TINJAUAN PUSTAKA Botani Nenas (Ananas comosus L.Merr) termasuk dalam famili Bromeliaceae. Bromeliaceae merupakan famili terbesar dari ordo Bromeliales yang penyebaran alaminya terbatas di Amerika. Nenas adalah tanaman parenial yang berbentuk semak dan termasuk dalam golongan monokotil (d‟Eeckenbrugge dan Leal, 2003). Struktur morfologi nenas secara umum dapat dilihat pada Gambar 1. Menurut d‟Eeckenbrugge dan Leal (2003) nenas memiliki batang yang panjangnya berukuran antara 25 - 50 cm dengan diameter 2 - 5 cm di bagian pangkal dan 5 - 8 cm di bagian ujung. Tinggi nenas dapat mencapai 1 - 2 m. Batang sebagai tempat melekat akar, daun, bunga, tunas dan buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak terlihat karena disekelilingnya tertutup oleh daun. Mahkota buah Buah Batang Tunas tangkai buah Tunas ketiak daun Daun Tunas ketiak daun Akar serabut Gambar 1. Struktur Morfologi Tanaman Nenas Sumber: Royal University of Bhutan, 2008. 4 Akar nenas dapat dibedakan menjadi akar primer dan akar samping. Akar primer mati setelah perkecambahan dan digantikan dengan akar samping. Akarakar melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar serabut (monocotyledonae). Akar mampu menyebar secara lateral sampai 1 - 2 m dan kedalaman sampai 0.85 m di bawah kondisi ideal (d‟Eeckenbrugge dan Leal, 2003). Panjang daun dapat mencapai 1.6 m dan lebar 7 cm. Jumlah daun tiap batang tanaman sangat bervariasi antara 40 - 80 helai yang tata letaknya seperti spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah sampai ke atas arah kanan dan kiri. Daun nenas berbentuk pedang, agak kaku, berserat, beralur dan tidak mempunyai tulang daun utama. Daunnya ada yang tumbuh duri tajam dan ada yang tidak berduri. Ada juga yang durinya hanya terdapat di ujung daun (d‟Eeckenbrugge dan Leal, 2003). Nenas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya. Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 50 - 200, masing-masing berkedudukan di ketiak daun pelindung. Pertumbuhan bunga dimulai dari bagian dasar menuju bagian atas memakan waktu 10 - 15 hari (d‟Eeckenbrugge dan Leal, 2003). Menurut Wee dan Thongtham (1997) buah nenas berbentuk silinder dihiasi oleh suatu roset daun-daun yang pendek, tersusun spiral, yang disebut mahkota. Ujung buah biasanya tumbuh tunas mahkota tunggal, tetapi ada pula tunas yang tumbuh lebih dari satu yang biasa disebut multiple crown (mahkota ganda). Selain tunas mahkota juga terbentuk tunas batang (slips) yaitu tunas yang tumbuh pada batang dibawah buah dan tunas ketiak daun (suckers) yang keduaduanya dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan. Deskripsi Nenas Klon Pasir Kuda-1 Nenas Klon Pasir Kuda-1 termasuk dalam kultivar Smooth Cayenne. Deskripsi nenas Klon Pasir Kuda-1 adalah: 1. Tinggi tanaman 84 cm. 4. Lebar daun 5.4 - 5.7 cm. 2. Diameter tajuk 134 - 140 cm. 5. Panjang daun 83 - 85 cm. 3. Jumlah daun 32. 6. Umur berbunga 13 BST 5 7. Umur panen 16 BST (Bulan Sesudah Tanam). 14. Diameter empulur 2,10 cm. 8. Panjang tangkai buah 16 cm. 9. Bobot buah 1360 gram. 16. Total asam daging buah : 0.7 0.8. 10. Bobot mahkota 280 gram. 17. Tepi daun tidak berduri. 11. Diameter buah 10 - 11cm. 18. Warna buah matang kuning merata. 12. Panjang buah 12 - 13 cm. 13. Tebal daging buah 4 cm. 15. Nilai TSS (°Brix) : 20 - 22. 