatkan
kehadirat Allah SWT, Karena nikmat serta kasih sayang yang diberikan kepada
Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Iklan sebagai
Media Dakwah Islam (Analisis Semiotik pada Iklan Kosmetika Wardah
dalam Majalah NooR)”. Skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti jejaknya hingga
akhir zaman.
Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun
materiil, maka pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Rektor UIN, Bapak Prof. DR. Komarudin Hidayat beserta para pembantu
rektor.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Arief
Subhan, MA.
3. Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak Drs
Jumroni, M.Si dan Ibu Umi Musyarofah, MA., yang telah banyak
memberikan motivasi kepada penulis.
4. Bapak Drs Suhaimi M.Si., selaku Pembimbing Skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan serta petunjuk dengan sabar selama
penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dr.Umaimah Wahid, M.Si., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama perkuliahan.
6. Ibu Dr Fatmawati MA dan Ibu Rubiyanah, MA selaku dosen penguji sidang
munaqasah yang memberikan saran serta kemudahan ketika sidang
munaqasah.
7. Seluruh dosen, staf administrasi dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan
memberikan
ilmu
untuk
menunjang
keberhasilan
penulis
dalam
menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ibu Jetti Rosila Hadi (Bu Tila) selaku pimpinan redaksi majalah NooR yang
telah meluangkan waktu untuk melakukan wawancara di tengah kesibukan
beliau dan Annisa Novalianidita S.Sos.I sebagai staf sekretaris majalah NooR
yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Achmad Hidayat, S.H., dan Ibunda U.
Qurotul’Ain tercinta yang telah membesarkan dengan cinta, doa dan kasih
sayang yang tiada pernah tergantikan, mendidik sepenuh hati serta
memberikan semangat yang tiada henti. Nenek tercinta Siti Mardiyah yang
selalu mendoakan penulis serta Adik-adikku tersayang: Annisa Rizki Fitriani,
S.KM., dan Rizal Zulfikar S.E., yang selalu memberi semangat dan
menghibur disaat penulis jenuh dan rapuh.
10. Suami tercinta Aulia Atorida, S.IP., yang telah memberikan semangat, doa
dan cinta serta ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini, serta calon
anakku penyemangat hidup.
11. Keluarga besar penulis dan keluarga besar suami, yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
12. Sahabat-sahabatku,
Musaratun
Ulfah
(Imuz),
Santi
Yustini,
Khayu
Wahyunita (Neng Ayu), T’Wulan, Heti Nurbaiti, Uswatun Hasanah (Atun),
Ibu Suji, Yayan dan Bude Thiwi yang selalu memberikan semangat.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
motivasi sehingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah membalas semua
kebaikan, amin.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 26 Agustus 2010
Aini Nurlailly Hidayati
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………….
KATA PENGANTAR…………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………….
DAFTAR TABEL……………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….
DAFTAR BAGAN…………………………………….…………………
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….
i
ii
v
vii
viii
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………..
A. Latar Belakang Masalah……………………………….
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………….
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………
D. Metodologi Penelitian………………………………….
E. Sistematika Penulisan.…………………………………
1
1
6
7
8
13
BAB II
LANDASAN TEORI…………………………………….
A. Tinjauan Kepustakaan…………………………………
1. Dakwah Islam…………………………………….
2. Iklan……………………………………………….
3. Iklan sebagai Media Dakwah……………………..
4. Analisis Semiotik………………………………….
B. Definisi Istilah Penelitian……………………………..
C. Kerangka Pemikiran…………………………………..
14
14
14
20
22
24
32
33
BAB III
SUBJEK PENELITIAN…………….…………………..
A. Profil Majalah NooR………………….…………..…..
a. Visi Misi Majalah NooR…………………………...
b. Struktur Redaksi, Iklan, Promosi Majalah NooR….
B. Profil PT. Pusaka Tradisi Ibu (Kosmetika Wardah)….
C. Data gambar Iklan Kosmetika Wardah satu dan dua…
34
34
37
38
37
40
BAB IV
ANALISIS DATA……………………………………….
A. Analisis Makna Denotasi dan Konotasi………….........
1. Iklan Kosmetika Wardah versi Pertama…………..
2. Iklan Kosmetika Wardah versi Kedua..…………..
B. Kandungan Pesan dakwah Islam pada Iklan..…………
1. Pesan Dakwah Islam pada Gambar dan Teks
Iklan Kosmetika Wardah dalam Majalah NooR…..
2. Pesan Dakwah Islam pada Iklan Kosmetika
Wardah dalam Majalah NooR….………………….
41
41
41
44
46
v
50
50
BAB V
PENUTUP……………………………………………… 51
A. Kesimpulan………………………………………….. 51
B. Saran…………………………………………………... 52
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 53
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Metode Gillian Dyer, Torben Vestergaard,
dan Judith Williamson………………………………………
26
Gambaran “Barthes” mengenai Aksis Tanda………………
29
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Komponen Tanda……...……………………………… ……
27
Gambar 2.2
Elemen-elemen makna Sausure………………………… ……
27
Gambar 2.3
Aksis Tanda…………………………………………………..
28
Gambar 3.1
Iklan Kosmetika Wardah Pertama…………………………
40
Gambar 3.2
Iklan Kosmetika Wardah Kedua……………………………
40
viii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Tingkatan Tanda dan Makna “Barthes”…………………………29
Bagan 2.2
Kerangka Pemikiran…………………………………………….. 32
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Pengantar dari kampus
Lampiran 2
Hasil Wawancara
Lampiran 3
Surat keterangan dari Majalah NooR
x
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya Iklan Kosmetika di media cetak maupun media elektronik
pengiklan menvisualisasikan dengan menampilkan seorang wanita cantik yang
berpakaian minim. Citra wanita dalam iklan media cetak adalah wanita dapat
menarik perhatian bagi konsumen, karena wanita identik dengan kecantikan.
Tidak demikian halnya dengan Iklan Kosmetika Wardah dalam Majalah
NooR bintang iklannya adalah Inneke Koesherawati, seorang artis wanita yang
mengenakan jilbab sebagai penutup aurat sesuai dengan ajaran Islam bahwa
menutup aurat adalah sebuah tuntunan syariat. Kewajiban agama yang tertuang
dalam Al Qur’an dan sunnah Nabi. Allah berfirman pada Q.S Al Ahzab:59
“Wahai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan
istri-istri orang mukmin, hendaknya mereka menutup jilbabnya ke tubuhnya…”
Pada ayat lain berhubungan dengan firman Allah yang memerintahkan
wanita mengenakan jilbab yakni dalam al-Qur’an yakni Q.S.An-Nur: 31 yang
artinya “katakanlah kepada wanita beriman, hendaklah mereka menahan
pandangannya,
menampakkan
dan
memelihara
perhiasannya,
kemaluannya,
kecuali
perhiasan
dan
yang
janganlah
mereka
(biasa)
tampak
daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya”.
Begitu juga Rasulullah SAW bersabda “Wahai Asma, bila seorang
muslimah sudah ke masa balighnya sesungguhnya tidak boleh lagi ada yang
nampak darinya kecuali muka dan telapak tangannya”.
2
Dakwah Islam sebagai manifestasi keimanan seorang muslim dapat
disosialisasikan melalui berbagai media tanpa mengurangi makna dan tujuan
Dakwah Islam. Salah satu Dakwah Islam memiliki peluang yang besar di era
informasi ini adalah melalui media cetak.1 Seorang Da’i dituntut untuk memiliki
kemampuan di bidang tulis menulis (jurnalistik) untuk menempuh jalur Dakwah
Islam bil qalam (Dakwah Islam melalui tulisan)—selain Dakwah Islam bil lisan
(ceramah) dan bil hal (perilaku)—dengan memanfaatkan media cetak melalui
rubric kolom opini yang umumnya terdapat di suratkabar harian, mingguan,
tabloid, majalah-majalah, atau buletin-buletin internal masjid.
Melalui tulisan-tulisannya di media massa seorang mubaligh, ulama, kyai,
atau umat Islam pada umumnya sesuai dengan bidang keahlian atau keilmuan
yang dikuasainya, dapat melaksanakan peranan sebagai jurnalis muslim, yakni
sebagai muaddid (pendidik umat), mussadid (pelurus informasi tentang ajaran dan
umat Islam), mujaddid (pembaharu, pemahaman tentang Islam), muwahid
(pemersatu atau perekat ukhuwah Islamiyah),dan sekaligus menyimpulkan semua
peran tadi sebagai mujahid (pejuang, pembela, dan penegak agama dan umat
Islam)
Objek dan cakupan Dakwah Islam bil qalam lebih banyak dan luas.
Karena pesan Dakwah Islam yang dituliskan dapat dibaca oleh ratusan, ribuan
bahkan ratusan ribu dan jutaan orang pembaca dalam waktu yang hampir
bersamaan. Dakwah Islam melalui tulisan juga lebih tahan lama dan bisa di akses
oleh generasi-generasi berikutnya. Sehingga dapat menjadi opini public (public
opinion), bahkan dapat mempengaruhi orang yang kuat dan massif.2
Bahasa tulisan yang disampaikan melalui media cetak lebih rapih dan
lebih teratur daripada bahasa lisan, karena menulis adalah berpikir dengan teratur
1
Sutiman Eka Ardana, Jurnalistik Dakwah Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1995)h.17
2
Asep Samsul Romli, Jurnalistik Praktis, (Bandung: Rosdakarya,2000)h.130
3
sehingga pembaca bisa membaca berulang-ulang hingga meresapi. Oleh karena
itu tidak berlebihan jika dikatakan media cetak memiliki kekuatan besar dalam
mempengaruhi sekaligus mengubah pola pikir, sikap dan perilaku public.
Sejalan dengan kemajuan teknologi dan media informasi, maka media
penyampaian Dakwah Islam pun semakin luas dan berkembang baik berupa
elektronik maupun cetak. Berbagai pihak berusaha menjadikan media cetak
sebagai peluang untuk berdakwah Islam, sehingga kemudian menambah khasanah
keislaman dalam dunia tulis menulis.
Dewasa ini para penulis—juga wartawan—Muslim yang mampu
melakukan Dakwah Islam bil qalam melalui media massa. Telah banyak para ahli
agama Islam (ulama, kyai, mubaligh) yang mampu melakukan Dakwah Islam bil
lisan (ceramah, tabligh, khotbah) sekaligus mampu menulis (Dakwah Islam bil
qalam) untuk media cetak. Padahal menurut Ali bin Abi Thalib, “tulisan adalah
tamannya para ulama.”
Para ulama melalui buku-buku, kitab-kitab atau tulisan-tulisannya
“mengabadikan” dan menyebarluaskan ilmu-ilmu, pemikiran dan pandanganpandangan keislamannya. Sebagaimana telah disebut pada Q.S al-Qalam:1 yang
artinya “Nun, perhatikanlah al-Qalam dan apa yang dituliskannya.”
Media cetak pada dasarnya merupakan media komunikasi yang mampu
mengadakan perubahan dalam masyarakat baik pola pikir maupun perilakunya.
Perkembangan media cetak telah mencuat kepermukaan, karena media salah satu
yang bisa diperoleh siapa saja yang membutuhkan. Penerapan media cetak dalam
berdakwah Islam berarti berdakwah Islam melalui tulisan maupun media gambar
agar lebih menyakinkan sasarannya.
