hubungan konformitas teman sebaya dengan - e

advertisement
HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU
SEKSUAL PADA PELAJAR DI KOTA BUKITTINGGI
Rizqi Hidayatullah
Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang
e-mail: [email protected]
ABSTRACT: Peer relationship between public prejudice against veiled muslim
women with social distance. This study aim to determine the relationship between peer
conformity with sexual behavior of students in the Bukittinggicity. This study use
quantitative method and subject retrieval using purposive sampling technique. Number of
subjek in this study is 50 people. The data processed using statistical techniques product
moment correlation. Based on the analysis of data obtained value of rxy = 0.607 p =
0.000 (P < 0.01) indicates that hypothesis in this study is accepted.
Keywords: peer conformity, sexual behavior.
ABSTRAK: Hubungan konformitas teman sebaya dengan perilaku seksual pada
pelajar di kota bukittinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
konformitas teman sebaya dengan perilaku seksual pelajar di kota bukittinggi. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif dan pengambilan subjek menggunakan teknik
purposive sampling. Subjek penelitian berjumlah 50 orang.Data diolah dengan
menggunakan teknik statistik korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh nilai rxy = 0.607 p = 0.000 (P < 0,01) yang menandakan hipotesis dalam
penelitian ini diterima.
Kata kunci: konformitas teman sebaya, perilaku seksual.
merupakan aspek yang terpenting dalam
PENDAHULUAN
Pada masa remaja terjadi perubahan-
kehidupan mereka. Beberapa remaja akan
perubahan yang dramatis, baik perubahan
melakukan apapun, agar dapat dimasukkan
fisik maupun perubahan kognitif. Perubahan
sebagai anggota. Bagi mereka, dikucilkan
fisik dan kognitif tersebut akan berdampak
dari kelompok merupakan hal yang dapat
pula
memunculkan stress, frustasi, dan kesedihan
pada
perkembangan
psikososial
(Santrock, 1996: 219).
mereka. Pada banyak remaja, bagaimana
mereka dipandang oleh
Kelompok ada dimana-mana. Kita
teman sebaya
semua tentunya telah berpartisipasi di
82
Hidayatullah, Hubungan Konformitas Teman Sebaya…| 83
dalamnya, dan hal ini juga terjadi pada
yang mewajibkan anggota kelompoknya
remaja. Mereka secara sadar maupun tidak
untuk melakukan suatu hal. Norma tersebut
sadar telah menghabiskan sebagian besar
ada, namun bentuknya tidak tertulis dan
waktunya untuk melakukan aktifitas dalam
telah ditaati oleh semua anggota kelompok.
kelompok,
seperti
belajar,
Dengan semakin canggihnya teknologi
kelompok olah raga, ataupun kelompok
dan semakin gencarnya kebudayaan barat
remaja di daerah tempat tinggal masing-
masuk ke Indonesia, maka pola hidup dan
masing. Ini hanya sebagian kecil dari
gaya
kelompok yang ada dalam kehidupan sehari-
Mereka tidak lagi mengindahkan norma-
hari remaja. Delamater dan Myers (2011:
norma yang berlaku di masyarakat. Mereka
277)
sudah tidak segan lagi untuk berciuman di
menegaskan
kelompok
bahwa
kelompok
hidup
remaja
depan
kelompok dapat memberikan dukungan
memperihatinkan lagi mereka sudah tidak
sosial dan dapat membantu meningkatkan
menganggap lagi seks itu tabu. Para remaja
kinerja. Tanpa adanya kelompok sebagian
sudah mulai berani menjelajahi apa itu seks
besar individu akan merasakan kehilangan.
dengan cara mereka sendiri, dan mereka
Hal ini membuat para remaja semakin kuat
sudah mulai berani untuk melakukannya,
untuk membentuk atau bergabung pada
karena mereka takut dikucilkan dalam
suatu kelompok. Dengan bergabungnya
pergaulan apabila mereka belum pernah
remaja pada satu kelompok tertentu, maka
melakukan hubungan seksual. Dalam sebuah
remaja tersebut sangat mungkin untuk
penelitian
meniru ataupun melakukan apa saja yang
generasi muda di salah satu kota di
juga dilakukan oleh kelompoknya. Hal ini
Indonesia
dinamakan dengan konformitas.