19. Warna daging buah kuning cerah. Sumber: PKBT, 2010. Syarat Tumbuh Pemilihan lahan untuk nenas ditentukan berdasarkan empat faktor utama yaitu kemiringan lahan, aspek lingkungan, tanah dan air (Gene Technology Regulator, 2003). Nenas dibudidayakan antara 250LU dan LS. Umur tanaman meningkat sejalan dengan semakin jauhnya dari ekuator dan semakin tingginya tempat tumbuh (Wee dan Thongtham, 1997). Nenas dapat tumbuh dengan baik pada suhu hangat dengan perbedaan suhu yang kecil selama setahun. Nakasone dan Paull (1998) mengemukakan bahwa kisaran suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan nenas 150C – 200C, sedangkan kisaran suhu maksimum 250C – 320C. Prihatman (2000) menambahkan bahwa nenas dapat tumbuh baik jika cahaya dan suhu diterima secara maksimum. Nenas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33 - 71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2 000 jam. Di Florida, nenas mampu bertahan hidup pada suhu 280F (-2.20C) tetapi daun mengalami kerusakan dan mati pada suhu yang lebih rendah. Suhu yang terlalu rendah dalam waktu yang lama akan menyebabkan kerusakan akar. Suhu yang terlalu panas menyebabkan tanaman terbakar dan buah mudah retak (Malo dan Campbell, 1994). Curah hujan yang ideal untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman nanas yang optimal adalah 1000 – 1500 mm/th atau 83.33 – 125 mm/bln atau 2.78 – 4.17 mm/hr (Nakasone dan Paull, 1998). Menurut Hepton (2003) jika curah hujan kurang dari 5 cm/bln pertumbuhannya akan terhambat, siklus panen menjadi lebih lama, dan rata-rata bobot buah berkurang. 6 Tanah pasir dan lempung sangat baik untuk nenas. Nenas dapat tumbuh baik pada tanah alluvial muda dan alluvial tua dengan drainase yang baik. Tanah asam cocok untuk pertanaman nenas. Pada pH 4.5 – 5.5 soil born disease dapat dikurangi. Tanah liat yang terlalu pekat dan air permukaan yang tinggi tidak kondusif bagi pertanaman nenas (Evans et al., 2002). Pertumbuhan Pertumbuhan tanaman sering didefinisikan sebagai pertambahan ukuran, berat, dan jumlah sel (Lakitan, 1996). Menurut Salisbury dan Ross (1995) ciri pertumbuhan dapat diukur melalui pengukuran pertambahan volume. Pertambahan volume sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran ke satu atau dua arah, seperti panjang, diameter, atau luas. Pertumbuhan dan perkembangan terjadi melalui tiga proses sederhana yaitu pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi sel. Sel dapat membelah ke arah yang berbeda-beda. Pembesaran sel sebagian besar merupakan peristiwa penyerapan air ke dalam vakuola yang mengembang. Pada organ tumbuhan yang memanjang, pembesaran terjadi terutama ke satu dimensi hanya ke arah memanjangnya (Salisbury dan Ross, 1995). Tanaman nanas membentuk suatu roset yang lambat laun daun-daunnya yang lebih besar mencapai ukuran yang mencerminkan keadaan pertumbuhan normal. Setelah itu ukuran daun konstan jika meristem pucuknya telah menghasilkan 70 - 80 lembar daun dengan kecepatan satu lembar daun per minggu selama periode pertumbuhannya yang cepat (Wee dan Thongtham, 1997). Pemupukan Pemberian pupuk pada tanaman nenas dapat dilakukan melalui dua cara yaitu pemupukan melalui akar atau penyemprotan melalui daun dalam bentuk larutan (Seaver, 2000). Pupuk anorganik NPK dan urea sangat dibutuhkan tanaman nenas. Pada periode pertumbuhan 2 - 11 bulan nenas membutuhkan nutrisi tambahan (Rohrbach, 2002). Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Fosfor diperlukan selama beberapa bulan pada awal pertumbuhan. Kalium diperlukan untuk perkembangan buah (Lakitan, 2004). 7 Cara pemupukan melalui daun biasanya digunakan untuk mengatasi masalah pemupukan melalui akar. Pemupukan melalui daun diharapkan pupuk dapat langsung diserap dan digunakan tanaman. Pemupukan melalui daun dilakukan dengan cara melarutkan pupuk ke dalam air kemudian larutan disemprotkan ke permukaan daun (Prihmantoro, 1999). Pemupukan pada tanaman nenas pertama kali dilakukan pada saat pembibitan dengan pupuk kandang. Pemupukan di lahan dilakukan sebelum penanaman menggunakan pupuk kandang dengan dosis 20 ton per hektar. Pemupukan lanjutan dilakukan setelah tanaman berumur 2 - 3 bulan dengan pupuk buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3 - 4 bulan sekali sampai tanaman berbunga dan berbuah. Cara pemberian pupuk dibenamkan/dimasukkan ke dalam parit sedalam 10 - 15 cm diantara barisan tanaman nenas, kemudian ditutup dengan tanah. Cara lain adalah disemprotkan pada daun terutama pupuk nitrogen dengan dosis 40 gram urea per liter atau kurang lebih 900 liter larutan urea per hektar (Prihatman, 2000). Menurut Hepton (2003) total nutrisi yang diberikan pada tanaman nanas ditentukan oleh tiga tahap penting yaitu pemupukan sebelum tanam dengan cara ditebar untuk perbaikan tanah, pemupukan setelah tanam untuk meningkatkan munculnya akar dan penyerapan nutrisi, dan terakhir pemupukan dalam larikan atau pemupukan daun untuk menambah nutrisi yang mungkin masih terbatas. Ketepatan tempat pemupukan setelah tanam dapat meningkatkan pertumbuhan akar dan penyerapan N, P, dan K untuk perkembangan kanopi daun. Pemupukan dalam larikan harus diberikan dalam jumlah yang cukup untuk meningkatkan perakaran dan tanaman muda selama 3 - 4 bulan sampai kanopi cukup perkembangannya untuk membuat aplikasi pemupukan daun efisien dan efektif. Pemupukan melalui daun Pupuk daun biasanya diberikan pada tanaman dalam bentuk cair dengan konsentrasi tertentu sesuai kebutuhan. Volume semprot yang digunakan pada tanaman nenas berkisar antara 225 – 2 250 liter/ha. Besarnya volume semprot tergantung umur tanaman (ukuran kanopi), volume semprot diharuskan mengenai seluruh permukaan tanpa melukai jaringan daun (Hepton, 2003). 8 Menurut Prihmantoro (1999) respon tanaman terhadap pemupukan melalui daun tergantung dari bentuk pupuk, frekuensi aplikasi pupuk, spesies tanaman dan fase pertumbuhan tanaman. Penyemprotan dilaksanakan selama pertumbuhan sampai tanaman tiba masanya untuk berbunga, yaitu pada saat fase vegetatifnya telah maksimum. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki warna daun, kualitas dan besarnya buah. Banyak unsur hara dapat diserap lewat daun dan penyerapannya berlangsung cepat. Pemupukan lewat daun untuk tanaman nenas mudah diaplikasikan. Penyerapan nutrisi terjadi melewati kutikula dan nutrisi disalurkan ke seluruh bagian tanaman. Struktur morfologi tanaman nenas memudahkan dalam menerima larutan semprot dan menyalurkannya ke akar adventif yang berada di pangkal daun (Hepton, 2003). Menurut Ignatieff dan Page (1958) terdapat beberapa kesulitan dalam melakukan penyemprotan pupuk daun. Pertama, terbakarnya daun karena larutan pupuk yang terlalu pekat. Kedua, sedikitnya nutrisi yang diaplikasikan dalam bentuk pupuk tunggal. Ketiga, beberapa aplikasi membutuhkan pupuk dalam jumlah yang tinggi. Keempat, tingginya biaya setiap unit nutrisi tanaman dan peralatannya. Nitrogen Nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa esensial seperti protein dan enzim. Selain itu, nitrogen juga terkandung dalam klorofil (Lakitan, 2004). Nitrogen cenderung menjadi pembatas dalam pertumbuhan tanaman. Kandungan nitrogen dalam tanah tergantung kandungan bahan organik dan jasad renik. Akibatnya jumlah nitrogen yang tersedia tergantung cara budidaya tanaman dan pemupukan. Pemupukan bertanggung jawab pada sebagian besar nitrogen yang tersedia dalam tanah yang telah diusahakan secara intensif (Harjadi, 1993). Sumber nitrogen dapat diperoleh antara lain dari hasil mineralisasi nitrogen organik tanah, atmosfer, pupuk kandang, dan pemberian pupuk buatan. Nitrogen yang hilang atau berkurang dapat disebabkan antara lain pencucian oleh air hujan, penguapan, denitrifikasi, dan erosi tanah (Laegreid et al., 1999) 9 Nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan tanaman agar subur, tetapi bukan diperlukan pada saat rangsangan bunga, sebab pertumbuhan yang subur akan mengurangi reaksi pembungaan (Wee dan Thongtham, 1997). Prihmantoro (1999) menambahkan