Templat tugas akhir S1

advertisement
PENENTUAN EFEKTIVITAS GLUKOSA DAN SENSITIVITAS
INSULIN MENGGUNAKAN MODIFIKASI MINIMAL MODEL
DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION
HANNA AFIDA
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan efektivitas
glukosa dan sensitivitas insulin menggunakan modifikasi minimal model dan
particle swarm optimization adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Hanna Afida
NIM G74100084
ABSTRAK
HANNA AFIDA. Penentuan efektivitas glukosa dan sensitivitas insulin
menggunakan modifikasi minimal model dan particle swarm optimization. Dibimbing
oleh Dr. AGUS KARTONO dan HERIYANTO SYAFUTRA, M.Si.
Diabetes melitus adalah suatu kondisi dimana konsentrasi glukosa dalam darah
secara kronis lebih tinggi (hiperglikemia) daripada nilai normal di dalam tubuh. Pada
penderita diabetes, proses metabolisme glukosa tidak bekerja dengan baik yang
ditandai dengan interval efektivitas glukosa (Sg) dan sensitivitas insulin (Si) di luar
batas nilai orang sehat. Sistem metabolisme glukosa dalam tubuh dipengaruhi oleh
kemampuan penyerapan glukosa dalam jaringan tanpa bantuan insulin dan proses
sekresi insulin. Mekanisme pengaturan glukosa dalam darah tersebut dapat dijelaskan
dengan modifikasi minimal model yang diusulkan pada penelitian ini baik untuk
kasus orang sehat maupun penderita diabetes. Optimasi yang digunakan untuk
mendapatkan parameter tersebut adalah algoritma Particle Swarm Optimization yang
meniru perilaku kawanan serangga. Sehingga modifikasi minimal model dan
algoritma Particle Swarm Optimization dapat digunakan untuk mendeteksi penderita
diabetes berdasarkan nilai Sg dan Si yang diperoleh. Hasil dari modifikasi model
tidak jauh berbeda dengan data eksperimen dan dibuktikan dari nilai R2 atau
ketepatan hubungan antara data simulasi dengan data eksperimen yang diperoleh
percobaan melebihi 80% untuk semua subjek.
Kata kunci: sensitivitas insulin, efektivitas glukosa, diabetes melitus, partikel
ABSTRACT
HANNA AFIDA. Determination of glucose effectiveness and insulin sensitivity using
the modified minimal models and particle swarm optimization. Supervised by Dr.
AGUS KARTONO and HERIYANTO SYAFUTRA, M.Si.
Diabetes mellitus is a condition when the concentration of glucose in the blood
is chronically higher (hyperglycemia) than the normal value in the body. In diabetics,
glucose metabolism process does not work well characterized by intervals of glucose
effectiveness (Sg) and insulin sensitivity (Si) beyond the limits of the value of healthy
people. Glucose metabolism in the body system is affected by the ability of glucose
uptake in a network without the help of insulin and insulin secretion process.
Mechanism of regulation of glucose in the blood can be explained with minimal
modification of the proposed model in this study both for the case of healthy people
and people with diabetes. Optimization is used to obtain these parameters are Particle
Swarm Optimization algorithm which mimics the behavior of insect swarms. So that
modified minimal model and Particle Swarm Optimization algorithm can be used to
detect diabetes based on the value of Sg and Si obtained. The results of the modified
model is not much different from the experimental data which is shown by the value
of R2 or correlation between the simulation and the experimental data exceed 80% for
all subjects.
Keywords:glucose effectiveness, insulin sensitivity, diabetes mellitus, particle
PENENTUAN EFEKTIVITAS GLUKOSA DAN SENSITIVITAS
INSULIN MENGGUNAKAN MODIFIKASI MINIMAL MODEL
DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION
HANNA AFIDA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Fisika
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Penentuan efektivitas glukosa dan sensitivitas insulin menggunakan
modifikasi minimal model dan particle swarm optimization
Nama
: Hanna Afida
NIM
: G74100084
Disetujui oleh
Dr Agus Kartono
Pembimbing I
Heriyanto Syafutra, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Akhiruddin Maddu, M.Si
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Berkat rahmat dan
hidayah Allah SWT, saya dapat menyelesaikan penelitian yang dilaksanakan sejak
bulan September 2013 dengan berjudul “Penentuan efektivitas glukosa dan
sensitivitas insulin menggunakan modifikasi minimal model dan particle swarm
optimization” sebagai salah satu syarat penelitian untuk kelulusan program sarjana
di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Bapak Abu Bakar dan Ibu Asiah S.Pd, serta kakakku
Haffif A. dan kedua adikku, Amarudin A. dan Keyla Genioza A. yang
selalu memberikan dukungan dan kasih sayang yang tulus.
2. Bapak Dr. Agus Kartono, selaku dosen pembimbing pertama yang
senantiasa selalu sabar membimbing, memberikan wawasan dan nasihat
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Heriyanto Syafutra, M.Si, selaku dosen pembimbing kedua yang
senantiasa memberikan masukan yang sangat berarti bagi penulis. Terima
kasih sudah bersedia berdiskusi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. M. Nur Indro, M.Sc selaku pembimbing akademik yang telah
bersedia memberikan banyak masukan, saran, dan motivasi, serta
gambaran mengenai dunia perkuliahan sehingga penulis dapat mengikuti
dan menyelesaikan perkuliahan dengan lancar.
5. Seluruh dosen yang telah bersedia membagi ilmunya, Bapak Dr. Kiagus
Dahlan dan Bapak Dr. Ir. Irzaman, M.Si sebagai dosen penguji yang selalu
memotivasi penulis dan seluruh staff Departemen Fisika IPB, Bapak
Firman yang juga sangat mendukung.
6. Kakak Miko Saputra dan Muhammad Khalid yang senantiasa memberikan
semangat dan motivasi. Terima kasih atas kesabarannya mendukung
penulis dalam menghadapi kesulitan dalam penelitian hingga penyusunan
skripsi.
7. Teman-teman fisika 47, Roro, Jelly, Eni, Nurul, Zia, dan teman-teman SQ
yang selalu penulis repotkan. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu per satu yang telah menginspirasi dan memotivasi selama perkuliahan
hingga penyusunan skripsi.
Semoga karya yang sederhana ini dapat menjadi sumbangan bagi ilmu
pengetahuan dan teknologi di Indonesia.
