HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA PELAJAR DI KOTA BUKITTINGGI Rizqi Hidayatullah Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang e-mail: [email protected] ABSTRACT: Peer relationship between public prejudice against veiled muslim women with social distance. This study aim to determine the relationship between peer conformity with sexual behavior of students in the Bukittinggicity. This study use quantitative method and subject retrieval using purposive sampling technique. Number of subjek in this study is 50 people. The data processed using statistical techniques product moment correlation. Based on the analysis of data obtained value of rxy = 0.607 p = 0.000 (P < 0.01) indicates that hypothesis in this study is accepted. Keywords: peer conformity, sexual behavior. ABSTRAK: Hubungan konformitas teman sebaya dengan perilaku seksual pada pelajar di kota bukittinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konformitas teman sebaya dengan perilaku seksual pelajar di kota bukittinggi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan pengambilan subjek menggunakan teknik purposive sampling. Subjek penelitian berjumlah 50 orang.Data diolah dengan menggunakan teknik statistik korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai rxy = 0.607 p = 0.000 (P < 0,01) yang menandakan hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata kunci: konformitas teman sebaya, perilaku seksual. merupakan aspek yang terpenting dalam PENDAHULUAN Pada masa remaja terjadi perubahan- kehidupan mereka. Beberapa remaja akan perubahan yang dramatis, baik perubahan melakukan apapun, agar dapat dimasukkan fisik maupun perubahan kognitif. Perubahan sebagai anggota. Bagi mereka, dikucilkan fisik dan kognitif tersebut akan berdampak dari kelompok merupakan hal yang dapat pula memunculkan stress, frustasi, dan kesedihan pada perkembangan psikososial (Santrock, 1996: 219). mereka. Pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh Kelompok ada dimana-mana. Kita teman sebaya semua tentunya telah berpartisipasi di 82 Hidayatullah, Hubungan Konformitas Teman Sebaya…| 83 dalamnya, dan hal ini juga terjadi pada yang mewajibkan anggota kelompoknya remaja. Mereka secara sadar maupun tidak untuk melakukan suatu hal. Norma tersebut sadar telah menghabiskan sebagian besar ada, namun bentuknya tidak tertulis dan waktunya untuk melakukan aktifitas dalam telah ditaati oleh semua anggota kelompok. kelompok, seperti belajar, Dengan semakin canggihnya teknologi kelompok olah raga, ataupun kelompok dan semakin gencarnya kebudayaan barat remaja di daerah tempat tinggal masing- masuk ke Indonesia, maka pola hidup dan masing. Ini hanya sebagian kecil dari gaya kelompok yang ada dalam kehidupan sehari- Mereka tidak lagi mengindahkan norma- hari remaja. Delamater dan Myers (2011: norma yang berlaku di masyarakat. Mereka 277) sudah tidak segan lagi untuk berciuman di menegaskan kelompok bahwa kelompok hidup remaja depan kelompok dapat memberikan dukungan memperihatinkan lagi mereka sudah tidak sosial dan dapat membantu meningkatkan menganggap lagi seks itu tabu. Para remaja kinerja. Tanpa adanya kelompok sebagian sudah mulai berani menjelajahi apa itu seks besar individu akan merasakan kehilangan. dengan cara mereka sendiri, dan mereka Hal ini membuat para remaja semakin kuat sudah mulai berani untuk melakukannya, untuk membentuk atau bergabung pada karena mereka takut dikucilkan dalam suatu kelompok. Dengan bergabungnya pergaulan apabila mereka belum pernah remaja pada satu kelompok tertentu, maka melakukan hubungan seksual. Dalam sebuah remaja tersebut sangat mungkin untuk penelitian meniru ataupun melakukan apa saja yang generasi muda di salah satu kota di juga dilakukan oleh kelompoknya. Hal ini Indonesia dinamakan dengan konformitas. beberapa hal yang mengejutkan. Perilaku