beberapa hal yang mengejutkan. Perilaku
dengan
norma
yang
ada
pada
suatu
dan
mengenai
baru-baru
yang
berubah.
merupakan suatu hal yang penting, karena
Konformitas sangat erat kaitannya
umum,
semakin
perilaku
ini
lebih
seksual
menyingkap
seksual remaja SMK di kota Baturaja pada
tahun 2010,
diperoleh hasil 26% dari
kelompok. Hechter & Opp menyatakan
responden berperilaku seksual dengan risiko
bahwa norma adalah sebuah peraturan atau
tinggi dan 74% responden berperilaku
standarisasi
seksual
yang
spesifik
mengenai
dengan
ini
risiko
rendah.
dalam
perilaku
seksual
remaja
bagaimana anggota kelompok berperilaku
penelitian
dalam suatu keadaan (Delamater dan Myers,
dikategorikan risiko rendah bila remaja
2011: 287). Peraturan tersebut tidak selalu
pernah berduan, memeluk atau berciuman
dalam bentuk tertulis. Pada kelompok
selama pacaran, sedangkan perilaku seksual
remaja, jarang sekali terdapat aturan tertulis
remaja dikategorikan berisiko tinggi bila
84 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 82-91
remaja selama berpacaran telah melibatkan
menyebutkan bahwa sering para remaja
alat
melakukan
berpasangan datang ke objek wisata kebun
perabaan bagian sensitif pasangan, saling
binatang ini dan terkadang sering dengan
menempelkan alat kelamin atau melakukan
sengaja memilih tempat duduk yang sedikit
hubungan seks selama pacaran (Sari dan
sepi.
kelamin
baik
berupa
Taviv, 2010).
Peneliti
melakukan
observasi
di
Belakangan ini, sebagai dampak dari
beberapa lokasi yang sering digunakan
perubahan-perubahan norma-norma budaya,
sebagai tempat bagi para remaja untuk
aktifitas seksual remaja terlihat semakin
berdua-duaan. Salah satunya di daerah
meningkat.
penelitian
belakang balok kota Bukittinggi, disana
menunjukkan bahwa remaja mempunyai
sering terlihat remaja dengan seragam SMA
angka terbesar dalam melakukan aktifitas
sedang duduk berduaan saling berdekatan
hubungan seksual. Fenomena ini jelas
sambil berpegangan tangan. Selain itu, di
sangat mengkhawatirkan orang tua dan
jalan
masyarakat. Sebab, meskipun seksualitas
Bukittinggi, peneliti juga sering melihat
merupakan
dari
remaja berseragam sekolah sedang berdua-
seksual
duaan di atas motor sambil berpegangan
tersebut disertai resiko-resiko yang tidak
tangan. Kadang sepulang dari sekolah tak
hanya di tanggung oleh remaja itu sendiri,
jarang ada remaja yang berani menggandeng
melainkan
pasangannya sambil menunggu angkot. Dari
Sejumlah
bagian
perkembangan,
juga
tetapi
oleh
data
normal
perilaku
orang
tua
dan
masyarakat (Desmita, 2008: 224).
Maraknya
peningkatan
raya
depan
lapangan
Wirabraja
hasil observasi tersebut peneliti melihat
perilaku
adanya perilaku seksual di kalangan remaja
seksual di kota-kota besar Indonesia juga
kota Bukittinggi.
terjadi di kota bukittinggi. Berdasarkan hasil
Lingkungan
yang
tidak
punya
membentuk
penulis lakukan, penulis menemukan bahwa
proteksi terhadap perilaku orang-orang di
masih
kota
sekelilingnya. Pada penelitian yang pernah
Bukittinggi yang berpacaran dan menjurus
dilakukan oleh Prada (2008), ia menemukan
kearah perilaku seksual pranikah. Pada
bahwa
tanggal
penulis
konformitas terhadap seks pranikah pada
mewawancarai seorang warga bernama I
remaja pria dan wanita. Dalam penelitian
yang berprofesi sebagai penjual makanan
tersebut hanya membuktikan bahwa remaja
ringan di objek wisata kebun binatang kota
pria dan wanita memiliki perbedaan dalam
Bukittinggi. Dalam wawancara tersebut I
konformitasnya terhadap perilaku seksual.