Bogor, Juli 2014
Hanna Afida
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Regulasi Gula Darah
2
Minimal model untuk Sistem Glukosa dan Insulin Darah
3
Particle Swarm Optimization (PSO)
6
METODE
7
Waktu dan Tempat
7
Alat dan Bahan
7
Prosedur
7
Studi Pustaka
7
Modifikasi Minimal Model
7
Pembuatan Algoritma Particle Swarm Optimization
8
Analisa Output
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Validasi Model dengan Data Eksperimen
10
Solusi Numerik untuk Data Eksperimen
11
SIMPULAN DAN SARAN
19
Simpulan
19
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
29
DAFTAR TABEL
1 Variabel dan Parameter Minimal Model Glukosa
2 Variabel dan Parameter Minimal Model Insulin
3 Variabel dan Parameter Persamaan Perubahan Insulin
4
5
8
DAFTAR GAMBAR
1 Sistem Glukosa-Insulin darah
2 Proses minimal model Bergman pada subjek yang bukan penderita
diabetes
3 Validasi minimal model yang diusulkan
4 Hasil simulasi minimal model glukosa pada subjek pertama
5 Hasil simulasi minimal model insulin pada subjek pertama
6 Hasil simulasi minimal model glukosa pada subjek kedua
7 Hasil simulasi minimal model insulin pada subjek kedua
8 Hasil simulasi minimal model glukosa pada subjek ketiga
9 Hasil simulasi minimal model insulin pada subjek ketiga
10 Hasil simulasi minimal model glukosa pada subjek keempat
11 Hasil simulasi minimal model insulin pada subjek keempat
12 Hasil simulasi minimal model glukosa pada subjek kelima
13 Hasil simulasi minimal model insulin pada subjek kelima
3
5
11
12
13
13
14
15
15
16
17
17
18
DAFTAR LAMPIRAN
14
15
16
17
18
19
20
Data eksperimen IVGTT subjek pertama
Data eksperimen IVGTT subjek kedua
Data eksperimen IVGTT subjek ketiga
Data eksperimen IVGTT subjek keempat
Data eksperimen IVGTT subjek kelima
Sistem kerja algoritma particle swarm optimization
Nilai Parameter Setiap Subjek
22
23
24
25
26
27
28
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diabetes melitus adalah suatu kondisi dimana konsentrasi glukosa dalam
darah secara kronis lebih tinggi daripada nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh
kekurangan insulin atau fungsi insulin tidak efektif. Penyakit ini telah dikenal
ribuan tahun yang lalu dan dikenal sebagai penyakit akibat dari pola hidup
modern. Jumlah diabetes secara global terus meningkat setiap tahunnya. Menurut
data yang dipublikasikan dalam jurnal Diabetes Care tahun 2004, penderita
diabetes di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 2.4 juta orang dan menduduki
peringkat ke-4 setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Jumlah tersebut
diperkirakan akan meningkat lebih dari dua kalinya pada tahun 2030 yaitu
menjadi 21.3 juta orang.1
Diabetes melitus atau yang dikenal sebagai penyakit gula atau penyakit
kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa tinggi dalam
darah dan urin.2 Di dalam darah, kadar gula fluktuatif dan mencapai kadar
tertinggi satu jam setelah makan, normalnya tidak melebihi 180 mg/dl. Kadar 180
mg/dl disebut nilai ambang ginjal dimana ginjal hanya mampu menahan gula
hanya sampai angka tersebut, lebih tinggi dari itu ginjal tidak dapat menahan gula
dan kelebihan gula akan keluar bersama urin sehingga terjadilah kencing manis.3
Penelitian mengenai penyakit diabetes melitus telah banyak dilakukan, salah
satunya adalah dengan menggunakan model matematika agar lebih mudah
dipahami. Salah satu model matematika mengenai diabetes melitus adalah
minimal model yang dikenalkan oleh Bergman. Minimal model ini sebenarnya
memiliki dua persamaan yaitu persamaan untuk insulin dan glukosa. Namun
untuk menjelaskan pengaturan glukosa dalam darah tidak cukup apabila hanya
dilakukan penelitian pada perubahan glukosa saja. Oleh karena itu diperlukan juga
perubahan insulin di dalam tubuh yang dipresentasikan dalam Close Loop Method.
Hal ini cukup penting untuk mengetahui apakah seseorang tersebut terdiagnosa
penyakit diabetes atau tidak.
Pada modifikasi minimal model diperlukan beberapa parameter yang harus
diketahui untuk menentukan sensitivitas insulin (Si) dan efektivitas glukosa (Sg).
Beberapa peneliti hanya melakukan trial and error untuk mencari parameter
tersebut. Sedangkan pada penelitian ini akan menggunakan algoritma Particle
Swarm Optimization (PSO) untuk mencari semua parameter yang diperlukan
dengan menggunakan modifikasi minimal model dalam close loop method.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana memodifikasi minimal model untuk menjelaskan mekanisme
dari sistem pengaturan kadar glukosa dalam darah ?
2. Apakah algoritma PSO dapat digunakan untuk mencari parameter yang
dibutuhkan dalam modifikasi minimal model tersebut ?
3. Apakah hasil pemodelan sesuai dengan kondisi sebenarnya?
2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merancang algoritma particle swarm
optimization (PSO) untuk memudahkan pencarian parameter yang dibutuhkan pada
modifikasi minimal model, mengetahui sensitivitas insulin (Si) dan efektivitas
glukosa (Sg) dalam tubuh seseorang yang tidak diketahui sebagai penderita
diabetes atau tidak dengan menggunakan close loop method dan membandingkan
hasil pemodelan dengan data eksperimen.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah mengetahui penyakit diabetes seseorang sejak
dini dan membuktikan bahwa algoritma PSO dapat digunakan untuk mencari
parameter pada modifikasi minimal model. Sehingga algoritma PSO tersebut
dapat mempermudah pencarian parameter yang dibutuhkan pada minimal model
yang lain oleh para peneliti model matematika untuk penyakit diabetes.
TINJAUAN PUSTAKA
Regulasi Glukosa
Regulasi glukosa merupakan suatu aspek yang luar biasa penting dari
homeostatis. Perubahan kadar glukosa secara tajam akan mengganggu kinerja
metabolisme dan kesehatan tubuh. Pada kadar glukosa yang rendah, akan terjadi
rasa pening dan gejala-gejala malfungsi otak. Hal itu disebabkan otak sangat
bergantung pada glukosa sebagai energi. Ketika kadar glukosa meningkat jauh di
atas 80 sampai 110 mg per 100 ml darah, yang dianggap sebagai kadar normal,
terjadilah gangguan aliran darah kapiler. Peningkatan kadar glukosa dalam waktu
yang lama dapat menyebabkan kerusakan retina dan akhirnya kebutaan, kerusakan
ginjal, serta kerawanan terhadap infeksi dan bahkan gangren.
Berbagai hormon bekerja bersama-sama untuk menjaga kadar glukosa agar
tetap stabil, tetapi hormon yang paling penting adalah insulin. Insulin mengurangi
kadar glukosa dalam darah dengan cara mendorong pemanfaatan, penyimpanan,
dan konversi metabolik simpanan glukosa. Insulin sangat sensitif terhadap kadar
glukosa dan menjaga kestabilan kadar glukosa. Apabila kadar glukosa darah mulai
meningkat, sel-sel β dari jaringan pulau-pulau Langerhans pada pankreas
meningkatkan sintesis dan pelepasan insulin. Efek dari titer insulin dalam darah
adalah reduksi konsentrasi glukosa.4
3
Gambar 1 Sistem glukosa-insulin darah5
Orang yang tidak menderita diabetes dapat dijelaskan seperti Gambar 1 di
atas, insulin diproduksi di pankreas dan dilepaskan ke dalam darah segera setelah
kadar glukosa mulai meningkat setelah makan. Insulin keluar secara langsung dari
pankreas menuju hati. Di hati, insulin memiliki peran yang penting dalam
mengatur produksi glukosa dan penyimpanan glukosa sebagai glikogen. Kadar
gula dalam darah kemudian turun dan produksi insulin berhenti. Sehingga
memungkinkan glukosa dibebaskan dari tempat penyimpanannya di hati.
Sedangkan pada saat seseorang melakukan aktivitas seperti olahraga maka
konsetrasi glukosa dalam darah menjadi rendah dan akan memberikan sinyal
kepada pankreas untuk mengeluarkan sel β untuk mensekresikan insulin.5
Sehingga konsentrasi glukosa dalam darah menjadi normal kembali. Pada orang
yang tidak menderita diabetes, sistem ini sensitif dalam menjaga glukosa dalam
darah pada tingkat yang stabil.
Pada penderita diabetes, proses pengaturan glukosa tidak bekerja. Diabetes
melitus merupakan kumpulan dari gangguan metabolik dan dicirikan dengan
hiperglikemia. Hiperglikemia tersebut disertai dengan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang abnormal yang berujung pada berbagai komplikasi kronik
termasuk mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati.6 Penderita diabetes tipe 2
masih dapat memproduksi insulin, tetapi jumlahnya tidak cukup untuk menjaga
kadar glukosa agar tetap dalam kondisi normal. Hal ini disebabkan oleh insulin
yang tidak bekerja dengan semestinya. Penderita diabetes tipe 1 memiliki sedikit
atau bahkan tidak sama sekali insulin dan membutuhkan suntikan insulin untuk
dapat menjaga kadar gula darah tetap normal.7
Minimal Model untuk Sistem Glukosa dan Insulin Darah
Minimal model pertama kali dikenalkan oleh Richard N. Bergman. Model
tersebut merupakan model sederhana yang menggambarkan laju perubahan
glukosa dalam darah yang dipengaruhi beberapa parameter. Minimal model oleh
4
Bergman adalah model satu kompartemen, yang mengandung arti bahwa tubuh
digambarkan sebagai sebuah kompartemen/tangki dengan konsentrasi dasar
(basal) glukosa dan insulin. Minimal model sebenarnya mengandung dua model.