dengan norma yang ada pada suatu dan mengenai baru-baru yang berubah. merupakan suatu hal yang penting, karena Konformitas sangat erat kaitannya umum, semakin perilaku ini lebih seksual menyingkap seksual remaja SMK di kota Baturaja pada tahun 2010, diperoleh hasil 26% dari kelompok. Hechter & Opp menyatakan responden berperilaku seksual dengan risiko bahwa norma adalah sebuah peraturan atau tinggi dan 74% responden berperilaku standarisasi seksual yang spesifik mengenai dengan ini risiko rendah. dalam perilaku seksual remaja bagaimana anggota kelompok berperilaku penelitian dalam suatu keadaan (Delamater dan Myers, dikategorikan risiko rendah bila remaja 2011: 287). Peraturan tersebut tidak selalu pernah berduan, memeluk atau berciuman dalam bentuk tertulis. Pada kelompok selama pacaran, sedangkan perilaku seksual remaja, jarang sekali terdapat aturan tertulis remaja dikategorikan berisiko tinggi bila 84 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 82-91 remaja selama berpacaran telah melibatkan menyebutkan bahwa sering para remaja alat melakukan berpasangan datang ke objek wisata kebun perabaan bagian sensitif pasangan, saling binatang ini dan terkadang sering dengan menempelkan alat kelamin atau melakukan sengaja memilih tempat duduk yang sedikit hubungan seks selama pacaran (Sari dan sepi. kelamin baik berupa Taviv, 2010). Peneliti melakukan observasi di Belakangan ini, sebagai dampak dari beberapa lokasi yang sering digunakan perubahan-perubahan norma-norma budaya, sebagai tempat bagi para remaja untuk aktifitas seksual remaja terlihat semakin berdua-duaan. Salah satunya di daerah meningkat. penelitian belakang balok kota Bukittinggi, disana menunjukkan bahwa remaja mempunyai sering terlihat remaja dengan seragam SMA angka terbesar dalam melakukan aktifitas sedang duduk berduaan saling berdekatan hubungan seksual. Fenomena ini jelas sambil berpegangan tangan. Selain itu, di sangat mengkhawatirkan orang tua dan jalan masyarakat. Sebab, meskipun seksualitas Bukittinggi, peneliti juga sering melihat merupakan dari remaja berseragam sekolah sedang berdua- seksual duaan di atas motor sambil berpegangan tersebut disertai resiko-resiko yang tidak tangan. Kadang sepulang dari sekolah tak hanya di tanggung oleh remaja itu sendiri, jarang ada remaja yang berani menggandeng melainkan pasangannya sambil menunggu angkot. Dari Sejumlah bagian perkembangan, juga tetapi oleh data normal perilaku orang tua dan masyarakat (Desmita, 2008: 224). Maraknya peningkatan raya depan lapangan Wirabraja hasil observasi tersebut peneliti melihat perilaku adanya perilaku seksual di kalangan remaja seksual di kota-kota besar Indonesia juga kota Bukittinggi. terjadi di kota bukittinggi. Berdasarkan hasil Lingkungan yang tidak punya membentuk penulis lakukan, penulis menemukan bahwa proteksi terhadap perilaku orang-orang di masih kota sekelilingnya. Pada penelitian yang pernah Bukittinggi yang berpacaran dan menjurus dilakukan oleh Prada (2008), ia menemukan kearah perilaku seksual pranikah. Pada bahwa tanggal penulis konformitas terhadap seks pranikah pada mewawancarai seorang warga bernama I remaja pria dan wanita. Dalam penelitian yang berprofesi sebagai penjual makanan tersebut hanya membuktikan bahwa remaja ringan di objek wisata kebun binatang kota pria dan wanita memiliki perbedaan dalam Bukittinggi. Dalam wawancara tersebut I konformitasnya terhadap perilaku seksual. 