Hubungan Kejadian Syok Kardiogenik dengan Anestesi LokalRegional dan Implantasi Alat Bantu Ventrikel Kiri Abstrak Subjek penelitian adalah laki-laki sehat 53 tahun dengan syok kardiogenik yang mendapatkan bupivacaine-lidocaine-epinephrine sebagai anestesi lokal-regional untuk program operasi elektif untuk pembedahan bahu. Penanganan pasien dengan intubasi, resusitasi, dan setelah ditransport ke Rumah Sakit terdekat telah dilakukan: echocardiography menunjukkan disfungsi biventrikel, kateter kardiak menunjukkan arteri koroner normal. Melalui pemasangan balon pompa intra-aorta dan obat-obatan vasoaktif intra vena, pasien ditanggulangi kondisi syoknya. Stabilisasi tercapai dengan bypass kardiopulmonar dan pemasangan Left Ventricular Assist Device (LVAD). Setelah 24 jam kemudian fungsi jantung berhasil ternormalkan dan LVAD dilepas. Pasien dipantau selama 5 hari dan dipantau kembali kenormalan fungsi jantungnya setelah 3 tahun pasca operasi. Pendahuluan Blok nervus untuk bedah bahu adalah tindakan yang biasa dilakukan diantara dokter anestesi dan dokter bedah orthopedi. Meskipun komplikasinya tidak biasa, dan yang paling membahayakan nyawa adalah kardiotoksik alami. Kebergantungan pada agen-agen pengobatan tertentu efekefeknya mungkin sebentar atau terkadang mungkin masih berefek dalam jangka lama dan dapat bermanfaat pada proses resusitasi. Kasus pada laki-laki 53 tahun yang menderita syok kardiogenik akut selama pemberian lokal-regional anestesi yang biasa diberikan pada pasien-pasien bedah bahu yang diprogramkan operasi elektif. Pada situasi emergensi, bypass kadiopulmoner dan penempatan LVAD adalah amat penting sebagai terapi penyelamatan dan jembatan menuju pemulihan miokardial. Ringkasan Klinis Laki-laki sehat berusia 53 tahun datang dengan nyeri bahu dan diprogramkan dioperasi elektif untuk bedah artroskopi. Riwayat kesehatan dan pembedahan terakhir menunjukkan bahwa pasien mempunyai riwayat hipertensi, pankreatitis, gastro-esofageal reflux disease (GERD), penyakit lymphoma, dan appendectomy. Pasien adalah seorang perokok dan mempunyai kebiasaan minumminuman keras. Pasien sering mengkonsumsi omeprazol dan pansoprazol. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat-obatan atau jenis makanan lainnya. Pada bangsal pusat bedah, pasien ditempatkan dengan posisi duduk dan bersiap untuk perlakuan blok nervus. Monitoring rutin mencakup EKG, oksimetri dan pengukur pulsasi, serta pengukur tensi. Hasil dari vital sign: normothermia, TD 129/75 mmHg, N 61 x/m, RR 16 x/m. Pemberian 0,5% Marcaine dan 1,5% lidocaine dengan epinephrine (1: 200.000) masih menjadi teknik terapi standar. Singkatnya, setelah pemberian terapi standar, pasien menjadi takikardi dan hipertensi, lalu pasien diberi beta-bloker, labetalol. Kemudian pasien menjadi hipotensi dan menunjukkan tandatanda kongesti paru. Pasien lalu diintubasi dan diberikan obat-obatan vasoaktif, seperti norepinephrine dan epinephrine. Irama jantung menjadi ventrikuler takikardi dan berdegenerasi menjadi ventrikular fibrilasi, sehingga diberi resusitasi kardiopulmoner, dan diberi defibrilasi elektrik- Advanced Cardiac Life Support (ACLS). Lalu pasien dirujuk ke Rumah Sakit terdekat, dan melalui pemeriksaan echocardiography menunjukkan kegawatan disfungsi global. Kateterisasi jantung emergensi menunjukkan anatomi koroner yang normal, pompa balon intra-aorta dipasang, kemudian pasien diberi dopamine dosis tinggi, lalu diberi noreponephrine drip. Tanpa ada penambahan obat-obatan tertentu seperti pada kondisi syok. Usulan pembedahan jantung sudah dikonsultasikan dan pasien akan segera dipindahkan ke ruang operasi bila kondisinya memburuk. Bypass cardiopulmoner akan dilakukan melalui prosedur sternotomy media. Jantung tampak distensi dengan kegawatan kegagalan biventrikuler. Abiomed AB 5000 LVAD dipasang. Restorasi terhadap hemodinamik diobservasi sesegera mungkin dengan mengurangi bebannya melalui obat-obatan vasoaktif yang diberikan via infus. Jantung bagaimanapun beresiko mengalami kegawatan disfungsi. Sternum dibuka melalui sebelah kiri untuk menghindari kompresi pada ventrikel kiri, VAC digunakan untuk melindungi kanul LVAD dan menyediakan barier steril pada mediastinum. Pasien dikirim ke pusat perawatan quaternary untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Pada hari berikutnya, persiapan dilakukan untuk penutupan sternum. Pada ruang operasi, VAC diangkat dan jantung diperiksa. Penemuan yang paling penting menunjukkan evaluasi TEE untuk penilaian fungsi biventrikular menunjukkan kondisi normal. LVAD berjalan lancar dan akhirnya diangkat. Penutupan sternum akhirnya selesai dilakukan. Pasien masih dirawat dan diawasi 6 hari pasca operasi. Tidak ada kejadian perburukan kondisi jantung lain yang muncul setelah 3 tahun pasca operasi. Pembahasan