Model yang pertama menjelaskan kinetika glukosa, bagaimana konsentrasi
glukosa bereaksi pada konsentrasi insulin darah dan model yang kedua
menjelaskan kinetika insulin, bagaimana konsentrasi insulin bereaksi pada
konsentrasi glukosa darah. Kedua model masing-masing mengambil data insulin
dan glukosa sebagai masukan. Metode tersebut pada dasarnya menggunakan
konsep sebagai berikut:
accumulated = in – out + generated – consumed
dari konsep diatas diperoleh hasil penurunan dua model Bergman sebagai berikut:
dG(t )
G(0)=G0
(1)
 p1 (Gb  G(t ))  X (t ))G(t )
dt
dX (t )
X(0)=0
(2)
  p 2 X (t )  p3 ( I (t )  I b )
dt
Model ini adalah satu model kompartemen yang dibagi menjadi dua
bagian.Bagian pertama adalah penjelasan bagian utama tentang pembersihan dan
penyerapan glukosa. Bagian kedua menjelaskan penundaan dalam insulin aktif
yang merupakan pelaku interaksi (interaktor) jarak jauh yang mempengaruhi
penyerapan glukosa oleh jaringan serta penyerapan dan produksi oleh hati.
Bergman menyajikan minimal model kinetika insulin, dijabarkan oleh
persamaan diferensial berikut ini:
dI (t )
I (0)=I0
(3)
 p6 [G(t )  p5 ] t  p4 [ I (t )  I b ] p6
dt
Tabel di bawah ini menunjukkan variabel, parameter, satuan, dan
keterangan dari persamaan di atas
Tabel 1 Variabel dan Parameter Minimal Model Glukosa
Simbol
Satuan
Keterangan
G(t)
mg/dL
kadar glukosa pada saat t setelah injeksi
glukosa
I(t)
μU/ml
kadar insulin pada saat t setelah injeksi
glukosa, U=Unit
-1
X(t)
menit
aksi insulin mengembalikan glukosa ke
tingkat basal pada saat t setelah injeksi
glukosa
Gb
mg/dL
kadar glukosa basal sebelum injeksi
glukosa
Ib
μU/mL
kadar insulin basal sebelum injeksi
glukosa
G0
mg/dL
kadar glukosa teoritis dalam plasma
pada saat t sama dengan nol yaitu
segera setelah injeksi glukosa
5
I0
μU/mL
p1
menit-1
p2
menit-1
p3
menit-2 (μU/mL)-1
Si
menit-1 (µU/mL)-1
Tabel 2
Simbol
G(t)
t
I(t)
Ib
p4
p5
p6
kadar insulin teoritis dalam plasma
pada saat t sama dengan nol, di atas Ib,
yaitu segera setelah injeksi glukosa
SG = efektivitas glukosa, yaitu
penyerapan glukosa tanpa bantuan
insulin pada jaringan
konstanta laju penurunan kemampuan
penyerapan glukosa, atau dengan kata
lain laju fraksi insulin yang muncul
dalam plasma interstitial
peningkatan kemampuan penyerapan
glukosa-tergantung
insulin
dalam
jaringan, per Unit kadar insulin di atas
insulin basal, dengan kata lain fraksi
pembersihan insulin dari kompartemen
interstitial
p3/p2 = sensitivitas insulin, yaitu
penyerapan glukosa dengan bantuan
insulin pada jaringan
Variabel dan Parameter Minimal Model Insulin
Satuan
Keterangan
mg/dL
Konsentrasi glukosa darah
Menit
Waktu
μU/mL
Konsentrasi insulin darah
μU/mL
Konsentrasi insulin basal
1/menit
Laju penundaan insulin darah
mg/dL
Tingkat glukosa target
mU.dL/(L.mg.menit)
Laju pankreas melepaskan
setelah injeksi glukosa
insulin
Dua pendekatan utama untuk menggunakan minimal model Bergman
adalah dengan Closed Loop Method (CLM) dan Open Loop Method (OLM).
Gambar 2 Proses minimal model oleh Bergman pada subjek yang bukan
penderita diabetes8
6
6
Open loop model diwakili oleh warna hitam sedangkan closed loop model
diwakili oleh warna hitam dengan penambahan garis abu-abu, yang
menambahkan efek umpan balik glukosa pada sekresi insulin. Garis putus-putus
merupakan interaksi antarkompartemen. Panah ganda mewakili arus masukan
sedangkan panah tunggal merupakan aliran output. Berdasarkan penelitian Judith
et al. nilai-nilai Sg yang diperoleh dengan menggunakan OLM selalu lebih besar
daripada nilai Sg yang diperoleh dengan menggunakan CLM. Sehingga tidak
cukup jika hanya menggunakan data glukosa untuk mewakili data insulin dalam
pemodelan. Penentuan efektivitas glukosa akan mempengaruhi untuk mendeteksi
seseorang yang dalam kondisi sehat, pradiabetes dan penderita diabetes.8
Particle Swarm Optimization (PSO)
Particle swarm optimization, disingkat sebagai PSO, pertama kali
dikenalkan oleh Russel Eberhart dan James Kennedy pada tahun 1995. PSO
merupakan algoritma yang sangat sederhana dan efektif untuk mengoptimalkan
berbagai fungsi.9 Algoritma PSO sudah banyak diterapkan dalam berbagai aplikasi,
salah satunya pada penentuan parameter regulasi pada kernel regularized
Discriminant analysis yang digunakan untuk mendapatkan nilai optimal
berdasarkan akurasi klasifikasinya.10 Chih-Cheng Kao juga menggunakan PSO
pada desain mekanik dengan meninjau sistem mekatronika, identifikasi,
keuntungan kontrol dan optimasi desainnya11 dan Xioalin Wang menggunakannya
untuk stimulasi peningkatan uap siklik dalam reservoir minyak berat lepas
pantai.12
Algoritma ini didasarkan pada perilaku sebuah kawanan serangga, seperti
semut, rayap, lebah atau burung. Algoritma PSO meniru perilaku sosial organisme
ini. Perilaku sosial terdiri dari tindakan individu dan pengaruh dari individuindividu lain dalam suatu kelompok. Kata partikel menunjukkan, misalnya, seekor
burung dalam kawanan burung. Setiap individu atau partikel berperilaku secara
terdistribusi dengan cara menggunakan kecerdasannya (intelligence) sendiri dan
juga dipengaruhi perilaku kelompok kolektifnya. Dengan demikian, jika satu
partikel atau seekor burung menemukan jalan yang tepat atau pendek menuju ke
sumber makanan, sisa kelompok yang lain juga akan dapat segera mengikuti jalan
tersebut meskipun lokasi mereka jauh di kelompok tersebut.
Pada metode optimisasi yang didasarkan pada swarm intelligence ini
kawanan diasumsikan mempunyai ukuran tertentu atau tetap dengan setiap
partikel posisi awalnya terletak di suatu lokasi yang acak dalam ruang
multidimensi. Setiap partikel diasumsikan memiliki dua karakteristik, yaitu posisi
dan kecepatan. Setiap partikel bergerak dalam ruang/space tertentu dan mengingat
posisi terbaik yang pernah dilalui atau ditemukan terhadap sumber makanan atau
nilai fungsi objektif. Setiap partikel menyampaikan informasi atau posisi
bagusnya kepada partikel yang lain dan menyesuaikan posisi dan kecepatan
masing-masing berdasarkan informasi yang diterima mengenai posisi yang bagus
tersebut. Model ini akan disimulasikan dalam ruang dengan dimensi tertentu
sejumlah iterasi sehingga di setiap iterasi, posisi partikel akan semakin mengarah
ke target yang dituju (minimasi atau maksimasi fungsi). Ini dilakukan hingga
maksimum iterasi dicapai atau bisa juga digunakan kriteria penghentian yang lain.
7
7
Partikel-partikel yang dimanipulasi sesuai dengan sebagai kecepatan dan
posisi atau koordinat partikel j pada iterasi ke-i, persamaannya adalah sebagai
berikut:




V j (i )  V j (i  1) c1 r1 Pbest, j  X j (i  1)  c 2 r2 Gbest  X j (i  1) , j  1,2,..., N
X j (i )  X j (i  1)  V j (i ), j  1,2,..., N
dimana c1 dan c2 masing-masing adalah learning rates untuk kemampuan individu
(cognitive) dan pengaruh sosial (group), dan r1 dan r2 bilangan random yang
terdistribusi uniform dalam interval 0 dan 1, Xj adalah vektor koordinasi dari
partikel, Pbest adalah nilai fungsi objektif paling rendah (kasus minimasi), dan Gbest
merupakan nilai terbaik untuk semua partikel Xj yang ditemukan sampai iterasi
ke-i.13
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Fisika Teori Departemen Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor,
Dramaga, Bogor. Penelitian ini dimulai dari bulan September 2013 sampai dengan
bulan Febuari 2013.
