TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Mas Koki Ikan Maskoki (Carassius auratus) pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat Cina pada tahun 960-1729. Maskoki adalah ikan omnivora dan bertelur di dasar dengan jumlah lebih dari 1000 butir. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan hias yang tetap bersinar sampai sekarang. Awalnya bentuk ikan Maskoki seperti ikan Mas (Cyprinus carpio L), bedanya ikan Maskoki tidak memiliki sepasang sungut di mulutnya (Kuncoro, 2009). Ikan Maskoki diklasifikasikan menurut Axelroad dan Schultz (1983) dalam Martiadi, 2012. Filum : Chordata Subfilum : Craniata Superkelas : Gnathostomata Kelas : Ostheichthyes Superordo : Teleostei Ordo : Cyprysoidea Famili : Cypridae Genus : Carrasius Spesies : Carrasius auratus Morfologi Menurut ciri-ciri morfologinya ikan Mas koki, ikan ini diduga kuat merupakan hasil evolusi dari jenis crucian carp (Carassius carassius). Adapun ciri-ciri morfologi yang dapat membedakan ikan Maskoki dengan carp adalah Universitas Sumatera Utara tidak adanya sungut pada bagian mulut dan jumlah sisik linea lateralis atau garis lebih sedikit dibandingkan dengan crucian carp. Secara lami ikan Maskoki mempunyai habitat kolam berlumpur, bendungan dan sungai. Ikan ini termasuk omnivora, keadaan mulut yang dapat disembulkan dan struktur insang yang mirip gigi sisir memberi kemampuan untuk mengeluarkan objek yang tidak disukai. o o Ikan Maskoki ini dapat hidup pada suhu 28 C-34 C (Martiadi, 2012). Ikan Maskoki mempunyai bentuk tubuh yang beragam dan juga memiliki warna kulit yang bervariasi mulai dari merah, kuning, hijau, hitam, sampai keperak-perakan. Warna ikan Maskoki menunjukan keindahan ikan hias stersebut sehingga sering dijadikan salah satu komponen penting dalam proses seleksi kualitas induk. Warna tubuh ikan Maskoki ada yang terdiri dari satu macam warna saja dan ada pula yang merupakan gabungan dari beberapa warna (Liviawaty dan Afrianto, 1990). Perbedaan Ikan betina dan ikan jantan. Ikan Betina memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pada bagian perut agak membesar 2. Bentuk dubur besar dan bulat, (Gambar. 2) Gambar 2. Ikan Maskoki Betina Universitas Sumatera Utara Ikan Jantan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : - Terdapat benjolan kecil warna putih pada tutup insang atau terkadang pada jari-jari pertama sirip dada, (Gambar. 3) - Bentuk dubur oval dan kecil, (Yulidc, 2011). Gambar 3. Ikan Maskoki Jantan Pakan Pakan merupakan factor penting dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya. Dengan beralihnya kegiatan usha budidaya yang berawal memenuhi kebutuhan sendiri menjadi usaha komersial dan tradisional menjadi intensif, maka faktor penyediaan pakan menjadi faktor penentu dalam usaha budidya. Penyediaan pakan yang tidak sesuai dengan jumlah dan kualitas yang dibutuhkan menyebabkan laju pertumbuhan ikan menjadi terlambat, akibatnya produksi yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan (Mardiah, 2009). Berdasarkan sumbernya, pakan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Makanan alami adalah makanan yang terbentuk secara alamiah, baik di alam maupun lingkungan tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia. Sedangkan makanan buatan adalah makanan yang dibuat manusia Universitas Sumatera Utara dengan bahan dan komposisi tertentu sesuai dengan kebutuhan. Menurut para ahli perikanan, penggunaan makanan alami lebih menguntungkan, karena dapat menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan makanan buatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kandungan gizi dari makanan alami yang lebih baik dan tidak menimbulkan penurunan kualitas air berupa pembusukan yang sering dialami jika menggunakan makanan buatan. Adanya proses pembusukan dari sisa makanan buatan didasar kolam, sering mengakibatkan timbulnya gas-gas beracun, penurunan kandungan oksigen yang larut didalam air dan meningkatkan serangan penyakit. Daphnia sp. adalah