Harmonisasi Bipartit Iklim Ketenagakerjaan yang Kondusif Tarik Investor Senin, 2 November 2009 | 03:56 WIB Yogyakarta, Kompas - Pengusaha dan pekerja harus mengoptimalkan perundingan bipartit dalam menciptakan hubungan industrial yang kondusif. Pembentukan lembaga kerja sama bipartit tingkat perusahaan perlu untuk memperlancar penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar mengungkapkan hal itu saat membuka Forum Hubungan Industrial bertajuk ”Rancang Bangun Hubungan Industrial” di Yogyakarta, Minggu (1/11). Forum ini melibatkan unsur serikat pekerja, pengusaha, dan pemerintah untuk urun rembuk mencari solusi berbagai persoalan hubungan industrial nasional. Menurut data Depnakertrans, sampai sekarang ada 11.832 perusahaan yang memiliki lembaga kerja sama (LKS) bipartit, 210 LKS bipartit kabupaten/kota, 31 LKS bipartit provinsi, dan LKS bipartit nasional. Optimalisasi LKS bipartit juga penting untuk peraturan perusahaan (PP) atau perjanjian kerja bersama (PKB) yang saat ini mencapai 41.252 PP dan 10.501 PKB. Iklim ketenagakerjaan yang kondusif merupakan salah satu kebutuhan dalam mengundang investor. Pemerintah berharap forum rembuk ini mampu menghasilkan satu rancang bangun hubungan industrial yang menciptakan iklim investasi positif. Turut hadir dalam forum ini antara lain Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Thamrin Moosi, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Djimanto, dan anggota LKS bipartit dari 16 provinsi. TKI bermasalah Muhaimin Iskandar menegaskan, pemerintah akan terus memulangkan ribuan tenaga kerja Indonesia bermasalah di luar negeri. Pekan depan pemerintah berencana memulangkan sedikitnya 1.750 TKI dari Timur Tengah, di antaranya dari Arab Saudi dan Kuwait. Dia mengatakan, Depnakertrans sudah berkoordinasi dengan Garuda Indonesia, Departemen Perhubungan, dan Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Pemerintah akan menyewa pesawat khusus dari Garuda untuk menjemput dan memulangkan TKI sebagai bentuk tanggung jawab perlindungan. Adapun untuk jangka panjang, pemerintah terus menyiapkan penyelesaian masalah TKI secara struktural. Pemerintah siap mencabut izin perusahaan pelaksana penempatan TKI swasta yang tidak memberikan 200 jam pelatihan kepada calon TKI. Pelatihan menjadi bagian terpenting dari penyiapan kemampuan teknis TKI yang akan diberangkatkan ke luar negeri. Mereka juga harus lolos tes kesehatan dan uji kesehatan mental sehingga siap dalam menghadapi persoalan di luar negeri. (ham)