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan software MATLAB (Matrixs Laboratory) versi
2012a dan laptop ASUS K42F dengan spesifikasi prosesor Intel (R) Core (TM) i3
CPU 2.27 GHz, RAM 2 GB, dan Operating System (OS) Windows 7 Ultimate dan
peralatan berupa alat tulis (buku tulis, pena, pensil, dan sebagainya).
Prosedur Penelitian
Studi Pustaka
Langkah pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah studi pustaka.
Studi pustaka dilakukan untuk memahami proses kinetika glukosa dan insulin
sehingga memudahkan perancangan program simulasinya. Studi pustaka
diperlukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai
dalam bidang yang diteliti. Studi pustaka akan membantu penulis dalam
menganalisis hasil yang didapat dari simulasi model minimal kinetika glukosa dan
insulin untuk mendeteksi diabetes. Data eksperimen yang digunakan dalam
penelitian diperoleh dari jurnal yang telah dipublikasi.
Modifikasi Minimal Model
Persamaan insulin pada model matematika Bergman hanya berlaku untuk
kasus orang normal. Sehingga diperlukan modifikasi kembali agar dapat
digunakan baik pada kasus orang normal maupun penderita diabetes. Perumusan
modifikasi minimal model dilakukan dengan mempelajari metabolisme glukosa
dan insulin di dalam tubuh dari data eksperimen. Berdasarkan persamaan umum
minimal model yang telah diketahui, minimal model tersebut akan dimodifikasi
8
kembali dengan mengamati setiap proses metabolisme perubahan insulin dan
glukosa, selanjutnya persamaan matematika tersebut dianalisis kestabilan dan
keseimbangan hingga sesuai dengan percobaan. Bentuk minimal model yang
dimodifikasi adalah dengan mengganti persamaan perubahan insulin menjadi
sebagai berikut:14
dI (t )
jikaG(t) >Gb, I(t0) = I0
(4)
  (G(t )  Gb )t  k ( I (t )  I b )
dt
dI (t )
jikaG(t) <Gb, I(t0) = I0
(5)
 k ( I (t )  I b )
dt
Tabel 3 Variabel dan Parameter Persamaan Perubahan Insulin
Simbol
Satuan
γ
menit-1
γ
menit-2 (µU/ml)(mg/dl)-1
Keterangan
konstanta
laju
fraksi
penghilangan insulin
Ukuran
dari
respon
pankreas tahap kedua pada
glukosa
Pembuatan Algoritma Particle Swarm Optimization
Pemahaman konsep algoritma Particle Swarm Optimization diperlukan
untuk membuat algoritma yang akan diterapkan pada minimal model
menggunakan software Matlab R2012a. Algoritma PSO umumnya digunakan
untuk mencari besar nilai variabel pada persamaan yang cukup kompleks,
sehingga algoritma ini cocok untuk membantu pencarian parameter minimal
model yang berbentuk persamaan differensial biasa. Parameter yang diperoleh
akan disubtitusikan pada persamaan dan menghasilkan grafik perubahan data
glukosa maupun insulin. Ketika parameter tersebut menghasilkan data simulasi
yang mendekati data eksperimen, berarti parameter tersebut dapat
mengindikasikan kondisi tubuh subjek yang diamati.
Algoritma PSO biasa digunakan untuk mencari variabel dari persamaan
yang kompleks karena memiliki ketepatan yang cukup besar. Namun algoritma ini
akan menjadi memiliki error yang cukup besar jika digunakan pada persamaan
yang sederhana. Sehingga algoritma ini dapat digunakan pada model matematika
penyakit diabetes dalam persamaan differensial yang terkopel. Karena PSO
meniru perilaku kawanan serangga, maka diperlukan asumsi adanya ukuran
kelompok atau kawanan untuk mencari parameter yang dibutuhkan. Untuk
mengurangi jumlah evaluasi fungsi yang diperlukan dalam solusi, ukuran partikel
sebaiknya tidak terlalu besar agar perhitungan tidak menjadi terlalu panjang.
Ukuran partikel juga sebaiknya tidak terlalu kecil, semakin kecil ukuran partikel
akan memperkecil kemungkinan partikel menemukan posisi terbaiknya.
Langkah pertama yang dijalankan pada algoritma particle swarm
optimization adalah menentukan jumlah partikel yang akan dikerahkan untuk
mencari parameter yang akan dicari. Parameter yang akan dicari adalah γ, Gb, Ib,
k, p1, p2, dan Si. Kemudian memberikan rentang nilai parameter dengan nilai yang
dibuat lebih besar dari batas normal, agar kita mengetahui apakah seseorang
tersebut menderita penyakit diabetes atau tidak. Setiap partikel akan memiliki
6
9
besar nilai parameter awal yang dibangkitkan secara random, nilai parameter
tersebut akan dijadikan sebagai posisi awal partikel. Berdasarkan posisi
awaltersebut setiap partikel akan mendapatkan kecepatan awalnya masing-masing
yang akan digunakan untuk mengevaluasi nilai fungsi tujuan. Besar nilai
parameter awal yang diperoleh akan dicek apakah nilainya berada di dalam batas
atau tidak. Jika nilai parameter yang diperoleh berada di luar rentang maka
partikel akan mencari nilai parameter lain. Nilai parameter tersebut akan
disubtitusi ke dalam persamaan minimal model dan didifferensialkan
menggunakan ODE45 sehingga menghasilkan data simulasi insulin maupun
glukosa.
Pencarian parameter menggunakan algoritma PSO dapat digunakan pada
data glukosa dan insulin dalam waktu bersamaan. Apabila hanya mencocokkan
parameter pada salah satu data eksperimen memang akan lebih mudah
dbandingkan dengan dua data sekaligus dalam pembuatan algoritma PSO. Karena
kedua data harus dibandingkan dengan data simulasi secara bergantian. Nilai
parameter yang dihasilkan akan selalu berubah-ubah pada setiap proses pencarian
sebab perubahannya juga bergantung pada nilai random. Namun terdapat satu data
terbaik di antara semua data saat program berjalan yang akan digunakan pada
minimal model. Setelah memperoleh data simulasi insulin dan glukosa, data
tersebut akan dibandingkan dengan melihat nilai error. Semakin kecil nilai error
berarti parameter yang diperoleh akan menghasilkan data simulasi yang semakin
mendekati data eksperimen.
Partikel akan bergerak kembali ketika mendapatkan error yang besar
sehingga posisi partikel akan berubah, begitu pula dengan kecepatan partikelnya.
Posisi atau nilai parameter dari setiap partikel yang menghasilkan data simulasi
lebih mendekati dengan data eksperimen akan dijadikan posisi terbaiknya (Pbest).
Posisi dan kecepatan yang baru diperoleh ini juga akan diperiksa agar tetap berada
di dalam batas dan lebih baik dari nilai sebelumnya. Berdasarkan besar nilai
parameter terbaik dari setiap partikel tersebut akan saling dibandingkan untuk
diperoleh parameter terbaik dari partikel yang terbaik. (Gbest). Kekurangan
algoritma PSO pada penelitian ini adalah diperlukan run program secara manual,
diperlukan pencatatan tersendiri untuk menyimpan data mana yang menghasilkan
data terbaiknya. Karena program hanya menghasilkan satu data dalam satu kali
run.