23
juga
maret
remaja
2013,
di
terdapat
yang
akan
wawancara dan pengamatan yang telah
banyak
remaja
negatif
perbedaan
tingkat
Hidayatullah, Hubungan Konformitas Teman Sebaya…| 85
Selanjutnya pada tahun 2009 penelitian yang
bahwa ada remaja yang berpacaran karena
dilakukan oleh Lailiya juga menunjukkan
tidak mau kalah saingan dengan temannya.
adanya hubungan antara konformitas dengan
Menurut
perilaku seksual remaja. Dua orang subjek
anggota kelompok tersebut. Ia mengaku
menunjukkan
konformitas
bahwa awalnya dulu ia pacaran karena
tiga
orang
temannya
sering
lainnya menunjukkan bentuk konformitas
pacarnya,
kemudian
acceptance (penerimaan). Penelitian lainnya
mendorong
yang dilakukan oleh Fonge (2011) terhadap
Temannya juga sering bercerita mengenai
40 subjek yang berumur 18-22 tahun
kegiatan yang biasa dilakukan selama
ditemukan
berpacaran.
compliance
bentuk
(menurut)
hubungan
dan
yang
signifikan
dimana konformitas terhadap teman sebaya
pengakuan
A
A,
salah
bercerita
seorang
mengenai
temannya
untuk
mencari
juga
pacar.
Berdasarkan latar belakang di atas,
berpengaruh terhadap perilaku seksualnya,
peneliti
mengambil
sebuah
kesimpulan
semakin tinggi konformitas, maka semakin
sementara bahwa konformitas memegang
tinggi pula perilaku seksual dari remaja.
peranan penting dalam perilaku seksual pada
Penulis sangat tertarik dengan isu
remaja. Dan untuk itu peneliti ingin
mengenai seks pranikah pada remaja ini.
melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan
Dalam berita yang dimuat di Harian Pagi
melakukan
Padang
“Hubungan konformitas dengan perilaku
Ekspres
(2013),
Satpol
PP
melakukan razia di beberapa kawasan rawan
penelitian
yang
berjudul
seksual pada pelajar di kota Bukittinggi”.
penyakit masyarakat (Pekat) dan mesum di
kota Bukittinggi pada malam pergantian
METODE
Penelitian
tahun baru. Mereka berhasil menangkap 23
orang, yang mana 20 di antaranya adalah
wanita berusia muda yaitu berumur 16-22
tahun. Ini mengindikasikan bahwa perilaku
remaja di kota Bukittinggi sudah mulai
menjurus kearah perilaku seksual pranikah.
Peneliti
juga
telah
melakukan
wawancara pada sekelompok remaja yang
sedang
berkumpul-kumpul
di
belakang balok kota Bukittinggi
daerah
pada
tanggal 16 maret 2012. Berdasarkan hasil
wawancara tersebut, peneliti menemukan
ini
dilakukan
dengan
menggunakan metode kuantitatif. Desain
yang
digunakan
adalah
penelitian
korelasional. Penelitian korelasional adalah
suatu tipe penelitian yang melihat hubungan
antara satu atau beberapa ubahan dengan
satu atau beberapa ubahan lainnya (Yusuf;
2005: 84).