4
Dalam tahun-tahun belakangan ini tubuh telah muncul dalam perdebatan
teoritis, terutama dalam sosiologi. Peningkatan perhatian sosiologi terhadap tubuh
ini diawali antara lain oleh munculnya budaya konsumsi dalam paruh kedua abad
ke-20, yang menyoroti tubuh sebagai objek pameran, suatu tampilan untuk
dirancang, dipahat, dan dibentuk melalui aturan-aturan ‘kecantikan’, pakaian dan
gaya hidup. Dua aspek penting hubungan yang baru antara tubuh dan diri ini
adalah penampilan tubuh: suatu ekspresi individualitas dan indentitas pribadi; dan
aturan-aturan tubuh: strategi yang digunakan untuk mempertahankan,
menciptakan dan mengendalikan penampilan tubuh seperti diet, latihan olahraga,
pakaian dan pembedahan kosmetik. Kaum perempuan dihadapkan atau diterpa
oleh citra-citra tubuh ideal seperti yang digambarkan dalam majalah atau iklan
televisi.3
Ada kesepakatan bahwa sebuah citra tubuh perempuan yang diulang-ulang
dalam media. Mereka menganggap tubuh perempuan sebagai komoditas yang
digunakan oleh para pengiklan untuk menjual produk:
Mengiklankan sebuah mobil yang mereka miliki…seorang perempuan
cantik di atas mobil, yang sebetulnya tidak berhubungan dengan mobil
yang mereka jual. 4
Konstruksi media tentang tubuh ideal perempuan. Mayoritas perempuan
dalam setiap kelompok mempersepsikan media sebagai terlibat dalam
menciptakan tubuh ideal demikian. Media dilihat sebagai sesuatu yang
memberikan resep ketimbang netral dalam menggambarkan tubuh perempuan,
dan dilukiskan oleh sebagian kaum perempuan sebagai manipulator atau
perekayasa suatu citra yang harus dipatuhi oleh kaum perempuan:
Gambar apapun yang Anda peroleh mengenai perempuan melalui media
pada dasarnya memberi pesan kepada Anda bahwa seharusnya Anda
terlihat seperti itu. 5
Kaum perempuan mempersepsikan media sebagai mengkonstruksi tubuh
ideal ini pertama-tama melalui iklan yang mengasosiasikan perempuan yang
3
Dedi Mulyana dan Solatun, Metode Penelitian Komunikasi PT. Remaja Rosdakarya,
Jakarta 2007 h.317
4
Ibid, h.317
5
Ibid, h.329
5
ramping dan cantik dengan produk glamour; kedua, melalui gambar-gambar
perempuan dalam majalah-majalah perempuan; dan ketiga melalui kerja sama
media dengan dunia fesyen yang mempromosikan model-model dan supermodelsupermodel sebagai tubuh-tubuh di dunia fesyen; dan terakhir, melalui proses
kerja media yakni dengan mempekerjakan perempuan-perempuan yang menarik
dan ramping untuk tampil dihadapan public. 6
Dari kutipan tersebut menerangkan bahwa semiotik adalah suatu penelitian
tentang hakikat keberadaan suatu tanda. Persepsi yang digunakan dalam penulisan
analisis iklan ini adalah mengenai iklan yang mengandung unsur-unsur religi yang
melihat pembentukan realitas dari fakta mengenai iklan bertajuk religi tersebut.
Dengan demikian dari penulisan analisis iklan ini dapat diketahui Kosmetika
Wardah mengkonstruksi iklan yang bertajuk religi.
Berdasarkan hal tersebut Penulis berkeinginan mengadakan penelitian
skripsi dengan judul “Iklan sebagai Media Dakwah Islam (Analisis Semiotik
pada Iklan Kosmetik Wardah dalam Majalah NooR)” Penelitian ini
menggunakan Analisis Semiotik sebagai instrument untuk analisis iklan.
“Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia
sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan tanda.” 7
6
Ibid, h.309
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, Analisis Framing, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004 h.87
7
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Komunikasi massa yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell who says
what to whom with what effect (siapa mengatakan apa kepada siapa dan efeknya
bagaimana).8 Iklan, seperti media komunikasi massa pada umumnya, mempunyai
fungsi “komunikasi langsung”.9 Oleh sebab itu, didalam iklan aspek-aspek
komunikasi seperti “pesan” (message) merupakan unsur utama iklan.
Komunikasi massa adalah melibatkan jumlah komunikan yang banyak
tersebar dalam area geografis yang luas, namun perhatian dan minat terhadap isu
yang sama. Karena itu, agar pesan dapat diterima serentak pada waktu yang sama,
maka digunakan media massa seperti surat kabar, majalah, radio atau televisi. 10
Berdasarkan 5 W + 1 H pada komunikasi massa Harlod D Lasswell dan
agar pembahasan masalah dalam penelitian ini tidak mengembang terlalu lebar
penulis membatasi masalah-masalahnya dengan berfokus pada unsur pesan
dengan menggunakan Analisis Semiotik komunikasi visual.
Dengan uraian tersebut, Iklan Kosmetika Wardah sebagai subjek
penelitian ini, Maka terkait dengan permasalahan di atas penulis mencoba
merumuskan guna tercapainya penelitian yang terarah. Adapun rumusan
masalahnya yaitu:
1. Bagaimana makna denotasi dan konotasi pada Iklan Kosmetik Wardah
dalam Majalah NooR?
2. Bagaimana Pesan Dakwah Islam ditampilkan pada Iklan Kosmetika
Wardah dalam Majalah NooR berdasarkan analisis semiotik ?
8
Nurudin,. Pengantar Komunikasi Massa, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,2007, h. 108
Yuwono, Untung & T. Christomy. 2004. Semiotik Budaya,h.96
10
Dani Vardiansyah Drs.,M.Si. Pengantar Ilmu Komunikasi Ghalia Indonesia, Bogor,
2004,h.33
9
7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan memahami iklan sebagai
Media Dakwah Islam serta maksud tanda dan makna pada teks dan gambar dari
Iklan Kosmetika Wardah dalam Majalah NooR. Penulis akan menganalisis isi teks
dan tampilan visualisasi mengenai realitas iklan sebagai media Dakwah Islam.
Dengan begitu penulis mengetahui bagaimana pembentukan makna yang
terkandung dari kalimat yang ditulis dalam teks dan gambar yang ditampilkan.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua kegunaan, yaitu teoritis dan kegunaan
praktis.
Kegunaan teoritis dari penelitian ini yaitu penulis ingin mengaplikasikan
teori dan metode yang penulis gunakan agar dapat memberikan pemahaman
kepada penulis akan analisis media massa, dalam hal ini analisis iklan media cetak
dan sebagai acuan teoritis analisis ini berguna agar dapat dipelajari sekaligus
memperkaya khasanah periklanan yang bermoral sesuai dengan unsur religi.
Kegunaan praktis dari penelitian ini yaitu supaya penulis dapat memberi
masukan kepada periklanan Indonesia untuk lebih konsisten ketika menyajikan
iklan-iklan yang ingin memasukan unsur Dakwah Islam di dalam penyajian media
massa pada umumnya dan majalah khususnya.
8
D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan paradigma
konstruksionis, paradigma ini memberikan gambaran tentang bagaimana suatu
iklan dibentuk oleh copywriter, sehingga akan menimbulkan interpretasi yang
berbeda-beda di masyarakat.
1. Pendekatan Penelitian
Dalam menginterpretasikan makna yang terkandung sesuai dengan
perumusan masalah penelitian yaitu: Bagaimana makna denotasi dan konotasi
pada Iklan Kosmetik Wardah dalam Majalah NooR dan Bagaimana Pesan
Dakwah Islam ditampilkan pada Iklan Kosmetik Wardah dalam Majalah NooR
Metodologi yang digunakan dalam analisis semiotik adalah interpretatif
dan kritis terhadap kajian persoalan lambang atau simbol.11 Sesuai dengan
penelitian analisis bersifat kualitatif, maka menginterpretasikan
melalui
pendekatan
bahwa:
subyektif.
Pendekatan
subyektif
mengasumsikan
“Pengetahuan tidak mempunyai sifat yang obyektif dan sifat tetap, melainkan
interpretatif.”12 Artinya dalam pemaknaan suatu tindakan yang berkaitan dengan
pengetahuan tidak bisa dijelaskan secara interpretative dari tindakan itu
Selain teks dan kontekstual adapula yang berperan dalam pembuatan iklan
yaitu gambar. Analisis semiotik digunakan sebagai pendekatan untuk mencari
tahu pesan Dakwah Islam pada sebuah iklan kosmetik wardah dengan berorientasi
pada kode dan pesan tanpa mengabaikan konteks dan pihak pembaca yang tidak
11
Alex sobur, Analisis teks media: suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotik, dan
analisis framing. P.T Remaja Rosdakarya. Bandung, 2006 h.147
12
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu SosialLainnya, P.T Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002 h.32
9
dapat diukur secara matematis dengan melakukan perhitungan tanda-tanda dalam
teks.
2. Metode Populasi dan Sampling
Penelitian ini menggunakan populasi dari iklan dalam majalah NooR.
Menurut Sukandarrunidi, “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik
terdiri dari benda yang nyata, abstrak, peristiwa, ataupun gejala yang merupakan
sumber data dan memiliki karakter tertentu yang sama”13
Menurut Jalaludin Rakhmat, “Kumpulan objek penelitian disebut populasi.
Objek penelitian dapat berupa orang, organisasi kelompok, lembaga, buku, katakata, suratkabar, dan lain-lain.” 14
Rancangan
sampling
nonprobabilitas
tidak
menggunakan
prinsip
kerandoman. Salah satunya adalah sampling purposif, yaitu memilih orang-orang
tertentu karena dianggap -- berdasarkan penilaian tertentu – mewakili populasi. 15
Dengan demikian, sample dalam penelitian ini adalah iklan Kosmetika
Wardah dalam Majalah NooR mengenai pesan Dakwah Islam yaitu:
1) Sample 1, iklan Kosmetika Wardah yaitu satu halaman
menampilkan foto Inneke Koesherawati dan teksnya.
2) Sample 2, iklan Kosmetika Wardah yaitu satu halaman
menampilkan foto Inneke Koesherawati, gambar lipstik, dan teks.
Dengan sample iklan yang berjumlah dua tersebut, akan dianalisis dan
diteliti makna denotasi dan konotasi pada Iklan Kosmetik Wardah dalam Majalah
NooR Selain itu, akan dilihat bagaimana pesan Dakwah Islam tersebut
13
Sukandarrunidi, Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis untuk pemula, Gadjah Mada
Univesity Press, 2002,h.47
14
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
h.78
15
Ibid, h.97
10
ditampilkan pada bentuk iklan Kosmetika Wardah dalam Majalah NooR, dan
bagian apa yang ditonjolkan oleh iklan Kosmetik Wardah.
3. Unit Analisis
Bahan
penelitian
yang
digunakan
dalam
penulisan
ini
adalah
mewawancarai media cetak yakni Majalah NooR untuk iklan yang bersangkutan
mengenai pesan Dakwah Islam. Bahan penelitian ini digunakan untuk membuat
sebuah laporan karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Dengan bahan penelitian ini,
penulis meneliti berbagai macam tanda yang terdapat pada iklan Kosmetik wardah
dalam Majalah NooR.
Majalah NooR adalah unit analisis yang merupakan satuan tertentu yang
diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Dengan tujuan mengetahui adakah
pesan Dakwah Islam pada setiap kalimat dan gambar sekaligus menganalisis isi
mengenai pesan Dakwah Islam oleh iklan Kosmetik Wardah, sehingga jelas
seberapa besar konsistensi Kosmetik Wardah ini dalam menyajikan pesan
Dakwah Islam pada iklannya dalam Majalah NooR.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan yaitu
berupa iklan yang akan dianalisis, kemudian penelitian pada subjek penelitian dan
selanjutnya analisis pada sample.
Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara atau interview adalah proses memperoleh data keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya
11
atau pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat interview guide
(panduan wawancara).
b. Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi atau pengamatan secara
langsung dan pengamatan tersebut dicatat secara sistematis.
c. Telaah pustaka
Selain mengadakan observasi atau pengamatan langsung terhadap iklan
kosmetika wardah tersebut, peneliti juga mengumpulkan data-data atau teori-teori
dari buku, majalah, internet dan yang lainnya yang berhubungan dengan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini.
d. Analisis Data
Setelah mendapatkan data-data dari observasi atau pengamatan, peneliti
menggunakan tekhnik analisis data untuk mengolah data-data tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data secara manifest.