Meskipun riwayatnya menunjukkan keamanan dan keefektifan anestesi, toksisitas kardiovaskuler oleh anestesi lokal-regional telah diketahui selama lebih dari 3 dekade. Jarang sekali terjadi diperlukanya resusitasi kardiopulmonar dan bypass kardiopulmonar. Bagaimanapun, resusitasi yang baik dengan beragam agen pengobatan, intubasi, dan defibrilasi untuk aritmia harus dipersiapkan. Penggunaan LVAD (Left Ventricle Assist Device) untuk syok kardiogenik telah diketahui dengan baik dan kondisi yang variatif baik medis maupun pembedahan, memberi indikasi bagi penggunaan LVAD. Kriteria umum untuk implantasi LVAD adalah hemodinamik yang tidak stabil secara persisten walaupun telah diberikan pengobatan farmokologi yang maksimal dan terukur, seringkali mencakup penggunaan IABP. Tipe-tipe dari VAD bervariasi bergantung dari penggunaanya sebagai alat sementara yang akan diangkat manakala fungsi miokardium membaik. Penggunaan jangka panjang bertujuan melancarkan proses transplantasi jantung, atau penggunaan permanen pada kasus terapi destinasi. Pada kasus ini dan juga beberapa kasus lainnya, VAD hampir selalu digunakan pada kondisi syok kardiogenik akut. VAD sebagai alat ekstra atau paracorporeal yang digunakan dalam waktu singkat (harian atau mingguan) untuk mendukung pemulihan miokardium, dan akan diangkat kembali setelah miokardium pulih. Abiomed AB5000 LVAD adalah alat paracorporeal yang mendukung aliran dari atrium kiri atau ventrikel kiri dan mengeluarkanya ke aorta ascenden. Sedangkan VAD kanan (Right Ventricular Assist Device (RVAD) ) yang mengambil aliran dari atrium kanan atau ventrikel kanan dan mengalirkanya ke arteri pulmonal. Pada kasus yang hampir sama, pemompa darah VAD terhubung dengan pengumpul otomatis dan dapat mengantarkan 7 liter per menit aliran darah dalam bentuk pulsatif. AB5000 sudah dapat dibuktikan FDA dan tersedia di seluruh dunia, dan mampu diterapkan pada pusat-pusat transplantasi dan juga non-transplantasi. Keuntungan penggunaan AB5000 diantaranya versatilitas: ini dapat digunakan sebagai sisi kanan atau sisi kiri VAD dan dapat mendukung kerja jantung selama harian, mingguan, dan bulanan. Alat ini dapat menjamin sirkulasi untuk jangka pendek atau menengah dari pemulihan jantung itu sendiri atau dijembatani melalui peralatan transplantasi. Pada kasus ini, aplikasi jangka pendek semua ini dibutuhkan. Secara keseluruhan kasus ini belum sepenuhnya dapat dimengerti. Sebagai contoh, kejadian toksisitas kardiovaskular pada anestesi lokal-regional dengan bupivacaine yakni bradiaritmia dan hipotensi. Pada kasus ini, reaksi inisiasi yang muncul adalah takikardi dan hipertensi, mengarah kepada kemungkinan reaksi sistemik dari epinephrine dengan obat-obatan intravaskular lainnya. Kejadian yang tidak biasa lainnya adalah penggunaan beta-blocker yang kemudian disusul munculnya ventrikular fibrilasi, hipotensi, dan edema pulmo yang membutuhkan ACLS. Disfungsi kardiak adalah permasalahan umum dan persisten dan bukan permasalahan struktur seperti sumbatan arteri koronaria, permasalahan katup, atau penyakit-penyakit kongenital. Permasalahan ini muncul melalui reaksi kimia yang telah terbukti tidak dapat pulih dalam waktu singkat. Pada kasus sebelumnya, dilaporkan anestesi lokal dapat menginduksi terjadinya kolaps kardiovaskular. Kesuksesan dari penggunaan infuse lipid intravena telah dipaparkan. Bagaimanapun, laporan-laporan klinis ini menduga adanya toksisitas dasar dari bupivacaine yang mungkin belum dilaporkan di sini. Meskipun etiologi ilmiahnya dan mekanisme dari syok kardiogenik mungkin belum dapat dijelaskan dengan rinci, namun tatalaksananya sudah disusun dan disepakati. Seperti yang sudah diulas sebelumnya, bahwa peran VAD adalah menangani gagal jantung refraktori dan sebagai alat pendukung mekanis yang baik yang berguna pada kondisi medis dan pembedahan untuk skenario patologis apapun. Penggunaan Abiomed AB 5000 adalah sederhana, berdasarkan bioavailibilitasnya. Peralatan lain sudah disiapkan, yakni mencakup sirkuit membran ekstrakorporeal dengan oksigenator – Extra-corporeal Membrane Oxigenator (ECMO) atau FDA berbentuk pompa micro- axial flow Impella terbaru yang telah terbukti. Pompa Impella peralatan yang berguna pada laporan kasus ini sejak kemampuanya untuk digunakan baik percutaneus atau langsung melalui pemotongan arteri femoralis pada versi 2,5 L/m atau 5 L/m secara aman. Bagaimanapun, alat ini ataupun FDA belum tersedia sampai saat ini. Kesimpulanya, penggunaan VAD dalam kondisi anestesi lokal-regional berpotensi menginduksi syok kardiogenik. Pengiriman secara cepat pasien ke sarana pelayanan kesehatan yang memiliki peralatan yang lengkap seperti peralatan pendukung sirkulasi mekanis yang baik, dapat menjadi persiapan bagi proses penyelamatan pasien dalam kondisi yang gawat.