Populasi dari penelitian ini adalah
seluruh pelajar SMA di kota Bukittinggi,
yaitu mulai dari kelas X sampai dengan
kelas XII. Teknik yang digunakan dalam
86 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 82-91
penelitian ini adalah purposive sampling,
sedang sebanyak 12 orang (24 %) dan yang
yang diataranya adalah: 1) Pelajar SMA
memiliki tingkat konformitasyang tinggi
yang berada di kota Bukittinggi; 2) Pernah
sebanyak 38 orang (76 %). sedangkan
atau sedang berpacaran. Hal ini didasarkan
memiliki tingkat perilaku seksual yang
bahwa aktivitas seksual merupakan salah
sedang sebanyak 48 orang (94 %) dan yang
satu bentuk ekspresi atau tingkah laku
memiliki tingkat perilaku seksual yang
berpacaran dan rasa cinta (Hurlock, 1980);
tinggi sebanyak 2 orang (4 %).
3)
Memiliki
kelompok
yang
semua
anggotanya pernah atau sedang berpacaran.
Berdasarkan hasil analisis korelasi
tentang hubungan konformitas teman sebaya
Instrument yang digunakan dalam
dengan perilaku seksual diperoleh koefisien
penelitian ini berbentuk skala. Penelitian ini
korelasi sebesar r = 0.607 dengan p = 0.000
menggunakan dua buah skala, yaitu skala
(p < 0.01) menandakan hipotesis diterima.
konformitas
Pada koefisien korelasi menunjukkan arah
teman
sebaya
dan
skala
perilaku seksual.
korelasi
yang
positif,
artinya
terdapat
korelasi positif yang signifikan antara
HASIL DAN BAHASAN
konformitas teman sebaya dengan perilaku
Hasil
seksual.
Deskripsi data dalam penelitian ini
terdiri
Artinya,
konformitas
teman
semakin
sebaya
yang
tinggi
yang
dari rerata empiris dan rerata
dimiliki oleh pelajar maka akan semakin
hipotetik penelitian. Rerata empiris dan
tinggi pula perilaku seksualnya. Hal ini
rerata hipotetik dalam penelitian diperoleh
berarti hipotesis yang diajukan diterima
melalui skala konformitas teman sebaya dan
kebenarannya.
skala perilaku seksual Dimana mean empirik
konformitas lebih besar daripada mean
Pembahasan
hipotetiknya (µe = 101,30> µh = 81). Pada
Berdasarkan dari hasil analisis data
variabel perilaku seksual mean empiriknya
penelitian dengan menggunakan analisis
juga lebih besar dari pada mean hipotetiknya
korelasi Spearman Brown, diketahui bahwa
(µe = 133,90> µh = 125). Hal ini
terdapat hubungan yang positif konformitas
menunjukkan bahwa perilaku seksual subjek
teman sebaya terhadap perilaku seksual pada
dalam penelitian ini lebih tinggi dari pada
pelajar di kota Bukittinggi dengan koefisien
populasi pada umumnya.
korelasi (r) 0.607 antara konformitas teman
diperoleh
sebaya terhadap perilaku seksual dengan
secara umum skala konformitas teman
signifikansi sebesar p = 0.000 (p < 0.01).
sebaya memiliki tingkat konformitas yang
Hal itu juga terlihat dari nilai rata-rata yang
Berdasarkan
data
yang
Hidayatullah, Hubungan Konformitas Teman Sebaya…| 87
didapat dari konformitas teman sebaya yaitu
Remaja di Bukittinggi juga mengalami
101.30. Nilai rata-rata konformitas teman
hal yang sama, dimana mereka mendapatkan
sebaya subjek lebih tinggi daripada rata-rata
tekanan
hipotetiknya
terhadap
(µh
=
81).
Hal
ini
karena
adanya
kelompok
ketertarikannya
teman
sebayanya
menunjukkan bahwa konformitas teman
dimana ia biasa bergaul di kegiatan sehari-
sebaya subjek berada pada tingkat yang
harinya. Tekanan yang disebabkan oleh
lebih tinggi daripada rata-rata populasi.
ketertarikan
Begitupula dengan nilai rata-rata yang
langsung maupun tidak langsung dalam diri
didapat pada prilaku seksual yaitu 133.90.
remaja. Hal ini senada dengan pernyataan
Nilai rata-rata perilaku seksual subjek juga
Santrock (1996) dimana konformitas itu
lebih tinggi dari nilai rata-rata hipotetiknya
dapat terjadi karena adanya desakan, baik
(µh = 125). Meskipun secara umum perilaku
desakan itu secara nyata ataupun hanya
seksual subjek beada pada kategori sedang
bayangan saja.