23 juga maret remaja 2013, di terdapat yang akan wawancara dan pengamatan yang telah banyak remaja negatif perbedaan tingkat Hidayatullah, Hubungan Konformitas Teman Sebaya…| 85 Selanjutnya pada tahun 2009 penelitian yang bahwa ada remaja yang berpacaran karena dilakukan oleh Lailiya juga menunjukkan tidak mau kalah saingan dengan temannya. adanya hubungan antara konformitas dengan Menurut perilaku seksual remaja. Dua orang subjek anggota kelompok tersebut. Ia mengaku menunjukkan konformitas bahwa awalnya dulu ia pacaran karena tiga orang temannya sering lainnya menunjukkan bentuk konformitas pacarnya, kemudian acceptance (penerimaan). Penelitian lainnya mendorong yang dilakukan oleh Fonge (2011) terhadap Temannya juga sering bercerita mengenai 40 subjek yang berumur 18-22 tahun kegiatan yang biasa dilakukan selama ditemukan berpacaran. compliance bentuk (menurut) hubungan dan yang signifikan dimana konformitas terhadap teman sebaya pengakuan A A, salah bercerita seorang mengenai temannya untuk mencari juga pacar. Berdasarkan latar belakang di atas, berpengaruh terhadap perilaku seksualnya, peneliti mengambil sebuah kesimpulan semakin tinggi konformitas, maka semakin sementara bahwa konformitas memegang tinggi pula perilaku seksual dari remaja. peranan penting dalam perilaku seksual pada Penulis sangat tertarik dengan isu remaja. Dan untuk itu peneliti ingin mengenai seks pranikah pada remaja ini. melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan Dalam berita yang dimuat di Harian Pagi melakukan Padang “Hubungan konformitas dengan perilaku Ekspres (2013), Satpol PP melakukan razia di beberapa kawasan rawan penelitian yang berjudul seksual pada pelajar di kota Bukittinggi”. penyakit masyarakat (Pekat) dan mesum di kota Bukittinggi pada malam pergantian METODE Penelitian tahun baru. Mereka berhasil menangkap 23 orang, yang mana 20 di antaranya adalah wanita berusia muda yaitu berumur 16-22 tahun. Ini mengindikasikan bahwa perilaku remaja di kota Bukittinggi sudah mulai menjurus kearah perilaku seksual pranikah. Peneliti juga telah melakukan wawancara pada sekelompok remaja yang sedang berkumpul-kumpul di belakang balok kota Bukittinggi daerah pada tanggal 16 maret 2012. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti menemukan ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Desain yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah suatu tipe penelitian yang melihat hubungan antara satu atau beberapa ubahan dengan satu atau beberapa ubahan lainnya (Yusuf; 2005: 84). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pelajar SMA di kota Bukittinggi, yaitu mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII. Teknik yang digunakan dalam 86 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 82-91 penelitian ini adalah purposive sampling, sedang sebanyak 12 orang (24 %) dan yang yang diataranya adalah: 1) Pelajar SMA memiliki tingkat konformitasyang tinggi yang berada di kota Bukittinggi; 2) Pernah sebanyak 38 orang (76 %). sedangkan atau sedang berpacaran. Hal ini didasarkan memiliki tingkat perilaku seksual yang bahwa aktivitas seksual merupakan salah sedang sebanyak 48 orang (94 %) dan yang satu bentuk ekspresi atau tingkah laku memiliki tingkat perilaku seksual yang berpacaran dan rasa cinta (Hurlock, 1980); tinggi sebanyak 2 orang (4 %). 3) Memiliki kelompok yang semua anggotanya pernah atau sedang berpacaran. Berdasarkan hasil analisis korelasi tentang hubungan konformitas teman sebaya Instrument yang digunakan dalam dengan perilaku seksual diperoleh koefisien penelitian ini berbentuk skala. Penelitian ini korelasi sebesar r = 0.607 dengan p = 0.000 menggunakan dua buah skala, yaitu skala (p < 0.01) menandakan hipotesis diterima. konformitas Pada koefisien korelasi menunjukkan arah teman sebaya dan skala perilaku seksual. korelasi yang positif, artinya terdapat korelasi positif yang signifikan antara HASIL DAN BAHASAN konformitas teman sebaya dengan perilaku Hasil seksual. Deskripsi data dalam penelitian ini terdiri Artinya, konformitas teman semakin sebaya yang tinggi yang dari rerata empiris dan rerata dimiliki oleh pelajar maka akan semakin hipotetik penelitian. Rerata empiris dan tinggi pula perilaku seksualnya. Hal ini rerata hipotetik dalam penelitian