bahwa tanaman buah membutuhkan banyak nutrisi pada masa vegetatif. Tanaman membutuhkan pupuk yang mengandung unsur nitrogen tinggi untuk pertumbuhan. Pertumbuhan daun sangat penting karena daun merupakan tempat mengolah makanan yang dibutuhkan oleh tanaman. Pertumbuhan yang cepat terkadang tidak disertai dengan ketersediaan unsur hara yang cukup. Menurut Lakitan (2004), tanaman yang kekurangan unsur hara nitrogen tajuknya akan berwarna hijau terang, daun tua menguning, mengering, menjadi berwarna coklat muda. Namun, gejala kekurangan suatu unsur hara yang ditampakkan tanaman tidak selalu sama tergantung spesies tanaman, tingkat keseriusan masalah, dan fase pertumbuhan tanaman. Giberelin Giberelin adalah zat pengatur tumbuh yang merangsang pembelahan sel atau pemanjangan sel dan dikenal sebagai gibberellic acid (GA3). GA3 adalah giberelin yang pertama kali tersedia secara komersial. Giberelin telah digunakan sebagai standar dalam sistem bioassay (Arteca, 1996). Menurut Salisbury dan Ross (1995) pemanjangan batang pada keseluruhan tumbuhan oleh giberelin disebabkan oleh tiga peristiwa. Pertama, pembelahan sel dipacu di apeks tajuk terutama di sel meristematik yang terletak lebih bawah yang menumbuhkan jalur panjang sel korteks dan sel empulur. Kedua, giberelin memacu pertumbuhan sel karena zat itu meningkatkan hidrolisis pati, fruktan, dan sukrosa menjadi molekul glukosa dan fruktosa. Ketiga, giberelin sering meningkatkan plastisitas. Menurut Moore (1979) giberelin dihasilkan di meristem apikal tunas ujung dan akar, daun muda serta embrio. Arteca (1996) menambahkan secara umum giberelin disintesis melalui lintasan asam mevalonik pada tunas muda yang tumbuh aktif dan biji yang berkembang. Daun muda merupakan tempat sintesis geberelin yang utama kemudian ditransportasikan ke seluruh tanaman secara nonpolar. Akar juga mempunyai kemampuan mensintesis giberelin yang 10 ditransportasikan ke tunas melalui xilem. Giberelin yang tinggi ditemukan pada biji yang belum matang. Giberelin berkaitan dengan proses fisiologi tanaman. Genus atau spesies dan faktor lain menentukan jenis giberelin yang lebih efektif digunakan. Proses fisiologi yang dipengaruhi oleh giberelin antara lain pertumbuhan tanaman, pembungaan, perkecambahan, dormansi, ekpresi seks, senescence, partenokarpi, dan fruit set (Arteca, 1996). Giberelin mendukung pembentukan enzim protolitik yang akan membebaskan tryptophan sebagai bentuk asal dari auksin. Hal ini berarti bahwa giberelin dapat meningkatkan kandungan auksin (Abidin, 1983). Banyak tanaman biennial (dua tahunan) dapat dirangsang untuk mempunyai siklus hidup setahun menggunakan giberelin. Giberelin berbeda dengan auksin, giberelin lebih efektif pada tanaman utuh sedangkan kebanyakan pengaruh auksin terlihat pada organ-organ yang dipotong (Heddy, 1989). Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan pertumbuhan oleh GA3 disebabkan oleh adanya peningkatan luas daun efektif, peningkatan fotosintesis, atau modifikasi penyaluran fotosintat. Hasil penelitian Hayashi pada tahun 1961 menunjukkan bahwa pemberian GA3 melalui daun dapat meningkatkan pertumbuhan karena terjadi peningkatan luas daun efektif sehingga fotosintesis meningkat (Arteca, 1996). Respon positif terhadap giberelin terjadi dalam kisaran konsentrasi yang luas. Kandungan GA yang tinggi tidak bersifat racun dan tidak menyebabkan respon negatif, kecuali pada tanaman kerdil yang peka (Gardner et al.,1991). Pengaruh pemberian GA3 melalui akar dalam fotosintesis dan pertumbuhan telah dievaluasi pada beberapa spesies tanaman termasuk tanaman C3 dan C4. Respon terhadap pemberian GA3 melalui akar tidak berkaitan dengan monokotil atau dikotil, fotosintesis C3 atau C4, tetapi tergantung pada spesiesnya (Arteca, 1996).