Maksudnya data tersebut di analisis apa yang tersurat atau tersirat (apa adanya/
sesuai dengan kenyataan), maka dalam pengolahan dan analisis data pada
penelitian ini akan ditampilkan berupa kata-kata, kalimat dan paragraf yang
membahas kategori tersebut.
Selain mengadakan observasi atau pengamatan langsung peneliti juga
mengumpulkan data-data atau teori-teori dari buku, majalah, internet dan yang
lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data lengkap mengenai
subyek ini. Data tersebut berupa aspek-aspek yang menyangkut subyek penelitian
12
itu sendiri, mulai sejarah, visi dan misi, dan alur pengiklanan tersebut. dalam
penelitian ini akan dilakukan wawancara atas masalah penelitian ini.
Tahap selanjutnya, tahap analisis data. Dalam tahap ini, akan dianalisis
iklan-iklan yang dijadikan sample dalam penelitian ini.
5. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan analisis semiotik dengan metode
Roland Barthes yang meneliti denotasi dan konotasi namun tidak meneliti tentang
mitos.
Denotasi menurut Barthes adalah makna yang dikenal secara umum
sedangkan Konotasi menurut Barthes adalah makna baru yang diberikan oleh
pemakai tanda sesuai dengan keinginannya, latar belakang pengetahuannya, atau
konvensi baru yang ada dalam masyarakatnya
13
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini akan dibahas lima bab dan masing-masing terdiri dari
sub bab, yaitu:
BAB I
PENDAHULUAN dalam bab ini terdiri enam sub bab, yaitu; latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB I I
LANDASAN TEORI dalam bab ini terdiri tiga sub bab, yaitu;
tinjauan pustaka, definisi istilah penelitian, dan kerangka pemikiran.
BAB III
SUBJEK PENELITIAN dalam bab ini terdiri tiga sub bab, yaitu;
Company profile, Data gambar satu iklan kosmetika Wardah, Data gambar
dua iklan kosmetika Wardah.
BAB IV
ANALISIS DATA dalam bab ini terdiri dua sub bab, yaitu, makna
denotasi, konotasi pada iklan dan kandungan pesan dakwah Islam pada
iklan.
BAB V
PENUTUP dalam bab ini terdiri dua sub bab, yaitu; kesimpulan
hasil penelitian dan saran.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Kepustakaan
1. Dakwah Islam
Dakwah Islam berasal dari kata da’aa-yad’u-da’watan; artinya: “menyeru,
mengajak atau memanggil”.1 Di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang
menunjukan kata tersebut, antara lain misalnya pada Q.S Yunus:25 yang artinya
“Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga).” Dan Q.S Yusuf: 108 yang
artinya “Katakanlah: inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang
mengikuti mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata,…”.
Kata Dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam",
sehingga menjadi "Ilmu Dakwah Islam" dan Ilmu Islam" atau ad-Dakwah alIslamiyah. Ilmu Dakwah Islam adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan
tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti,
menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan
tertentu. Orang yang menyampaikan Dakwah Islam disebut Da’i sedangkan yang
menjadi obyek Dakwah Islam disebut Mad'u. Setiap Muslim yang menjalankan
fungsi Dakwah Islam adalah Da’i.
Unsur-unsur Dakwah Islam yang berkaitan dengan Pesan Dakwah Islam
yaitu:
1
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penafsiran
Al-Qur’an, 1973) h.126
15
a)
Subjek Dakwah Islam
Da’i artinya orang yang mengajak ke suatu tujuan. Yang merupakan
pelaku utama berperan untuk mempengaruhi perubahan sikap dari komunikannya.
Dengan demikian Da’i orang yang melakukan Dakwah Islam yaitu orang
yang berusaha merubah situasi kepada situasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan
Allah SWT baik secara individual maupun terbentuk organisasi sekaligus sebagai
pemberi informasi dan pembawa misi.2
b)
Objek Dakwah Islam
Mad’u adalah objek Dakwah Islam baik individual atau masyarakat secara
umum.3 Masyarakat sebagai objek Dakwah Islam atau sasaran Dakwah Islam
adalah salah satu unsur yang terpenting di dalam sistem Dakwah Islam yang tidak
kalah pentingnya dibandingkan dengan unsur-unsur Dakwah Islam yang lain.
Oleh sebab itu, masalah masyarakat ini seharusnya dipelajari dengan
sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas Dakwah Islam yang sebenarnya.
Maka dari itu sebagai bekal Dakwah Islam bagi seorang Da’i hendaknya
memperlengkapi dirinya dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman yang erat
hubungannya dengan masalah masyarakat ini.4
c)
Materi Dakwah Islam
Materi Dakwah Islam adalah ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari alQur’an dan Hadist sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syari’ah, dan
akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang di peroleh darinya.
Materi yang disampaikan oleh seorang Da’i seharusnya sesuai dengan
kemampuan
2
seseorang
dalam
memahami
sesuatu.
Seseorang
yang
Mahmud Yunus, Kamus bahasa Arab-Indonesia (Jakarta:tidakarya Agung, 1989), h.127
Wardi Bachtiar, Methodologi Penelitian Ilmu Dakwah Islam, (Jakarta: logos, 1997),
Cet. ke-11, h.69
4
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), Cet.
ke-1, h.65-66
3
16
intelektualitasnya rendahnya harus disampaikan dengan bahasa dan contoh yang
dimengerti oleh mereka.5
d) Metode Dakwah Islam
Metode Dakwah Islam, dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu
“meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). 6 Maka metode adalah cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode Dakwah Islam adalah
cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang Da’i (komunikator) kepada mad’u
untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. 7
Dalam hal ini Allah memberikan pedoman pokok dalam surat an-Nahl
ayat 125 yang artinya “serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Ayat tersebut menjelaskan metode Dakwah Islam berupa bil lisan, bil qalam
dan bil hal. Dakwah Islam bil lisan, dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu
ceramah, Tanya jawab dan percakapan antarpribadi. Dakwah Islam bil qalam,
lebih menitik beratkan kepada yang bersifat tulisan. Dakwah Islam bil hal,
dilakukan melalui kegiatan langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai
objek.
5
Wardi Bachtiar, Methodologi Penelitian Ilmu Dakwah Islam, (Jakarta: logos, 1997),
Cet. ke-1, h.33
6
M Arifin, Ilmu Pendidkan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. Ke-1, h.61
7
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), Cet.
Ke-1 h. 43
17
e) Media Dakwah Islam
Media Dakwah Islam adalah peralatan yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi Dakwah Islam, pada zaman modern umpamanya: televisi,
radio, video, majalah, suratkabar dan melalui berbagai upaya mencari nafkah
dalam berbagai sektor kehidupan.8 Dengan kata lain, media dakwah dapat
diartikan sebagai penunjang tercapainya tujuan.
Pemanfaatan media dalam kegiatan dakwah memungkinkan komunikasi
antara komunikator dan komunikan lebih dekat. Oleh karena itu eksistensi media
sangat penting dan menentukan keberhasilan berapapun tingkatannya.9
Dari sudut penyampaian, Media dakwah terbagi menjadi dua yaitu:
a. Sarana tidak langsung
Yang dimaksud sarana tidak langsung adalah hal-hal yang menyangkut
kesiapan seorang Da’I sebelum menyampaikan dakwahnya, diantaranya sikap
hati-hati dan senantiasa bertakwa kpada Allah SWT, meminta bantuan kepada
Allah SWT dan sesama demi kelancaran dakwahnya serta disiplin.
b. Sarana langsung
Adalah menyangkut tekhnik penyampaian (tabligh melalui perkataan,
perbuatan dan prilaku Da’I yang dijadikan teladan oleh orang lain sehingga
mereka tertarik kepada Islam.
8
Ibid, h. 165-166
M Bahri Ghazali, “Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah” (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya 1997) h.12
9
18
f) Tujuan Dakwah Islam.
Dakwah Islam merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam
rangka mencapai suatu tujuan. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan arah
atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan Dakwah Islam, sebab tanpa tujuan
yang jelas seluruh aktivitas Dakwah Islam akan sia-sia.10
Dengan demikian, tujuan Dakwah Islam sebagai bagian dari seluruh
aktivitas sama pentingnya dengan unsur-unsur lainnya. Bahkan lebih dari itu
tujuan Dakwah Islam sangat menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan
metode dan media Dakwah Islam, sasaran Dakwah Islam sekaligus strategi
Dakwah Islam.
Tujuan Dakwah Islam adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang
benar yang diridhoi Allah SWT, agar hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan
akhirat.11
g) Pesan Dakwah Islam
Dalam konteks komunikasi Dakwah Islam, Toto Tasmara mengatakan
bahwa pesan Dakwah Islam adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al
Qur’an dan Sunnah, baik secara tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan
(risalah) tersebut.12
Dalam kamus bahasa Indonesia, pesan mengandung arti perintah, nasehat,
pemintaan, amanat yang harus dilaksanakan atau disampaikan kepada orang
lain.13
10
Drs Hasanuddin,MA. Manajemen Dakwah (Jakarta: UIN Jakarta Press,2005), h.56
Ibid, h.65-66
12
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h.43
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1999), h.761.
11
19
Menurut Onong Uchana menyatakan bahwa pesan (message) merupakan
seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.14
Lambang yang dimaksud adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan
sebagainya. Secara langsung mampu menterjemahkan pikiran dan perasaan
komunikator kepada komunikan.
Dakwah Islam sebagai suatu kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan
pada perkembangan dan kemajuan tekhnologi komunikasi yang canggih. Oleh
sebab itu Dakwah Islam dituntut untuk beradaptasi dengan terapan media
komunikasi yang sesuai dengan mad’u yang dihadapi. Baik melalui media cetak
ataupun media elektronik
Media cetak pada dasarnya merupakan media komunikasi yang mampu
mengadakan perubahan dalam masyarakat baik pola pikir maupun perilakunya.
Perkembangan media cetak telah mencuat kepermukaan, karena media salah satu
yang bisa diperoleh siapa saja yang membutuhkan. Penerapan media cetak dalam
berdakwah Islam berarti berdakwah melalui tulisan maupun media gambar agar
lebih menyakinkan sasarannya.
Majalah merupakan salah satu wujud di era reformasi dan keterbukaan.
Berbagai pandangan berkembang seakan tiada henti. Semua pesan dari media
massa dikonsumsi oleh masyarakat serta menjadi bahan informasi dan referensi
pengetahuan mereka.15
Objek dan cakupan Dakwah Islam bil qalam lebih banyak dan luas.
Karena pesan Dakwah Islam yang dituliskan dapat dibaca oleh ratusan, ribuan
14
Onong U Effendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1994), cet.20 h.40
15
Aceng Abdullah, Press Relations: Kiat berhubungan Media Massa, (Bandung:Remaja
Rosdakarya) h.9
20
bahkan ratusan ribu dan jutaan orang pembaca dalam waktu yang hampir
bersamaan. Dakwah Islam melalui tulisan juga lebih tahan lama dan bisa di akses
oleh generasi-generasi berikutnya. Sehingga dapat menjadi opini public (public
opinion), bahkan dapat mempengaruhi orang yang kuat.16 Bahasa tulisan yang
disampaikan melalui media cetak lebih rapih dan lebih teratur daripada bahasa
lisan, karena menulis adalah berpikir dengan teratur sehingga pembaca bisa
membaca berulang-ulang hingga meresapi. Oleh karena itu tidak berlebihan jika
dikatakan media cetak memiliki kekuatan besar dalam mempengaruhi sekaligus
mengubah pola pikir, sikap dan perilaku publik.