merupakan salah satu pakan alami yang baik untuk larva ikan air tawar, karena ukurannya sesuai bukaan mulut larva, mudah dicerna dan mempunyai kadar protein yang tinggi, kurang lebih 50% bobot kering. Umumnya Daphnia sp. dikultur dengan menggunakan kotoran ayam/sapi (Mokoginta dkk,2003). Ikan Maskoki termasuk pemakan segalanya (omnivore), baik sumber pakan yang berasa dari nabati maupun hewani. Sumber pakan nabati berupa dedaunan dari tumbuhan air, sedangkan sumber pakan hewani berupa cacing sutra (tubifex),dapnia, moina maupun jentik nyamuk. Berbagai bentuk pakan buatan seperti flakes (serpihan kecil) bubuk maupun pelet (butiran) juga cocok untuk pemeliharaan Maskoki(Basuki, 2007 ). Proses Pemijahan Pemijahan Ikan Maskoki dilakukan oleh induk betina dengan melepaskan telur-telur secara bertahap selama periode tertentu dan kemudian dibuahi oleh sperma dari induk jantan. Pembuahan seperti yang dilakukan oleh Maskoki ini dikenal dengan istilah pembuahan eksternal, karena pembuahan sel telur oleh sperma terjadi di luar tubuh induk betina (Liviawaty dan Afrianto, 1990). Universitas Sumatera Utara Dalam pemijahan ikan hal yang pertama dilakukan adalah pemilihan induk. Induk yang dipilih harus cukup umur dan biasanya ukuran induk berkolerasi dengan umur. Kalau dipilih induk yang terlalu muda, selain telurnya belum cukup banyak, kematian larva dan benihnya akan sering dijumpai. Sebaliknya pemilihan induk yang terlalu tua, walaupun telurnya banyak, daya tetasnya biasanya kecil (Lesmana dan Dermawan, 2001). Wadah pemijahan dapat berupa bak–bak kecil atau akuarium yang berukuran agak besar.Ukuran bak yang digunakan cukup sekitar 2x1 X 0.6 meter atau menggunakan akuarium yang mempunyai ukuran 0.8x0.4x0.4 meter agar lebih mudah dalam pengontrolan. Masukkan ijuk atau tanaman air yang mengapung sebanyak 1/3 luas permukaan wadah sebagai tempat menempelnya telur. Bila wadah pemijahan telah disiapkan, maka pada pagi harinya dimasukkan ikan Maskoki yang sudah birahi.. Jumlah induk yang dimasukkan sebaiknya sepasang saja, karena Maskoki cenderung akan menghasilkan hasil yang lebih baik bila dipijahkan dengan perbandingan dengan satu ekor jantan dan satu ekor betina (Liviawaty dan Afrianto, 1990). Masukkan induk ikan Maskoki yang akan dipijahkan, biasanya di waktu sore hari, kira-kira pukul 17.00 WIB .Pemantauan pemijahan perlu dilakukan untuk menghindari telur yang sudah dihasilkan di makan kembali oleh induk yang dalam kondisi lapar habis melakukan perkawinan. Segerakan induk diangkat jika proses perkawinan selesai, kembalikan induk ke dalam kolam induk (Palguna, 2011). Universitas Sumatera Utara Substrat Maskoki mempunyai sifat menempelkan telur (adhesif) pada benda-benda yang ada disekitarnya. Batu-batuan, rumput-rumputan maupun tanaman air lainnya dapat digunakan sebagai media tempat menempelkan telur. Jenis tanaman yang digunakan dalam pemijahan Maskoki adalah eceng gondok (Eichornia crassipes) yang telah dibersihkan akarnya dari lumpur maupun kotoran lainnya. Selain berfungsi sebagai tempat menempelkan telur, tanaman eceng gondok juga dapat menciptakan suasana romantis bagi Maskoki sehingga dapat mempercepat pemijahan. Sebelum digunakan sebagai substrat penempel telur, tanaman eceng gondok di rendam dulu dengan menggunakan kalium permanganate selama beberapa menit untuk membunuh bibit penyakit maupun parasite yang ada. Media lain yang biasa digunakan sebagai tempat menempelkan telur Maskoki adalah ijuk. Ijuk dapat dijepit dengan menggunakan bambu.Kadangkadang peranan ijuk diganti dengan tali rafia yang sengaja diikat agar seratnya menjadi kecil-kecil dan halus. Dibandingkan dengan ijuk ataupun tali rafia, penggunaan eceng gondok dapat memberikan beberapa keuntungan lain, yaitu : a. Akar tanaman eceng gondok yang menjulur ke dalam air akan memudahkan induk Maskoki untuk menempelkan telurnya. Dengan demikian jumlah telur yang dapat menempel akan lebih banyak, sehingga jumlah telur yang jatuh ke dasar akuarium