I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mie merupakan salah satu bentuk pangan yang sudah cukup populer dan banyak dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat di Indonesia. Tingginya konsumsi mie ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah bila ditinjau dari nilai gizinya mie memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan nasi putih. Sehingga mie sering digunakan untuk mengganti nasi, makanan tambahan ataupun sebagai cadangan pangan darurat (Astawan, 2005). Mie yang beredar di Indonesia terdiri dari empat jenis, yaitu mie mentah, mie basah, mie kering, dan mie instan. Banyak makanan daerah di Indonesia yang menggunakan bahan baku mie, seperti soto mie (Bogor), taoge goreng (Jawa Barat), mie celor (Palembang), dan mie juhi (Bogor). Jenis makanan lain yang terbuat dari mie, seperti mie goreng, mie pangsit, mie ayam, ifu mi, dan lomi (Astawan, 2005). Khusus mie basah, banyak digunakan pada berbagai produk makanan seperti mie bakso, mie ayam, mie goreng, soto mie, dan lain-lain yang digemari oleh berbagai lapisan masyarakat (Imansyah, 2006). Glukomanan adalah senyawa polisakarida yang mudah larut dalam air. Tepung glukomanan dapat dimanfaatkan baik untuk bahan baku industri pangan maupun untuk industri non pangan. Glukomanan mempunyai beberapa sifat fisik, antara lain daya kembang glucomannan di dalam air dapat mencapai 138-200 persen yang terjadi secara cepat (Boelhasrin et al., 1970). Glukomanan juga memiliki beberapa manfaat, antara lain sebagai suplemen untuk tindakan medis bagi penderita obesitas, kolesterol tinggi, diabetes, dan konstipasi (Husniati, dkk, 2009). Penelitian ini mengkaji pengaruh penilaian organoleptik terhadap penambahan glukomanan konjak komersial dalam pembuatan mie basah yang disubstitusikan dengan tepung cassava. Penambahan tepung cassava dalam pembuatan mie basah menyebabkan mie sulit terbentuk karena tepung cassava tidak mempunyai kandungan gluten. Tepung terigu mengandung protein yang berfungsi sangat prinsip yaitu gluten. Gluten mempunyai sifat penting, ketika ditambahkan air dan dikenai gaya mekanis akan membentuk adonan yang elastis. Adonan dapat membentuk gelembung akibat pengembangan gas. Kemudian apabila gluten dipanaskan, gluten akan terkoagulasi dan membentuk struktur yang semirigid. Gluten mengandung protein yang khas yaitu gliadin dan glutenin. Fraksi gliadin terhidrasi bersifat kental (viskos), tetapi fraksi glutenin memperlihatkan kohevisitas dan elastisitas tinggi yang merupakan faktor utama yang berperan dalam kekuatan adonan (Gracia et al., 2009, dalam Kurniasih, 2008). Penambahan glukomanan dalam penelitian ini diharapkan mampu mengikat adonan sehingga adonan lebih mudah dibentuk dengan sifat organoleptik yang disukai. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah berapa jumlah substitusi tepung cassava dan glukomanan yang tepat sehingga dapat membentuk mie basah dengan sifat organoleptik yang disukai. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk 1. memperoleh jumlah substitusi tepung cassava yang dapat menghasilkan mie basah dengan kualitas organoleptik terbaik. 2. memperoleh jumlah penambahan glukomanan terbaik yang dapat menghasilkan mie basah dengan kualitas organoleptik terbaik. C. Kerangka Pemikiran Menurut Azman (1999, dalam Baliara, 2005) singkong di samping sebagai sumber karbohidrat juga memiliki rasa netral. Oleh karena itu tepung singkong dapat dipakai sebagai bahan substitusi terigu dalam pembuatan produk pangan. Produk dari tepung singkong ini digunakan untuk industri roti, mie, dan produk-produk makanan lainnya dan menjadi produk pangan alternatif paling luas. Penelitian yang dilakukan Niba (2001) menyimpulkan bahwa total serat pangan tepung singkong sebesar 3,00 6,62 g/100 g. Serat ini mempunyai efek yang menguntungkan bagi tubuh manusia dan sangat dianjurkan untuk kelancaran fungsi pencernaan. Mie basah merupakan jenis mie yang mengalami proses perebusan setelah tahap pemotongan dan sebelum dipasarkan. Mie basah di Indonesia dikenal sebagai mie kuning atau mie bakso. Mie basah memiliki cita rasa yang khas dan penyajiannya dapat dicampurkan dengan makanan lain sehingga mie basah banyak disukai orang (Desriani, 2003). Menurut Dekker (1979, dalam Lubis, dkk, 2000), glukomanan bisa berkhasiat dalam kesehatan karena berperan sebagai dietary fiber yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, dapat mengganti sel-sel tubuh yang rusak, membersihkan dan mempercepat kelancaran peredaran darah dan mengobati kencing manis. Penelitian terhadap efek glukomanan terhadap kesehatan antara lain mendapatkan hasil bahwa glukomanan merupakan tambahan makanan yang efektif menurunkan kadar kolesterol (Arvil and Bodin, 1995), memiliki manfaat dalam perawatan sembelit anak-anak (Baucke, et al, 2004), glukomanan serta kombinasi dengan sterol tanaman memperbaiki konsentrasi plasma kolesterol LDL (Yoshida, et al, 2005), makanan yang tinggi kandungan glukomanan memperbaiki kontrol glisemik dan profil lemak (Vuksan, et al, 2000), penurunan berat badan dengan konsumsi glukomanan (Vita, et al, 1992). D. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1. terdapat jumlah substitusi tepung cassava yang tepat sehingga akan menghasilkan mie basah dengan kualitas organoleptik terbaik. 2. terdapat jumlah penambahan glukomanan komersial yang tepat sehingga akan menghasilkan mie basah dengan kualitas organoleptik terbaik.