2. Iklan
Definisi umum Iklan adalah sebuah alat promosi barang dan jasa untuk
dijual melalui media massa. Sejak awal dikenalnya, periklanan telah mempunyai
kaitan yang kompleks dengan berbagai perkembangan bidang lainnya, yaitu
industri dan komunikasi serta perdagangan dan informasi, dengan demikian,
perubahan-perubahan tuntutan pengelolaan dan metode periklanan berlangsung
sejalan dan perubahan-perubahan di dalam masyarakat.
Sedangkan Iklan menurut kamus Komunikasi adalah, “Pesan komunikasi
yang disebarluaskan kepada khalayak untuk memberitahukan sesuatu atau
menawarkan barang jasa dengan jalan menyewa media massa.”17
Iklan merupakan dunia komunikasi massa yang khas yang digunakan
untuk mempromosikan produk. Secara teoritis iklan mempunyai kekuatan yang
berbeda-beda menurut medianya. Dalam proses tersebut memesan pengiklan
16
17
Asep Samsul Romli, Jurnalistik Praktis, (Bandung: Rosdakarya,2000)h.130
Onong. U. Effendi, Kamus Komunikasi, CV. Mandar, Bandung, 1999 h. 8
21
untuk mempromosikan produknya dengan cara membayar uang sebagai pengganti
jasanya.
Iklan, seperti media komunikasi massa pada umumnya, mempunyai fungsi
“komunikasi langsung”. 18 Oleh sebab itu, di dalam iklan aspek-aspek komunikasi
seperti “pesan” (message) merupakan unsur utama iklan.
Menurut Benny H Hoed, iklan tidak menawarkan barang dan jasa pada
seluruh khalayak tetapi pada objek tertentu:
Iklan adalah suatu kegiatan menyampaikan berita, tetapi berita itu
disampaikan atas pesanan pihak yang ingin produk atau jasa yang dimaksud
disukai, dipilih dan dibeli. Iklan ditujukan kepada khalayak ramai. Dengan
demikian, iklan tidak merupakan komunikasi interpersonal, tetapi nonpersonal.
Komunikasi semacam ini digolongkan dalam komunikasi massa. Meskipun
demikian, kita akan melihat bahwa iklan biasanya ditujukan kepada seluruh
khalayak ramai, tetapi kepada bagian tertentu dari khalayak itu.19
Sedangkan Sudiana yang dikutip oleh Hoed memberikan batasan iklan
sebagai, “salah satu bentuk komunikasi yang terdiri atas informasi dan gagasan
tentang suatu produk yang ditujukan kepada khalayak secara serempak agar
memperoleh sambutan baik. Iklan berusaha untuk memberikan informasi,
membujuk dan menyakinkan.”20
Dengan demikian iklan merupakan suatu komunikasi yang tak sekedar
menyampaikan informasi tentang suatu barang dan jasa, tetapi mempunyai sifat
persuasive dan mendorong untuk menyukai, memilih memiliki dan tentunya
membeli.
Hoed juga mendefinisikan iklan sebagai, “(1) berita pesanan (untuk
mendorong, membujuk) kepada khalayak ramai tentang benda dan jasa yang
18
Yuwono, Untung & T. Christomy. 2004. Semiotik Budaya Universitas Indonesia
Depok,: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Indonesia.h.96
19
E.K.M Masinabow, Rahayu s. Hidayat, Semiotik; Mengkaji Tanda dan Artifak, Balai
Pustaka, Jakarta, 2001, h.186
20
Ibid, h.187
22
ditawarkan; (2) pemberitauan kepada khalayak ramai mengenai barang dan jasa
yang dijual, dipasang di dalam media massa seperti surat kabar dan majalah.”21
Kesadaran salah satu tujuan utama dari pesan iklan yaitu segera bentuk
kesadaran pada kelompok pembaca yang terdiri dari para calon atau konsumen.
Suatu iklan kehilangan kesempatan berkomunikasi., kecuali iklan tersebut cukup
berpengaruh untuk menarik pembaca kepada pesan yang terkandung.22
3. Iklan sebagai Media Dakwah Islam
Media Dakwah Islam adalah peralatan yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi Dakwah Islam, pada zaman modern umpamanya: televisi,
radio, video, majalah, suratkabar dan melalui berbagai upaya mencari nafkah
dalam berbagai sektor kehidupan. 23 Dengan kata lain, media dakwah dapat
diartikan sebagai penunjang tercapainya tujuan.
Pemanfaatan media dalam kegiatan dakwah memungkinkan komunikasi
antara komunikator dan komunikan lebih dekat. Oleh karena itu eksistensi media
sangat penting dan menentukan keberhasilan berapapun tingkatannya.24
Dari sudut penyampaian, Media dakwah terbagi menjadi dua yaitu:
c. Sarana tidak langsung
Yang dimaksud sarana tidak langsung adalah hal-hal yang menyangkut
kesiapan seorang Da’I sebelum menyampaikan dakwahnya, diantaranya sikap
hati-hati dan senantiasa bertakwa kpada Allah SWT, meminta bantuan kepada
Allah SWT dan sesama demi kelancaran dakwahnya serta disiplin.
21
Ibid, h.186
Asep Samsul Romli, Jurnalistik Praktis, (Bandung: Rosdakarya,2000) h.130
23
Ibid, h. 165-166
24
M Bahri Ghazali, “Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah” (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya 1997) h.12
22
23
d. Sarana langsung
Adalah menyangkut tekhnik penyampaian (tabligh melalui perkataan,
perbuatan dan prilaku Da’I yang dijadikan teladan oleh orang lain sehingga
mereka tertarik kepada Islam.
Inti Dakwah Islam adalah penyampaian sesuatu atau lebih tepatnya
menyakinkan orang lain tentang sesuatu. Berarti sama dengan marketing yang
menjual produk. Dewasa ini Dakwah Islam berkembang seiring dengan
pertumbuhan media. Dakwah Islam yang disisipkan melalui iklan-iklan dengan
berbagai macam produk industri, makanan, pakaian, kosmetik dan segala macam
kebutuhan masyarakat sehari-hari. Pesan-pesan Dakwah Islam yang disisipkan
menggunakan simbol-simbol islam yang sudah dikenal umum oleh masyarakat.
Contohnya seperti:
a. Produk sarung atlas, suasana yang dihadirkan tentang shalat di masjid
pada saat lebaran dan sunatan.
b. Produk perbankan Bank Muamalat, menampilkan ceramah singkat
tentang riba.
Demikian betapa efektifnya media dalam menyebarkan pesan Dakwah
Islam dengan cara tersebut. sehingga perlu terus dikaji dan dikembangkan secara
cermat serta bagaimana agar pengiklanan suatu produk dikemas lebih baik hingga
dapat mencapai sasaran dan tujuan Dakwah Islam yang efektif.
24
4. Analisis Semiotik
Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning)
ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda. Konsep dasar ini
mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan symbol,
bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk nonverbal, teori yang menjelaskan bagaimana
tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara
umum, studi tentang tanda yang merujuk kepada semiotik.
Kata “semiotik” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang
berarti “tanda” atau seme, yang berarti “penafsir tanda”. Semiotik berakar dari
studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika. “Tanda” pada
masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menujuk pada adanya hal lain.
Contohnya, asap menandai adanya api.25
Jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak
memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti
(significant) dalam kaitannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang
menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan (signifie) sesuai dengan
konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan. Dalam penelitian sastra,
misalnya,
kerap
diperhatikan
hubungan
sintaksis
antara
tanda-tanda
(strukturalisme) dan hubungan antara tanda dan apa yang ditandakan (semantic).
Tanda terdapat dimana-mana: 'kata' adalah tanda, demikian pula gerak
isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Segala sesuatu dapat menjadi
tanda. Charles Sanders Pierce menegaskan bahwa manusia hanya dapat berfikir
melalui Media tanda, tanpa tanda manusia tidak dapat berkomunikasi.
25
Sudjiman, Panuti dan Aart van Zoest., Serba-serbi Semiotik (Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama 1992)h.vii
25
Sebuah teks seperti surat cinta, makalah, iklan, cerpen, puisi, pidato
presiden, poster politik, komik, kartun dan semua hal yang mungkin menjadi
“tanda” bisa dilihat dalam aktifitas penanda: yakni, suatu proses signifikasi yang
menggunakan tanda yang menghubungkan objek dan interpretasi. 26
Dalam definisi Saussure, semiologi merupakan “sebuah ilmu yang
mengkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat” dan, dengan demikian,
menjadi bagian disiplin psikologi. Tujuannya adalah untuk menunjukkan
bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya.
Para ahli semiotik Prancis tetap mempertahankan istilah semiologi yang
Saussurean ini di bidang-bidang kajiannya. Sementara, istilah semiotika atau
semiotik yang dimunculkan pada akhir abad ke-19 oleh filsuf aliran pragmatik
Amerika, Charles Sanders Pierce, merujuk kepada “doktrin formal tentang tandatanda”. Yang menjadi dasar dari semiotik adalah konsep tentang tanda: tak hanya
bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia
itu sendiri pun—sejauh terkait dengan pikiran manusia—seluruhnya terdiri atas
tanda-tanda karena jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa menjalin
hubungannya dengan realitas. Bahasa itu sendiri merupakan tanda yang paling
fundamental bagi manusia, sedangkan tanda-tanda nonverbal seperti gerak-gerik,
bentuk-bentuk pakaian, serta beraneka praktik sosial konvensional lainnya, dapat
dipandang sebagai sejenis bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang
dikomunikasikan berdasarkan relasi-relasi.
Proses komunikasi sering didefinisikan sebagai penerimaan isyarat—tidak
selalu harus tanda—dari suatu sumber melalui pemancar dan saluran ke tujuan.
26
Shobur, Alex. 2003. Semiotik Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya h.17
26
Dalam proses mesin ke mesin, misalnya, isyarat tidak mempunyai kemampuan
untuk memberi arti sampai ia dapat menentukan tujuan sub specie stimuli. Dalam
hal ini kita tidak memiliki signifikasi, tetapi memiliki saluran informasi.
Sebaliknya jika yang dituju manusia, “addressee”, asalkan isyarat yang diberikan
itu tidak hanya stimulus saja, tetapi juga menimbulkan respon interpretative bagi
orang yang dituju. Proses ini dimungkinkan oleh adanya kode.
Sumber atau pemancar itu tidak harus selalu manusia; yang penting
sumber itu memancarkan isyarat dengan cara yang dikenal oleh orang yang
ditujui.27 Proses berkomunikasi mempunyai bentuk dan tujuan yang berbeda pada
setiap komunitas.
Dalam komunikasi periklanan, ia tidak hanya menggunakan bahasa
sebagai alatnya, tetapi juga alat komunikasi lainnya seperti gambar, warna dan
bunyi. Iklan disampaikan melalui saluran media massa yaitu (1) media cetak
(surat kabar, majalah, brosur, dan papan iklan atau billboard) dan (2) media
elektronika (radio, televisi, film). Pengirim pesan adalah, misalnya, penjual
produk, sedangkan penerimanya adalah khalayak ramai yang menjadi sasaran.
Semiotik adalah teori dan analisis berbagai tanda (signs) dan pemaknaan
(signification).28
Semiotik adalah teori dan analisis berbagai tanda (signs) dan pemaknaan
(signification).29 Periklanan menjadi bidang penelitian Semiotik. Idealnya, ahli
periklanan itu melalukan proses bolak-balik: mencoba perangkat Semiotik
didalam bidangnya, kemudian memberi umpan balik kepada teori Semiotik.
Media cetak pada dasarnya merupakan media komunikasi yang mampu
mengadakan perubahan dalam masyarakat baik pola pikir maupun perilakunya.