Analisa Output
Setelah membuat algoritma PSO untuk mendapatkan parameter yang
dibutuhkan dan mensubtitusi parameter tersebut ke dalam persamaan modifikasi
minimal model, hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menganalisa data
simulasi yang diperoleh. Indikator kebenaran parameter tersebut dapat dilihat
berdasarkan data insulin dan glukosa simulasi dalam grafik pemodelan mendekati
grafik hasil simulasi. Analisa nilai koefisien deterministik (ketepatan hubungan)
dilakukan antara hasil simulasi terhadap hasil eksperimen yang dirumuskan
sebagai:

X2 
R  1 
 x100%
 SST 
2
(6)
10
 y  y (t i , 1,..., m ) 
dengan X    i



i 1 
N
2
2
y  y
SST    i


i 1  
N
dan
(7)
2
(8)
dimana merupakan data hasil eksperimen dengan standar deviasi sebesar ,
(
) merupakan data hasil pemodelan, adalah data eksperimen, X2
adalah jumlah kuadrat error, SST adalah jumlah kuadrat dari rata-rata data. N
adalah banyak data, dan ̅ merupakan nilai rata-rata dari hasil penjumlahan data
eksperimen dan data pemodelan.15 Kriteria R2 dikatakan baik bila memenuhi
syarat sebagai berikut:16
1. Nilai koefisien determinasi lebih besar dari 0.5 menunjukkan variabel
bebas dapat menjelaskan variabel tidak bebas dengan baik dan akurat.
2. Nilai koefisien determinasi sama dengan 0.5 dikatakan sedang.
3. Nilai koefisien determinasi kurang dari 0.5 relatif kurang baik, hal ini
disebabkan oleh kurang tepatnya pemilihan variabel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Validasi model dengan data eksperimen
Data eksperimen diperoleh dari publikasi Judith et al.8 pada data close loop
method. Analisis data yang dilakukan dengan cara Frequently
Sample
Intravenous Glucose Tolerance Test (FSIGT). FSIGT dilakukan dengan cara
berpuasa semalam sekitar 10-12 jam, tanpa suplementasi insulin, dan dipasang
dua jalur intravena. Jalur intravena akan digunakan untuk pengambilan data secara
rutin.17 Setelah puasa semalam, subjek diinjeksi bolus glukosa (300 mg/kg berat
badan, dalam larutan 50%) secara perlahan. Sebelum diinjeksi, 20, 10, dan 1
menit kadar glukosa darah diukur sebagai kadar glukosa basal. Tepat pada 0 menit
bolus glukosa diinjeksi dan kemudian diukur pada 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 14, 16,
19, 22, 25, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100, 110, 120, 140, 160, dan 180 menit.
Glukosa plasma diukur dengan analisa otomatis menggunakan metode oksidasi
glukosa, memiliki nilai koefisien variasi dari 3.2% pada 4.8 mmol/L dan 6.7 pada
12.3 mmol/L. Insulin plasma yang terukur memiliki nilai koefisien variasi 7.7%
pada tingkat insulin dari 8 mU/L dan 6.8% pada 35 mU/L. Kadar Insulin dari data
eksperimen dan hasil simulasi numerik ditunjukkan pada gambar 3 dibawah ini.
11
Gambar 3 Validasi minimal model yang diusulkan
Sensitivitas insulin (Si) yang diperoleh dari data eksperimen Judith et al.8
diperoleh sekitar 6.17 x 10-4 sampai 1.113 x 10-3 menit-1(µU/mL)-1. Sedangkan
sensitivitas insulin yang didapatkan dengan algoritma PSO pada model yang
diusulkan sebesar 5.1697 x 10-4 menit-1 (µU/mL)-1. Berdasarkan nilai Si yang
diperoleh dengan model maupun eksperimen Judith et al.8 menyatakan bahwa
sensitivitas subjek dalam keadaan normal. Karena berada di dalam rentang orang
sehat yaitu sebesar 2.1 x 10-4 sampai 1.82 x 10-2 menit-1 (µU/mL)-1.18 Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan insulin untuk meningkatkan penyerapan
glukosa pada otot sangat baik, sehingga insulin sangat berpengaruh dalam
mengkatalisis berkurangnya kadar glukosa yang tinggi pada darah agar menjadi
normal kembali. Namun terdapat gangguan kemampuan meningkatkan glukosa
sehingga menyebabkan kondisi kadar glukosa basal subjek yang rendah hanya
sebesar 25.889 mg/dl sedangkan kadar glukosa pada orang sehat sekitar 70-109
mg/dl.19
Efektivitas glukosa dari data eksperimen Judith et al.8 diperoleh sekitar 1.27
-1
x 10 hingga 1.83 x 10-2 menit-1 dan efektivitas glukosa yang diperoleh dengan
PSO pada model sebesar 3.1795 x 10-2 menit-1. Nilai Sg tersebut juga masih di
dalam rentang orang normal yaitu sebesar 2.6 x 10-3 sampai 3.9 x 10-2 menit-1,
sehingga dapat disimpulkan kemampuan penyerapan glukosa pada jaringan tanpa
bantuan insulin masih dalam keadaan yang baik. Penyerapan glukosa tanpa
bantuan insulin atau tanpa respon insulin terjadi pada otak dan sel darah merah
dan proses tersebut akan menghasilkan energi. Besarnya nilai efektivitas glukosa,
sensitivitas insulin dan parameter-parameter lainnya sangat sensitif. Perbedaan
nilai yang sangat kecil sekali juga dapat mempengaruhi perubahan yang cukup
signifikan. Nilai-nilai Si dan Sg yang diperoleh pada data ini dapat terbilang
akurat karena memiliki nilai R2 sebesar 95.83% dan menunjukkan bahwa model
yang kami usulkan valid.
12
Solusi numerik untuk data eksperimen
Data eksperimen kedua diperoleh dari publikasi J.Li et al.19 dengan cara
Intravenous Glucose Tolerance Test (IVGTT). IVGTT adalah pemberian glukosa
kepada pasien dengan cara disuntikkan ke dalam pembuluh darah agar lebih cepat
dicerna dan lebih akurat. Subjek akan diberikan bolus infus glukosa intravena
sebesar 0.33 atau 0.5 g/kg berat badan dalam 50% larutan ke dalam vena
antecubital sekitar dua menit. Untuk mengamati regulasi metabolisme antara
glukosa dan insulin selama 180 menit ke depan, glukosa plasma dan serum insulin
diukur pada 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 18, 21, 24, 30, 35, 40, 45, 50, 60, 70, 80, 90, 100,
120, 140, 160, dan 180 menit. Pada publikasi tersebut penyelesaian persamaan
yang digunakan adalah Delay Differential Equation (DDE) secara eksplisit
sedangkan pada penelitian kali ini menggunakan Ordinary Differential Equation
(ODE) secara implisit dan model yang digunakan berbeda pula. Kadar Insulin dari
data eksperimen dan hasil simulasi numerik ditunjukkan pada gambar dibawah ini
Gambar 4 Hasil simulasi minimal model glukosa pada subjek pertama
Pada data subjek pertama efektivitas glukosa yang diperoleh dengan
menggunakan algoritma PSO pada model adalah sebesar 2.8587 x 10-2 menit-1.
Berdasarkan nilai Sg tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan penyerapan
glukosa tanpa bantuan insulin pada jaringan masih dalam keadaan normal karena
masih di dalam rentang orang normal. Hal ini juga dibuktikan dengan glukosa
basal yang terukur setelah berpuasa sebesar 80.757 mg/dl yang juga berada pada
kadar glukosa normal. Kesesuaian hubungan antara data glukosa eksperimen dan
simulasi sebesar 97.7%. Berdasarkan grafik yang diperoleh terlihat kadar glukosa
yang meningkat tajam sesaat setelah disuntikkan glukosa. Kemudian glukosa
tersebut berkurang secara eksponensial sampai kondisi basal atau kondisi glukosa
dalam darah kembali normal dalam waktu 178 menit. Penurunan kadar glukosa
dalam darah tersebut disebabkan karena pengaruh insulin dalam menyerap
glukosa dan pengaruh glukosa untuk meningkatkan sekresi insulin.
13
Gambar 5 Hasil simulasi minimal model insulin pada subjek pertama
Sensitivitas insulin yang diperoleh melalui algoritma PSO adalah sebesar
1.4474 x 10-4 menit-1 (µU/mL)-1, sehingga terlihat bahwa Si orang tersebut berada
di luar rentang yang menandakan adanya gangguan pada toleransi glukosanya
atau mengalami resistansi insulin dengan ambang batas antara orang pradiabetes
dan orang sehat sebesar 2.8 x 10-4 menit-1 (µU/mL)-1.20 Prediabetes adalah
keadaan seseorang yang akan menderita penyakit diabetes apabila pola hidupnya
tidak dirubah. Grafik insulin di atas menunjukkan proses sekresi dalam tubuh
yang memiliki dua puncak. Proses sekresi insulin juga dibagi menjadi dua fase,
puncak pertama sebagai fase pertama dan puncak kedua sebagai fase kedua.