(98%), namun berdasarkan nilai rata-rata
Data
ini
dari
dapat
muncul
penelitian
subjek
juga
perilaku seksual diperoleh gambaran bahwa
menunjukkan
perilaku seksual subjek berada pada taraf
memiliki tingkat ketaatan yang tinggi, yaitu
yang lebih tinggi daripada rata-rata populasi.
sebanyak 46 (92%) subjek berada pada
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kategori tinggi. Ketaatan ini merupakan
diperoleh, dapat digambarkan konformitas
salah satu aspek dari konformitas. Sears,
teman sebaya pada remaja di bukittinggi
dkk (1985) mengatakan bahwa ketaatan
berada pada kategori sedang (24%) hingga
adalah suatu tuntutan atau tekanan dari
tinggi (76%).
kelompok terhadap individu yang membuat
Salah satu faktor yang menyebabkan
bahwa
ini
secara
penelitian
individu tersebut rela melakukan suatu
tingginya konformitas subjek adalah karena
tindakan
walaupun
adanya kohesivitas. Baron dan Byrne (2005)
menginginkannya.
ia
sendiri
tidak
mendefinisikan kohesivitas sebagai derajat
Dari hasil pengolahan data penelitian
ketertarikan yang dirasa oleh individu
pada aspek kekompakan ditemukan tingkat
terhadap suatu
kelompok. Ketika kita
kekompakan subjek sebanyak 26 orang
mengagumi suatu kelompok orang-orang
(52%) berada pada kategori sedang dan 23
tertentu, maka tekanan untuk melakukan
orang (46%) berada pada kategori tinggi.
konformitas akan bertambah besar. Salah
Hanya satu orang saja yang kekompakannya
satu cara untuk diterima oleh orang-orang
di
tersebut adalah dengan menjadi seperti
mengemukakan bahwa kekompakan itu
mereka dalam berbagai hal.
ditandai oleh adanya keeratan hubungan
taraf
rendah.
Sears,
dkk
(1985)
88 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 82-91
antara individu dan kelompoknya. Dengan
Sears, dkk. Menyatakan bahwa individu
demikian dapat diartikan bahwa subjek
yang dihadapkan pada keputusan kelompok
dalam penelitian ini memiliki keeratan
yang sudah bulat akan mendapat tekanan
hubungan berkisar dari sedang hingga
yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya.
tinggi. keeratan hubungan ini menunjang
Tingkat kesepakatan pada subjek penelitian
bagi subjek untuk menjadikan kelompoknya
ini menunjukkan bahwa subjek tidak ingin
sebagai sumber informasi dalam mencari
menjadi
jawaban dari suatu permasalahan. Remaja
kelompoknya, sehingga ia akan berusaha
yang memiliki kekompakan tinggi terhadap
untuk menyesuaikan pendapatnya agar dapat
kelompoknya
sejalan dengan pendapat
sering
menggunakan
berbeda
dengan
kesepakatan
kelompoknya.
kelompoknya sebagai sumber informasi,
Kemudian karena sebagian besar anggota
misalnya sorang remaja yang sehari-harinya
dalam kelompoknya telah bertingkah laku
selalu bersama dengan teman-temannya
sesuai pendapat kelompok, maka subjek
bertanya apakah berpelukan didepan umum
merasa
itu merupakan suatu hal yang benar.
dibenarkan meski sebenarnya ia memiliki
Kemudian
pendapat yang berbeda.
teman-temannya
menjawab
bahwa
tindakannya
itu
dapat
bahwa perilaku tersebut adalah benar, maka
Selanjutnya, penelitian ini dilakukan
remaja ini akan meyakini bahwa berpelukan
untuk mengetahui tentang perilaku seksual
didepan umum adalah suatu hal yang benar
remaja di kota Bukittinggi. Data mengenai
dan dapat diterima.