Perkembangan media cetak telah mencuat kepermukaan, karena media salah satu
27
Sudjiman, Panuti dan Aart van Zoest. . 1992, Serba-serbi Semiotik PT Gramedia
Pustaka Utama
28
Aart van Zoest (1993).
29
Aart van Zoest (1993).
27
yang bisa diperoleh siapa saja yang membutuhkan. Penerapan media cetak dalam
berdakwah Islam berarti berdakwah Islam melalui tulisan maupun media gambar
agar lebih menyakinkan sasarannya.
Metode analisis semiotik iklan secara khusus telah dikembangkan oleh
berbagai ahlinya, misalnya oleh Gillian Dyer, Torben Vestergaard, dan Judith
Williamson. Mereka berpendapat bahwa dalam semiotik iklan terdapat tiga
dimensi yaitu (1) Objek, yang merupakan unsur-unsur tanda dari sebuah iklan, (2)
Konteks, yang merupakan lingkungan, makhluk atau apapun yang memberikan
tanda pada objek tersebut, dan (3) Teks, berupa tulisan yang memperkuat makna,
meskipun teks ini tidak selalu hadir dalam sebuah iklan.
Tabel 2.1
Metode Gillian Dyer, Torben Vestergaard, dan Judith Williamson.30
Entitas
Fungsi
Elemen
Tanda
Objek
Visual/Tulisan
Elemen tanda yang
merepresentasikan
objek atau produk
yang diiklankan
Signifier/Signified
Tanda Semiotik
Konteks
Visual/Tulisan
Elemen tanda yang
memberikan (atau
diberikan) konteks
dan makna pada
objek
yang
diiklankan
Signifier/Signified
Tanda Semiotik
Teks
Tulisan
Tanda linguistic
yang
berfungsi
memperjelas dan
menambatkan
makna
(anchoring)
Signified
Tanda Linguistik
Dalam skema tadi dapat dilihat, bahwa iklan merupakan suatu bentuk
permainan tanda, dan selalu bermain pada tiga elemen tanda tersebut, elemen
yang paling penting dalam semiotik iklan itu adalah konteks, “sebab lewat
konteks tersebutlah dapat dilihat berbagai persoalan gender, ideologi, kekerasan
symbol, lingkungan, konsumerisme, serta berbagai persoalan sosial lainnya yang
ada dibalik sebuah iklan.”31
Menurut Yasraf Amir Piliang mengenai elemen-elemen tanda adalah,
“Penggunaan metoda semiotik dalam penelitian desain harus didasarkan pada
pemahaman yang komprehensif mengenai elemen-elemen dasar semiotik. Elemen
30
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotik, Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Mana,
Jalasutra, Yogyakarta, 2003 h.263
31
Ibid, h.264
28
dasar dalam semiotik adalah tanda (penanda/petanda), Aksis tanda
(sintagma/sistem), tingkatan tanda (denotasi/konotasi), serta relasi tanda
(metafora/metonimi).”32
Pada elemen tanda antara penanda (signifier) dan petanda (signified) tidak
dapat dipisahkan penanda sebagai penjelas bentuk atau ekspresi dan petanda
sebagai penjelas konsep atau makna.
Gambar 2.1
Komponen Tanda33
Penanda + Petanda = Tanda
Pemikiran Saussure yang paling penting dalam konteks semiotik adalah
pandangannya mengenai tanda. Saussure meletakan tanda dalam konteks
komunikasi manusia dengan melakukan pemilihan antara apa yang disebut
signifier (penanda) dan signified (petanda).
Gambar 2.2
Elemen-elemen Makna Saussure34
Sign
Composed of
signification
Signifier (physical
existence of the sign)
meaning
Signified (metal
Concept)
Externalreality of
Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek
material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified
32
Ibid, h.257
Ibid, h.258
34
Alex Sobur, h.125
33
29
adalah gambaran mental yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa.
Hubungan antara kedua tanda dan konsep mental tersebut dinamakan
signification.
Kemudian pada elemen aksis tanda melibatkan apa yang disebut aturan
pengkombinasian (rule of combination), yang terdiri dari dua aksis yaitu aksis
paradigmatic yaitu perbendaharaan tanda atau kata serta sintagmatik yaitu cara
pemilihan dan pengkombinasian tanda-tanda, berdasarkan aturan atau kode
tertentu, sehingga dapat menghasilkan ekspresi bermakna.
Gambar 2.3
Aksis Tanda35
Sintagma
Paradigma
Berdasarkan aksis bahasa yang dikembangkan Saussure tersebut, Roland
Barthes mengembangkan sebuah model relasi antara apa yang disebut sistem,
yaitu perbendaharaan tanda (kata, visual, gambar, benda) dan sintagma, yaitu cara
pengkombinasian tanda berdasarkan aturan main tertentu. Barthes melukiskan
berbagai relasi di dalam berbagai sistem bahasa tersebut sebagai berikut:
35
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotik. h.260
30
Tabel 2.2
Gambaran “Barthes” mengenai Aksis Tanda36
Sistem
Sintagma
Sistem Garmen
Elemen-elemen pakaian Penjajaran
elemenyang tidak dapat dipakai elemen pakaian yang
sekaligus pada waktu berbeda di dalam satu
yang bersamaan: jas, setelah pakaian: jas-bajujaket, rompi
celana
Sistem Makanan
Elemen makanan yang Menu makanan
tidak lazim dimakan pada
waktu bersamaan: nasi,
lontong, kentang
Sistem Furniture
Beragam gaya untuk jenis Penjajaran furniture yang
furniture yang sama: berbeda di dalam ruangan
barok, rococo, art deco, yang sama: meja-kursiposmodern
sofa
Sistem Arsitektur
Beragam gaya untuk Detail
dari
seluruh
elemen arsitektur yang bangunan
sama: korintia, lonia,
mediterania
Roland Barthes juga mengembangkan dua tingkatan pertandaan yang
memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu
tingkat denotasi yang merupakan tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan
antara penanda dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang
menghasilkan eksplisit, langsung, dan pasti.
Kemudian tingkat konotasi yang merupakan tingkat pertandaan yang
menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda yang ada didalamnya
beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti (artinya
terbuka pada berbagai kemungkinan).
Bagan 2.1
Tingkatan Tanda dan Makna “Barthes”37
Tanda
36
37
Ibid, h. 260
Ibid, h.262
Denotasi
Konotasi (Kode)
Mitos
31
Selanjutnya relasi ada dua bentuk interaksi utama yang dikenal yaitu
metafora yang merupakan sebuah model interaksi tanda, yang didalamnya sebuah
tanda dari sebuah sistem yang lainnya. Dan metonimi yang merupakan interaksi
tanda, di dalamnya terdapat hubungan bagian dengan keseluruhan. Relasi antara
metafora dan metonimi banyak digunakan di dalam iklan sebagai figure of speech,
untuk menjelaskan makna-makna secara tidak langsung.
Perkembangan kajian semiotik sampai saat ini telah membedakan dua
jenis semiotik, yaitu semiotik komunikasi dan semiotik signifikasi. Pada semiotik
komunikasi bahwa jika seseorang melihat, mendengar sebuah iklan, yang
dirasakan adalah bahwa dia sedang berkomunikasi, agar kita membeli barang
yang dipromosikan tersebut, mempengaruhi orang untuk membeli suatu jasa atau
produk, untuk menciptakan respons perilaku di pasaran, membawa pesan yang
ingin disampaikan oleh produsen kepada khalayak ramai, dan tujuan yang
dimaksud dalam iklan yang sedang berkomunikasi itu adalah dalam jangka waktu
yang panjang.
Sedangkan semiotik signifikasi merupakan suatu bentuk analisis dimana
iklan itu memberikan tekanan pada pemahaman sebagai bagian dari proses
semiosis, yang terpenting dalam semiotik adalah interpretant. Pada iklan yang
ditinjau dari segi semiotik signifikasi ini biasanya pada periklanan yang lebih
bersifat persuasive. Sehingga pengiklan sangat memperhitungkan dampak
komunikasi periklanan yang direncanakan.dalam hal ini bisa disebut ghetok ular
dimana dalam proses pengiklan ini yang diharapkan dalam iklan adalah proses
semiotik yang berjalan terus.
32
B. Definisi Istilah Penelitian
Dakwah Islam
Dalam penelitian ini Dakwah Islam secara Istilah diartikan sebagai pesan ajaran
Islam yang diterapkan dalam proses penyiaran iklan Kosmetika Wardah seperti
busana muslimah, kerudung, halal dan aman.
Iklan
Dalam penelitian ini iklan yang digunakan adalah semua iklan Kosmetika Wardah
Iklan sebagai Media Dakwah Islam
Inti Dakwah Islam adalah penyampaian sesuatu atau lebih tepatnya menyakinkan
orang lain tentang sesuatu. Berarti sama dengan marketing yang menjual produk.
Dewasa ini Dakwah Islam berkembang seiring dengan pertumbuhan media.
Dakwah Islam yang disisipkan melalui iklan-iklan dengan berbagai macam
produk
industri, makanan, pakaian, kosmetik dan segala macam kebutuhan
masyarakat sehari-hari.
Analisis Semiotik
Iklan Kosmetika Wardah akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis
semiotik iklan secara khusus yang telah dikembangkan oleh Roland Barthes.
Denotasi dan Konotasi menurut Barthes
Denotasi menurut Barthes adalah makna yang dikenal secara umum
Konotasi menurut Barthes adalah makna baru yang diberikan oleh pemakai tanda
sesuai dengan keinginannya, latar belakang pengetahuannya, atau konvensi baru
yang ada dalam masyarakatnya.
33
C. Kerangka Pemikiran
Bagan 2.2
Pesan Dakwah Islam pada
Iklan
Majalah NooR
Iklan Kosmetika Wardah
Analisis Semiotik
Metode Roland Barthes
Denotasi
Konotasi
34
BAB III
SUBJEK PENELITIAN
A. Profil Majalah NooR
Berdirinya majalah NooR berawal dari pemikiran ketiga orang pencetus
ide, yakni Ibu Jetti Rosilla Hadi, Ibu Sri Artaria Alisjahbana dan Bapak Mario
Alisjahbana pada tahun 2002 menjelang tahun 2003, pada saat itu masyarakat
membutuhkan suatu bacaan yang mempunyai nilai-nilai budaya bangsa Indonesia
namun tetap sesuai dengan perkembangan zaman. Kedua, banyak majalah yang
beredar dan menjadikan perempuan hanya sebagai objek dari majalah yang
mengarah kepada proses pembodohan, hal tersebut juga memotivasi untuk
membuat suatu majalah khusus perempuan dimana perempuan-perempuan dapat
saling belajar dan berbagi. Pemikiran terakhir ialah keinginan untuk memasukkan
nilai-nilai Islam dalam suatu majalah, karena memang Islam merupakan agama
yang sangat berdasarkan pengetahuan yang terdapat dalam AlQur’an.1
Atas dasar pemikiran tersebut, majalah NooR terbit untuk pertama kali
pada bulan Mei 2003, yang dicetak sebanyak 15.000 eksemplar. Dalam hal
pemberian nama majalah, para pendiri menginginkan nama yang simple, mudah
diingat setiap orang khususnya pembaca, namun memiliki arti yang baik. Dan
akhirnya, diputuskanlah “NooR” sebagai nama majalah yang sesuai dengan
konsep awal. “NooR” yang dimaksud adalah Nuur dalam arti yang sebenarnya
yang memiliki makna cahaya. Jadi, pemberian nama “NooR” diharapkan agar
dapat memberikan cahaya bagi yang membacanya.2
1
2
Jetti Rosilla Hadi, Wawancara Ekslusif, Pemimpin Redaksi Majalah NooR
Ibid., Jetti Rosilla Hadi, Wawancara Ekslusif
35
Majalah NooR merupakan satu-satunya majalah yang tidak hanya memuat
unsur-unsur budaya tetapi juga memasukkan nilai-nilai Islam, yang ditertibkan
oleh group Pin Point Publications sebagai perusahaan besar. Kantor redaksi
majalah NooR berada di kawasan Industri Pulogadung, tepatnya di Jalan Rawa
Gelam I No. 4, Jakarta Timur.