dapat ditekan b. Akar tanaman eceng gondok cukup lentur dan lunak sehingga dapat mencegah luka-luka pada tubuh induk Maskoki yang dipijahkan. Universitas Sumatera Utara c. Daun tanaman eceng gondok yang cukup lebat akan mampu melindungi telur dan benih Maskoki yang masih peka terhadap derasnya hujan maupun teriknya sinar matahari (Liviawaty dan Afrianto, 1990). Kualitas air Kualitas air untuk budidaya sangat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain suhu, kandungan O2 terlarut, CO2 bebas, pH, NH3, alkalinitas, dan NO2. Setiap faktor kualitas air tersebut dapat saling berinteraksi dengan parameter lain, sehingga dapat menyebabkan adanya perubahan terhadap kondisi air. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan monitoring terhadap berkesinambungan karena tidak hanya sekedar kualitas air berpengaruh secara terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan (reproduksi), tetapi juga kelangsungan hidup ikan (Nugroho,dkk,2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air secara umum dapat digolongkan ke dalam 3 faktor yaitu faktor fisika (physical factors), kimia(chemical factors) dan biologi (biological factors). 1. Faktor Fisik Faktor-faktor fisika yang dapat mempengaruhi kualitas air terutamaadalah cahaya, suhu, densitas air (berat jenis air = BJ), kekeruhan, kecerahan,dan warna air, salinitas dan daya hantar listrik (DHL). 2. Faktor chemis Faktor kimia yang dapat mempengaruhi kualitas air terutama adalahAlkalinitas, Kesadahan, pH, DO, COD, nitrat, nitrit, fosfat, amoniak dansebagainya. Alkalinitas merupakan kumpulan anion di dalam air Universitas Sumatera Utara yangmenggambarkan kapasitas air sebagai buffer. Satuan alkalinitas dalam mg/Lyang dinyatakan ekivalen dengan CaCO3. Setiap organisme hidup pastimembutuhkan oksigen untuk respirasi dan akan digunakan dalam prosesmetabolisme untuk merombak bahan organik yang dimakan menjadi sarimakanan yang dimanfaatkan sebagai energi untuk tumbuh berkembang dan bergerak serta CO2 dan H2O sebagai hasil akhirnya/buangannya. DO yang idealuntuk pertumbuhan dan perkembangan organisame yang dipelihara adalah di atas 5 ppm. Ikan akan mati bila dibiarkan lama pada DO dibawah 1 ppm, namun pertumbuhannya lambat bila dipelihara dalamkolam yang DO nya berkisar antara 1-3 ppm. Besarnya kandungan oksigenterlarut di dalam air dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain cuaca,kepadatanfitoplankton, siang dan malam dan dinamika kehidupan organisme yang ada didalamnya. 3. Faktor Biologis Parameter kualitas air yang termasuk dalam faktor biologis adalah keberadaan fitoplankton, zooplankton, bentuk organisme baik tumbuhan maupun hewannya serta tanaman besar (macrophyte) yang tumbuh di dalam atau pun di sekitar perairan. Keberadaan organisme air ini sangat ditentukanoleh faktor fisika maupun faktor kimia airnya. Namun dari semua parameter kualitas air ini,tumbuhan air merupakan faktor ekologi yang dominan dalam suatu kolam ikan, karena tumbuhan air ini merupakan sumber makanan primer bagi kehidupan hewan air lainnya. Tumbuhan air merupakan dasar utama dalam rantai makanan di kolam. Dalam kolam intensif, tanaman air memang kurang berperan dalam penyediaan makanan guna meningkatkan produksi kolam, Universitas Sumatera Utara namun dengan pemberian makanan tambahan pertumbuhan tanaman air ini akan cepat meningkat. Meskipun aerasi digunakan secara intensif, namun tanaman air tetap merupakan sumber terbesar dalam memproduksi oksigen terlarut dalam kolam melalui proses fotosintesis. Demikian pula sebaliknya, untuk respirsi tanaman air juga merupakan pengkonsumsi oksigen terbesar dalam kolam. Tanaman air yang diinginkan tumbuh dalam kolam adalah fitoplankton, namun bila air kolam jernih, maka tanaman air yang banyak tumbuh adalah bentuk alga dan tanaman macrophytelainnya. Padatnya tumbuhan fitoplankton, bentuk alga maupun macrophyte dapat menyebabkan kekurangan oksigen (oxygen depretion) (Syafriadiman,2009). Universitas Sumatera Utara