perilaku seksual subjek menunjukkan bahwa
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
secara umum perilaku seksual subjek berada
Baron, Vandello, dan Brunsman (Baron dan
pada taraf sedang hingga tinggi, sedang
Byrne, 2005:63) menunjukkan bahwa bahwa
sebanyak 48 orang (96%) dan tinggi
ketika keinginan seseorang untuk merasa
sebanyak 2 orang (4%). Dalam penelitian
benar adalah tinggi, maka orang tersebut
ini, remaja yang termasuk dalam kategori
akan
perilaku seksual sedang adalah remaja yang
cenderung
untuk
melakukan
konformitas pada orang lain ketika ia
sering
merasa tidak pasti dengan jawaban yang
berpelukan,
benar.
kadang
Pada
menunjukkan
aspek
kesepakatan,
bahwa
subjek
data
berpegangan
sering
meraba
kadang-kadang
tangan,
sering
berciuman,
kadang-
dada
meraba
(payudara),
alat
dan
kelamin.
dalam
Selanjutnya remaja yang termasuk dalam
penelitian ini berada pada kategori sedang
kategori perilaku seksual rendah adalah
hingga tinggi. sedang sebanyak 19 orang
remaja yang tidak pernah atau hanya sekali
(38%) dan tinggi sebanyak 30 orang (60%).
melakukan perilaku seksual sedang yang
Hidayatullah, Hubungan Konformitas Teman Sebaya…| 89
telah di jabarkan diatas, sedangkan remaja
Bukittinggi dengan dengan r = 0.607 (p <
yang dimasukkan kedalam kategori perilaku
0.01).
seksual tinggi adalah remaja yang telah
melakukan
perilaku
seksual
sedang
Nilai koefisien korelasi yang diperoleh
antara
konformitas
teman
sebaya
dan
ditambah dengan pernah sekali atau dua kali
perilaku seksual remaja di kota Bukittinggi
bersenggama.
yaitu 0.607 tergolong cukup tinggi dan dapat
Desmita (2008) mengatakan bahwa
meningkatnya
terhadap
teman sebaya maka ada kecenderungan
kehidupan seksual sangat dipengaruhi oleh
semakin tinggi pula perilaku seksual remaja
faktor perubahan-perubahan fisik selama
di kota Bukittinggi begitupun sebaliknya.
periode pubertas. Terutama kematangan
Sehingga disimpulkan Ha diterima dan Ho
organ-organ
seksual
perubahan
ditolak pada taraf signifikan 99% dengan
hormonal,
menyebabkan
dorongan-
hubungan yang positif.
dorongan
minat
seksual
remaja
dinterpertasikan bahwa semakin konformitas
dan
dalam
diri
remaja.
Lingkungan
yang
akan
tidak
punya
Dorongan seksual remaja ini sangat tinggi,
membentuk
dan bahkan lebih tinggi dari dorongan
proteksi terhadap perilaku orang-orang di
seksual orang dewasa. Dorongan tersebut
sekelilingnya. Hal ini sesuai dengan hasil
akhirnya menimbulkan ketegangan fisik dan
penelitian yang dilakukan oleh Suwarni
psikis pada diri remaja. Untuk melepaskan
(2009),
diri
remaja
ditemukan bahwa perilaku teman sebaya
dorongan
mempengaruhi perilaku seksual remaja baik
dari
mencoba
ketegangan
tersebut,
mengekspresikan
seksualnya dengan melakukan berbagai
remaja
negatif
dimana
yang
dalam
penelitiannya
secara langsung maupun tidak langsung.
bentuk tingkah laku seksual, mulai dari
berpacara, berkencan, bercumbu, sampai
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
melakukan kontak seksual.