Majalah yang memiliki motto “Yakin Cerdas Bergaya” mempunyai
keinginan untuk mengangkat citra perempuan Islam, yang sering dianggap
terbelakang, tidak berpendidikan, dan sebagainya. Majalah NooR yakin dengan
merujuk pada AlQur’an dan hadist dalam menyampaikan pesannya, akan
memiliki banyak pembaca dan juga banyak orang yang akan belajar tentang
Islam. Sebab, Islam itu merupakan rahmat bagi seluruh alam yang memiliki nilainilai universal dan berlaku untuk semua.
Mekanisme kerja majalah NooR dilakukan melalui rapat redaksi dan rapat
perencanaan, semua bagian mengikuti setiap rapat yang dilangsungkan untuk
memberikan ide-ide yang mereka miliki. Rapat redaksi diadakan sekali dalam satu
minggu yaitu setiap senin. Sedangkan rapat perencanaan yang dilakukan pada
awal tahun untuk menyusun dan membahas topik-topik yang akan diangkat
selama setahun.
Respon masyarakat Indonesia cukup baik pada awal majalah NooR terbit.
Apalagi untuk wilayah Indonesia bagian timur yang sangat antusias dengan
kehadiran majalah NooR.3 Sehingga majalah NooR berani untuk meningkatkan
jumlah produksi majalah dari 15.000 menjadi 20.000 eksemplar tiap bulannya.4
Segmentasi pembaca majalah NooR adalah perempuan (Muslim) yang berusia 253
4
Ibid., Jetti Rosilla Hadi, Wawancara Ekslusif
Ibid., Jetti Rosilla Hadi, Wawancara Ekslusif
36
45 tahun; berpendidikan akademik; status ekonomi sosial A dan B+ (kelas atas
dan menengah atas); selalu mengikuti perkembangan zaman; berkeluarga; aktif di
dunia profesi, organisasi sosial dan pengajian; menaruh perhatian pada agama dan
kesetaraan gender, dan memiliki keinginan untuk belajar tentang Islam.
Awalnya bagian sirkulasi majalah NooR adalah PT Obor Sarana Utama
yang mendistributorkan majalah NooR ke seluruh Indonesia, seperti wilayah
Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Jawa dan Bali., Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku dan Papua. Wilayah yang paling besar pemasarannya adalah
wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Namun kini sirkulasi majalah
NooR dipegang oleh PT. Dian Pasifik Komunikasi Utama.
Selain tampilan yang didesain menarik, karakteristik yang membedakan
majalah NooR dengan majalah yang lain adalah “Ruh”. Maksudnya “ruh” disini
adalah setiap tulisan yang terdapat di majalah NooR merujuk pada Al-Quran dan
Hadits, sehingga tulisan-tulisan tersebut memiliki ruh.
Tidak sedikit tulisan yang berasal dari luar (kontributor) yang dimuat di
Majalah NooR. Semua tulisan yang masuk ke Majalah NooR akan dibaca oleh
ahli agama yang memiliki background pesantren, lulusan sekolah di Mesir, dan
yang terpenting dari mereka adalah hafal Al-Quran dan Hadits. Sehingga, tulisan
yang ditampilkan di Majalah NooR dapat dipertanggungjawabkan.
a. Visi Misi Majalah NooR
1. Visi
Majalah untuk muslimah kosmopolitan yang dinamis, sehingga perempuan
dapat saling belajar dan berbagi untuk menjadi makhluk yang mulia.
37
2. Misi
Mengantarkan perempuan agar dapat tampil sebagai pribadi yang “Yakin
Cerdas Bergaya” serta concern terhadap agama dan moral.
b. Struktur Redaksi, Iklan dan Promosi Majalah NooR
Adapun struktur Majalah NooR saat ini adalah:
Pemimpin Perusahaan
: Mario Alisjahbana
Pemimpin Umum
: Sri Artaria Alisjahbana
Pemimpin Redaksi
: Jetti Rosila Hadi
Sekretaris
: Annisa Novalianidita
Redaktur Ahli
: Ratih Sanggarwati, Badriyah Fayumi, Ayu Isni K
Iklan
: Endah Retnosari
Promosi
: Chitra Savitri, Osep Rahmat
Redaksi
: Yudiana Tirta, Roos Farienna Rowi,
Ade Nur Saadah, Gita Wirasti
Kontributor
: Amelia Prihanto, Ade Aprilia
Artistik
: Mardi Santoso
Fotografer
: Ramsy
Direksi
: Mario Alisjahbana, Sri Artaria, Isson Khairul
38
B. Profile PT. Pusaka Tradisi Ibu (Kosmetika Wardah)
PT. Pusaka Tradisi Ibu5 (atau disingkat dengan nama PT. PTI) adalah
perusahaan multinasional yang bergerak dalam industri produk kosmetika dan
merupakan pelopor perusahaan kosmetik yang membawa label halal pada produk
yang dihasilkannya. PT. Pusaka Tradisi Ibu didirikan pada tanggal 28 Februari
1985 oleh pasangan suami istri Drs. H. Subakat Hadi, M.Sc dan Dra. Hj.
Nurhayati Subakat, Apt.
Pendirian perusahaan ini dilatarbelakangi oleh pendidikan dan pengalaman
kerja yang dimiliki oleh Drs. H. Subakat Hadi, M.Sc dan Dra. Hj. Nurhayati
Subakat, Apt pada bidang farmasi. Drs. H. Subakat Hadi, M.Sc seorang sarjana
kimia lulusan Institut Teknologi Bandung tahun 1972, sedangkan Dra. Hj.
Nurhayati Subakat, Apt adalah seorang sarjana farmasi lulusan perguruan tinggi
yang sama, lulus pada tahun 1975 dan memperoleh gelar Apoteker pada tahun
1976 dengan bekerja di Wella pada bagian pengendalian kualitas.
Di awal produksinya, PT. Pusaka Tradisi Ibu hanya memproduksi produk
perawatan rambut yang dikhususkan dipasarkan ke salon-salon. Pada tahun 1987
lahirlah merek dengan Ega. Seiring dengan perkembangan perusahaan, pada bulan
Desember 1990 PT. Pusaka Tradisi Ibu memutuskan untuk mendirikan pabrik di
kawasan industri Cibodas Tangerang. Lalu disusul lagi dengan pabrik lain di
kawasan industri Jatake Tangerang pada awal bulan Juli 2001. Sedangkan kantor
pemasarannya tetap di Jakarta.
Kemudian pada tahun 1993 PT. Pusaka Tradisi Ibu meluncurkan produk
perawatan rambut dan kulit dengan merek dagang Puteri yang ditujukan untuk
5
http://insansains.wordpress.com/2008/08/09/aku-dan-tempat-nafkahku-part-i/
39
keperluan sehari-hari. Rupanya merek ini mempunyai kesamaan nama dengan
salah satu produk kosmetik yang diproduksi oleh PT. Mustika Ratu. Dan perkara
ini telah dibawa ke ruang pengadilan dimana akhirnya PT. Pusaka Tradisi Ibu dan
PT. Mustika Ratu mencapai kesepakatan dimana PT. Pusaka Tradisi Ibu dapat
tetap menggunakan nama Puteri untuk salah satu produknya sementara PT.
Mustika Ratu menggunakan nama Puteri Mustika.
Pada tahun 1995, untuk memenuhi permintaan konsumen, PT. Pusaka
Tradisi Ibu meluncurkan produk kosmetik halal untuk umat Islam dengan merek
dagang Wardah yang kemudian disusul oleh peluncuran Zahra, Camilla, Fadila
dan Muntaz yang dipasarkan melalui distributor Multilevel Marketing (MLM).
Saat ini kantor cabang untuk produk Wardah sendiri telah tersebar di beberapa
kota besar di Indonesia, termasuk distributor di Malaysia dan Dubai (insyaAllah).
Saat ini PT. Pusaka Tradisi Ibu selain memasarkan produknya sendiri, juga
sebagai contract manufacturer yang memberikan jasa pembuatan kosmetika dan
toiletries bagi perusahaan-perusahaan lain.
40
Gambar 3.1 Iklan Kosmetika Wardah Versi Pertama
Gambar 3.2 Iklan Kosmetika Wardah Versi Kedua
41
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisis Makna Denotasi dan Konotasi
1. Iklan Kosmetika Wardah versi Pertama
a. Denotasi
Dalam majalah NooR yang menjadi objek penelitian adalah iklan
Kosmetika Wardah. Gambar-gambar yang terdapat pada iklan tersebut berupa:
a.
Gambar pertama background bunga mawar yang mekar (simbol)
b.
Seorang selebriti wanita muslimah yang bernama Inneke Koesherawati
(ikon)
c.
Warna background iklan peach dan putih
42
Iklan yang pertama ini mempunyai dasar warna putih dan peach dengan
gambar wanita cantik yang mengenakan kerudung dan berpakaian tertutup dengan
kalimat “WARDAH BEAUTY CONCEPT, Kosmetika halal dan aman, karena
kami yakin bahwa kosmetik adalah untuk jiwa dan tubuh. Kami mengerti setiap
impian wanita, oleh karena itu tim ahli kami mengembangkan kosmetik yang tidak
hanya mempercantik tetapi juga merawat diri kita. Wardah mendorong setiap
wanita untuk percaya akan diri mereka sendiri, dan peduli kepada sesama.
Beberapa orang melihatnya sebagai suatu kecantikan, kami menyebutnya
kecantikan yang menginspirasi”.
Kalimat yang digunakan pada iklan pertama ini menjadi awal dari iklan
yang kedua sebagai ajakan pada konsumen secara halus dan tidak menggurui.
Pada kalimat pertamanya, wardah dalam bahasa arab yang berarti bunga mawar,
beauty dalam bahasa inggris yang berarti cantik, serta concept dalam bahasa
inggris adalah konsep. bahwa kecantikan tidak hanya nampak diluarnya tetapi
juga kecantikan dari dalam (inner beauty), Kosmetika halal dan aman, karena
kami yakin bahwa kosmetik adalah untuk jiwa dan tubuh, Kami mengerti setiap
impian wanita, oleh karena itu tim ahli kami mengembangkan kosmetik yang tidak
hanya mempercantik tetapi juga merawat diri kita. menawarkan produk
kosmetika yang halal dan aman karena telah lulus uji sertifikasi kehalalannya.
Pada kalimat selanjutnya Wardah mendorong setiap wanita untuk percaya akan
diri mereka sendiri, dan peduli kepada sesama. Beberapa orang melihatnya
sebagai suatu kecantikan, kami menyebutnya kecantikan yang menginspirasi,
kalimat ini mengingatkan kita akan kepedulian kepada sesama, karena menurut
43
beberapa orang hal ini yang merupakan suatu kecantikan dari dalam diri (inner
beauty).
b. Konotasi
Konotasi pada iklan ini akan diteliti pergambar:
Gambar pertama, bunga mawar yang mekar berada pada background. Sesuai
dengan objek diatas bahwa bunga mawar dikatakan sebagai simbol. Bunga
biasanya diartikan atau lebih sering diibaratkan sebagai wanita yang anggun.
Bunga mawar adalah simbol dari arti nama wardah.
Gambar kedua, Seorang selebriti wanita muslimah yang bernama Inneke
Koesherawati mengenakan kerudung sebagai ikonnya.