diperoleh berarti hipotesis yang diajukan diterima melalui skala konformitas teman sebaya dan kebenarannya. skala perilaku seksual Dimana mean empirik konformitas lebih besar daripada mean Pembahasan hipotetiknya (µe = 101,30> µh = 81). Pada Berdasarkan dari hasil analisis data variabel perilaku seksual mean empiriknya penelitian dengan menggunakan analisis juga lebih besar dari pada mean hipotetiknya korelasi Spearman Brown, diketahui bahwa (µe = 133,90> µh = 125). Hal ini terdapat hubungan yang positif konformitas menunjukkan bahwa perilaku seksual subjek teman sebaya terhadap perilaku seksual pada dalam penelitian ini lebih tinggi dari pada pelajar di kota Bukittinggi dengan koefisien populasi pada umumnya. korelasi (r) 0.607 antara konformitas teman diperoleh sebaya terhadap perilaku seksual dengan secara umum skala konformitas teman signifikansi sebesar p = 0.000 (p < 0.01). sebaya memiliki tingkat konformitas yang Hal itu juga terlihat dari nilai rata-rata yang Berdasarkan data yang Hidayatullah, Hubungan Konformitas Teman Sebaya…| 87 didapat dari konformitas teman sebaya yaitu Remaja di Bukittinggi juga mengalami 101.30. Nilai rata-rata konformitas teman hal yang sama, dimana mereka mendapatkan sebaya subjek lebih tinggi daripada rata-rata tekanan hipotetiknya terhadap (µh = 81). Hal ini karena adanya kelompok ketertarikannya teman sebayanya menunjukkan bahwa konformitas teman dimana ia biasa bergaul di kegiatan sehari- sebaya subjek berada pada tingkat yang harinya. Tekanan yang disebabkan oleh lebih tinggi daripada rata-rata populasi. ketertarikan Begitupula dengan nilai rata-rata yang langsung maupun tidak langsung dalam diri didapat pada prilaku seksual yaitu 133.90. remaja. Hal ini senada dengan pernyataan Nilai rata-rata perilaku seksual subjek juga Santrock (1996) dimana konformitas itu lebih tinggi dari nilai rata-rata hipotetiknya dapat terjadi karena adanya desakan, baik (µh = 125). Meskipun secara umum perilaku desakan itu secara nyata ataupun hanya seksual subjek beada pada kategori sedang bayangan saja. (98%), namun berdasarkan nilai rata-rata Data ini dari dapat muncul penelitian subjek juga perilaku seksual diperoleh gambaran bahwa menunjukkan perilaku seksual subjek berada pada taraf memiliki tingkat ketaatan yang tinggi, yaitu yang lebih tinggi daripada rata-rata populasi. sebanyak 46 (92%) subjek berada pada Berdasarkan hasil penelitian yang telah kategori tinggi. Ketaatan ini merupakan diperoleh, dapat digambarkan konformitas salah satu aspek dari konformitas. Sears, teman sebaya pada remaja di bukittinggi dkk (1985) mengatakan bahwa ketaatan berada pada kategori sedang (24%) hingga adalah suatu tuntutan atau tekanan dari tinggi (76%). kelompok terhadap individu yang membuat Salah satu faktor yang menyebabkan bahwa ini secara penelitian individu tersebut rela melakukan suatu tingginya konformitas subjek adalah karena tindakan walaupun adanya kohesivitas. Baron dan Byrne (2005) menginginkannya. ia sendiri tidak mendefinisikan kohesivitas sebagai derajat Dari hasil pengolahan data penelitian ketertarikan yang dirasa oleh individu pada aspek kekompakan ditemukan tingkat terhadap suatu kelompok. Ketika kita kekompakan subjek sebanyak 26 orang mengagumi suatu kelompok orang-orang (52%) berada pada kategori sedang dan 23 tertentu, maka tekanan untuk melakukan orang (46%) berada pada kategori tinggi. konformitas akan bertambah besar. Salah Hanya satu orang saja yang kekompakannya satu cara untuk diterima oleh orang-orang di tersebut adalah dengan menjadi seperti mengemukakan bahwa kekompakan itu mereka dalam berbagai hal. ditandai oleh adanya keeratan hubungan taraf rendah. Sears, dkk (1985) 88 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 82-91 antara individu dan kelompoknya. Dengan Sears, dkk. Menyatakan bahwa individu demikian dapat diartikan bahwa