Puncak pertama disebabkan karena adanya rangsangan dari sel beta ketika kadar
glukosa tinggi, insulin akan merespon dengan cepat dan akan turun dengan cepat
pula. Setelah fase sekresi insulin pertama selesai, insulin akan meningkat dan
bertahan dalam waktu yang cukup lama. Tingginya puncak kedua ini akan
bergantung pada besarnya kadar glukosa dalam tubuh. Kemudian sekresi insulin
akan menurun hingga kadar glukosa menjadi normal kembali. Kesesuaian
hubungan antara data insulin eksperimen dan simulasi yang diperoleh adalah
sebesar 89.72%.
Gambar 6 Hasil simulasi minimal model glukosa subjek kedua
14
Pada subjek kedua didapatkan efektivitas glukosa sebesar 3.1591 x 10-2
menit-1, sehingga dapat dikatakan bahwa subjek tersebut kemampuan penyerapan
glukosa pada jaringan masih dalam keadaan normal karena masih di dalam
rentang orang normal. Hal ini juga dibuktikan dengan glukosa basal yang terukur
setelah berpuasa sebesar 86.803 mg/dl yang juga berada pada kadar glukosa
normal. Kesesuaian hubungan antara data glukosa eksperimen dan simulasi
sebesar 96.9%. Menurut teori umum diabetologi, orang sehat mampu menyerap
glukosa secara cepat kurang dari 2 jam setelah puasa 8 sampai 12 jam.21
Berdasarkan grafik yang diperoleh terlihat pula kadar glukosa yang meningkat
tajam sesaat setelah disuntikkan glukosa dan berkurang secara eksponensial
selama 178 menit untuk mencapai glukosa basalnya.
Gambar 7 Hasil simulasi minimal model insulin subjek kedua
Sensitivitas insulin subjek kedua yang diperoleh melalui algoritma PSO
adalah sebesar 4.9592 x 10-4 menit-1 (µU/mL)-1, sehingga disimpulkan bahwa
kemampuan insulin dapat meningkatkan penyerapan glukosa pada otot sangat
baik. Karena Si subjek tersebut berada di dalam rentang orang sehat. Berdasarkan
grafik insulin di atas juga menunjukkan proses sekresi dalam tubuh yang
memiliki dua puncak sebagai dua proses sekresi insulin. Puncak pertama
disebabkan karena adanya rangsangan dari sel beta ketika kadar glukosa tinggi,
insulin akan merespon dengan cepat dalam waktu dua menit. Proses sekresi
pertama sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya hiperglikemia ketika makan.
Pada saat proses sekresi kedua, insulin akan meningkat dan bertahan dalam waktu
yang cukup lama. Tingginya puncak kedua ini akan bergantung pada besarnya
kadar glukosa dalam tubuh. Ketika proses sekresi pertama tidak cukup untuk
mengurangi kadar glukosa maka akan disesuaikan pada proses sekresi kedua.
Kemudian sekresi insulin akan menurun hingga kadar glukosa menjadi normal
kembali. Kesesuaian hubungan antara data insulin eksperimen dan simulasi yang
diperoleh adalah sebesar 90.53%.
15
Gambar 8 Hasil simulasi minimal model glukosa subjek ketiga
Pada subjek ketiga didapatkan efektivitas glukosa sebesar 2.0824 x 10-2
menit , sehingga dapat dikatakan bahwa subjek tersebut memiliki gangguan
dalam kemampuan penyerapan glukosa tanpa bantuan insulin.Karena Sg subjek
tersebut berada di luar rentang orang sehat yaitu sebesar 2.6 x 10-3 hingga 3.6 x
10-2 menit-1. Namun kadar glukosa yang terukur setelah berpuasa berada dalam
rentang orang sehat yaitu sebesar 80.655 mg/dl. Kesesuaian hubungan antara data
glukosa eksperimen dan simulasi sebesar 96.96%. Berdasarkan grafik terlihat
kadar glukosa yang meningkat ketika subjek diinjeksi glukosa hingga mencapai
228.9308 menit-1. Kadar glukosa akan meningkat secara tajam seperti itu juga
dapat terjadi ketika seseorang mengkonsumsi makanan dan akan kadar glukosa
tersebut akan berkurang secara perlahan kurang dari 2 jam untuk orang normal.
Subjek ketiga yang diamati juga mengalami hal serupa setelah diinjeksi glukosa,
glukosa dalam tubuhnya berkurang secara eksponensial selama 178 menit saat
mencapai kondisi normal kembali.
-1
Gambar 9 Hasil simulasi minimal model insulin subjek ketiga
16
Sensitivitas insulin subjek ketiga yang diperoleh melalui algoritma PSO
adalah sebesar 1.2198 x 10-4 menit-1 (µU/mL)-1, sehingga disimpulkan bahwa
subjek memiliki gangguan dalam mengatur regulasi glukosa darah agar selalu
dalam batas-batas normal atau terdapat resistansi insulin dalam tubuhnya. Karena
sensitivitas insulin subjek tersebut berada di luar rentang orang normal.
Berdasarkan grafik insulin di atas juga menunjukkan proses sekresi dalam tubuh
yang hanya memiliki satu puncak sebagai proses sekresi insulin. Sekresi insulin
hanya terjadi pada saat menerima rangsangan dari sel beta dan di tunjukkan pada
puncak tertinggi pada grafik tersebut. Pada umumnya ketika sekresi insulin
pertama berakhir, akan dilanjutkan dengan fase berikutnya sehingga grafik
memiliki dua puncak. Puncak kedua akan ditentukan oleh banyaknya insulin yang
disekresikan pada fase sebelumnya. Peningkatan produksi insulin tersebut
bertujuan untuk mengatur glukosa darah tetap dalam batas normal. Kesesuaian
hubungan antara data insulin eksperimen dan simulasi yang diperoleh adalah
sebesar 86.04%.
Gambar 10 Hasil simulasi minimal model glukosa subjek keempat
Efektivitas glukosa yang diperoleh untuk subjek keempat sebesar 1.9967 x
10 menit-1, sehingga terlihat bahwa subjek tersebut memiliki gangguan dalam
kemampuan penyerapan glukosa tanpa bantuan insulin. Karena Sg subjek tersebut
di luar rentang orang normal. Namun ini glukosa basal yang terukur setelah
berpuasa masih dalam rentang keadaan normal yaitu sebesar 79.098 mg/dl.
Berdasarkan grafik terlihat pula kadar glukosa yang meningkat ketika subjek
diinjeksi glukosa hingga mencapai 183.4 menit-1 pada menit kedua. Kadar glukosa
akan meningkat secara tajam seperti itu juga dapat terjadi ketika seseorang
mengkonsumsi makanan dan akan kadar glukosa tersebut akan berkurang secara
perlahan kurang dari 2 jam untuk orang normal. Subjek ketiga yang diamati juga
mengalami hal serupa setelah diinjeksi glukosa, glukosa dalam tubuhnya
berkurang secara eksponensial selama 178 menit saat mencapai kondisi normal
kembali. Kesesuaian hubungan antara data glukosa eksperimen dan simulasi
sebesar 92.85%.
-2
17
Gambar 11 Hasil simulasi minimal model insulin subjek keempat
Sensitivitas insulin yang diperoleh pada subjek keempat adalah sebesar
1.9901 x 10-4 µU/ml dan hasil ini jauh dibawah rentang sensitivitas insulin normal.
Sehingga dapat dikatakan bahwa subjek keempat memiliki gangguan toleransi
kadar glukosa atau terdapat resistansi insulin. Insulin tersebut tidak dapat
mengatur regulasi glukosa dalam tubuh agar tetap berada dalam kondisi normal.
Namun jika dilihat pada grafik insulin di atas menunjukkan proses sekresi dalam
tubuh yang memiliki dua puncak sebagai dua proses sekresi insulin.
