1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keluarga adalah dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga,yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010). Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah,mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak. (Sudiharto, 2007). Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya (Fallen & Dwi, 2011)., bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Tingkat pengetahuan keluarga dalam perawatan merupakan suatu gambaran suatu peran dan fungsi yang dapat dijalankan dalam keluarga, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu perawatan individu dalam perannya didasari oleh harapan dan pada perilaku keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah asah, asih, asuh, Universitas Sumatera Utara 2 dan juga beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga yaitu fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosial, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan. Keluarga sebagai unit pelayanan yang merawat adalah keluarga yang ada disekitarnya, kesehatan pengetahuan keluarga keluarga dalam diarahkan pengobatan kepada untuk bagaimana memelihara tingkat kesehatan keluarganya. Berdasarkan pemikiran diatas maka kesehatan diarahkan kepada bagaimana tingkat pengetahuan keluarga dalam pengobatan untuk memelihara kesehatan keluarga. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat. Penyakit TBC sudah dikenal sejak dahulu kala. Penyakit ini disebabkan oleh kuman atau bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini pada umumnya menyerang paru-paru dan sebagian lagi dapat menyerang diluar paru-paru, seperti kelenjar getah bening (kelenjar), kulit, usus/saluran pencernaan, selaput otak dan sebagainya (Hudoyo, 2008). Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh MycobacteriumTuberculosis. TB termasuk penyakit yang diperburuk dengan kemiskinan danumumnya menyerang penduduk yang termasuk dalam rentang usia produktif (15-59 tahun).Penyakit TBC paru merupakan masalah yang besar bagi negara berkembang termasuk indonesia,karena diperkirakan 95 % a penderita TBC paru berada di negara berkemban,dan 75 % dari penderita TB Paru tersebut adalah kelompok usia produktif (15 – 50 tahun). (Yoannes, 2008) Laporan WHO tahun 2009 menunjukkan prevalensi TB dunia yang mencapai 9,4 juta orang dengan proporsi 85% di kawasan Asia dan Afrika. 55% Universitas Sumatera Utara 3 dari prevalensi ditemukan di Asia (35% ada di India dan Cina) dan 30 % di Afrika. (Jaji, 2010) Masalah TB di Indonesia berada pada peringkat ke-3 di dunia selama bertahun tahun dan pada tahun 2009 dari laporan WHO global TB control 2010, Indonesia turun keperingkat 5 dengan jumlah penderita TB sebesar 429 ribu orang dengan jumlah prevalensi tahunan dari semua kasus TB 224 per 100.000 dan diperkirakan insiden kasus baru 228 per 100.000 penduduk. (Jaji, 2010) Total prevalensi TB di Indonesia tahun 2009 ditemukan sebanyak 294.371 kasus, dengan perincian kasus TB BTA positif 169.213 dan kasus TB BTA negatif 108.616 kasus. Penderita TB ekstra paru juga teridentifikasi sebanyak 11.215 kasus, kasus TB kambuh 3.709 dan pengobatan ulang diluar kasus kambuh berjumlah 1.978 penderita. Prevalensi TB di Jawa Tengah pada tahun 2008 mencapai 101 per 100.000 penduduk dengan CDR 48% Kabupaten Pekalongan 2010 mencapai 81,9% dengan total prevalensi TB 1.226 kasus. Kasus yang ditemukan dapat dirinci menjadi BTA positif 857 orang, BTA negatif 322 orang, penderita ekstra paru 30 orang, TB anak 28 orang dan kasus kambuh 17 orang (Dinas Kabupaten Pekalongan, 2010). Dari hasil penelitian pengalaman keluarga menunjukkan sikap keluarga sebagian terjadi karena adanya perilaku dan sikap keluarga yang kurang baik. Keluarga kurangnya perilaku keluarga tersebut ditunjukkan dengan tidak menggunakan masker debu (jika kontak dengan pasien), keterlambatan dalam Universitas Sumatera Utara 4 pemberian vaksin BCG (pada orang yang tidak terinfeksi), dan terapi pencegahan 6-9 bulan (Linda, 2011). Upaya keluarga berarti masih ada 52% kasus TB di Jawa tengah yang belum tertangani. Sedang penemuan kasus TB di dalam mencegah TB paru adalah harus dilakukan ketika salah seorang dari kerabat kita ada yang tertular penyakit TBC paru. Karena penyakit TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang bisa ditularkan melalui dahak penderita TB Paru. Selain itu makanan yang mengandung kuman TB juga bisa menjadi penyebab menyebarkan penyakit TBC Paru. Pencegahan TB Paru terkadang menjadi langkah yang dilupakan oleh sebagian orang. Jika seseorang memiliki tes positif untuk infeksi laten TB, dokter mungkin menyarankan untuk mengkonsumsi obat untuk mengurangi resiko terkena TB aktif. Satu-satunya jenis TB yang menular adalah varietas aktif, saat itu mempengaruhi paru-paru. Jadi, jika dapat mencegah TBC dari menjadi aktif, penderita tersebut tidak akan mengirimkan TB ke orang lain. Pencegahan TB dengan melindungi diri dan orang lain. Jika seseorang memiliki TB Aktif, hal pertama yang perlu dicatat adalah menjaga kuman dari diri sendiri. Hal ini biasanya memakan waktu beberapa minggu pengobatan dengan obat TBC sebelum tidak menular lagi. Dampak yang berpengaruh pada keluarga dalam merawat pasien TBC Paru adalah terjadinya penularan bagi keluarga yang merawat bahkan akan tertular anggota keluarga lainnya yang ada didalam rumah tersebut. Keluarga yang merawat penderita TB Paru penting dilakukan untuk menambah penegtahuan keluarga dalam merawat penderita TB Paru dengan Universitas Sumatera Utara 5 harapan ada manfaatnya bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya, tidak terjadi penularan, demikian pula bagi bidang pendidikan untuk dapat meningkatkan asuhan keperawatan pada penderita TB Paru (Jaji, 2010). Menurut data dari rumah sakit umum penderita TBC yang ada di sibolga pada tahun 2013 sebayak 174 orang, meningkat dibanding tahun 2011 yang hanya 120 orang. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui seorang penderita TB Paru, bukanlah usaha secara individu melainkan usaha keluarga bersama. Namun, dukungan dari keluarga dan pengawasan terhadap pencegahan dan pengobatan terhadap penderita TB paru yang penderitanya semakin bertambah serta mengingat penyakit ini dapat dicegah. Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judiul penelitian “Pengalaman Keluarga dalam Merawat Penderita TB Paru di Rumah Wilayah Kota Sibolga”. 2. Perumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah pengalaman keluarga dalam merawat penderita TB Paru ? 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman keluarga dalam merawat penderita TB Paru di rumah wilayah kota Sibolga 4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terbagi atas tiga bagian, yaitu: pendidikan keperawatan, pelayanan keperawatan, penelitian keperawatan, dan manfaat bagi keluarga. Universitas Sumatera Utara 6 4.1. Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan kepada pendidikan keperawatan khususnya keperawatan keluarga. 4.2. Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perawat keluarga tentang pengalaman keluarga dalam merawat penderita TB paru, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada pasien TB Paru dan keluarga. 4.3. Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan evidence based tentang pengalaman keluarga dalam merawat penderita TB Paru di rumah. Hasil penelitian ini juga diharapakan untuk pengembangan penelitian keperawatan selanjutnya dalam menerapkan tentang pengalaman keluarga dalam merawat penderita TB Paru di rumah. Universitas Sumatera Utara