Warna peach dan putih yang merupakan warna dasar atas background dari
iklan. Warna Peach melambangkan pertemanan dan persaudaraan, Warna putih
berarti kesucian. Dari kedua warna yang terdapat pada iklan diartikan sebagai
kepedulian kepada sesama. Iklan ini termasuk pada iklan komersil yang tidak
hanya menawarkan para wanita muslimah untuk menggunakan kosmetika yang
halal yaitu wardah tetapi juga memiliki pesan Dakwah Islam, agar wanita
muslimah yang berkerudung dapat berpenampilan cantik, menarik namun tidak
melanggar syariat ajaran agama Islam. Gambar yang digunakan pada iklan ini
adalah seorang selebriti wanita muslimah yang bernama Inneke Koesherawati.
Bahasa gambar yang terdapat pada iklan menunjukkan bahwa wanita muslimah
yang berkerudung dapat berpenampilan cantik, menarik namun tidak melanggar
syariat ajaran agama Islam jika menggunakan kosmetika yang halal yakni
Wardah.
44
Kesimpulan dari keseluruhan iklan pertama ini adalah wanita muslimah
dapat menggunakan kosmetika yang halal untuk mempercantik dirinya, dan tidak
hanya mempercantik dari luarnya saja tetapi dalam jiwa dan tubuhnya serta
menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama.
2. Iklan Kosmetika Wardah versi Kedua
a. Denotasi
Tidak berbeda jauh dengan iklan versi pertama,. Gambar-gambar yang
terdapat pada iklan Kosmetika Wardah tersebut berupa:
a.
Gambar pertama background bunga mawar yang mekar (simbol)
b.
Seorang selebriti wanita muslimah yang bernama Inneke Koesherawati
(ikon)
c.
Gambar ketiga adalah gambar dua lipstik,
45
d.
Warna background iklan peach dan putih, warna tempat lipstik hijau dan
warna lipstiknya merah.
Pada iklan ini terdapat teks yang berupa tulisan untuk memperkuat makna
dari gambar tersebut. Teks atau tulisan yang digunakan adalah “Cantik sempurna
dengan kosmetik halal” Colour for your lips pastikan yang halal untuk kecantikan
yang sempurna dan bibir sehat berkilau. Dengan kandungan Jojoba Oil,
Squalane & vitamin E untuk melembabkan bibir. Tersedia dalam berbagai warna
untuk berbagai kesempatan. Kalimat ini merupakan penjelasan bahwa bahan
yang terkandung pada produk kosmetika wardah telah dinyatakan lulus
kehalalannya, Hal ini diperkuat adanya label halal dari LP POM MUI
Pada iklan Wardah versi kedua ini, tidak berbeda jauh, hanya penambahan
gambar lipstik dengan teks yang berbeda, sama seperti iklan yang pertama bahwa
Iklan ini termasuk pada iklan komersil yang tidak hanya menawarkan para wanita
muslimah untuk menggunakan kosmetika yang halal dan aman yaitu wardah
tetapi juga memiliki pesan Dakwah Islam, agar wanita muslimah yang
berkerudung dapat berpenampilan cantik, menarik namun tidak melanggar syariat
ajaran agama Islam. Gambar yang digunakan pada iklan ini adalah seorang
selebriti wanita muslimah yang bernama Inneke Koesherawati. Bahasa gambar
yang terdapat pada iklan menunjukkan bahwa wanita muslimah yang berkerudung
dapat berpenampilan cantik, menarik namun tidak melanggar syariat ajaran agama
Islam jika menggunakan kosmetika yang halal yakni Wardah.
46
b. Konotasi
Konotasi pada iklan ini akan diteliti pergambar:
Gambar pertama, bunga mawar yang mekar berada pada background. Sesuai
dengan objek diatas bahwa bunga mawar dikatakan sebagai simbol. Bunga
biasanya diartikan atau lebih sering diibaratkan sebagai wanita yang anggun.
Bunga mawar adalah simbol cinta dan diambil dari bahasa arab wardah yakni
bunga mawar.
Gambar kedua, seorang selebriti wanita muslimah yang bernama Inneke
Koesherawati mengenakan kerudung sebagai ikonnya.
Gambar ketiga, gambar dua lipstik, yang dipromosikan yakni Exclusive
Lipstick yang merupakan salah satu produk kosmetika yang halal dan aman.
Warna peach dan putih yang merupakan warna dasar atas background dari
iklan. Warna Peach melambang pertemanan dan persaudaraan. Warna putih
berarti kesucian. Dari kedua warna yang terdapat pada iklan diartikan sebagai
kepedulian kepada sesama.
B. Kandungan Pesan Dakwah Islam pada Iklan
Pada iklan versi Pertama terdapat teks yang berupa tulisan untuk
memperkuat makna dari gambar tersebut. Teks atau tulisan yang digunakan
adalah “WARDAH BEAUTY CONCEPT, Kosmetika halal dan aman, karena kami
yakin bahwa kosmetik adalah untuk jiwa dan tubuh. Kami mengerti setiap impian
wanita, oleh karena itu tim ahli kami mengembangkan kosmetik yang tidak hanya
mempercantik tetapi juga merawat diri kita. Wardah mendorong setiap wanita
untuk percaya akan diri mereka sendiri, dan peduli kepada sesama. Beberapa
orang melihatnya sebagai suatu kecantikan, kami menyebutnya kecantikan yang
47
menginspirasi”. Kalimat yang digunakan pada iklan pertama ini menjadi awal
dari iklan yang kedua sebagai ajakan pada konsumen secara halus dan tidak
menggurui. Pada kalimat pertamanya, wardah dalam bahasa arab yang berarti
bunga mawar, beauty dalam bahasa inggris yang berarti cantik, serta concept
dalam bahasa inggris adalah konsep. bahwa kecantikan tidak hanya nampak
diluarnya tetapi juga kecantikan dari dalam (inner beauty), Kosmetika halal dan
aman, karena kami yakin bahwa kosmetik adalah untuk jiwa dan tubuh, Kami
mengerti setiap impian wanita, oleh karena itu tim ahli kami mengembangkan
kosmetik yang tidak hanya mempercantik tetapi juga merawat diri kita.
menawarkan produk kosmetika yang halal dan aman karena telah lulus uji
sertifikasi kehalalannya. Pada kalimat selanjutnya : Wardah mendorong setiap
wanita untuk percaya akan diri mereka sendiri, dan peduli kepada sesama.
Beberapa orang melihatnya sebagai suatu kecantikan, kami menyebutnya
kecantikan yang menginspirasi, kalimat ini mengingatkan kita akan kepedulian
kepada sesama, karena menurut beberapa orang hal ini yang merupakan suatu
kecantikan dari dalam diri (inner beauty).
Pada iklan Kosmetika Wardah versi Kedua terdapat teks yang berupa
tulisan untuk memperkuat makna dari gambar tersebut. Teks atau tulisan yang
digunakan adalah “Cantik sempurna dengan kosmetik halal” Colour for your lips
pastikan yang halal untuk kecantikan yang sempurna dan bibir sehat berkilau.
Dengan kandungan Jojoba Oil, Squalane & vitamin E untuk melembabkan bibir.
Tersedia dalam berbagai warna untuk berbagai kesempatan. Kalimat ini
merupakan penjelasan bahwa bahan yang terkandung pada produk Kosmetika
48
Wardah telah dinyatakan lulus kehalalannya, Hal ini diperkuat adanya label halal
dari LP POM MUI.
Pesan Dakwah Islam pada Iklan Kosmetika Wardah dalam Majalah NooR
terlihat pada pemuatan Iklan Kosmetika Wardah pada media cetak khususnya
pada Majalah NooR tujuannya yaitu sebagai syiar Islam. Dan iklan Kosmetika
Wardah ini ingin menolong agar para muslimah dapat hidup sehat, aktif, dan tetap
berpegang pada ajaran Islam seperti keindahan, kesehatan, kebersihan tanpa
melupakan kaidah-kaidah Islam. Bahwa Islam menyukai keindahan, Islam
menyuruh kita menjaga kesehatan, Islam menyuruh kita untuk bersyukur atas apa
yang Allah berikan. Wardah termasuk yang seperti itu yaitu mengajak agar Anda
dapat berpenampilan menarik, sehat dan bersih. Tujuannya agar muslimah dapat
berdakwah yaitu mengajak orang lain untuk lebih memahami Islam.
Iklan-iklan Kosmetika Wardah versi pertama dan kedua, terlepas dari
sejauh mana menginterpretasikan, kita dapat memahami dan memaknai iklaniklan majalah tersebut. Dalam bidang semiotik atau ilmu tanda, para ahli telah
menemukan berbagai cara untuk memahami suatu teks. Dengan teks dapat
ditemukan ideologi yang jelas untuk meneliti konotasi-konotasi yang terdapat
didalamnya. Iklan Kosmetika Wardah pada media cetak terutama majalah ini
menggunakan kata-kata yang menawarkan/ menganjurkan kepada para wanita
muslimah untuk berpenampilan menarik, tetapi tidak melanggar ajaran agama
Islam.
Dari penjelasan tersebut di atas dapat kita ketahui bahwa pada iklan
Kosmetika Wardah dalam Majalah NooR terdapat pesan Dakwah Islam yaitu
mengajak para wanita muslimah untuk berpenampilan sebaik mungkin dengan
49
menggunakan busana muslimah sebagai identitas keislaman seseorang dan
sebagai kewajiban dalam memenuhi ajaran agama Islam.
Sebagaimana terdapat dalam Al Qur’an surat al-Ahzab ayat 59 yang
artinya: ” Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isteri orang mu’min:” Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Selain itu, dalam iklan Kosmetika Wardah terdapat ajakan untuk
menggunakan produk-produk kosmetika yang terbuat dari bahan-bahan yang baik
dan dihalalkan dalam ajaran Islam.
Seperti yang tertulis dalam Al Qur’an surat al Maa-idah ayat 88 yang
artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadaNya” (QS 5:88)
Tidak hanya makanan yang dapat dikonsumsi, tetapi kita juga dapat
‘mengkonsumsi’ kosmetik, karena kosmetik merupakan produk yang mencakup
produk kebersihan dan perawatan tubuh, serta produk dekoratif seperti make up.
Berbeda dengan makanan, kebanyakan produk kosmetika tidak dikonsumsi
dengan cara ditelan kedalam tubuh, melainkan dioleskan dipermukaan kulit. Bila
bahan pembentuk kosmetika yang digunakan merupakan bahan yang tidak halal,
maka sifat menggunakan bahan tersebut menjadi najis. Sementara produk lipstick
50
yang mengandung bahan dasar yang tidak halal maka sifat mengkonsumsinya
menjadi haram, karena ada resiko tertelan. 1
Pesan Dakwah Islam pada Gambar dan Teks Iklan Kosmetika Wardah
dalam Majalah NooR, Iklan Kosmetika Wardah termasuk dalam iklan komersil
yang tidak hanya menawarkan para wanita muslimah untuk menggunakan
kosmetika yang halal yaitu Kosmetika Wardah tetapi juga karena memiliki pesan
Dakwah Islam.
Pesan Dakwah Islam yang ingin ditampilkan pada iklan Kosmetika
Wardah yaitu agar wanita muslimah yang berkerudung dapat berpenampilan
cantik, menarik namun tidak melanggar syariat ajaran agama Islam. Iklan ini
menggunakan gambar seorang selebriti wanita muslimah yang bernama Inneke
Koesherawati. Bahasa gambar yang terdapat pada iklan menunjukkan bahwa
wanita muslimah yang berkerudung dapat berpenampilan cantik, menarik namun
tidak melanggar syariat ajaran agama Islam jika menggunakan kosmetika yang
halal yakni Wardah.
Makna dan dampak sosial tertentu sebagai simbol pesan dakwah Islam
pada iklan Kosmetika Wardah di masyarakat yaitu bertujuan mencari keselamatan
dunia akhirat dan agar wanita menjadi bersyukur kepada Allah serta
menjembatani kedua hal itu, yaitu antara kepentingan dunia dan akhirat.