Insulinmelonjak naik hingga mencapai 231 µU/ml sebagai respon ketika
mendapat rangsangan dari sel beta karena kadar glukosa dalam tubuh tinggi.
Kemudian insulin tersebut berkurang dan bergerak naik kembali sebagai
penyeimbang dari sekresi insulin yang pertama. Sehingga kadar glukosa dalam
tubuh dapat menjadi normal kembali. Kesesuaian hubungan antara data insulin
eksperimen dan simulasi yang diperoleh adalah sebesar 83.25%.
Gambar 12 Hasil simulasi minimal model glukosa subjek kelima
18
Pada subjek kelima didapatkan efektivitas glukosa dengan menggunakan
PSO sebesar 3.3225 x 10-2 menit-1, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan
penyerapan glukosa tanpa bantuan insulin subjek dalam keadaan normal.Karena
Sg subjek tersebut berada di dalam rentang orang sehat yaitu sebesar 2.6 x 10-3
hingga 3.6 x 10-2 menit-1. Hal ini juga didukung dengan data kadar glukosa terukur
setelah berpuasa dalam rentang orang sehat yaitu sebesar 87.994 mg/dl.
Kesesuaian hubungan antara data glukosa eksperimen dan simulasi sebesar
82.52%. Berdasarkan grafik terlihat kadar glukosa yang meningkat ketika subjek
diinjeksi glukosa hingga mencapai 345.9 menit-1. Kadar glukosa akan meningkat
secara tajam seperti itu juga dapat terjadi ketika seseorang mengkonsumsi
makanan dan akan kadar glukosa tersebut akan berkurang secara perlahan kurang
dari 2 jam untuk orang normal. Subjek ketiga yang diamati juga mengalami hal
serupa setelah diinjeksi glukosa, glukosa dalam tubuhnya berkurang secara
eksponensial selama 178 menit saat mencapai kondisi normal kembali.
Gambar 13 Hasil simulasi minimal model insulin subjek kelima
Sensitivitas insulin yang diperoleh pada subjek kelima adalah sebesar
1.1432 x 10-4 µU/ml dan hasil ini jauh dibawah rentang sensitivitas insulin normal.
Sehingga dapat dikatakan bahwa subjek keempat memiliki gangguan toleransi
kadar glukosa atau terdapat resistansi insulin. Insulin tersebut tidak dapat
mengatur regulasi glukosa dalam tubuh agar tetap berada dalam kondisi normal.
Terlihat pula pada grafik insulin di atas yang menunjukkan proses sekresi dalam
tubuh yang hanya memiliki dua puncak sebagai dua proses sekresi insulin, tetapi
pada fase kedua tidak bekerja dengan efektif. Insulin pertama melonjak naik
hingga mencapai 1067µU/ml sebagai respon ketika mendapat rangsangan dari sel
beta karena kadar glukosa dalam tubuh tinggi. Proses insulin kedua muncul pada
saat menit ke-38, insulin bergerak naik dari 193 µU/ml menjadi 227 µU/ml.
Ketidakefektifan proses sekresi insulin kedua dapat menyebabkan peningkatan
kadar glukosa atau hiperglikemia. Kesesuaian hubungan antara data insulin
eksperimen dan simulasi yang diperoleh adalah sebesar 84.068%.
19
Nilai parameter seperti Gb, γ, Ib, k, dan, p2 juga digunakan dalam minimal
model agar dapat menggambarkan mekanisme pengaturan gula darah dalam tubuh.
Namun parameter tersebut tidak dapat mengindikasikan apakah seseorang
menderita penyakit diabetes atau tidak. Parameter tersebut hanya mempengaruhi
besar nilai Si dan Sg yang diperoleh sebagai penentu kondisi kesehatan seseorang
dalam penyakit diabetes. Berdasarkan nilai Sg dan Si yang diperoleh tersebut
menunjukkan bahwa subjek pertama, ketiga, keempat, dan subjek kelima adalah
penderita diabetes sedangkan pada subjek kedua masih dalam keadaan sehat.
Kesesuaian visual empiris plot kurva simulasi dan data eksperimen yang
dibuktikan dengan nilai R2 atau Kesesuaian hubungan antardata menunjukkan
bahwa model yang diusulkan valid. Walaupun untuk beberapa data terdapat
perbedaan seperti pada subjek pertama dan subjek keempat nilai Sg selalu lebih
besar dari nilai Si, namun pada subjek kelima nilai Si yang diperoleh lebih besar
dari nilai Sg.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pencarian parameter yang diperlukan dalam modifikasi minimal model
dapat menggunakan algoritma Partikel Swarm Optimization baik untuk salah satu
data, ataupun data insulin dan glukosa sekaligus. Hasil dari pemodelan dengan
menggunakan parameter tersebut juga menghasilkan pola grafik yang tidak jauh
berbeda antara data simulasi dengan data eksperimen. Pemodelan ini dapat
digunakan untuk mendeteksi orang sehat, pasien pradiabetes dan pasien diabetes
melitus berdasarkan nilai Sg dan Si yang diperoleh. Berdasarkan lima subjek yang
diuji, hanya subjek kedua yang menunjukkan kondisi sehat. Pada kondisi normal
kadar glukosa dalam tubuh akan melonjak naik ketika diinjeksi glukosa.
Kemudian kadar glukosa tersebut akan turun secara eksponensial selama kurang
dari 2 jam. Sekresi insulin dalam tubuh normal terbagi menjadi dua fase, sehingga
akan menunjukkan dua puncak pada grafik. Puncak pertama sebagai respon dari
sel beta ketika kadar glukosa tinggi, sedangkan puncak atau fase kedua akan
melanjutkan dari fase pertama untuk menjaga kadar glukosa dalam kondisi normal.
Nilai koefisien determinasi yang didapatkan dari semua subjek melebihi 80%,
sehingga pemodelan ini dikatakan layak untuk digunakan.
Saran
 Perlu modifikasi pemodelan kembali untuk mempertimbangkan jeda waktu
antara respon insulin terhadap kenaikan glukosa
 Perlu modifikasi PSO agar program dapat berjalan secara otomatis dan akan
berhenti ketika mendapatkan data yang paling baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Subroto, M. Ahkam. 2006. VCO dosis tepat taklukan penyakit. Bogor :
Penebar Swadaya
2. Kwach B et al. 2011. Mathematical model for detecting diabetes in the blood.
Aplied Mathematical sciences 5:279-286
3. Hartini S, 2009. Diabetes? Siapa takut!!: panduan lengkap untuk diabetesi,
keluarganya, dan profesional medis. Bandung: Quanita
4. George H. Fried, George J Hademenos. 2006. Schaums : Tss Biologi Ed. 2.
Diterjemahkan oleh Damaring Tyas S.Si. Jakarta: Erlangga
5. Esben FJ. 2007. Modeling and simulation of glucose-insulin metabolism.
Technical University of Denmark : Denmark
6. Campbell RK, White JR. 2008. More choices than ever before: emerging
therapies for type 2 diabetes. The Diabetes Educator; 32(3):518-534
7. Dr. Charles Fox, Dr. Anne Kilvert. 2007. Type 1 Diabetes. Class Publishing
Londong : Barb House, Barb Mews, London W6 7PA, UK
8. Judith, L Gooley. 2009. The minimal model of glucose disposal in the
analysis of glucose effectiveness: importance of early insulin data. Diabetes
Technology & Therapeutics
9. J. Kennedy, R. Eberhart,. 1995. Particle swarm optimization. In Proceeding
of the IEEE international conference on neural network IV, pp. 1942-1948
10. M. Widiasri, A. Justitia, A. Z. Arifin. 2011. Penerapan particle swarm
optimization untuk penentuan parameter regulasi pada kernel regularized
discriminant analysis. Computar Science and Engineering, Information
System Technologies and Applications, ISBN: 978-979-8689-14-7
11. Chih-Cheng Kao. 2009. Application of particle swarm optimization in
mechanical design. Department of Electrical Engineering, Kao Yuan
University
12. Xioalin Wang, Xun Qiu. 2013. Application of particle swarm optimization for
enhanced cyclic steam stimulation in a offshore heavy oil reservoir.