Penelitian ini juga dilakukan untuk
Berdasarkan hasil penelitian, subjek Z
hubungan
dan K memiliki riwayat hidup sebagai Gay
konformitas teman sebaya dengan perilaku
yang berbeda. Subjek Z memiliki riwayat
seksual remaja di kota Bukittinggi. Setelah
kehidupan sebagai Gay karena adanya
melakukan uji hipotesis dengan metode
trauma
analisis
mendapatkan pengalaman seksual pertama
mengetahui
ada
korelasi,
tidaknya
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan positif
dan signifikan antara konformitas teman
sebaya dan perilaku seksual remaja di kota
masa
lalu
umur
kali bersama seorang laki-laki.
10
tahun
90 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 82-91
Subjek K memiliki riwayat kehidupan
dan semoga subjek dapat kembali kejalan
sebagai Gay ketika duduk di semester dua
yang telah diridhoi oleh Allah SWT bahwa
bangku perkuliahan, K mendapatkan contoh
setiap makhluk hidup diciptakan oleh Allah
modeling sebagai Gay dan mendapatkan
berpasang-pasangan. Kepada orang terdekat
pengalaman seksual sebagai gay dari junior
subjek
dibangku kuliah.
memberikan penjelesan mengenai agama
Pengalaman
sosial
subjek
dengan
sesama Gay, Z memilih menutup dirinya
dengan orang lain yang Gay. Sehingga yang
mengetahui dirinya Gay hanyalah kakak
kandung dan BF nya. Sedangkan K memilih
mengikuti komunitas Gay sehingga banyak
mengenal orang-orang lain yang juga Gay,
tetapi K tidak sepenuhnya mengikuti acara
dikomunitas
tersebut
karena
kesibukan
kerja.
agar
dapat
membimbing
dan
kepada subjek agar subjek dapat memahami
ajaran
agama
sepenuhnya.
Kepada
masyarakat diharapkan tidak memberikan
label negatif kepada kaum Gay ini. Bagi
peneliti
selanjutnya
disarankan
menggunakan metode pengumpulan
data
lainnya sehingga dapat lebih memahami dan
dapat
mengumpulkan
data
mengenai
Religiusitas Gay yang lebih mendalam lagi
agar data yang diperoleh lebih akurat.
Penelitian mengenai Religiusitas dalam
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka
berbagai tema nampaknya menarik untuk
dilakukan
kembali,
terutama
mengenai
beberapa saran yang dapat disampaikan
kehidupan beragama Gay dalam fenomena
adalah : Diharapkan kepada subjek untuk
lain.
dapat lebih memahami ajaran agama Islam
DAFTAR RUJUKAN
Baron, R. A., Byrne, D.(2005). Psikologi
sosial. Ed. 10. Jakarta: Erlangga.
Delamater, J.D. & Myers, D.J.(2011). Social
psychology. Wadsworth: Engange
learning.
Desmita. 2008. Psikologi perkembangan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fonge, R. L.(2011). Perilaku seksual pada
remaja ditinjau dari konformitas
teman sebaya. Thesis. Unika
Soegijapranata.
Hurlock,E.B.(1980).Psikologi Perkembagan
:Suatu
Pendekatan
Sepanjang
Rentang Kehidupan, edisi kelima.
Jakarta: Erlangga.
Prada
Y.T.(2008). Perbedaan tingkat
konformitas terhadap seks pranikah
antara pria dan wanita. Skripsi.
Universitas Gunadarma.
Santrock, J. W.(1996). Adolescence. 11th
edition. New York: McGraw Hill.
Santrock, J. W.(1996). Remaja. Alih bahasa:
Widyasinta, B. Jilid 2 edisi
kesebelas. Jakarta: Erlangga.
Hidayatullah, Hubungan Konformitas Teman Sebaya…| 91
Sari, D.K., Taviv, Y.(2010). Komunikasi
orang tua dan perilaku seksual
remaja sekolah menengah kejuruan
di
kota
Baturaja.
Jurnal
pembangunan manusia Vol. 4,No.
11.
Sears, D. O; Freedman, J. L; Peplau, L. A.
(1985). Psikologi Sosial. Edisi
kelima. Terjemahan oleh Michael
Adryanto. 2009. Jakarta: Erlangga.
Yusuf, A. M.(2005). Metodologi penelitian.
Padang: UNP Press.
Download