Perempuan bisa akfif dalam berkarir namun tetap mengingat akhirat, bukan untuk
membuat perempuan menjadi sombong atau riya. Wardah berusaha untuk
menjadikan wanita muslimah yang cerdas, aktif, namun tetap dalam koridor
syariat Islam.
Hasil wawancara Amelia Prihanto (penulis Muslimah’s Best Make up) untuk majalah
NooR dengan DR. Ir. Anton Apriyantono, Menteri Pertanian kabinet Indonesia Bersatu Presiden
SBY, mantan Auditor Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika –LPPOM-MUI
51
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemuatan Iklan Kosmetika Wardah dalam majalah NooR adalah
termasuk dalam iklan komersil yang tidak hanya menawarkan para wanita
muslimah untuk menggunakan kosmetika yang halal yaitu Kosmetika Wardah,
tetapi juga memiliki pesan Dakwah Islam. Pesan Dakwah Islam yang ingin
ditampilkan oleh Kosmetika Wardah dalam Majalah NooR yaitu agar wanita
muslimah yang berkerudung dapat berpenampilan cantik dan menarik namun
tidak melanggar syariat ajaran agama Islam.
Pesan dakwah Islam yang ditampilkan yaitu berupa gambar seorang
selebriti wanita muslimah yang menggunakan busana jilbab dan memakai produk
Kosmetika Wardah. Bahasa gambar yang terdapat pada iklan menunjukkan bahwa
wanita muslimah yang berkerudung dapat berpenampilan cantik, menarik namun
tidak melanggar syariat ajaran agama Islam jika menggunakan kosmetika yang
halal yakni Wardah.
Kesimpulan dari keseluruhan iklan Kosmetika Wardah adalah dari
beauty concept menjadi inspiring beauty dan wanita muslimah dapat
menggunakan kosmetika yang halal untuk mempercantik dirinya, dan tidak hanya
mempercantik dari luarnya saja tetapi dalam jiwa dan tubuhnya serta
menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama.
52
Makna dan dampak sosial tertentu sebagai simbol pesan dakwah Islam
pada iklan Kosmetika Wardah di masyarakat yaitu bertujuan mencari keselamatan
dunia akhirat dan agar wanita menjadi bersyukur kepada Allah serta
menjembatani kedua hal itu, yaitu antara kepentingan dunia dan akhirat.
Perempuan bisa aktif dalam berkarir namun tetap mengingat akhirat, bukan untuk
membuat perempuan menjadi sombong atau riya. Wardah berusaha untuk
menjadikan wanita muslimah yang cerdas, aktif, namun tetap dalam koridor
syariat Islam.
B. Saran
Dalam penelitian ini, penulis memberikan saran dalam pemuatan iklan
pada media cetak sebaiknya yang sesuai dengan nilai-nilai syariat Islam yaitu
dengan menjalankan kaidah-kaidah sesuai dengan pesan Dakwah Islam. Seperti
halnya pemuatan Iklan Kosmetika Wardah dalam majalah NooR, iklan komersil
yang tidak hanya menawarkan para wanita muslimah untuk menggunakan
kosmetika yang halal yaitu Kosmetika Wardah, tetapi juga memiliki pesan
Dakwah Islam. Pesan Dakwah Islam yang ingin ditampilkan oleh Kosmetika
Wardah dalam Majalah NooR yaitu agar wanita muslimah yang berkerudung
dapat berpenampilan cantik, menarik dan terlihat anggun namun tidak melanggar
syariat ajaran agama Islam.
Bagi para pengguna produk-produk kecantikan khususnya para wanita
muslimah agar dapat menggunakan kosmetika yang halal untuk mempercantik
dirinya, tidak hanya dari luar namun juga dapat menumbuhkan kecantikan dari
dalam jiwa dan tubuhnya (inner beauty), yaitu berupa ketakwaan dan ketaatan
dalam menjalankan syariat Islam, karena hal tersebut merupakan nilai ajaran
Islam yang paling utama.
53
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Aceng. Press Relations: Kiat berhubungan Media Massa, Remaja
Rosdakarya. Bandung. 2001
Ardana, Sutiman Eka. Jurnalistik Dakwah Islam. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
1995.
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara. Cet. Ke-1. Jakarta. 1991.
Bachtiar, Wardi. Methodologi Penelitian Ilmu Dakwah Islam. Logos. Cet. ke-11.
Jakarta. 1997.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka. Jakarta. 1999.
Effendi, Onong U. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. PT. Remaja Rosdakarya,
Cet.ke-20. Bandung. 1994.
Effendi, Onong U. Kamus Komunikasi. CV. Mandar. Bandung, 1999.
Hamzah Yakub, Publistik Islam: Teknik Dakwah Islam dan Leadership CV
Diponogoro. Bandung. 1983.
Hasanuddin. Manajemen Dakwah. UIN Jakarta Press. Jakarta. 2005.
Masinabow, E.K.M. , Rahayu s. Hidayat, Semiotik; Mengkaji Tanda dan Artifak,
Balai Pustaka. Jakarta. 2001.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu SosialLainny., P.T Remaja Rosdakarya. Bandung.
2002.
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. 2007.
Piliang, Yasraf Amir Hipersemiotik, Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Mana,
Jalasutra. Yogyakarta. 2003.
Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung. 2000.
Romli, Asep Samsul. Jurnalistik Praktis. Rosdakarya. Bandung. 2000.
54
Sasono, Adi, et, al., Solusi Islam atas Problematika Umat, (Ekonomi. Pendidikan
dan Dakwah Islam). Gema Insani Press. Cet. Ke-1. Jakarta. 1998.
Shobur, Alex. 2003. Semiotik Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya h.17
Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, Analisis Framing. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
2004.
Sudjiman, Panuti dan Aart van Zoest. . 1992, Serba-serbi Semiotik PT Gramedia
Pustaka Utama
Sukandarrunidi, Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis untuk pemula, Gadjah
Mada Univesity Press, Yogyakarta. 2002.
Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Al-Ikhlas. Cet. ke-1
Surabaya. 1983.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah Islam. Gaya Media Pratama. Cet. ke-1.
Jakarta. 1997.
Vardiansyah, Dani. Pengantar Ilmu Komunikasi Ghalia Indonesia. Bogor. 2004.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Yayasan Penyelenggara Penafsiran AlQur’an. Jakarta. 1973.
Yuwono, Untung & T. Christomy. 2004. Semiotik Budaya Universitas Indonesia
Depok,: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset
dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia.
WAWANCARA PRIBADI
Narasumber
: Jetti Rosila Hadi
Jabatan
: Pemimpin Redaksi Majalah
Tempat/tanggal
: Ruang Rektorat Kampus Tercinta IISIP / 12 Juni 2010
Tanya : Apa yang melatarbelakangi pemuatan Iklan Kosmetika Wardah pada media cetak khususnya
pada majalah NooR?
Jawab :Majalah NooR adalah majalah syiar Islam untuk perempuan Indonesia umumnya, muslimah
khususnya. Untuk bisa belajar dan berbagi tentang ajaran agama yang kita pilih dan inilah
medianya maka mottonya “Yakin Cerdas Bergaya”. Kita yakin apa yang kita pilih, dan agar
orang mau belajar, disiapkan medianya yaitu majalah NooR. Majalah NooR berisi syiar Islam
yang komunikatif, bahasanya sederhana dan mudah dicerna, dan menggunakan bahasa yang
populer agar pesannnya sampai. Majalah NooR dari halaman depan sampai belakang berisi
syiar Islam. Jika ada iklan disitu, itu juga hanya iklan yang tujuannya syiar Islam. Dan pada iklan
Kosmetika Wardah kami tahu persis pemiliknya, dan menurut kami iklan Kosmetika Wardah ini
ingin menolong agar para muslimah dapat hidup sehat, aktif, dan tetap berpegang pada ajaran
Islam seperti keindahan, kesehatan, kebersihan tanpa melupakan kaidah-kaidah Islam. Bahwa
Islam menyukai keindahan, Islam menyuruh kita menjaga kesehatan, Islam menyuruh kita untuk
bersyukur atas apa yang Allah berikan. Wardah termasuk yang seperti itu yaitu mengajak agar
Anda dapat berpenampilan menarik, sehat dan bersih. Tujuannya agar muslimah dapat berdakwah
yaitu mengajak orang lain untuk lebih memahami Islam.
Tanya : Bagaimana menurut pandangan dari media cetak (khususnya) Majalah NooR mengenai iklan
Kosmetika Wardah yang menggunakan seorang model artis Inneke Koesherawati sebagai ikon?
Apakah hal tersebut memiliki dampak khusus?
Jawab : Saya tidak tahu mengenai itu karena Wardah yang mempunyai konsep, namun kami pun pernah
menggunakan Inneke sebagai cover. Kita ingin menyampaikan pesan yaitu bagaimana agar orang
mau mendengarkan. Kita tidak memaksakan tapi kita berusaha untuk mengerti. Sehingga
diperlukan seorang public figure namun kalau Majalah NooR mempunyai syarat-syarat tertentu,
artis, muslimah yang memilih untuk mengenakan jilbab dan bisa menjadi inspirasi untuk
muslimah yang lain, hal ini tetap berpegang pada ajaran Islam. Seperti mengenakan busana
muslimah yang baik. Inneke memenuhi kriteria tersebut. Dia adalah seorang perempuan
muslimah yang mau berubah menuju kebaikan. Inneke itu menyambut hidayah Allah bukan
menunggu. Ikon Inneke sangat berpengaruh karena sebagai public figure dapat menjadi teladan
bagi masyarakat.
Tanya : Produk iklan apa saja yang dimuat pada Majalah NooR yang menggunakan Inneke
Koesherawati sebagai model iklannya?
Jawab : Selain Wardah, ada Shampo Sunsilk. Tapi ini menarik karena Sunsilk adalah produk untuk
rambut. Untuk iklan pada majalah NooR ada dua kriteria yang menjadi pedoman yaitu produk
yang halal dan thoyib (baik). Pada implementasinya mereka tidak hanya wajib menyajikan iklan
produk yang halal namun juga harus yang baik. Kita tidak akan menerima iklan yang hanya halal
namun penyajian iklannya tidak baik. Iklan Shampo Sunsilk sangat cerdas dalam menyajikan
iklan dengan pemilihan ikon iklan yaitu Inneke yang berjilbab. Pemilihan warnanya yang hijau
dan momentnya menjelang Ramadhan menjadi sangat tepat.
Tanya : Apakah produk Kosmetika Wardah ini telah lulus uji keamanan dan kehalalannya?
Jawab : Wardah menyatakan bahwa produknya halal dan ada penjelasan langsung dari owner-nya sendiri
sehingga kami dapat mempercayainya.
Tanya : Bagaimana cara mengetahui bahwa produk Kosmetika Wardah ini aman dan halal?
Jawab : Majalah NooR itu harus yakin dan cerdas, kami selalu menanyakan hal itu. Setiap ada pertemuan
dengan Wardah ditanyakan apakah komposisi sudah halal sesuai dengan syariat Islam. Dapat
dikatakan aman karena orang-orang di Wardah sudah memahami Islam dengan baik.
Tanya : Bagaimana menurut pandangan media cetak (khususnya) Majalah NooR mengenai landasan
dalam pembuatan Iklan Kosmetika Wardah?
Jawab :Tujuan kita melakukan amal di dunia adalah untuk tujuan akhirat. Berdakwah jika mereka
memilih Kosmetika Wardah, tetapi kalau saya memilih berdakwah melalui majalah NooR,
Sehingga dalam kita berinteraksi di dunia ada ukuran-ukuran standar kelayakan. Wardah sangat
cerdas dalam menyampaikan pesan-pesan Islam. Wardah tidak menyampaikan pesan agar
menjadi cantik hanya untuk kepentingan dunia, namun menjadikan wanita muslimah sebagai
wanita yang memahami Islam.
Download