International Journal of Information Technology, Modeling and Computing
(IJITMC) Vol. 1, No.2
13. Santosa, Budi. 2009. Tutorial particle swarm optimization. Surabaya: Teknik
Industri, ITS
14. Kartono, Agus. 2013. Modified minimal model for effect of physical exercise
on insulin sensitivity and glucose effectiveness in type 2 diabetes and healty
human. Theory Biosci. Doi: 10.1007/s12064-013-0181-8
15. Roy, Anirban. 2008. Dynamic modeling of free fatty acid, glucose, and
insulin during rest and exercise in insulin dependent diabetes mellitus patien
[Disertasi]. Pennsylvania (US): University of Pittsburgh.
16. Sumardiono. 2007. Homeschooling a leap for better learning: lompatan cara
belajar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
17. Yunianti, Faizah. 2010. Parameter penentu resistensi insulin [Internet].
[diakses 2014 Maret 12] Tersedia pada: http: //www.slideshare.net/andreei/
rkk23
18. Steil. GM et al. 1993. Reduce sample number for calculation of insulin
sensitivity and glucose effectiveness from the minimal model. Diabetes
42:250-256
21
19. J. Li, M. Wang, A. De Gaetano, P. Palumbo, S. Panunzi. 2012. The range of
time delay and the global stability of the equilibrium for an IVGTT model,
Math. Biosci., 235, 128-137. doi:10.1016/j.mbs.2011.11.005
20. Morbiducci U et al. 2007. Improved usability of minimal model of insulin
sensitivity based on an automated approach and genetic algorithm for
parameter estimation. Clinical Science 112:57-263
21. Shiang KD et al. 2010. A computational model of the human glucose-insulin
regulatory system. Journal of Biomedical Research 24(5): 347-364
22
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data eksperimen IVGTT subjek pertama
Waktu (menit)
-2
0
2
4
6
8
10
13
18
23
28
33
38
48
58
78
98
118
138
158
178
Kadar Glukosa
(mg/dl)
87.7358
225.4717
214.1509
203.7736
200
195.283
192.4528
174.5283
158.4906
150
131.1321
118.8679
115.0943
106.6038
93.3962
82.0755
77.3585
83.0189
83.0189
82.0755
85.8491
Kadar Insulin
(µU/ml)
67.9245
413.2075
410.3774
305.6604
286.7925
234.9057
317.9245
278.3019
238.6792
250.0000
233.9623
203.7736
153.7736
169.8113
115.0943
111.3208
53.7736
46.2264
58.4906
64.1509
55.6604
23
Lampiran 2 Data eksperimen IVGTT subjek kedua
Waktu (menit)
-2
0
2
4
6
8
10
13
18
23
28
33
38
48
58
78
98
118
138
158
178
Kadar Glukosa
(mg/dl)
87.2117
299.3711
259.9581
253.2495
244.0252
225.5765
223.8994
203.7736
188.6792
170.2306
150.9434
134.1719
119.9161
101.4675
89.7275
85.5346
85.5346
88.0503
87.2117
86.5332
87.2117
Kadar Insulin
(µU/ml)
38.5744
179.4549
103.9832
99.7904
93.9203
104.8218
77.1488
88.8889
95.5975
79.6646
97.2746
86.3732
108.1761
44.4444
24.3187
33.5430
29.3501
37.7358
31.0273
33.5430
46.9602
24
Lampiran 3 Data eksperimen IVGTT subjek ketiga
Waktu (menit)
-2
0
2
4
6
8
10
13
18
23
28
33
38
48
58
78
118
138
158
178
Kadar Glukosa
(mg/dl)
77.9874
226.4151
228.9308
203.7736
201.2579
196.2264
183.6478
173.5849
148.4277
123.2704
115.7233
100.6289
95.5975
85.5346
75.4717
72.9560
77.9874
80.5031
77.9874
80.5031
Kadar Insulin
(µU/ml)
57.9
1031.4
915.7
759.7
772.3
646.5
669.2
513.2
508.2
440.3
327
286.8
226.4
166
148.4
118.2
67.9
42.8
60.4
57.9
25
Lampiran 4 Data eksperimen IVGTT subjek keempat
Waktu (menit)
-2
0
2
4
6
8
10
13
18
23
28
38
48
58
68
78
118
138
158
178
Kadar Glukosa
(mg/dl)
74.20
183.4
171.9
164.8
164.1
150.1
140
135.1
136.2
127
118.9
100.9
90.1
83.4
79.1
76.4
73.3
77.3
76.4
73
Kadar Insulin
(µU/ml)
24
231
127.5
124.5
146
102.5
129
92
88.5
113.5
179.5
126.5
91.5
64
34
30
28
27
33.5
23.5
26
Lampiran 5 Data eksperimen IVGTT subjek kelima
Waktu (menit)
-2
0
2
4
6
8
10
12
16
19
22
28
33
38
43
48
58
68
78
88
98
118
138
158
178
Kadar Glukosa
(mg/dl)
86.47
345.9
275.64
263.03
241.41
228.8
227.9
218.89
208.98
199.97
192.77
175.65
163.94
157.64
149.53
147.73
132.41
108.99
97.28
93.68
89.18
84.67
79.27
79.06
72.06
Kadar Insulin
(µU/ml)
44
1036
1067
914
415
455
404
216
344
282
232
294
193
227
210
188
116
194
154
95
72
50
38
36
33
27
Lampiran 6 Sistem kerja algoritma particle swarm optimization
Penentuan Jumlah Partikel
Penentuan Rentang Nilai Parameter
Penentuan Posisi dan
Kecepatan
Membandingkan dengan Nilai Pbest
ya
Perbaharui Nilai Pbest
tidak
Pertahankan Nilai Pbest Sebelumnya
Penentuan Gbest
Subtitusi Parameter ke dalam Minimal Model
Bandingkan Data Eksperimen dengan
Data Simulasi
ya
tidak
Data Eksperimen dengan Data Simulasi
Sudah Dekat ?
Selesai
28
Lampiran 7 Nilai Parameter Setiap Subjek
Subjek
Pertama
Subjek
Kedua
Subjek
Ketiga
Subjek
Keempat
Subjek
Kelima
8.9612 x 10-3
8.875 x 10-3
8.4 x 10-3
8.9681 x 10-3
8.8581 x
10-3
80.757
86.803
80.655
79.098
87.994
58.91
34.788
48.465
26.809
40.821
1.0041 x 10-1
2.4585 x 10-1
1.0042 x 10-1
1.2832 x 10-1
1.128 x
10-1
2.8587 x 10-2
3.1591 x 10-2
2.0824 x 10-2
1.9967 x 10-2
3.3225 x
10-2
1.0406 x 10-2
2.1872 x 10-2
1.4888 x 10-2
1.669 x 10-2
1.0391 x
10-2
1.4474 x 10-4
4.9592 x 10-4
1.2198 x 10-4
1.9901 x 10-4
1.1432 x
10-4
γ
menit-2
(µU/ml)(m
g/dl)-1
Gb
mg/dL
Ib
μU/mL
k
menit-1
p1
menit
-1
p2
menit-1
Si
menit1
(µU/mL)-1
29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada 13 Januari 1993 dari Bapak Abu Bakar
dan Ibu Asiah.Penulis merupakan anak kedua dari 4 bersaudara. Penulis
mengikuti pendidikan TK selama 1 tahun di TK putra 7. Pada tahun 1998-2004
penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Gunung Putri 05. Setelah lulus
Sekolah Dasar, penulis melanjutkan ke SMPN 1 Cibinong selama 3 tahun.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya ke SMAN 3 Cibinong pada tahun
2010. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB dan diterima di Departemen Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif mengajar Matematika SD di
bimbingan belajar Primagama QuantumKids pada tahun 2012-2013 dan mengajar
privat SMP untuk pelajaran Fisika dan Matematika. Penulis juga aktif sebagai
Divisi Instrumen dan Teknologi Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) IPB
pada tahun 2011-2012 serta mengikuti kepanitiaan Kompetisi Fisika tahun 2011,
Seminar Robot 2011, Masa Pengenalan Departemen (MPD) pada tahun 2012,
Physics Expo 2012, Physic Go To School tahun 2012. Penulis pernah mengikuti
lomba drama musikal dalam acara SPIRIT FMIPA pada tahun 2012 dan
mengikuti Conference on Theoretical Physics and Nonlinear Phenomena 2013 di
IPB sebagai audiens.
Download