subjek yang dihadapkan pada keputusan kelompok dalam penelitian ini memiliki keeratan yang sudah bulat akan mendapat tekanan hubungan berkisar dari sedang hingga yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. tinggi. keeratan hubungan ini menunjang Tingkat kesepakatan pada subjek penelitian bagi subjek untuk menjadikan kelompoknya ini menunjukkan bahwa subjek tidak ingin sebagai sumber informasi dalam mencari menjadi jawaban dari suatu permasalahan. Remaja kelompoknya, sehingga ia akan berusaha yang memiliki kekompakan tinggi terhadap untuk menyesuaikan pendapatnya agar dapat kelompoknya sejalan dengan pendapat sering menggunakan berbeda dengan kesepakatan kelompoknya. kelompoknya sebagai sumber informasi, Kemudian karena sebagian besar anggota misalnya sorang remaja yang sehari-harinya dalam kelompoknya telah bertingkah laku selalu bersama dengan teman-temannya sesuai pendapat kelompok, maka subjek bertanya apakah berpelukan didepan umum merasa itu merupakan suatu hal yang benar. dibenarkan meski sebenarnya ia memiliki Kemudian pendapat yang berbeda. teman-temannya menjawab bahwa tindakannya itu dapat bahwa perilaku tersebut adalah benar, maka Selanjutnya, penelitian ini dilakukan remaja ini akan meyakini bahwa berpelukan untuk mengetahui tentang perilaku seksual didepan umum adalah suatu hal yang benar remaja di kota Bukittinggi. Data mengenai dan dapat diterima. perilaku seksual subjek menunjukkan bahwa Hasil penelitian yang dilakukan oleh secara umum perilaku seksual subjek berada Baron, Vandello, dan Brunsman (Baron dan pada taraf sedang hingga tinggi, sedang Byrne, 2005:63) menunjukkan bahwa bahwa sebanyak 48 orang (96%) dan tinggi ketika keinginan seseorang untuk merasa sebanyak 2 orang (4%). Dalam penelitian benar adalah tinggi, maka orang tersebut ini, remaja yang termasuk dalam kategori akan perilaku seksual sedang adalah remaja yang cenderung untuk melakukan konformitas pada orang lain ketika ia sering merasa tidak pasti dengan jawaban yang berpelukan, benar. kadang Pada menunjukkan aspek kesepakatan, bahwa subjek data berpegangan sering meraba kadang-kadang tangan, sering berciuman, kadang- dada meraba (payudara), alat dan kelamin. dalam Selanjutnya remaja yang termasuk dalam penelitian ini berada pada kategori sedang kategori perilaku seksual rendah adalah hingga tinggi. sedang sebanyak 19 orang remaja yang tidak pernah atau hanya sekali (38%) dan tinggi sebanyak 30 orang (60%). melakukan perilaku seksual sedang yang Hidayatullah, Hubungan Konformitas Teman Sebaya…| 89 telah di jabarkan diatas, sedangkan remaja Bukittinggi dengan dengan r = 0.607 (p < yang dimasukkan kedalam kategori perilaku 0.01). seksual tinggi adalah remaja yang telah melakukan perilaku seksual sedang Nilai koefisien korelasi yang diperoleh antara konformitas teman sebaya dan ditambah dengan pernah sekali atau dua kali perilaku seksual remaja di kota Bukittinggi bersenggama. yaitu 0.607 tergolong cukup tinggi dan dapat Desmita (2008) mengatakan bahwa meningkatnya terhadap teman sebaya maka ada kecenderungan kehidupan seksual sangat dipengaruhi oleh semakin tinggi pula perilaku seksual remaja faktor perubahan-perubahan fisik selama di kota Bukittinggi begitupun sebaliknya. periode pubertas. Terutama kematangan Sehingga disimpulkan Ha diterima dan Ho organ-organ seksual perubahan ditolak pada taraf signifikan 99% dengan hormonal, menyebabkan dorongan- hubungan yang positif. dorongan minat seksual remaja dinterpertasikan bahwa semakin konformitas dan dalam diri remaja. Lingkungan yang akan tidak punya Dorongan seksual remaja ini sangat tinggi, membentuk dan bahkan lebih tinggi dari dorongan proteksi terhadap perilaku orang-orang di seksual orang dewasa. Dorongan tersebut sekelilingnya. Hal ini sesuai dengan hasil akhirnya menimbulkan ketegangan fisik dan penelitian yang dilakukan oleh Suwarni psikis pada diri remaja. Untuk melepaskan (2009), diri remaja ditemukan bahwa perilaku teman sebaya dorongan mempengaruhi perilaku seksual remaja baik dari mencoba ketegangan tersebut, mengekspresikan seksualnya dengan melakukan berbagai remaja negatif dimana yang dalam penelitiannya secara langsung maupun tidak langsung. bentuk tingkah laku seksual, mulai dari berpacara, berkencan, bercumbu, sampai SIMPULAN DAN SARAN Simpulan melakukan kontak seksual. Penelitian ini juga dilakukan untuk Berdasarkan hasil penelitian, subjek Z hubungan dan K memiliki riwayat hidup sebagai Gay konformitas teman sebaya dengan perilaku yang berbeda. Subjek Z memiliki riwayat seksual remaja di kota Bukittinggi. Setelah kehidupan sebagai Gay karena adanya melakukan uji hipotesis dengan metode trauma analisis mendapatkan pengalaman seksual pertama mengetahui ada korelasi, tidaknya hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara konformitas teman sebaya dan perilaku seksual remaja di kota masa lalu umur kali bersama seorang laki-laki. 10 tahun 90 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 82-91 Subjek K memiliki riwayat kehidupan dan semoga subjek dapat kembali kejalan sebagai Gay ketika duduk di semester dua yang telah diridhoi oleh Allah SWT bahwa bangku perkuliahan, K mendapatkan contoh setiap makhluk hidup diciptakan oleh Allah modeling sebagai Gay dan mendapatkan berpasang-pasangan. Kepada orang terdekat pengalaman seksual sebagai gay dari junior subjek dibangku kuliah. memberikan penjelesan mengenai agama Pengalaman sosial subjek dengan sesama Gay, Z memilih menutup dirinya dengan orang lain yang Gay. Sehingga yang mengetahui dirinya Gay hanyalah kakak kandung dan BF nya. Sedangkan K memilih mengikuti komunitas Gay sehingga banyak mengenal orang-orang lain yang juga Gay, tetapi K tidak sepenuhnya mengikuti acara dikomunitas tersebut karena kesibukan kerja. agar dapat membimbing dan kepada subjek agar subjek dapat memahami ajaran agama sepenuhnya. Kepada masyarakat diharapkan tidak memberikan label negatif kepada kaum Gay ini. Bagi peneliti selanjutnya disarankan menggunakan metode pengumpulan data lainnya sehingga dapat lebih memahami dan dapat mengumpulkan data mengenai Religiusitas Gay yang lebih mendalam lagi agar data yang diperoleh lebih akurat. Penelitian mengenai Religiusitas dalam Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka berbagai tema nampaknya menarik untuk dilakukan kembali, terutama mengenai beberapa saran yang dapat disampaikan kehidupan beragama Gay dalam fenomena adalah : Diharapkan kepada subjek untuk lain. dapat lebih memahami ajaran agama Islam DAFTAR RUJUKAN Baron, R. A., Byrne, D.(2005). Psikologi sosial. Ed. 10. Jakarta: Erlangga. Delamater, J.D. & Myers, D.J.(2011). Social psychology. Wadsworth: Engange learning. Desmita. 2008. Psikologi perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Fonge, R. L.(2011). Perilaku seksual pada remaja ditinjau dari konformitas teman sebaya. Thesis. Unika Soegijapranata. Hurlock,E.B.(1980).Psikologi Perkembagan :Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Prada Y.T.(2008). Perbedaan tingkat konformitas terhadap seks pranikah antara pria dan wanita. Skripsi. Universitas Gunadarma. Santrock, J. W.(1996). Adolescence. 11th edition. New York: McGraw Hill. Santrock, J. W.(1996). Remaja. Alih bahasa: Widyasinta, B. Jilid 2 edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga. Hidayatullah, Hubungan Konformitas Teman Sebaya…| 91 Sari, D.K., Taviv, Y.(2010). Komunikasi orang tua dan perilaku seksual remaja sekolah menengah kejuruan di kota Baturaja. Jurnal pembangunan manusia Vol. 4,No. 11. Sears, D. O; Freedman, J. L; Peplau, L. A. (1985). Psikologi Sosial. Edisi kelima. Terjemahan oleh Michael Adryanto. 2009. Jakarta: Erlangga. Yusuf, A. M.(2005). Metodologi penelitian. Padang: UNP Press.